• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Carpal Tunnel Syndrome

2.5.6 Diagnosa

2.5.6.4 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra.

Ultrasonografi (USG), CT-SCAN dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan untuk mengukur luas penampang dari nervus medianus di terowongan karpal proksimal yang sensitif dan spesifik untuk CTS.

2) Pemeriksaan Laboratorium

Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap.

2.6 Hubungan Lama Waktu dan Frekuensi Bermain Game online pada Smartphone terhadap Gejala Subjektif Carpal Tunnel Syndrome

Penggunaan smartphone yang berlebihan terlebih saat bermain games berkaitan dengan gangguan fungsional dari tangan yang berisiko terhadap CTS.

sindrom ini merupakan sindrom yang timbul akibat nervus medianus tertekan di dalam terowongan karpal yang ada di pergelangan tangan, sewaktu saraf melewati terowongan tersebut dari lengan bawah ke tangan.25

Perangkat smartphone yang dioperasikan dengan gerakan jari-jari berulang untuk mengklik, geser, gulir, ketuk dan tekan mengakibatkan pembesaran dan pendataran nervus medianus, di samping tonjolan ligamen kunci. Hal tersebut yang menyebabkan orang yang suka bermain mobile game berisiko untuk terkena CTS.25

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Woo et al tahun 2017 dalam jurnal Muscle and Nerve yang berjudul “Effects of Electronic Device Overuse by University Students in Relation to Clinical Status and Anatomical Variations of the Median Nerve and Transverse Carpal Ligament”, menyatakan bahwa terlalu sering menggunakan perangkat elektronik dapat mempengaruhi nervus medianus di dalam terowongan karpal dan ligamentum karpal transversal, menghasilkan mati rasa, kesemutan, dan rasa sakit di tangan, terutama saat menggunakan perangkat elektronik genggam.2

Pengamatan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Shim (2012) untuk mengetahui perubahan pada terowongan karpal dan nervus medianus yang muncul akibat pergerakan jari yang sering menggunakan smartphone. Subjek penelitian ini adalah 20 pria dan wanita dewasa muda yang tidak memiliki batasan pada rentang pergerakan sendi leher, bahu, dan lengan, gangguan muskuloskeletal lengan, atau gejala neurologis seperti paresthesia diukur dengan ultrasonografi.26 Kesimpulannya, penggunaan smartphone terlalu lama dapat dianggap berdampak buruk pada pergelangan tangan, dan penggunaan terus menerus dapat dianggap menyebabkan kelelahan otot yang menunjukkan bahwa penggunaan smartphone yang berlebihan dapat berdampak buruk pada nervus medianus dan meningkatkan kemungkinan terjadinya CTS.2,25,26

Penelitian lain menemukan bukti kelainan pergelangan tangan pada pengguna komputer, seperti rentang gerak pergelangan tangan yang dibatasi dan fungsi saraf sensorik yang berkurang. Ini menunjukkan bahwa pengguna intens mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan CTS, dan, oleh karena itu, tindakan pencegahan diperlukan saat menggunakan perangkat elektronik.27 Berdasarkan penelitian Alshahrani (2019), Seiring dengan meningkatnya penggunaan perangkat elektronik, kekhawatiran publik diangkat pada sisi tertentu aktivitas saat menggunakan elektronik dapat menyebabkan masalah pada nervus medianus. Kesimpulan dalam penelitiannya menemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola penggunaan alat elektronik dan gejala CTS.

Namun, terdapat fenomena bahwa tingginya prevalensi gejala CTS di kalangan masyarakat populasi muda.28

Meskipun penelitian ini tidak membuktikan hubungan tersebut, studi lebih lanjut dengan konfirmasi pengujian klinis direkomendasikan. Bermain game online sangat diminati oleh remaja mulai, tengah, dan akhir. Minat yang tinggi dalam bermain game online membuat intensitas bermain game online meningkat.

