• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Siswa Dominan Visual

Dari hasil penghitungan statistik nilai pre-test siswa dominan visual dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 17, sedangkan skor tertinggi sebesar 43, dengan nilai rata-rata sebesar 29,86. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan sebelum dilakukan proses pembelajaran. Kegiatan ini untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2. Hasil Pre-test Siswa Dominan Visual

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 17-21 19 1 2. 22-26 24 8 3. 27-31 29 6 4. 32-36 34 3 5. 37-41 39 3 6. 42-46 44 1 Jumlah 29

Dari Tabel 4.2 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 24 atau pada interval 22-26 yaitu sebanyak 8 siswa atau sebesar 36,4%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 11 siswa atau sebesar 50%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 11 siswa atau sebesar 50%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dominan visual belum memiliki hasil belajar yang baik, karena semua siswa memiliki hasil belajar dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu sebesar 60.

Sedangkan dari hasil penghitungan statistik nilai post-test dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 51, sedangkan skor tertinggi sebesar 77, dengan nilai rata-rata sebesar 61,5. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3. Hasil Post-test Siswa Dominan Visual

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 51-55 53 4 2. 56-60 58 7 3. 61-65 63 2 4. 66-70 68 6 5. 71-75 73 2 6. 76-80 78 1 Jumlah 22

Dari Tabel 4.3 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 58 atau pada interval 56-60 yaitu sebanyak 7 siswa atau sebesar 31,82%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 11 siswa atau sebesar 50%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 11 siswa atau sebesar 50% dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dominan visual memiliki hasil belajar yang cukup baik. Tetapi masih terdapat 9 siswa yang memiliki hasil belajar dibawah KKM.

Dalam proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R dapat dilihat bahwa hasil belajar pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang dimiliki siswa dominan visual dapat tercapai dengan cukup baik. Hasil belajar siswa dapat tercapai dengan cukup baik sebagai output dari gaya belajar visual yang lebih mendominasi. Hasil belajar siswa dominan visual setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan berdasarkan penghitungan statistik memiliki nilai rata-rata 61,5 termasuk dalam kriteria baik karena diatas KKM. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan metode PQ4R memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dominan visual. Terlihat dari jumlah siswa yang mencapai belajar tuntas adalah 13 dari 22 siswa atau sebesar 59,1%.

2. Siswa Dominan Auditori

Dari hasil penghitungan statistik nilai pre-test siswa dominan auditori dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh

siswa yaitu 20, sedangkan skor tertinggi sebesar 37, dengan nilai rata-rata sebesar 27,85. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan sebelum dilakukan proses pembelajaran. Kegiatan ini untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.4:

Tabel 4.4. Hasil Pre-test Siswa Dominan Auditori

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 20-23 21,5 4 2. 24-27 25,5 2 3. 28-31 29,5 5 4. 32-35 33,5 1 5. 36-39 37,5 1 Jumlah 13

Dari Tabel 4.4 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 29,5 atau pada interval 28-31 yaitu sebanyak 5 siswa atau sebesar 38,46%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 7 siswa atau sebesar 53,85%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 6 siswa atau sebesar 46,15% dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dominan auditori belum memiliki hasil belajar yang baik, karena semua siswa memiliki hasil belajar dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu sebesar 60.

Sedangkan dari hasil penghitungan statistik nilai post-test dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 51, sedangkan skor tertinggi sebesar 89, dengan nilai rata-rata sebesar 63,08. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.5:

Tabel 4.5. Hasil Post-test Siswa Dominan Auditori

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 51-58 54,5 4 2. 59-66 62,5 6 3. 67-74 70,5 2 4. 75-82 78,5 0 5. 83-90 86,5 1 Jumlah 13

Dari Tabel 4.5 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 62,5 atau pada interval 59-66 yaitu sebanyak 6 siswa atau sebesar 46,15%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 5 siswa atau sebesar 38,46%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 8 siswa atau sebesar 61,54% dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dominan auditori memiliki hasil belajar yang cukup baik. Tetapi masih terdapat 4 siswa yang memiliki hasil belajar dibawah KKM.

Dalam proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R dapat dilihat bahwa hasil belajar pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang dimiliki siswa dominan auditori dapat tercapai dengan cukup baik. Hasil belajar siswa dapat tercapai dengan cukup baik sebagai output dari gaya belajar auditori yang lebih mendominasi. Hasil belajar siswa dominan auditori setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan berdasarkan penghitungan statistik memiliki nilai rata-rata 63,08 termasuk dalam kriteria baik karena diatas KKM. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan metode PQ4R memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dominan auditori. Terlihat dari jumlah siswa yang mencapai belajar tuntas adalah 9 dari 13 siswa atau sebesar 69,23%.

