• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar terbagi dalam dua kata, yaitu gaya dan belajar. Menurut etimologi gaya atau cara diartikan jalan melakukan sesuatu, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.31 Sehingga gaya belajar dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.

Menurut DePorter dan Hernacki dalam Quantum Learning, gaya belajar secara umum dapat dilihat dari modalitas dan dominasi otak. Modalitas adalah cara yang ditempuh seseorang agar dapat menyerap informasi dengan mudah. Sedangkan dominasi otak adalah cara seseorang dalam mengatur dan mengolah informasi. Jadi, gaya belajar adalah kombinasi dari cara yang ditempuh seseorang dalam menyerap, mengatur serta mengolah informasi dengan mudah.32

Hal serupa juga diungkapkan Gunawan dalam Genius Learning Strategy, gaya belajar adalah cara yang lebih seseorang sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang belajar dengan menggunakan gaya belajar dominan yang mereka miliki, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan jika belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.33

Lebih lanjut menurut Bandler dan Grinder dalam DePorter yang dikutip oleh Susanto, gaya belajar merupakan suatu saringan yang digunakan seseorang dalam proses belajar, pemrosesan informasi yang diterimanya, dan juga komunikasi.34

Berdasarkan pada Neuro-Linguistic Programming yang dikembangkan oleh Richard Bandler dan John Grinder dalam model

31

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. “ KBBI.” Tersedia: http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/kbbi/index.php

32

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, cet.ke-4. (Bandung : Kaifa, 1999), h. 110-112.

33

Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, cet.ke-4. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 139.

34

Handy Susanto, “Meningkatkan Konsentrasi Siswa Melalui Optimalisasi Modalitas Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Penabur - No.06/Th.V/Juni 2006: h. 47. Tersedia: http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.46-51 Meningkatkan Konsentrasi.pdf

strategi komunikasi, diketahui bahwa selain memasukkan informasi dari kelima indera, juga terdapat preferensi bagaimana kita menciptakan dan memberikan arti pada suatu informasi. Secara umum preferensi sensori yang digunakan yaitu berdasarkan pada visual (penglihatan), auditori (pendengaran), dan kinestetik (sentuhan dan gerakan), yang dikenal dengan nama modalitas V-A-K.35

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara belajar yang digunakan seseorang untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan. Cara belajar yang digunakan tersebut berbeda-beda setiap individu, karena tergantung dari kebiasaan belajar dimana seseorang merasa paling efektif dan efisien dalam menerima, memproses, menyimpan dan mengeluarkan sesuatu yang dipelajari.

b. Macam-macam Gaya Belajar

Menurut DePorter dan Hernacki, modalitas belajar terbagi menjadi 3, yaitu modalitas visual, auditori dan kinestetik (V-A-K). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditori melakukannya melalui apa yang didengar, dan pelajar kinestetik belajar lewat gerakan dan sentuhan.36

Menurut Bandler dan Grinder yang dikutip oleh DePorter, walaupun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga modalitas yaitu, visual, auditori, dan kinestetik, hampir semua orang cenderung pada salah satu modalitas belajar. Namun, berbeda dengan pendapat Markova, orang tidak hanya cenderung pada salah satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu.37

35

Gunawan, Op.Cit., h. 143.

36

DePorter dan Hernacki, Op.Cit., h. 112.

37

Bobbi DePorter, Mark Reardon, & Sarah Singer-Nourie, Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas (Bandung: Kaifa, 2000), h. 85.

(1) Visual

Gaya belajar ini mengakses citra visual, warna dan gambar menonjol dalam gaya belajar ini.38 Siswa dengan gaya belajar visual (visual learner) memiliki kebutuhan yang tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum memahaminya.

Menurut Työssäoppii yang dikutip Kanninen:

“Learners with visual learning style learn best using their eye sight. Seeing and reading are described to be important for visual learners. For example pictures, Tables, demonstrations, handouts, and mind maps are very useful for them.”

Pelajar dengan gaya belajar visual, belajar yang terbaik adalah dengan menggunakan penglihatan. Melihat dan membaca memberikan gambaran penting bagi pelajar visual. Sebagai contoh, gambar-gambar, tabel-tabel, demonstrasi-demonstrasi, selebaran-selebaran, dan peta pikiran sangat berguna bagi pelajar visual.39

Ciri-ciri gaya belajar visual adalah :40

a. Teratur, memperhatikan segala sesuatu, dan menjaga penampilan

b. Mengingat apa yang dilihat, lebih suka membaca daripada dibacakan

c. Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh (2) Auditori

Gaya belajar ini mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus mengingatnya. Karakteristik gaya belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu, yang bersangkutan haruslah mendengarnya lebih dulu. Mereka yang memiliki gaya belajar ini umumnya susah menyerap secara langsung informasi dalam bentuk

38

Ibid., h. 85.

