KONSEPSI GATRA DEMI GATRA
16. Gatra Ekonomi. Konsep ekonomi dalam Ketahanan Nasional
Indonesia menyangkut aspek Ekonomi Kemasyarakatan dengan pengertian ekonomi kemasyarakatan menyangkut masyarakat sebagai kesatuan dan keseluruhan struktur dan komposisi perekonomian nasional. Kekuatan atau kelemahan Ketahanan Nasional bidang ekonomi dapat dinilai pada struktur distribusi dari pendapatan masing-masing yang diterima oleh berbagai golongan masyarakat dan partisipasinya dalam memproduksi pendapatan nasional. Semakin adanya keseimbangan yang dirasakan adil, dalam distribusi dan partisipasi oleh masyarakat dapat diartikan Tannas bidang ekonomi semakin baik. Dengan demikian pencapaian Pendapatan Nasional Total ataupun Pendapatan Nasional rata-rata perkapita yang tinggi suatu bangsa tidak dengan sendirinya berarti dicapainya tingkat Ketahanan Nasional yang tinggi. Kedua adalah pembangunan ekonomi nasional. Tujuan pembangunan ekonomi nasional yang murni ialah : perombakan struktur ekonomi lama yang bersifat kolonial menuju kepada struktur perkembangan nasional, yakni unsur-unsur nasional dan golongan rakyat banyak harus
mendapat pembagian serta peranan yang adil dan seimbang. Proses perombakan itu tidak boleh menghambat kehidupan ekonomi dan seyogyanya tetap diikuti dengan kenaikan
pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi itu dianggap benar, bila hasil pertumbuhan itu memperbaiki perimbangan dan tidak memperbesar ketimpangan dalam struktur. Aspek yang ketiga dalam bidang ekonomi adalah Tannas akan semakin relatif tinggi bilamana semakin terjaminnya pencukupan dan tersedianya
yang memerlukan. Dari segi produksi dapat dikatakan, semakin terjaminnya keseluruhan faktor produksi, berarti semakin kuat Tannas bidang ekonomi. Inti permasalahan Tannas bidang ekonomi terletak pada potensi dan kondisi dinamikanya untuk mempertahankan kontinuitas kehidupan ekonomi Indonesia, yaitu mengenai struktur ekonomi, faktor dinamika eksteren dan faktor dinamika intern. Struktur perekonomian bisa tercermin dalam berbagai bentuk, seperti komposisi pendapatan nasional, komposisi ekspor-impor.
a. Ketahanan dibidang Ekonomi. Ketahanan dibidang
ekonomi Indonesia adalah kondisi dinamik bangsa Indonesia yang berisi kekuatan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan keuletan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan ekonomi bangsa dan negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Struktur penggolongan masyarakat Indonesia berdasarkan prosentase yang diterima dari Pendapatan Nasional masih mencolok dan timpang yakni
1) 40% jumlah penduduk berpendapatan rendah. 2) 40% jumlah penduduk berpendapatan menengah. 3) 20% jumlah penduduk berpendapatan tinggi.
Untuk mengetahui Tannas bidang ekonomi sangat relevan untuk diteliti sampai dimana pendapatan Nasional Indonesia secara keseluruhan ataupun persektor masih bergantung kepada unsur asing, dalam teknologi, modal manajemen, bahan baku, pasaran dan sebagainya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Tantangan,
ancaman, hambatan dan gangguan terhadap kelangsungan ekonomi suatu bangsa pada hakekatnya ditujukan kepada faktor produksi dan pengolahannya. Karena itu pembinaan ekonomi pada dasarnya merupakan penentuan
kebijaksanaan ekonomi dan pembinaan faktor produksi serta pengolahannya didalam produksi dan distribusi barang serta jasa, baik didalam negeri maupun dalam hubungannya
1) Bumi dan sumber alam. Sebagai pernyataan yang dapat dibenarkan, bahwa Indonesia mempunyai kekayaan alam secara potensial yang besar dan beraneka ragam. Inventarisasi data dan eksplorasi mengenai kekayaan alam sangat diperlukan, yang merupakan basis bagi keseluruhan strategi
pembangunan. Hal ini bertalian erat dengan riset dan pendidikan serta teknologi yang perlu dipersiapkan. Dari segi strategi Hankam, kekayaan nasional ini harus diamankan dari unsur-unsur asing, mengingat perang besar pada dasarnya disebabkan oleh perebutan
energi minyak atau kekayaan alam lainnya.