3. Siswa Dominan Kinestetik

Dari hasil penghitungan statistik nilai pre-test siswa dominan kinestetik dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh

siswa yaitu 23, sedangkan skor tertinggi sebesar 57, dengan nilai rata-rata sebesar 33,59. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan sebelum dilakukan proses pembelajaran. Kegiatan ini untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.6:

Tabel 4.6. Hasil Pre-test Siswa Dominan Kinestetik

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 23-29 26 6 2. 30-36 33 7 3. 37-43 40 2 4. 44-50 47 1 5. 51-57 54 1 Jumlah 17

Dari Tabel 4.6 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 33 atau pada interval 30-36 yaitu sebanyak 7 siswa atau sebesar 41,18%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 7 siswa atau sebesar 41,18%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 10 siswa atau sebesar 58,82% dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dominan kinestetik belum memiliki hasil belajar yang baik, karena semua siswa memiliki hasil belajar dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu sebesar 60.

Sedangkan dari hasil penghitungan statistik nilai post-test dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 51, sedangkan skor tertinggi sebesar 83, dengan nilai rata-rata sebesar 63,47. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.7:

Tabel 4.7. Hasil Post-test Siswa Dominan Kinestetik

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 51-57 54 8 2. 58-64 61 2 3. 65-71 68 3 4. 72-78 75 2 5. 79-85 82 2 Jumlah 17

Dari Tabel 4.7 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 54 atau pada interval 51-57 yaitu sebanyak 8 siswa atau sebesar 47,1%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 7 siswa atau sebesar 41,18%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 10 siswa atau sebesar 58,82% dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dominan kinestetik memiliki hasil belajar yang cukup baik. Tetapi masih terdapat 8 siswa yang memiliki hasil belajar dibawah KKM.

Dalam proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R dapat dilihat bahwa hasil belajar pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang dimiliki siswa dominan kinestetik dapat tercapai dengan baik. Hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik sebagai output dari gaya belajar kinestetik yang lebih mendominasi. Hasil belajar siswa dominan kinestetik setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan berdasarkan penghitungan statistik memiliki nilai rata-rata 63,47 termasuk dalam kriteria baik karena diatas KKM. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan metode PQ4R memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dominan kinestetik. Terlihat dari jumlah siswa yang mencapai belajar tuntas adalah 9 dari 17 siswa atau 52,94%.

4. Siswa Multi

Dari hasil penghitungan statistik nilai pre-test siswa multi dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 20,

sedangkan skor tertinggi sebesar 51, dengan nilai rata-rata sebesar 33,25. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan sebelum dilakukan proses pembelajaran. Kegiatan ini untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.8:

Tabel 4.8. Hasil Pre-test Siswa Multi

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 20-26 23 3 2. 27-33 30 5 3. 34-40 37 1 4. 41-47 44 1 5. 48-54 51 2 Jumlah 12

Dari Tabel 4.8 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 30 atau pada interval 27-33 yaitu sebanyak 5 siswa atau sebesar 41,67%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 4 siswa atau sebesar 33,33%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 8 siswa atau sebesar 66,67% dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa multi belum memiliki hasil belajar yang baik, karena semua siswa memiliki hasil belajar dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) sekolah tersebut yaitu sebesar 60.

Sedangkan dari hasil penghitungan statistik nilai post-test dapat diinterpretasikan bahwa skor terendah yang diperoleh siswa yaitu 51, sedangkan skor tertinggi sebesar 89, dengan nilai rata-rata sebesar 68,08. Nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R. Penghitungan statistik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 4.9:

Tabel 4.9. Hasil Post-test Siswa Multi

No. Interval Nilai Tengah Frekuensi

1. 51-58 54,5 3 2. 59-66 62,5 4 3. 67-74 70,5 1 4. 75-82 78,5 2 5. 83-90 86,5 2 Jumlah 12

Dari Tabel 4.9 dapat diinterpretasikan bahwa skor hasil belajar siswa yang paling banyak diperoleh siswa berada pada titik tengah 62,5 atau pada interval 59-66 yaitu sebanyak 4 siswa atau sebesar 33,33%. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 5 siswa atau sebesar 41,67%. Siswa yang mendapat nilai dibawah rata-rata sebanyak 7 siswa atau sebesar 58,33% dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa multi memiliki hasil belajar yang cukup baik. Tetapi masih terdapat 3 siswa yang memiliki hasil belajar dibawah KKM.

