• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 4. Peta Jalur Pengamatan di Lokasi Penelitian (a) Jalur Pengamatan di Resort Way Kanan, (b) Jalur Pengamatan di Resort Plang Hijau, (c) Jalur Pengamatan di Kepala Kerbau (Resort Kuala Penet)

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk penelitian adalah Peta lokasi, tali tambang, meteran, kompas, parang, termometer, binokuler, kamera, GPS, alat pengukur waktu, alat tulis, kertas pH, tally sheet, tabung film, kaca pembesar/mikroskop, buku panduan pengenalan jenis satwaliar. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah vegetasi dan satwaliar yang ada di lokasi penelitian

C. Metode Pengumpulan Data

1. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan meliputi :

a. Orientasi lapang, yang bertujuan untuk mencari informasi dan konsultasi pada pihak yang berwenang untuk mengenal secara keseluruhan lokasi penelitian dan mencocokkan keadaan lapang dengan peta lokasi.

b. Menentukan areal yang ditempati harimau sumatera untuk dilakukan pengumpulan data.

2. Data yang Dikumpulkan

Pengamatan habitat dilakukan di daerah dengan kepadatan populasi harimau sumatera yang tinggi dan rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor habitat yang mempengaruhi kepadatan populasi harimau sumatera di Taman Nasional Way Kambas. Daerah dengan kepadatan populasi harimau sumatera yang tinggi di Taman Nasional Way Kambas terletak di SKW I Way Kanan. Untuk daerah dengan kepadatan populasi harimau sumatera rendah dilakukan pengamatan di SKW III Kuala Penet. Pada daerah dengan kepadatan populasi tinggi dibuat 3 jalur yaitu di D1, Kalibiru dan D2 dengan panjang jalur masing- masing 1000 m. Ketiga jalur tersebut termasuk dalam areal TIMA (Tiger

Intensive Monitoring Area). Pada daerah kepadatan populasi rendah dibuat 3 jalur

yaitu di Kepala Kerbau, Way Negara Batin dan Pos Bulus dengan panjang jalur masing- masing 1000 m, 600 m dan 400 m. Pembuatan jalur tersebut sesuai dengan ketersediaan fungsi habitat yaitu sebagai tempat mencari makan, tempat berlindung dan pemenuhan kebutuhan air bagi harimau sumatera. Data diambil berdasarkan parameter karakteristik habitat harimau sumatera yang terdiri dari :

a. Struktur dan komposisi vegetasi

b. Cover (penutupan tajuk dan tingkat kerapatan cover)

c. Ketersediaan mangsa yaitu potensi jenis mangsa (jumlah dan kelimpahan) d. Ketersediaan air (be ntuk sumber air, kedalaman, lebar, debit dan PH air)

3. Cara Pengumpulan Data

a. Struktur Vegetasi dan Komposisi Jenis

Untuk mengetahui struktur vegetasi dan komposisi jenis dilakukan dengan cara analisis vegetasi. Analisis vegetasi dilakukan dengan cara sampling pada lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah metode garis berpetak yaitu dengan membuat petak-petak contoh di sepanjang jalur pengamatan. Ukuran petak adalah 20 m x 20 m untuk tingkat pertumbuhan pohon. Dalam petak dibuat sub plot berukuran 2 m x 2 m untuk tingkat pertumbuhan semai, 5 m x 5 m untuk tingkat pertumbuhan pancang dan 10 m x 10 m untuk tingkat pertumbuhan tiang. Data yang dikumpulkan untuk tingkat pertumbuhan pohon dan tiang adalah jenis pohon, diameter setinggi dada, tinggi bebas cabang dan tinggi total. Untuk tingkat

pertumbuhan pancang dan semai meliputi jenis tumbuhan dan jumlah individu setiap jenis (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

10 m 10 m

10 m

Arah jalur 20 m

20 m

Gambar 5. Bentuk Jalur Analisis Vegetasi

b. Cover

Data cover diambil bersamaan dengan pembuatan jalur atau petak contoh untuk analisis vegetasi. Cover dapat dibedakan atas tempat persembunyian (hiding

cover) dan tempat penyesuaian terhadap perubahan temperatur (thermal cover).

