• Tidak ada hasil yang ditemukan

GEMBALA SEJATI vs GEMBALA PALSU Domba-domba Sejati vs Domba-domba Palsu

Dalam dokumen DUA JENIS ORANG KRISTEN DIDALAM GEREJA (Halaman 55-61)

1

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

2

tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. 3

Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba- dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.

4

Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

5

Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal."

6

Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

7

Maka kata Yesus sekali lagi: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. 8

Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka.

9

Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.

10

Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

11

Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; 12

sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.

13

Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. 14

Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku 15

sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba- domba-Ku.

16

Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala. 17

Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. 18

Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari Bapa-Ku."

19

Maka timbullah pula pertentangan di antara orang-orang Yahudi karena perkataan itu. Banyak di antara mereka berkata:

20

"Ia kerasukan setan dan gila; mengapa kamu mendengarkan Dia?" 21

Yang lain berkata: "Itu bukan perkataan orang yang kerasukan setan; dapatkah setan memelekkan mata orang-orang buta?"

22

Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin. 23

Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo. 24

Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."

25

Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, 26

tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku. 27

Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, 28

dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.

29

Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.

30

Oleh S. Christian Robirosa S.,- BTBP, 2013 Page 56 31

Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. (Yoh. 10:1-31)

Bacalah dialog dan pengajaran Tuhan diatas dengan seksama. Disitu Tuhan sedang melakukan diskursus/dialog dengan beberapa orang Farisi dan orang-orang lain yang mendengar (Yoh. 9:40-41). Inti dari pembicaraan Tuhan disini ialah perbandingan antara Diri-Nya dan Jalan Keselamatan-Nya dengan para pemuka agama (Farisi, Saduki, akhli Taurat) dengan jalan keselamatan yang mereka ajarkan. Sekalipun disini Tuhan sedang membandingkan diri-Nya (sebagai Gembala Yang Baik & Sejati) dengan para pemimpin agama Yahudi (sebagai “gembala upahan”), namun konsep dan prinsip-prinsip Gembala yang sejati ini dapat dipakai sebagai tanda-tanda dari para gembala yang benar didalam gereja Tuhan.

Didalam ayat 1 sd 3 (juga baca ay. 7–10), Tuhan menunjukkan bahwa para pemimpin agama Yahudi itu seumpama seorang pencuri dan perampok yang masuk secara tidak sah dengan niat yang tidak baik. Para pemimpin itu mengajarkan bahwa untuk dapat memperoleh Keselamatan (masuk ke sorga), maka seseorang harus mentaati dengan ketat Hukum Taurat dengan segala ketentuannya (band. Rom. 9:30-33). Karena itu mereka dikenal sebagai orang-orang yang sangat giat didalam kehidupan keagamaannya, tetapi tanpa pengertian yang benar akan Jalan Keselamatan yang benar. Akibatnya justru mereka MENOLAK Jalan Keselamatan sejati yang dibawa Kristus, yaitu Keselamatan berdasarkan anugerah semata melalui iman. Paulus menjelaskan hal ini didalam surat Roma pasal 9 & 10 sbb.:

30

Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman.

31

Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu.

32

Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan,

33

seperti ada tertulis: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu sentuhan dan sebuah batu sandungan, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

1

Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan. 2

Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.

3

Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

4

Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. (Rom. 9:30-10:4).

Perhatikan 2 (dua) jenis kebenaran yang disampaikan oleh Paulus diatas: orang Yahudi “mendirikan kebenarannya sendiri” dengan mengajarkan dan mengamalkan bahwa Keselamatan dapat diperoleh dengan perbuatan (yaitu melakukan Hukum Taurat- ay. 32). Disisi lain, kebenaran sejati, yang diistilahkannya dengan “kebenaran Allah” (ay. 3) mengajarkan bahwa seseorang memperoleh anugerah Keselamatan hanya dengan iman saja (ay. 4). Penjelasan Paulus diatas membuat kita mengerti apa yang dimaksud Tuhan didalam ayat 1 sd 3 Injil Yohanes diatas: para pemimpin agama Yahudi telah berusaha “mendirikan kebenaran sendiri” dengan mengajarkan kepada orang-orang Yahudi bahwa mereka dapat diselamatkan dengan melakukan Hukum Taurat (= dengan perbuatan). Inilah tanda gembala sejati dan gembala palsu yang pertama: gembala sejati mengajarkan Keselamatan sesuai dengan “kebenaran Allah” yaitu Keselamatan adalah anugerah yang diterima HANYA melalui iman saja. Gembala palsu selalu menekankan kepada faktor manusianya, yaitu Keselamatan diperoleh dengan perbuatan.44 Jadi tanda pertama dari seorang gembala yang sejati adalah ia akan mengajarkan tentang Keselamatan sejati dan membawa domba-dombanya kepada Keselamatan sejati (ay. 9, band. ay. 28). Gembala palsu tidak membawa domba-dombanya kepada Keselamatan sejati karena maksudnya hanya untuk mencuri dan membinasakan mereka demi keuntungan dirinya.