2) Masalah Pertanahan. Ditinjau dari sudut sosial ekonomi dan sosial politik masalah pertanahan di Indonesia dapat menjadi sumber pokok keresahan agraris. Hal ini disebabkan oleh kurang terasanya keadilan sosial dalam aspek-aspek pemilikan, penguasaan dan penggarapan tanah. Kelangkaan sebagai akibat pertambahan penduduk paling jelas kelihatan dipulau Jawa, Madura dan Bali. Keadaan alam dan kurang kesuburan tanah, kekurangan prasarana, pertambahan penduduk yang sangat cepat, kekuatan ikatan serta batas-batas hukum adat, merupakan penyebab krisis pertanahan.
Kebutuhan untuk perluasan kawasan industri, pemekaran lingkungan-lingkungan perkotaan, pemukiman dan prasarana perhubungan,
kecenderungan kenaikan investasi pada tanah dari kelebihan daya beli, telah mendorong nilai harga tanah terus naik. Akumulasi dan pemusatan pemilikan serta penguasaan atas tanah ditangan
segolongan/seseorang tertentu yang melewati batas maksimal yang dibenarkan oleh undang-undang jelas merugikan pihak lain. Akumulasi dan pemusatan pemilikan serta penguasaan tanah ditangan sekelompok kecil orang tertentu cenderung
menimbulkan “tanah guntay” yang berarti letak tanah berada diluar kecamatan tempat tinggal
pemilik/penguasaan tanah. Keadaan yang demikian sering pula menyebabkan tanah menjadi “idle” atau
kurang bermanfaat, sedangkan anggota-anggota masyarakat yang lain berteriak kekurangan tanah.
Pertimbangan hubungan antara pemilik/penguasa tanah dan penggarap tanah, khususnya yang
menyangkut pembagian hasil dan penerima balas jasa merupakan masalah pokok yang mengandung akibat yang luas dan berantai dibidang sosial ekonomi dan sosial politik. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan Undang-Undang bagi Hasil (UUBH) yang berlaku sejak 1960 beserta segenap perangkat peraturan-peraturan hukum lainnya memberikan landasan untuk menanggulangi berbagai masalah pertanahan,
walaupun masih harus dilengkapi dengan serangkaian peraturan pelaksanaan lain.
3. Masalah pangan. Kenaikan produksi pangan Indonesia terendah diantara negara-negara ASEAN sedangkan konsumsi naik terus. Walaupun ada kenaikan produksi, tetapi bahan pangan harus di impor lebih banyak, yaitu 324 ribu ton dalam tahun 1970 dan 1,8 juta ton dalam tahun 1978. Kita membeli 20-30% dari sisa produksi pangan dunia yang dijual belikan. Karena yang diperjual belikan itu 4% saja dari produksi dunia, maka impor menjadi peka sekali. Swasembada pangan merupakan sasaran yang sangat vital. Usaha meningkatkan produksi pangan kini mengutamakan suply bibit unggul, pupuk dan lain sebagainya.
4. Masalah energi. Kenaikan konsumsi minyak bumi dalam negeri cukup cepat dalam dasawarsa yang lalu. Dengan berlangsungnya usaha pembangunan kebutuhan akan energi cenderung meningkat di segala bidang. Konsumsi energi perkapita di Indonesia masih berada pada tingkat yang paling rendah diantara negara-negara ASEAN,
Sebaliknya tingkat kenaikan konsumsi energi pertahun di Indonesia belum memadai dibanding dengan negara-negara ASEAN.
5) Masalah tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk yang tepat dan tidak diimbangi dengan perluasan
kesempatan kerja menimbulkan pengangguran kelihatan dan tidak kelihatan. Penanggulangan
penduduk ke daerah lain yang masih mempunyai potensi tanah dan alam atau dengan industrialisasi tetap memerlukan waktu dan biaya besar. Peningkatan jumlah penduduk yang laju dan pengangguran yang makin bertambah dapat menimbulkan kegoncangan sosial.Untuk jangka panjang diperlukan kebijaksanaan penduduk yang mengatur keluarga berencana dan distribusi penduduk secara ekonomi geografi.
6) Masalah kesempatan kerja. Masalah kurangnya kesempatan kerja menyebabkan banyak tenaga kerja di daerah pedesaan tidak terserap secara penuh.
Meskipun jarang terlihat adanya pengangguran terbuka di daerah pedesaan, akan tetapi sebagian besar tenaga kerja di daerah pedesaan tidak dapat bekerja penuh dan banyak pula diantaranya yang termasuk dalam katagori setengah menganggur.Disamping kurangnya kesempatan kerja, sebagian besar tenaga kerja yang tersedia tidak memiliki ketrampilan yang dibutuhkan untuk menopang pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Keadaan yang demikian sering memaksa para pekerja menerima upah yang jauh lebih rendah dari yang seharusnya mereka terima.