39

Essi Kanninen, “Learning Styles In Virtual Learning Environments,” (Master of Science Thesis, January 2009), h.15. Tersedia:

http://hlab.ee.tut.fi/video/bme/evicab/astore/delivera/wp4style.pdf

40

tulisan, selain memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.41 Siswa seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.42

Menurut Työssäoppii yang dikutip Kanninen:

“The learners with auditory learning style like to hear detailed directions. They learn things one at a time. Auditory learners benefit from listening to lectures and participating in discussions.”

Pelajar dengan gaya belajar auditori senang mendengarkan petunjuk yang detail. Mereka mempelajari sesuatu pada satu waktu. Pelajar auditori belajar dari mendengarkan ceramah dan berpartisipasi aktif dalam diskusi.43

Ciri-ciri gaya belajar auditori adalah:44 a. Perhatiannya mudah terpecah b. Belajar dengan cara mendengarkan

c. Menggerakkan bibir/ bersuara ketika membaca (3) Kinestetik

Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Siswa seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerakan dan sentuhan.45

Menurut Työssäoppii yang dikutip Kanninen:

“Kinesthetic learners learn best through feeling and

experimenting. They prefer laboratory sessions or field trips over classroom lectures. These learners like to be involved with physical experiences; touching, feeling, holding, doing, and practical hands-on experiences. Therefore the virtual learning environment brings a lot of challenge to their learning.”

Pelajar kinestetik belajar melalui perasaan dan melakukan percobaan. Mereka lebih menyukai sesi praktik atau terjun ke lapangan selama pembelajaran kelas. Pelajar kinestetik juga menyukai aktivitas fisik;

41

Emirina, “Gaya Belajar pada Anak.” Tersedia : http://emirina.wordpress.com/2009/03/17/gaya-belajar-pada-anak/

42

Nurita Putranti, “Gaya Belajar Anda Visual, Auditori, atau Kinestetik?” Tersedia : http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/12/28/gaya-belajar-anda-visual-auditori-atau-kinestetik/

43

Kanninen, Op.Cit., h.15.

44

DePorter, Reardon, & Singer-Nourie, Op.Cit., h. 85.

45

menyentuh, merasakan, mengerjakan, dan praktikum. Karena lingkungan belajar sesungguhnya memberikan tantangan untuk mereka belajar.46

Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :47

a. Menyentuh segala sesuatu yang ditemuinya b. Sangat sulit untuk berdiam diri/duduk manis

c. Suka mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya selalu aktif

d. Memiliki koordinasi tubuh yang baik

e. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar Dengan mengenali gaya belajar siswa, seorang guru akan dapat menentukan cara mengajar yang lebih efektif. Guru menjadi tahu bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara maksimal, sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Dengan perkataan lain, guru dapat memanfaatkan potensi yang telah dimiliki siswa dengan melatih, kemudian mengembangkannya.

3. Hasil Belajar

a. Belajar

Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang membedakannya dengan binatang. Manusia adalah makhluk yang paling istimewa dibanding makhluk-makhluk lainnya, hal ini dijelaskan Tuhan dalam surat At-Tiin; “Sesungguhnya kami jadikan manusia sebaik-baik kejadian”. Kemampuan belajar dan mengolah informasi pada manusia merupakan ciri penting yang membedakan manusia dari makhluk lain, kemampuan belajar itu memberi manfaat bagi individu dan juga bagi masyarakat, dengan belajar seseorang mampu mengubah perilaku, dan membawa pada perubahan individu-individu yang belajar, yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan.48

46 Kanninen, Op.Cit., h.15. 47 Emirina, Op.Cit. 48

Martinis Yamin, Strategi Pembelajarn Berbasis Kompetensi, cet.ke-2. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), h. 104.

Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk dalam kategori belajar. Misalnya perubahan fisik, mabuk, gila, dan sebagainya.49

Belajar yang dilakukan oleh manusia berlangsung seumur hidup, kapan saja, di mana saja, dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Proses belajar tidak dapat diamati secara langsung dan sulit untuk menentukan terjadinya perubahan tingkah laku belajarnya. Perubahan tingkah laku tersebut hanya dapat diamati setelah dilakukan penilaian.50

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi:....acquisition of any relatively permanent change in behavior as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya

Process of acquiring responses as a result of special practice, belajar ialah proses memperoleh repon-respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.51

Belajar merupakan proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan:

Learning is the process by wich an activity originates or changed through training procedurs (wether in laboratory or in the natural environment) as distinguished from changesby factors not atributable to training

Belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau latihan, baik latihan di dalam laboratorium maupun di lingkungan alam.52

49

Djamarah dan Zain, Op.Cit., h. 38.

50

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, cet.ke-4. (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 154-155.

51

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, cet.ke-15. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 87-88.