44

Didalam kekristenan zaman kini, sekalipun pada umumnya mengaku kita diselamatkan hanya oleh anugerah berdasarkan iman, namun pengertiannya adalah bahwa iman itu adalah bagian dari peran manusia, sehingga

sebenarnya konsep itu TETAP mengertikan Keselamatan sebagai hasil perbuatan manusia. Yang benar menurut Alkitab adalah iman yang menyelamatkan itu juga berasal dari Allah, anugerah Allah (Yoh. 6:44, 65), sehingga Keselamatan itu KESELURUHANNYA adalah anugerah (Ef. 2:8-9).

Oleh S. Christian Robirosa S.,- BTBP, 2013 Page 57 Tanda kedua dari seorang gembala yang sejati adalah ia mengenal dan dikenal domba-dombanya (ay. 3-4). Artinya, hubungan antara Kristus dengan orang-orang percaya sejati adalah hubungan resiprokal (timbal-balik): Kristus mengenal domba-domba-Nya, dan domba-domba-Nya mengenal-Nya dan mengikuti- Nya (band. ay. 27 “Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,”). Sebaliknya, gembala-gembala palsu dan domba-domba palsu mengaku mengenal dan dikenal Tuhan, bahkan telah memakai Nama-Nya dalam kegiatan-kegiatan keagamaannya, tetapi sebenarnya mereka TIDAK DIKENAL Tuhan (band. Mat. 7:23).

Selanjutnya, gembala yang sejati akan menuntun domba-dombanya keluar kandang kepadang rumput agar domba-dombanya dapat makan (ay. 3-5). Cara penggembalaan domba di Palestina saat itu berbeda dengan penggembalaan ditempat lain. Kalau ditempat lain, para gembala itu berada dibelakang dan menghalau domba-dombanya, maka di Palestina gembala berada didepan para domba. Agar domba-domba dapat mengikuti gembalanya, maka para domba harus mengenal suara gembalanya dan para gembala harus mendapat kepercayaan para dombanya. Kepercayaan itu hanya dapat tumbuh dalam waktu yang panjang, yang terjadi melalui pengalaman yang berulang, sehingga para domba telah percaya bahwa gembalanya pasti akan membawa mereka ketempat makanan yang baik. Jadi tanda ketiga dari gembala sejati adalah memberi makan domba-dombanya dengan makanan yang baik. Gembala palsu (pandir) tidak memperdulikan makanan domba-dombanya (baca: tidak memperdulikan pengajaran apa yang diberikan, atau tidak memberi pengajaran yang sesungguhnya/yang benar), asal ia mendapat untung dari domba- dombanya (Zak. 11:16 “Sebab sesungguhnya, Aku akan membangkitkan di negeri ini seorang gembala yang tidak mengindahkan yang lenyap, yang tidak mencari yang hilang, yang tidak menyembuhkan yang luka, yang tidak memelihara yang sehat, melainkan memakan daging dari yang gemuk dan mencabut kuku mereka. Band. 2Pet. 2:3 –“Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka”). Saat ini terlalu banyak gereja-gereja dengan gembala-gembala palsu yang demikian yang dapat kita lihat dari “makanan” yang mereka berikan kepada jemaat yang berupa cerita-cerita isapan jempol (lihat Bab-4), asal mereka bisa mendapat untung dari jemaat Tuhan.

Ayat 4 ini juga berbicara tentang cara kepemimpinan gembala sejati. Mereka berada didepan, bukan hanya didalam keadaan yang baik, tetapi terlebih dalam keadaan bahaya. Saat bahaya mengancam, gembala sejati akan berani berkorban untuk domba-dombanya dengan menghadapi bahaya itu. Bila perlu mereka akan menyerahkan nyawanya untuk domba-dombanya (band. ay. 11). Posisi gembala didepan juga berbicara tentang teladan. Artinya, gembala sejati menganut sistim “Kepemimpinan melalui teladan” (band. Yoh. 13:15). Betapa berbedanya kepemimpinan gereja-gereja masa kini. Sudah jarang sekali kita menemukan seorang pemimpin gereja yang patut diteladani. Pada umumnya sistim kepemimpinan gereja masa kini mengalaskan kuasa kepemimpinannya pada otoritas organisasi gerejanya. Artinya, jemaat dan para pengerja gereja harus tunduk kepada pemimpin karena organisasinya (mis. Jemaat harus tunduk kepada pendeta mudanya, Pendeta muda harus tunduk kepada pendetanya, pendetanya harus tunduk kepada pendeta/gembala seniornya, dsb), dan bukan karena teladan hidup pemimpinnya. Penyebabnya karena tidak ada suatu keteladanan yang membuat orang dapat mengikuti para pemimpin dengan kemauannya sendiri.45