Dalam proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R dapat dilihat bahwa hasil belajar pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang dimiliki siswa multi dapat tercapai dengan baik. Hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik sebagai output dari multi gaya belajar. Hasil belajar siswa multi setelah melakukan proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan berdasarkan penghitungan statistik memiliki nilai rata-rata 68,08 termasuk dalam kriteria baik karena diatas KKM. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan metode PQ4R memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa dominan kinestetik. Terlihat dari jumlah siswa yang mencapai belajar tuntas adalah 9 dari 12 siswa atau 75%.

Terkait dengan studi ini, hasil belajar yang merupakan hasil dari proses belajar yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam kegiatan pembelajaran, yaitu gaya belajar sebagai suatu cara yang digunakan siswa untuk memperoleh pengetahuan, dan faktor ekternal-internal lain sebagai penentu berikutnya. Satu kelemahan yang diamati selama proses belajar

mengajar berlangsung adalah bahwa belum terbiasanya pembelajaran menggunakan metode PQ4R dalam proses belajar, akibatnya adalah waktu pembelajaran yang tersedia masih kurang untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode PQ4R secara optimal.

Pada pertemuan pertama, langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan metode PQ4R belum terlaksana sepenuhnya, karena belum terbiasanya pembelajaran menggunakan metode tersebut dan keterbatasan waktu pembelajaran. Pada pertemuan kedua, langkah-langkah metode PQ4R sudah terlaksana sepenuhnya, akan tetapi tugas berupa rangkuman menjadi tugas siswa di rumah. Pada pertemuan ketiga dan keempat, langkah-langkah metode PQ4R sudah terlaksana sepenuhnya karena siswa mulai terbiasa dengan metode PQ4R.

Berdasarkan data-data statistik dan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada konsep struktur dan fungsi jaringan tumbuhan menggunakan metode PQ4R dapat tercapai dengan baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian, seperti Gusti Ayu Mahayukti dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Generatif dengan Metode PQ4R dalam Upaya Meningkatkan kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IIB SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, menyatakan bahwa pembelajaran generatif dengan metode PQ4R pada siswa kelas II B SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja dapat mereduksi miskonsepsi dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.80 Kasman Arifin dan Muhammad Ali dalam penelitiannya yang berjudul

Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasan Kelangsungan Hidup Organisme Melalui Penerapan Strategi-strategi Belajar PQ4R pada Siswa Kelas IIIC SMPN Kendari, menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran strategi-strategi elaborasi metode elaborasi PQ4R dapat meningkatkan prestasi belajar

80

Gst Ayu Mahayukti, “Pengembangan Model Pembelajaran Generatif dengan Metode PQ4R dalam Upaya Meningkatkan kualitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas IIB SLTP Laboratorium IKIP Negeri Singaraja,” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH. XXXVI (April 2003): h. 10.

siswa.81 Dan Mahmudah dalam skripsinya yang berjudul Penerapan Metode

Pembelajaran PQ4R dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa, menyatakan

bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode PQ4R.82

D. Perbedaan Hasil Belajar IPA Menggunakan Metode PQ4R Berdasarkan

Gaya Belajar Siswa

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data Hasil Belajar

a. Deskripsi Data Hasil Belajar

Dari hasil penghitungan statistik, diperoleh data hasil belajar dari siswa dominan visual, siswa dominan auditori, siswa dominan kinestetik, dan siswa multi sebagai berikut:

Tabel 4.10. Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar

Data V A K M

Pre Post N-Gain Pre Post N-Gain Pre Post N-Gain Pre Post N-Gain

N 22 13 17 12 29,86 61,5 0,4482 27,85 63,08 0,487 33,59 63,47 0,4488 33,25 68,08 0,5229 SD 6,549 7,334 0,1086 5,32 10,19 0,1338 8,434 10,16 0,1419 10,341 12,07 0,1776 Var 42,89 53,79 0,0118 28,31 103,9 0,0179 71,13 103,1 0,0201 106,93 145,72 0,0315 Me 30 61,5 0,461 29 60 0,4366 31 60 0,3944 31 66 0,4855 Mo 23 57 0,4416 31 60 0,3875 31 57 0,3485 31 66 -

Berdasarkan data pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari pre-test pada masing-masing gaya belajar yang dilakukan sebelum proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R adalah tidak berbeda signifikan. Begitu pula nilai rata-rata dari post-test pada masing-masing gaya belajar yang dilakukan setelah proses pembelajaran menggunakan metode PQ4R juga tidak berbeda signifikan.