52

Menurut Muhammad, belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Salah satu tanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.53

Menurut CT Morgan dalam Introduction to Psychology yang dikutip oleh Faturrohman dan Sutikno merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.54 Sedangkan, menurut Gagne dalam Dahar, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.55

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang berlangsung seumur hidup yang tidak dapat dilihat yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang mempengaruhinya. Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:56

1) Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu:

a) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

53

Muhammad, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Ceramah dan Metode Eksperimen dalam Sub Pokok Bahasan Elektrokimia di SMA Negeri 1 Delima Sigli,”

Jurnal Pendidikan Serambi, Volume 5 Nomor 1 (September 2007): h. 46.

54

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, cet.ke-1. (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 6.

55

Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 11.

56

sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahakan tonus jasmani agar tetap bugar, dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi, serta memilih pola istirahat dan olahraga ringan yang sedapat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan.

Kondisi organ-organ khusus, seperti kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. b) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang lebih esensial adalah sebagai berikut: (1) tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa; (2) sikap siswa; (3) bakat siswa; (4) minat siswa; dan (5) motivasi siswa.

Inteligensi Siswa

Menurut Reber, inteligensi merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi kemampuan inteligensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi siswa, maka semakin kecil peluangnya untuk memeroleh sukses.

Sikap Siswa

Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

barang, dan sebagainya, baik secara positif atau negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terhadap guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang guru sajikan, apalagi jika diiringi kebencian kepada guru atau mata pelajaran yang gurru sajikan, dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.

Bakat Siswa

Menurut Chaplin dalam Reber, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. Setiap orang memilki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

Minat Siswa

Minat (interest) berarti keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap biologi akan memusatkan perhatiaannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang yang memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

Motivasi Siswa

Menurut Gleitman dalam Reber, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat

mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/ tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam proses belajar.

2) Faktor Eksternal Siswa

Faktor dari luar siswa terdiri dari dua macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) serta teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa juga termasuk lingkungan sosial siswa yang memengaruhi aktivitas belajar siswa, misalnya kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan.

Lingkungan sosial yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orangtua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orangtua, praktik pengelolaan keluarga, keteganga keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa.

b) Lingkungan Nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tesebut turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Sebagai contoh, kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan yang seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.

3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)

Disamping faktor-faktor internal dan eksternal siswa, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa. Pendekatan belajar yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran, diantaranya, pendekatan tinggi (speculative dan achieving), pendekatan sedang (analitical dan deep), dan pendekatan rendah (reproductive dan surface).

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam Prawiradelaga, proses belajar dapat terjadi karena adanya sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang yang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya, siswa dapat menyerap materi secara berbeda. Pemberdayaan yang optimal dari seluruh indera seseorang dalam proses belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Menurut Magnesen yang dikutip oleh Prawiradelaga, belajar terjadi dengan: 57

57

1) Membaca, dapat menyerap pengetahuan sebanyak 10% 2) Mendengar, dapat menyerap pengetahuan sebanyak 20% 3) Melihat, dapat menyerap pengetahuan sebanyak 30%

4) Melihat dan mendengar, dapat menyerap pengetahuan sebanyak 50%

5) Mengatakan, dapat menyerap pengetahuan sebanyak 70%

6) Mengatakan sambil mengerjakan, dapat menyerap pengetahuan sebanyak 90%

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang belajar dengan mengoptimalkan indera yang dimilikinya melalui keterlibatan secara langsung dalam suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu merupakan cara belajar yang terbaik dan dapat bertahan lama.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa atas tujuan instruksional yang diterapkan dan tercermin dari kepribadian siswa berupa perubahan tingkah laku setelah mengalami proses belajar.58

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Sebagian besar kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan pelajaran-pelajaran yang ditempuhnya.59

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

58

Muhammad, Op.Cit., h. 46.

59

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, cet.ke-4. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.102-103.

dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan jadi sopan, dan sebagainya.60

Penilaian untuk mengukur hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan tes hasil belajar. Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan, atau perintah-perintah sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi.61 Dengan tes hasil belajar diharapkan dapat dilihat tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran dan dapat memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pelajaran melalui proses belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah yang mengakibatkan perubahan pengetahuan, tingkah laku, maupun sikap yang dapat dinilai dengan tes hasil belajar.

B. Bahasan Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Sebelum memulai penelitian ini, peneliti melihat beberapa kajian yang dianggap relevan dengan penelitian yang akan diteliti.

Mahmudah (2010) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode PQ4R. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan rata-rata tes hasil belajar akhir pada siklus I sebesar 68,9 menjadi 71 pada siklus II.62

60

Hamalik, Op.Cit., h. 155.

61

Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 67.

62

Mahmudah, “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa: Penelitian Tindakan Kelas di X-A MA Daarul Ma’arif Cilandak Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Dokumen terkait