Ayat 5 berbicara tentang gembala palsu (“orang asing”), namun dengan penekanan juga kepada suatu ciri dari “domba-domba sejati.” Domba-domba sejati PASTI lari dari gembala-gembala palsu. Mengapa begitu? Karena mereka dapat membedakan mana suara gembalanya dan mana suara pencuri. Fakta ini berbicara tentang kemampuan domba-domba sejati untuk membedakan mana pengajaran dari Tuhan dan mana yang bukan. Rasul Yohanes memberi penjelasan mengapa para domba sejati (“Kristen Gandum, Kristen Sejati”) dapat membedakan pengajaran yang benar dan mana yang sesat. Rasul Yohanes

45 Sering sekali, untuk “menundukkan” jemaat dan para pengerja (diaken) nya, banyak pemimpin gereja yang

mencanangkan sistim gerejanya menganut kepemimpinan yang “Teokratis.” Tujuannya agar semua orang “tunduk kepada pemimpin” dan hanya mendengar pengajaran pemimpinnya (Cat.: satu-satunya pemerintahan yang teokratis saat ini adalah Iran, dimana pemimpin agama memiliki keputusan tertinggi, bahkan diatas presidennya). Penerapan sistim ini didalam gereja tidak tepat karena justru bertentangan dengan sistim pemerintahan gereja yang diajarkan PB, dimana SETIAP orang percaya adalah imam-imam Allah yang berhubungan langsung dengan Allah dan yang menjadi duta-duta Allah untuk menyatakan Injil Keselamatan kepada dunia (1Pet. 2:9).

Oleh S. Christian Robirosa S.,- BTBP, 2013 Page 58 menjelaskannya didalam 1 Yohanes 2:26-27: karena didalam orang-orang Kristen sejati ada Roh Kudus yang memberi pengurapan untuk membedakan pengajaran yang benar dan sesat.

26

Semua itu kutulis kepadamu, yaitu mengenai orang-orang yang berusaha menyesatkan kamu. 27

Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu--dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta--dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia. (1 Yoh. 2:26-27)

Domba-domba sejati dicirikan sebagai orang-orang yang karena telah ditinggali Roh Kudus, maka mereka adalah milik Kristus (Rom. 8:9, 1Kor. 3:23), yaitu orang-orang yang telah dimeteraikan dengan Roh Kudus (Roh Kudus tinggal didalam mereka sebagai materai bahwa mereka telah sah menjadi anak-anak Allah- Ef. 1:13-14). Roh Kudus adalah “Roh Kebenaran,” yaitu Roh Allah yang akan membawa domba-domba sejati kepada seluruh kebenaran Firman Allah (Yoh. 14:17; 15:26; 16:13). Karena itu seorang Kristen sejati (“Kristen Gandum”) pasti akan merasa asing dengan cerita-cerita isapan-isapan jempol yang diberitakan para pencuri itu dan akan lari dari padanya. Sebaliknya domba-domba palsu (“Kristen Lalang”) akan menyenanginya dan akan semakin terhanyut didalamnya (2Tim. 4:3-4).

Tanda dari gembala yang sejati selanjutnya adalah kesediaannya untuk berkorban bagi domba- dombanya, bahkan berkorban nyawa sekalipun (ay. 10-13). Disisi lain, para gembala palsu pasti akan lari terlebih dahulu jika melihat ada bahaya. Model gembala sejati yang demikian hampir tidak dapat kita temukan dizaman kini. Saat ini, jika ada masalah yang mengancam jemaat atau gereja, maka yang pertama dilakukan oleh para gembala adalah memerintahkan domba atau “staff” nya untuk menyelesaikan. Jika staf/jemaatnya tidak dapat menyelesaikannya, maka gembala biasanya tetap tidak mau turun tangan langsung, tetapi justru mencari pertolongan ke pihak-pihak luar (pengacara, pejabat, aparat, dsb.). Karena itu tidak heran banyak gereja yang tidak dapat menyelesaikan permasalahan internalnya dan terjerat kepada permasalahan hukum dan melibatkan pihak-pihak luar yang sesungguhnya merupakan noda yang memalukan (band. 1Kor. 6:1-10). Yang lebih memalukan lagi, dizaman kini justru yang banyak berselisih adalah diantara para pemimpin gereja sendiri (biasanya karena perselisihan aset atau perebutan jemaat yang dipicu ketamakan), dan tidak dapat menyelesaikan diinternal gereja, dan meminta pihak-pihak luar gereja (pengadilan, aparat, pengacara) untuk menyelesaikannya. Bukankah sifat dan gaya seperti itu hanya membuktikan bahwa mereka itu adalah gembala-gembala palsu?