Peningkatan hasil belajar siswa pada masing-masing gaya belajar dapat dilihat secara langsung dari nilai rata-rata n-gain. Peningkatan

81

Kasman Arifin dan Muhammad Ali, “Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasan Kelangsungan Hidup Organisme Melalui Penerapan Strategi-strategi Belajar PQ4R pada Siswa Kelas IIIC SMPN Kendari,” Jurnal MIPMIPA, Vol. 6, No. 2 (Agustus 2007): h. 185.

82

Mahmudah, “Penerapan Metode Pembelajaran PQ4R dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa: Penelitian Tindakan Kelas di X-A MA Daarul Ma’arif Cilandak Jakarta Selatan,” (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 74.

hasil belajar pada masing-masing gaya belajar termasuk dalam kategori sedang, yaitu berada pada 0,7>(g)>0,3.

Peningkatan rata-rata pre-test dan post-test seluruh siswa berdasarkan kategori gaya belajar dapat dilihat pada Gambar 4.2:

Gambar 4.2. Diagram Batang Peningkatan Rata-rata

Pre-test dan Post-test

Peningkatan rata-rata pre-test dan post-test siswa dominan visual adalah sebesar 31,64 atau 105,96%. Peningkatan rata-rata pre-test dan

post-test siswa dominan auditori adalah sebesar 35,23 atau 126,5%. Peningkatan rata-rata pre-test dan post-test siswa dominan kinestetik adalah sebesar 29,88 atau 88,96%. Sedangkan peningkatan rata-rata pre-test dan post-test siswa multi adalah sebesar 34,8 atau 104,66%.

Ketuntasan belajar siswa berdasarkan kategori gaya belajar dapat dilihat pada Gambar 4.3:

Gambar 4.3. Diagram Batang Ketuntasan Belajar

Kategori ketuntasan belajar siswa berdasarkan KKM sekolah, yaitu sebesar 60. Rata-rata nilai pre-test dari siswa dominan visual, siswa dominan auditori, siswa dominan kinestetik, dan siswa multi (lihat Tabel 4.10) masih dibawah KKM. Sedangkan rata-rata nilai post-test

0 20 40 60 80 Dom inan Visual Dom inan Audit ori Dom ian Kinest et ik m ult i pre-t est post -t est 0 20 40 60 80 Dom inan Visual Dom inan Audit ori Dom inan Kinest et ik M ult i

Ket unt asan Belajar Sisw a

dari siswa dominan visual, siswa dominan auditori, siswa dominan kinestetik, dan siswa multi telah mencapai KKM. Jumlah siswa dominan visual yang tuntas belajar sebesar 59,1% atau 13 dari 22 siswa, siswa dominan auditori sebesar 69,23% atau 9 dari 13 siswa, siswa dominan kinestetik sebesar 52,94% atau 9 dari 17 siswa, dan siswa multi yaitu sebesar 75% atau 9 dari 12 siswa.

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan rata-rata pre-test dan post-test tertinggi terdapat pada siswa dominan auditori. Rata-rata pre-test tertinggi diperoleh oleh siswa dominan kinestetik, sedangkan rata-rata post-test tertinggi diperoleh oleh siswa multi. Jumlah siswa terbanyak yang telah mencapai ketuntasan belajar adalah siswa multi.

b. Deskripsi Data Hasil Uji Normalitas

Hasil penghitungan uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.11: Tabel 4.11. Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas N Lhitung Ltabel Kesimpulan

D o m in an V is u al Pre-Test 22 0,1315 0,190 Ho diterima Post-Test 22 0,1382 0,190 Ho diterima N-Gain 22 0,1327 0,190 Ho diterima D o m in an A u d it o ri Pre-Test 13 0,1263 0,234 Ho diterima Post-Test 13 0,2333 0,234 Ho diterima N-Gain 13 0,2716 0,234 Ho ditolak D o m in an K in e st et ik Pre-Test 17 0,2448 0,206 Ho ditolak Post-Test 17 0,2213 0,206 Ho ditolak N-Gain 17 0,2175 0,206 Ho ditolak M u lt i Pre-Test 12 0,2538 0,242 Ho ditolak Post-Test 12 0,1508 0,242 Ho diterima N-Gain 12 0,1293 0,242 Ho diterima

Berdasarkan Tabel 4.11, pengujian normalitas pre-test pada siswa dominan visual, didapatkan Lo = 0,1315, normalitas post-test didapatkan Lo = 0,1382, dan normalitas n-gain didapatkan Lo = 0,1327. Sedangkan nilai Lt pada taraf signifikansi 5% dan n = 22 adalah sebesar 0,190. Maka dapat disimpulkan bahwa data pre-test, post-test dan n-gain terdistribusi normal karena Lo lebih kecil daripada Lt. Hasil

penghitungan uji normalitas siswa dominan visual dapat dilihat pada Lampiran 27.

