• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Mean dan Standar Deviasi (ms) Masa Laten Gelombang dalam Berbagai Kecepatan, Intensitas dan Jenis Stimulus Berbagai Kecepatan, Intensitas dan Jenis Stimulus

n untuk sampel =

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.7. Hasil Mean dan Standar Deviasi (ms) Masa Laten Gelombang dalam Berbagai Kecepatan, Intensitas dan Jenis Stimulus Berbagai Kecepatan, Intensitas dan Jenis Stimulus

Tabel 4.1.7.Hasil mean dan standar deviasi (ms) masa laten gelombang dalam berbagai kecepatan, intensitas dan jenis stimulus (n = 34 telinga)

Gelombang Masa laten antar gelombang

I III V I-III III-V I-V Stimulus click kecepatan 27,7/sec Intensitas 80 dB nHL 1,7 ± 0,1 3,9 ± 0,1 5,6 ± 0,2 2,2 ± 0,1 1,8 ± 0,2 4,0 ± 0,2 Intensitas 70 dBnHL 1,9 ± 0,2 4,0 ± 0,2 5,9 ± 0,3 2,1 ±0,1 1,9 ±0,4 4,0 ± 0,3 Intensitas 60 dB nHL 2,1 ± 0,2 4,2 ± 0,2 6,0 ± 0,2 2,1 ± 0,3 1,8 ± 0,2 3,9 ± 0,2 Stimulus click kecepatan 47,7/sec Intensitas 80 dB nHL 1,8 ± 0,1 4,0 ± 0,2 5,9 ± 0,1 2,2 ± 0,3 1,9 ± 0,1 4,1 ± 0,1 Intensitas 70 dB nHL 1,9 ± 0,1 4,1 ± 0,2 6,0 ± 0,2 2,2 ± 0,1 1,9 ± 0,1 4,1 ± 0,2 Intensitas 60 dB nHL 2,2± 0,3 4,4± 0,2 6,3± 0,2 2,2± 0,3 1,9± 0,2 4,1± 0,3 Stimulus click kecepatan 67,7/sec Intensitas 80 dB nHL 1,8 ± 0,1 4,1 ± 0,1 6,0 ± 0,1 2,3 ± 0,4 2,0 ± 0,2 4,2 ± 0,1 Intensitas 70 dB nHL 2,0 ± 0,2 4,2 ± 0,2 6,2 ± 0,2 2,1 ± 0,2 2,0 ± 0,1 4,2 ± 0,2 Intensitas 60 dB nHL 2,3 ± 0,4 4,5 ± 0,3 6,4 ± 0,2 2,1 ± 0,3 2,0 ± 0,2 4,1 ± 0,3 Stimulus click kecepatan 87,7/sec Intensitas80 dB nHL 1,8 ± 0,1 4,1 ± 0,1 6,1 ± 0,1 2,2 ± 0,2 2,0 ± 0,1 4,3 ± 0,1 Intensitas70 dB nHL 2,0 ± 0,2 4,2 ± 0,2 6,3 ± 0,1 2,2 ± 0,3 2,0 ± 0,2 4,2 ± 0,3 Intensitas60 dB nHL 2,6 ±0,3 4,7± 0,3 6,6 ± 0,2 2,2 ± 0,4 1,9 ± 0,3 4,0 ± 0,3 Stimulus tone burst

500 Hz kecepatan 27,7/sec

Intensitas80 dB nHL 3,5 ± 0,4 5,7 ± 0,5 7,8 ± 0,3 2,2 ± 0,5 2,2 ± 0,5 4,3 ± 0,4 Intensitas70 dB nHL 3,6 ± 0,5 6,0 ± 0,5 8,0 ± 0,6 2,4 ± 0,6 2,0 ± 0,5 4,4 ± 0,5 Intensitas60 dB nHL 3,9 ± 0,5 6,4 ± 0,8 8,7 ± 0,6 2,3 ± 0,4 2,3 ± 0,6 4,7 ± 0,7

Pada tabel 4.1.7 tercantum rata-rata (mean) dan standar deviasi dari hasil masa laten gelombang I, III, V, masa laten antar gelombang I-III, III-V dan I-V pada pemeriksaan BERA menggunakan stimulus click kecepatan 27,7/sec, 47,7/sec, 67,7/sec , 87,7/sec dan stimulus tone burst frekuensi 500 Hz kecepatan 27,7/sec pada intensitas stimulus 80,70 dan 60 dB nHL.