Selanjutnya, didalam ayat-ayat 27 sd 30, Tuhan menjelaskan ciri-ciri doba-doba sejati. Ciri pertama adalah, domba-domba sejati mendengarkan suara Tuhan. Perhatikan kata “mendengarkan” (Yun.: “akouw”, Ing.: hearken, understand: mendengarkan, mengerti). Artinya bukan sekedar mendengar (pikirkan perbedaan arti antara “mendengar” dengan “mendengarkan”), tetapi mengandung arti intrinsik “mentaati.” Bahasa Indonesia kontemporer sering memakai istilah “dengar-dengaran,” yang berarti mendengar dan mentaati. Ciri ini berbeda dengan banyak orang atau “hamba Tuhan” masa kini yang mengklaim sering mendengar suara Tuhan, tetapi tidak mau mentaati (band. Mat. 7:21-23). Ciri kedua adalah domba-domba sejati dikenal Tuhan. Banyak orang mengklaim dirinya mengenal Tuhan, bahkan telah dipakai Tuhan secara luar biasa. Namun yang penting bukanlah klaim kita bahwa kita mengenal Tuhan atau dikenal Tuhan, tetapi apakah Tuhan benar-benar mengenal kita? Pada masa kini banyak pelayan Tuhan terlalu percaya diri bahwa ia telah dikenal Tuhan dengan baik, namun nantinya akan mengalami kekecewaan dan dukacita yang luar biasa saat mengetahui bahwa Tuhan sebenarnya tidak mengenal dia (Mat. 7:23, 25:12). Penyebabnya karena mereka hanya menginginkan pengalaman yang luar biasa, tetapi tidak memiliki keinginan untuk “dengar- dengaran.” Itulah tandanya mereka bukan domba-domba sejati. Ciri ketiga, mereka mengikut Tuhan. Kata “mengikut” mengandung arti “menyertai, berjalan dijalan yang sama, mengikuti” (Yun. “akoloteo”; “a” [alpha = lebih dahulu, terdepan], “keleuthos”=jalan). Artinya, berjalan bersama Tuhan dijalan yang dilalui Tuhan. Apakah jalan yang telah dilalui Tuhan? Jalan penyangkalan diri dan jalan salib (Mat. 16:24, Mar. 8:34, Luk. 9:23, Yoh. 15:20). Berbeda dengan ajaran teologi kemakmuran yang mengajarkan ikut Tuhan pasti diberkati, disembuhkan, dilepaskan dari penderitaan; ajaran Kristus yang sebenarnya adalah jalan penderitaan. Karena penderitaan adalah jalan satu-satunya untuk dapat dimuliakan bersama Tuhan (Rom. 8:17 – perhatikan kata “jika kita menderita bersama-sama dengan Dia.” Luk. 24:26 – perhatikan kata

Oleh S. Christian Robirosa S.,- BTBP, 2013 Page 59 “harus”). Karena itu para rasul bersukacita, bukan karena mereka dilindungi, diberkati, diberi kesehatan, dsb., tetapi karena mereka mengerti bahwa menderita bersama dan karena Nama Yesus adalah sesuatu yang berharga untuk didapat. Itulah Jalan Tuhan, dan domba-domba sejati mengikuti jalan penderitaan itu. Bukan jalan ketenaran, kesuksesan, kesehatan dan kekayaan.

Ciri berikutnya dari domba-domba sejati adalah adanya keyakinan yang pasti akan pemeliharaan Keselamatannya (ay. 28). Domba-domba sejati tidak pernah kuatir bahwa “keselamatannya dapat hilang.” Alasannya, karena yang menjaganya BUKAN dirinya sendiri, tetapi Allah sendiri (ay. 29). Mereka percaya diri (tetapi bukan sombong!) bahwa mereka aman ditangan Allah, karena tidak seorangpun dapat & sanggup mengambil mereka dari tangan Allah. Karena itu juga rasul Paulus dapat berkata dengan percaya diri (bukan sombong!): “Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rom. 8:31b). Inilah salah satu tanda seorang domba sejati: ia mempercayai sepenuhnya pemeliharaan Allah atas dirinya. Domba-domba palsu selalu meragukan Kristus dan janji-Nya atas pemeliharaan Keselamatannya, sehingga berusaha untuk mempertahankan Keselematannya dengan kekuatannya sendiri. Sekalipun kelihatannya mereka mungkin lebih giat didalam kegiatan ibadahnya, pada dasarnya mereka telah menyangkal kekuatan ibadahnya.