Pengujian normalitas pre-test siswa dominan auditori, didapatkan Lo = 0,1263, normalitas post-test didapatkan Lo = 0,2333, dan normalitas n-gain didapatkan Lo = 0,2716. Sedangkan nilai Lt pada taraf signifikansi 5% dan n = 13 adalah sebesar 0,234. Maka dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan post-test terdistribusi normal karena Lo lebih kecil daripada Lt, sedangkan n-gain tidak terdistribusi normal karena Lo lebih besar daripada Lt. Hasil penghitungan uji normalitas siswa dominan auditori dapat dilihat pada Lampiran 28.

Pengujian normalitas pre-test siswa dominan kinestetik, didapatkan Lo = 0,2448, normalitas post-test didapatkan Lo = 0,2213, dan normalitas n-gain didapatkan Lo = 0,2175. Sedangkan nilai Lt pada taraf signifikansi 5% dan n = 17 adalah sebesar 0,206. Maka dapat disimpulkan bahwa data pre-test, post-test dan n-gain tidak terdistribusi normal karena Lo lebih besar daripada Lt. Hasil penghitungan uji normalitas siswa dominan kinestetik dapat dilihat pada Lampiran 29.

Pengujian normalitas pre-test siswa multi, didapatkan Lo = 0,2538, normalitas post-test didapatkan Lo = 0,1508, dan normalitas n-gain didapatkan Lo = 0,1293. Sedangkan nilai Lt pada taraf signifikansi 5% dan n = 12 adalah sebesar 0,242. Maka dapat disimpulkan bahwa data post-test dan n-gain terdistribusi normal karena Lo lebih kecil daripada Lt, sedangkan pre-test tidak terdistribusi normal karena Lo lebih besar daripada Lt. Hasil penghitungan uji normalitas siswa multi dapat dilihat pada Lampiran 30.

Berdasarkan data pada Tabel 4.11 dan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar data penelitian yang diperoleh tidak terdistribusi normal.

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan uji prasyarat analisis, ternyata didapatkan hasil bahwa data yang didapat secara garis besar tidak terdistribusi normal.

Oleh karena itu, pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kruskal-Wallis.

Berdasarkan uji Kruskal-Wallis data pre-test dari keempat gaya belajar, diperoleh nilai Hhitung = 3,70 dan titik kritis x 2 pada α= 0,05 dengan derajat kebebasan 3 adalah 7,815. Karena Hhitung lebih kecil

daripada x 2kritis, maka Ho diterima yang berarti bahwa hasil belajar IPA untuk siswa dominan visual, siswa dominan auditori, siswa dominan kinestetik, dan siswa multi tidak berbeda secara signifikan. Penghitungan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 31.

Uji Kruskal-Wallis posttest dari keempat gaya belajar, diperoleh nilai Hhitung = 2,22, dan titik kritis x 2 pada α= 0,05 dengan derajat kebebasan 3 adalah 7,815. Karena Hhitung lebih kecil daripada x 2kritis, maka Ho diterima yang berarti bahwa hasil belajar IPA untuk siswa dominan visual, siswa dominan auditori, siswa dominan kinestetik, dan siswa multi tidak berbeda secara signifikan. Penghitungan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 32.

Dan uji Kruskal-Wallis n-gain dari keempat gaya belajar, diperoleh nilai Hhitung = 2,49 dan titik kritis x 2 pada α= 0,05 dengan derajat kebebasan 3 adalah 7,815. Karena Hhitung lebih kecil daripada x

2

kritis, maka Ho diterima yang berarti bahwa hasil belajar IPA untuk siswa dominan visual, siswa dominan auditori, siswa dominan kinestetik, dan siswa multi tidak berbeda secara signifikan. Penghitungan yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 33.

Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA untuk siswa dominan visual, siswa dominan auditori, siswa dominan kinestetik, dan siswa multi tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Dokumen terkait