4.2.Pembahasan

Pada hasil pemeriksaan BERA pada stimulus clickataupun stimulus tone

burst dengan berbagai intensitas (80,70,60 dB nHL) menunjukkan bahwa semakin

besar intensitas yang diberikan, masa laten gelombang I, III dan V semakin singkat, sedangkan semakin rendah intensitas yang diberikan maka masa laten gelombang semakin lama. Sebagai contoh pada grafik 4.1.5, pada pemeriksaan BERA stimulus tone burst dengan frekuensi 500 Hz kecepatan 27,7/sec pada intensitas 80 dB nHL rata-rata masa laten gelombang I adalah 1,8 millisecond (ms), ketika intensitas yang diberikan diturunkan menjadi 70 dB nHL masa laten memanjang sebesar 0,3 ms menjadi 2,1 ms dan pada intensitas 60 dB nHL memanjang sebesar 0,5 ms menjadi 2,6 ms. Pengaruh besar intensitas juga terlihat pada gelombang III dan V.

Menurunnya masa laten seiring dengan meningkatnya intensitas yang diberikan pada stimulus clickatau stimulus tone burstdapat disebabkan karena pada intensitas bunyi yang besar akan menyebabkan amplitudo getaran di membran basilar koklea dan sel-sel rambut meningkat.Hal tersebut menyebabkan sel-sel rambut mengeksitasi ujung saraf dengan lebih cepat sehingga evoked potential yang terekam pada pemeriksaan BERA dengan intensitas yang tinggi akan lebih cepat muncul dan nilai masa laten lebih singkat.9,14

Stimulus yang lemah mungkin tidak mampu merangsang serabut saraf. Namun, bila kekuatan stimulus kuat maka dapat mencapai titik terjadinya stimulasi sehingga potensial aksi akan lebih cepat terjadi.15

Besar intensitas terlihat tidak berpengaruh pada masa laten antar gelombang I-III, III-V dan I-V meskipun intensitas yang diberikan tinggi atau rendah. Contohnya dapat dilihat pada grafik 4.1.4, pada masa laten antar gelombang I-III terlihat masa laten pada 80, 70 dan 60 dB nHL sama yaitu 2,2 ms. hal tersebut juga dijumpai pada masa laten antar gelombang III-V dan I-V dalam berbagai kecepatan. Masa laten merupakan waktu yang diperlukan suatu impuls untuk bergerak sepanjang akson dari tempat perangsangan untuk kemudian menghasilkan potensial aksi yang akan terekam di elektroda perekam. Durasi masa laten akan bergantung pada panjangnya akson atau jarak antara tempat

perangsangan dengan elektroda perekam, ini sebabnya perbedaan intensitas tidak berpengaruh pada masa laten antar gelombang I-III, III-V maupun I-V karena jarak yang ditempuh suatu impuls tidak berubah meskipun intensitas berubah.16

Pada hasil dapat dijumpai bahwa perbedaan kecepatan stimulus yang diberikan pada stimulus click dapat mempengaruhi panjang masa laten. Semakin cepat stimulus dalam satu detik yang diberikan maka masa laten gelombang semakin memanjang. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan rata-rata kecepatan masa laten pada setiap kecepatan stimulus yang diberikan terutama pada gelombang V. Contoh pada stimulus click dengan kecepatan 27,7/sec rata-rata masa laten gelombang V dengan intensitas 80 dB nHL adalah 5,6 ms, pada kecepatan 47,7/sec masa laten meningkat menjadi 5,9 ms, kecepatan 67,7/sec masa laten menjadi 6,0 ms dan pada kecepatan 87,7/sec menjadi 6,1 ms. Hasil menunjukkan peningkatan masa laten yang nyata pada setiap peningkatan kecepatan yang diberikan, terutama pada masa late gelombang V. Hal ini sesuai dengan teori yang dikatakan pada Jamess W. Hall new handbook of auditory evoked responses bahwa pada peningkatan kecepatan stimulus dari 20/sec menjadi 80/sec akan terjadi peningkatan masa laten gelombang V dari 0,4 ms sampai 0,6 ms.17

