BAB I PENDAHULUAN
BAB 2 PERSPEKTIF TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1.1 Disosiatif …
2.1.1.6 Gejala-gejala Trans Disosiatif
Frigerio (2007) menjelaskan gejala-gejala beberapa waktu sebelum kesurupan antara lain kepala terasa berat, badan dan kedua kaki lemas, penglihatan kabur, badan terasa ringan, dan mengantuk. Perubahan ini biasanya masih disadari oleh penderita, tetapi setelah itu ia tiba-tiba tidak mampu mengendalikan dirinya. Melakukan sesuatu diluar kemampuan dan beberapa diantaranya merasakan seperti ada kekuatan di luar yang mengendalikan dirinya. Mereka yang mengalami kesurupan merasakan bahwa dirinya bukanlah dirinya lagi, tetapi ada suatu kekuatan yang mengendalikan dirinya di luar. Keadaan saat kesurupan ada yang menyadari sepenuhnya, ada yang menyadari sebagian, dan ada pula yang tidak menyadari sama sekali. Dalam keadaan kesurupan penderita
melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas. Saat itu merupakan kesempatan untuk mengekspresikan hal-hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri. Setelah itu fisik mereka dirasa lelah tetapi, mental mereka mendapat kepuasan (http://itha.wordpress.com/ diakses 1 Juni 2012).
Kuntjojo (2009) menjelaskan trans disosiatif merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang berat (http://ebekunt.wordpress.com/ diakses 1 Juni 2012).
Menurut Hasanudin (2006) Ciri trans disosiatif ini adalah kejang-kejang menggelepar, jatuh ke tanah, atau berbaring seakan mati. Seseorang juga biasanya menangis, berteriak, mengaduh, atau mengeluarkan caci maki semaunya, menjadi histeris, dan mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri atau memukul orang lain atau melemparkan barang-barang. Hal ini berlangsung tiba-tiba atau bertahap. Jadi lebih banyak fenomena yang bersifat gerak motorik (http://www.suaramerdeka.com/ . diunduh pada tanggal 1 juni 2012).
Menurut Daradjat (1983: 38) gejala-gejala yang sering muncul saat orang mengalami trans disosiatif adalah badan seluruhnya menjadi kaku, tidak sadar akan diri, kadang-kadang sangat keras, disertai dengan teriakan-teriakan dan
keluhan-keluhan, tapi air mata tidak keluar. Kejang-kejang ini biasanya terjadi pada siang hari selama beberapa menit saja, tapi mungkin pula sampai beberapa hari lamanya. Diantara tanda-tanda kejang hysteria adalah, dalam pandangan matanya terlihat kebingungan. Setelah kejadian itu, biasanya penderita mengalami kebingungan, tidak mau bicara atau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya. Orang yang terserang biasanya berusaha memegang, atau menarik apa saja yang dapat dicapainya.
Menurut Maramis (1998: 264) Gejala-gejala gangguan saraf pusat dikira sebagai reaksi konversi, oleh karena itu di perlukan pemeriksaan intern, yang ditunjang dengan pemeriksaan psikologis dengan adanya hal-hal sebagai berikut: a. „La belle indifference‟ (Sikap tidak peduli atau tidak menunjukkan perhatian
terhadap penyakitnya).
b. Bermacam-macam penyakit sekaligus, mungkin dengan pembedahan, tetapi tidak ditemukan gangguan organik.
c. Ciri-ciri kepribadian histerik. d. Gejala paralisa dan anesthesia.
e. Gejala neurotik yang nyata seperti kecemasan, depresi, obsesi, dan fobia. f. Gangguan seksual.
Menurut Kartono (1981: 89) stigmata atat ciri-ciri khas, sering ada gejala-gejala sebagai berikut:
a. Anaesthesia, tidak bisa merasa apa-apa. Ada gangguan pada alat pernafasan. b. Paralysa (kelumpuhan-kelumpuhan) dan catalepsy yaitu badan dan anggota
c. Ada tics dan tremor (gemetar), kejang-kejang dan sering merasa mau muntah. d. Sangat suggestible egosentris dan emosinya tidak stabil. Kadang-kadang
merasakan depresi, atau justru merasa bahagia/euphoris.
e. Sering merasa pusing. Dapat juga mengalami stupor seperti terbius, tidak merasa apa-apa, seperti dalam keadaan trance, tidak sadar.
f. Seringkali ada symptom-symptom somnabulisme, fugue, atau pribadi majemuk (multiple personality). Sangat pelupa/pikun.
g. Ada kalanya timbul “kesakitan-kesakitan hysteris”, walaupun tidak ada kesakitan organis. Ini disebabkan oleh sugesti sendiri dan adanya ide-ide yang melekat tentang perasaan sakit. Bisa juga berupa symptom kelumpuhan, buta, tuli atau invalidisme lain-lainnya, yang semuanya bersifat sementara.
Gejala disosiasi yang akut kadang-kadang sulit dibedakan dari katatonia atau mania (Maramis, 1998: 266).
Menurut Maramis (1998: 263) ciri gangguan disosiatif berupa kesurupan antara lain
Tabel 2.1 Ciri Gangguan Disosiatif Berupa Kesurupan
Ciri-ciri Gejala
Tempat serangan Bila ada orang lain
Lamanya serangan 5-15 menit atau lebih lama Keadaan selama serangan:
Kesadaran Sering selama serangan masih bersuara
atau berbicara tidak jelas
Reflek patologik Negatif
Reflek cahaya pada pupil Positif
Extremitas Sering flexi, tangan menggenggam
Inkontinensia Negatif
Keluar buih dari mulut Negatif
Kejang Mungkin opistotonis atau kejang tak
teratur atau diam saja Sesudah serangan:
Kesadaran Pulih kembali pelan-pelan
Amnesia Sebagian
Penyebab Stres psikologik
Pengobatan Psikoterapi dan obat-obat psikotropik bila perlu
Lanjutan tabel 2.1 Ciri Gangguan Disosiatif Berupa Kesurupan
Berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa III gejala umum untuk seluruh tipe gangguan disosiatif (Maslim, 2002: 82), meliputi: a. Hilang ingatan (amnesia) terhadap periode waktu tertentu, kejadian dan orang. b. Masalah gangguan mental meliputi, depresi dan kecemasan.
c. Persepsi terhadap orang dan benda disekitarnya tidak nyata (derealisasi), d. Identitas yang buram,
e. Depersonalisasi.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipaparkan gejala trans disosiatif sebagai berikut: a. Terdapat kecemasan yang hebat.
b. Terdapat perubahan fisik yang masih disadari oleh penderita. c. Terjadi reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali.
d. Fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. e. Melakukan sesuatu diluar kemampuan.
f. Merasa ada suatu kekuatan yang mengendalikan dari luar.
g. Melakukan gerakan-gerakan yang terjadi secara otomatis, tidak ada beban mental, dan tercetus dengan bebas.
h. Mengekspresikan hal yang terpendam melalui jeritan, teriakan, gerakan menari seperti keadaan hipnotis diri.