Gejala lain yang timbul sehubungan dengan
kurangnya kesempatan kerja dan atau tidak dimilikinya ketrampilan tertentu sering menimbulkan
terjadinya mismatch yang berarti bahwa pekerjaan yang ia lakukan tidak sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki. Keadaan setengah menganggur, gaji yang lebih rendah dari yang seharusnya diterima,
serta mismatch merupakan ciri dari sebagian besar keadaan tenaga kerja Indonesia dewasa ini.
7) Masalah Kemiskinan. Keadaan ketenagakerjaan serta kesempatan kerja yang tidak memadai ditambah pula dengan tingkat pendapatan yang rendah erat hubungannya dengan masalah kemiskinan di
Indonesia. Berbagai data yang tersedia menunjukkan bahwa dewasa ini antara 40-45% dari seluruh
penduduk Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan. Sempitnya pemilikan tanah untuk sebagian besar petani di Jawa serta kurangnya kesempatan kerja di
luar lapangan pertanian juga merupakan faktor penyebab rendahnya tingkat pendapatan penduduk didaerah perdesaan serta timbulnya kemiskinan.
Rendahnya tingkat pendapatan serta tidak dimilikinya ketrampilan tertentu, disamping lapangan pekerjaan yang masih terbatas merupakan faktor penyebab timbulnya kemiskinan di daerah perkotaan. Keadaan kemiskinan baik di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan seringkali merupakan penyebab timbulnya keresahan di kalangan masyarakat yang dapat
berakibat lemahnya ketahanan nasional.
8) Faktor modal. Umumnya terdapat kekurangan modal untuk pembangunan dan kemampuan masih terbatas. Kemampuan reinvestasi modal perusahaan masih kurang. Pendapatan ekspor biasanya habis untuk pembiayaan impor. Untuk mengatasi kekurangan tersebut diusahakan penanaman modal luar negeri yang berupa bantuan atau pinjaman pemerintah maupun swasta yang harus diarahkan untuk
meningkatkan kapasitas produksi didalam negeri. Dengan demikian dapat dijamin kemampuan
pembayaran kembali dan mengurangi ketergantungan negara kepada bantuan modal asing. Peningkatan kapasitas produksi tidak hanya bertujuan peningkatan volume, tetapi juga memperoleh teknologi baru,
ketrampilan kerja, kepemimpian perusahaan, kesempatan kerja.Karena penggunaan teknologi mutakhir tidak dapat menciptakan lapangan kerja secara luas, maka negara berkembang perlu
mengambil kebijaksanaan pembangunan industri yang taraf permulaan masih bersifat padat karya atau
memilih teknologi madya. Untuk jangka panjang harus ditempuh strategi pembangunan yang bertujuan : pendidikan keterampilan/kejuruan secara massal, berencana dan terarah.
9) Industrialisasi untuk memperluas kesempatan kerja. Peningkatan produksi barang dan jasa untuk keperluan konsumsi didalam negeri dan untuk ekspor barang setengah jadi atau barang jadi. Kebijaksanaan yang ditempuh untuk memperoleh modal :
1. Sektor Pengerahan Dana, melalui kelembagaan seperti deposito berjangka Tabanas dan Taska, pasar uang dan pasar modal serta Emisi Saham untuk masyarakat.
b) Sektor Investasi, ialah dengan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri dan Undang-Undang Penanaman Modal Asing. Pembangunan Indonesia dalam tahap dewasa ini masih harus bergantung kepada impor modal peralatan mesin-mesin dan bahan baku disamping teknologi dari luar negeri, karena itu adanya persediaan devisa yang cukup harus tetap dijaga. Secara struktural neraca pembayaran Indonesia masih lemah
dihadapkan dengan kebutuhan devisa yang semakin meningkat.
c. Kebijaksanaan dan Strategi
1) Kebijaksanaan. Terciptanya landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kedaulatan sendiri menuju masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan bidang ekonomi ditujukan untuk mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri serta
terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat.
2) Strategi. Pembangunan ekonomi harus didasarkan pada demokrasi ekonomi dimana masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan
pembangunan ekonomi. Harus dihindari free fight liberalism, etatism dan monopoli. Sasaran yang harus dicapai secara bertahap adalah mengembangkan
struktur ekonomi yang seimbang antara pertanian dan industri.