Hal Ini mengarah pada pergerakan pergelangan tangan secara terus menerus dan berulang kali saat bermain game online. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara perilaku bermain game online dengan CTS.28 Menurut penelitian Putra dan Ratnawati (2020) menunjukan bahwa hasil penelitian dengan uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku game online dengan kejadian CTS diperoleh nilai p-value sebesar 0,01 (CI 95%).29

Objek dalam penelitian ini adalah mayoritas remaja yang bermain game online berdasarkan usia lebih banyak berusia 15-18 tahun, berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan tinggi (SMA dan Perguruan tinggi), riwayat bermain game online lebih banyak di rentang > 12 bulan, lamanya bermain game online dalam sehari lebih banyak pada rentang < 2 jam, dan lamanya bermain game online dalam seminggu lebih banyak pada rentang 3-5x seminggu.29

Perangkat yang digunakan untuk bermain game online mayoritas menggunakan keyboard dan smartphone, jenis game yang paling diminati adalah

MMOFPS, dan lebih banyak berperilaku bermain game online yang dapat menimbulkan kecanduan, dan terdapat banyak kejadian CTS yang di alami oleh remaja yang diteliti. Terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku bermain game online dengan CTS pada remaja.29

Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Shim tahun (2012). Menurutnya terdapat perbedaan pada gambaran USG pengguna telepon genggam sebelum dan sesudah eksperimen. Pada hasil USG terlihat bahwa luas area nervus medianus menurun setelah penggunaan telepon genggam, sehingga ruang di terowongan karpal berkurang, dan mengakibatkan jaringan lunak menekan nervus medianus.

Berdasarkan hal tersebut, dianggap bahwa terjadi penebalan jaringan lunak seperti otot dan ligamen karena penggunaan telepon genggam yang berlebihan.26

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wardani, Aviana Eko (2015) diperoleh bahwa dari total 201 responden yang mengalami gejala CTS, diperoleh 23 orang (7,4%) responden mengalami gejala CTS ringan setelah 5 kali menggunakanm smartphone dalam sehari. 52 orang (16,87%) responden mengalami gejala CTS ringan setelah menggunakan smartphone 5 – 10 kali dalam sehari. dan 126 orang (40,6%) responden mengalami gejala CTS setelah >10 kali menggunakan smartphone dalam sehari.30

Penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bila semakin sering menggunakan smartphone, maka gejala CTS yang dialami juga akan semakin berat. Terlihat dari data responden yang menggunakan smartphone >10 kali sehari, jumlah responden yang mengalami gejala CTS juga semakin banyak. Hal ini senada dengan pendapat Oka. Oka (2008) memaparkan semakin tinggi durasi penggunaan smartphone, maka gejala yang dirasakan akan semakin buruk. Semakin rendah durasi penggunaan smartphone, maka akan semakin ringan pula gejala CTS yang dirasakan.30,31

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Sathiyasekaran (2006) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan internet pada alat elektronik smartphone, dan laptop dengan Carpal Tunnel Syndrome.32

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Mandias dan Dengah (2019) yang berjudul “Hubungan Intensitas Penggunaan Internet dengan Carpal Tunnel Syndrome” ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara intensitas penggunaan internet menggunakan smartphone, computer, dan laptop dengan Carpal Tunnel Syndrome dengan p=0.000 (r=0,33), dimana semakin tinggi intensitas penggunaan internet maka semakin tinggi pula gejala Carpal Tunnel Syndrome.27

Penelitian yang dilakukan oleh Taftazani, Setyaningrum, dan Asmedi (2020) yang berjudul “Relationship Between Internet Gaming Disorder and Carpal Tunnel Syndrome among Junior High School Students in Yogyakarta” dimana Terdapat 130 subjek yaitu siswa SMA di Yogyakarta dengan rentang usia 12-15 tahun yang bermain game. Hasil Tes Phalen dinyatakan positif ketika muncul gejala parestesia dalam distribusi nervus medianus dan BCTQ menunjukkan CTS yang signifikan secara klinis dilaporkan dengan hasil skor total > 11 pada skala gejala keparahan dan >8 pada skala gejala fungsional.33

Dokumen terkait