Data cover diperoleh melalui petak contoh yang telah dibuat. Data yang dikumpulkan meliputi tinggi total pohon, tinggi bebas cabang pohon, lebar tajuk dan jarak antar pohon. Dari data tersebut dibuat diagram profil dan proyeksinya untuk menentukan nilai kerapatan penutupan vegetasi (De Vos dan Mosby, 1971

dalam Alikodra, 2002). Selain itu juga dicatat bentuk cover yang digunakan

harimau sumatera pada lokasi pengamatan. c. Ketersediaan Mangsa

Ketersediaan mangsa meliputi jenis satwa mangsa harimau sumatera beserta populasinya. Untuk mengetahui ketersediaan satwa mangsa dilakukan dengan metode transek garis (line transect) yaitu metode pengamatan populasi satwaliar dengan bentuk unit contoh berupa jalur pada lintasan pergerakan harimau sumatera dan mangsa nya. Jalur yang digunakan untuk line transect sama dengan analisis vegetasi.

Data yang diambil meliputi kontak langsung dalam jarak tertentu dengan satwaliar sehingga dapat diketahui jenis, jumlah individu serta komposisi kelompoknya serta melalui kontak tidak langsung dengan satwaliar. Pencatatan

5 m 5 m 2 m

data melalui kontak tidak langsung merupakan pencatatan jenis satwa berdasarkan perjumpaan jejak kaki, tanda-tanda yang ditinggalkan pada pohon, tempat untuk bersarang maupun tanda suara. Data jenis satwa dan jumlah individu yang dicatat adalah satwa yang terletak di depan pengamat. Selain itu, dilakukan pencatatan terhadap jarak antara pengamat dengan satwa yang terdeteksi, sudut kontak antara pengamat dengan satwa yang terdeteksi serta waktu ditemukannya jenis satwaliar tersebut (Anderson et al, 1979 dalam Krebs 1978).

S1 R1 è1 Y1 To P1 P2 Ta è 2 Y2 Arah Lintasan R2 S2

Gambar 6. Metode Transek Garis Untuk Pengamatan Satwaliar Keterangan :

To = Titik awal

Y = R sin è

Ta = Titik akhir jalur pengamatan

R = Jarak pengamat dengan satwaliar

S = Posisi satwaliar

è = Sudut antara posisi satwaliar dengan garis transek

d. Analisis Feses Harimau

Pakan harimau liar di habitatnya dapat diketahui berdasarkan analisis rambut dalam feses. Sampel feses harimau yang dikoleksi diambil di sepanjang jalur pengamatan. Analisis deskrip tif terhadap rambut dalam feses dapat dilakukan secara makroskopis menggunakan kaca pembesar atau mikroskop dengan membandingkan bentuk-bentuk rambut seperti warna, panjang dan ketebalan. Feses yang telah dikoleksi dibersihkan dengan menggunakan saringan untuk mendapatkan rambut yang terbebas dari kotoran feses. Pemilihan dan pengambilan sampel dilakukan dengan memperhitungkan kondisi feses pada saat ditemukan (Sriyanto, 2003).

e. Ketersediaan Air

Ketersediaan air diketahui dengan mengin ventarisasi sumber air yang digunakan oleh harimau sumatera sebagai tempat minum atau mandi. Data yang diambil meliputi parameter fisik dan parameter kimia. Parameter fisik melalui pengukuran panjang sungai, lebar sungai, kedalaman air, kondisi vegetasi di sekitar sumber air, kecepatan aliran dan debit air. Pengukuran kedalaman air dilakukan tiga kali ulangan dan untuk kecepatan arus air diukur dengan menggunakan bola pingpong yang dihanyutkan pada arus yang mengalir dengan jarak tertentu kemudian dicatat waktunya. Pengukuran arus air juga dilakukan dengan tiga kali ulangan. Pengukuran parameter kimia dilakukan dengan mengukur pH air pada sumber air menggunakan kertas pH (Goldman dan Horne, 1983).

Dokumen terkait