Pemanjangan masa laten pada peningkatan kecepatan stimulus yang diberikan berhubungan dengan periode refrakter suatu sel saraf. Pada serabut saraf yang telah tereksitasi, potensial aksi baru tidak dapat terjadi selama membran masih dalam keadaan depolarisasi akibat potensial aksi sebelumnya. Hal ini dikarenakan kanal natrium (Na+) dan kanal kalsium (K+) keduanya menjadi inaktif dan tidak ada sinyal perangsangan yang diberikan kepada kanal sesudah potensial aksi timbul. Gerbang kanal akan terbuka kembali setelah potensial membran mendekati nilai potensial membran saat istirahat. Selanjutnya, dalam waktu sepersekian detik gerbang kanal yang inaktif akan aktif kembali dan potensial aksi yang baru dapat dimulai kembali. Waktu ketika potensial aksi kedua tidak dapat dicetuskan meskipun dengan stimulus yang lebih kuat dibangdingkan stimulus sebelumnya disebut sebagai periode refrakter absolut/ masa refrakter absolut. Masa refrakter absolut adalah saat terjadinya potensial aksi hingga repolarisasi

mencapai sepertiga, selanjutnya diikuti oleh masa rerakter relatif yaitu periode yang dimulai dari refrakter absolut hingga awal depolarisasi ikutan atau ambang menurun kembali. Pada masa refrakter relatif stimulus yang lebih kuat dari stimulus sebelumnya dapat menimbulkan eksitasi dari serabut saraf.9,16

Perbedaan jenis stimulus yang diberikan pada pemeriksaan BERA yaitu stimulus click dan tone burst juga menunjukkan hasil yang berbeda. Pada pemeriksaan BERA dengan kecepatan yang sama yaitu 27,7/sec terdapat perbedaan pada hasil masa laten pada kedua jenis stimulus tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata masa laten pada grafik 4.1.2 dan rata-rata masa laten pada grafik 4.1.6, contoh pada masa laten gelombang I intensitas 80 dB nHL stimulus click kecepatan 27,7/sec rata-rata masa laten adalah 1,7 ms sedangkan pada intensitas dan kecepatan yang sama pada stimulus tone burst rata-rata masa laten gelombang I lebih panjang yaitu 3,5 ms. Masa laten gelombang V pada stimulus click kecepatan 27,7/sec intensitas 80 dB nHL adalah 5,6 ms sedangkan pada stimulus tone burst frekuensi 500 Hz dengan kecepatan 27,7/sec intensitas 80 dB nHL adalah 7,8 ms.

Pemanjangan masa laten pada stimulus tone burst dibandingkan dengan stimulus click juga terlihat pada rata-rata masa laten gelombang III, I-III, III-V dan I-V pada intensitas 80, 70 dan 60 dB nHL. Masa laten BERA dengan stimulus

tone burstakan lebih lama pada frekuensi stimulus tone burst yang rendah (1000 dan 500 Hz) dibandingkan dengan stimulus click yang frekuensinya tidak spesifik (2000-4000 Hz). Pemanjangan masa laten ini karena waktu yang diperlukan olehstimulus tone burst frekuensi rendahuntuk berjalan dari regio basal koklea menuju ke bagian apex dari koklea. Waktu yang dibutuhkan stimulus berjalan dari daerah basal koklea menuju bagian apex koklea dengan intensitas 85 hingga 90 dB nHL untuk masa laten normal gelombang V sekitar 5,5 ms untuk stimulus

Gambar 4.2.1 Tonotopy sel saraf pendengaran di koklea berdasarkan frekuensi suara

Sumber : http://bio1152.nicerweb.com/Locked/media/ch50/pitch.html

Pada gambar 4.2 dapat dijelaskan bahwastimulus clickyang memiliki frekuensi antara 2000 Hz hingga 4000 Hz akan merangsang bagian basal dari kokleadan stimulus tone burstfrekuensi 500 Hz merangsang bagian apex dari koklea. Jarak oval window yang lebih dekat ke bagian basal dari koklea dibanding dengan bagian apex koklea menyebabkan waktu yang diperlukan untuk melakukan perangsangan lebih cepat pada bagian basal dibandingkan dengan bagian apex koklea, sehingga masa laten gelombang akan lebih panjang pada stimulus tone burst.