Itulah pengajaran Tuhan tentang dua jenis orang Kristen dipandang dari metafora gembala dan dombanya. Berikut disimpulkan ulang perbedaan antara dua jenis orang Kristen ini:

GEMBALA SEJATI GEMBALA PALSU

1. Membawa domba-dombanya kepada Keselamatan sejati. Semua pengajarannya berpusat kepada Kristus dan karya penebusan- Nya, sehingga hasilnya adalah (1) Pengenalan akan Kristus yang terus bertumbuh, (2) Pengalaman Keselamatan setiap dombanya, dan pertumbuhan imannya yang ditandai dengan keyakinan akan Keselamatannya yang tidak tergoyahkan (2Pet. 1:5-10).

Memberi makan domba-dombanya dengan makanan palsu sehingga tidak menghasilkan Keselamatan sejati dan Pengenalan sejati akan Kristus. Pada masa kini gembala palsu senang mengajarkan “dongeng- dongeng isapan jempol” yang menyenangkan, sehingga banyak disukai domba-domba palsu, namun tidak pernah dapat membawa kepada Keselamatan sejati.

2. Gembala sejati mengenal & dikenal domba- dombanya. Hubungan dengan domba-dombanya adalah hubungan karena hubungan pribadi (organis), bukan struktural (organisasi). Gembala mengetahui secara persis kepribadian & kebutuhan masing-masing dombanya, dan berjuang memenuhinya. Disisi lain, domba- dombanya mengenal dan mempercayai gembalanya. Mengapa mereka percaya? Karena pengalaman yang panjang membuktikan bahwa gembala mereka PASTI melindungi dan memberi mereka makanan.

Seorang Gembala palsu tidak mengenal domba- dombanya. Hubungannya dengan mereka lebih bersifat struktural (mementingkan organisasi, bukan hubungan pribadi). Ia tidak tahu dan tidak peduli kebutuhan domba-dombanya, tetapi hanya peduli pada apa yang dapat diperoleh dari para dombanya (susu, bulu).

3. Gembala sejati memberi makan domba- dombanya dengan makanan yang baik dan menuntun mereka kepadang rumput yang baik. Penggembalaannya menekankan kepada kebutuhan jiwa, yaitu Keselamatan sejati, pengenalan akan Kristus dan berorientasi kepada kekekalan (eternalisme).

Gembala palsu memberi makan dengan makanan palsu. Sekalipun makanan itu menarik & menyenangkan, tetapi semuanya berorientasi kepada kebutuhan materi saja. Tanpa sadar gembala maupun dombanya masuk kedalam perangkap temporalisme & materialisme.

4. Gembala sejati memimpin melalui teladan hidup. Dia berjalan didepan, membuka jalan dan mengetes jalan apakah jalan berbahaya atau aman. Para domba sejati mengikutinya karena melihat & mempercayai teladan hidupnya.

Gembala palsu memimpin melalui kuasa. Kuasa ini umumnya didapat dari organisasi. Karena itu slogan “tunduk kepada pemimpin” sering ditekankan karena tidak ada energi yang cukup dari keteladanannya yang dapat membuat domba- dombanya mau mengikutinya.

Oleh S. Christian Robirosa S.,- BTBP, 2013 Page 60 5. Gembala sejati mengasihi domba-dombanya dan

bersedia untuk mati bagi mereka.

Gembala palsu hanya berkata mengasihi domba- dombanya, tetapi tidak lahir dari hatinya. Saat bahaya mengancam, mereka lari dan membiarkan domba-dombanya dimangsa. Tidak jarang para gembala palsu mengorbankan domba-dombanya sebagai umpan agar para gembala palsu itu lepas dari bahaya.

DOMBA-DOMBA SEJATI DOMBA-DOMBA PALSU

1. Domba-domba sejati mengenal suara Gembala Agung (Yesus Kristus) dan mengikuti-Nya. Hubungan dengan Kristus adalah hubungan pribadi (organis), bukan hubungan struktural (mekanis). Hubungan dengan Kristus adalah “hubungan Keselamatan”, yaitu hubungan yang

Dalam dokumen DUA JENIS ORANG KRISTEN DIDALAM GEREJA (Halaman 55-61)