• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.4 Generasi Z

Generasi Z adalah generasi yang lahir dan tumbuh di era teknologi.Generasi Z benar-benar generasi pertama dunia digital. Generasi ini merupakan kaum muda masa kini yang ciri khasnya connected, creative, communicating, content-centric, computerized, community-oriented, always clicking dan creating change. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara

hidup. Tapscott (2008) dalam bukunya “Grown Up Digital” membagi demografi penduduk kepada beberapa kelompok berikut:

1. Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan sebelumnya) 2. The Baby Boom (lahir antara 1946 – 1964)

3. The Baby Bust (lahir antara 1965 – 1976) – Generasi X

4. The Echo of the Baby Boom (lahir antara 1977 – 1997) – Generasi Y 5. Generation Net (lahir antara 1998 hingga kini) – Generasi Z

Generasi Z adalah golongan yang dilahirkan tahun 1998 hingga 2009.

Abrams (2015) misalnya menulis bahwa Generasi Z adalah generasi yang tergolong merupakan penduduk asli digital (digital native). Generasi ini lekat dengan arus informasi virtual yang melimpah baik dalam bentuk penggunaan media sosial sejak remaja, terlibat dalam permainan video game baik secara daring (online) maupun luring (offline). Keterpaparan yang intens terhadap informasi-informasi ini membuat Generasi Z mengembangkan preferensinya sendiri sebagai komponen identitasnya.

1. Ciri-ciri Generasi Z

Hadirnya Generasi Z sebagai generasi dengan populasi terbanyak di dunia sekarang ini dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Merupakan generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. Informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan maupun pribadi akan mereka akses dengan cepat dan mudah. Anggota generasi Z tidak mengenal dunia tanpa smartphone atau media sosial dan memiliki akses yang cepat terhadap

informasi dari berbagai sumber.

b. Dapat mengerjakan beberapa hal dalam waktu bersamaan (multitasking).

Hal ini karena mereka menginginkan segala sesuatu serba cepat, tidak bertele-tele dan berbelit-belit.

c. Lebih menyukai hal-hal yang bernuansa atau bernapaskan multimedia.

d. Lebih menyukai berinteraksi via dunia maya, jejaring sosial (Facebook, Twitter, Yahoo Messenger, hingga BBM). Melalui media ini Generasi Z jadi lebih bebas berekspresi dengan apa yang dirasa dan dipikir secara spontan.

e. Dalam belajar dan mengamati sesuatu lebih menyukai hal-hal yang bersifat aplikatif dan menyenangkan.

f.. Generasi Z lebih memilih platform media online yang lebih bersifat privasi dan tidak permanen.

g. Generasi Z dikenal lebih mandiri daripada generasi sebelumnya. Mereka tidak menunggu orangtua untuk mengajari hal-hal atau memberi tahu mereka bagaimana membuat keputusan.Apabila diterjemahkan ke tempat kerja, generasi ini berkembang untuk memilih bekerja dan belajar sendiri.

h. Cenderung toleran dengan perbedaan kultur dan sangat peduli dengan lingkungan sekitar. Mereka juga dibesarkan untuk lebih menerima dan menghormati lingkungan dibanding generasi orang-orang sebelumnya i. Generasi Z menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas.

j. Cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, cenderung egosentris dan individualis, cenderung ingin serba instan, tidak sabaran,

dan tidak menghargai proses.

k. Generasi Z cenderung tidak cepat puas diri atas keberhasilan diri atau usaha.

Karena sejumlah karakter inilah, pola hidup dan pola pikir anak-anak generasi Z juga berubah. Kebanyakan dari generasi ini kini berada di usia pra remaja dan berbeda dari generasi-generasi sebelumnya dalam banyak hal. Salah satu perbedaan yang mencolok, meski mereka masih sangat muda, anak-anak ini sangat tertarik pada piranti digital kecil atau gadget yang dirancang canggih berupa laptop, konsol game, telepon seluler, MP3 atau MP4 Player, dan kamera digital.Generasi Z mampu mengaplikasikan semua kegiatan dalam satu waktu dan segala terkoneksi ke dalam dunia maya atau virtual.

2. Kecenderungan Perilaku dan Gaya Hidup Generasi Z

Generasi Z atau anak-anak dan remaja yang lahir antara tahun 1998-2009 merupakan konsumen yang sangat potensial, karena mereka memiliki pengaruh dalam keputusan membeli dalam keluarga. Berdasarkan survei Nielsen (2015) kuartal II 2016 yang dilakukan di 11 kota, dua hal yang utama dipengaruhi oleh Generasi Z adalah keputusan untuk berlibur dan untuk membeli produk elektronik. Sebesar 47% anak-anak (usia 10-14 tahun) memiliki pengaruh terhadap keputusan untuk berlibur, dan sebesar 33%

terhadap keputusan untuk membeli produk elektronik. Sementara itu, konsumen remaja (usia 15-19 tahun) memiliki pengaruh terbesar terhadap keputusan untuk berlibur sebesar 67% dan juga keputusan untuk membeli produk elektronik sebesar 62%.

Peningkatan pola konsumsi internet juga terjadi dalam lima tahun terakhir, dimana pada kuartal kedua 2016 penetrasi internet pada anak-anak adalah 45%, meningkat 13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 dan pada remaja adalah 81% meningkat 29% dibandingkan dengan kuartal kedua 2011. Rata-rata remaja menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk mengkonsumsi internet (2 jam 29 menit) sementara anak-anak menghabiskan lebih sedikit waktu dengan 1 jam 37 menit untuk internet.

Sebagai generasi yang terlahir di era digital, akses internet telah menjadi kebutuhan bagi Generasi Z. Bila lima tahun lalu Warung Internet (Warnet) merupakan tempat utama bagi anak-anak (81%) dan remaja (56%) untuk mengakses internet, di tahun ini Warnet tergantikan oleh rumah, dimana 49%

anak-anak dan 62% remaja mengakses internet dari rumah mereka. Angka tersebut meningkat dari 7% pada anak-anak dan 9% pada remaja.93% anak-anak dan 97% remaja menyatakan mereka mengakses internet melalui perangkat mobile mereka seperti smartphone atau iPad.Aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh Generasi Z dengan internet ini adalah berinteraksi melalui media sosial, menjelajah internet, bermain game dan mendengarkan musik.

Sejak tahun 2010, MarkPlus Insight telah melakukan studi yang komprehensif tentang the youth. Studi yang melibatkan 12.000 responden ini menemukan 65,1% responden rutin mengakses internet dan 62% aktif dalam media sosial. Sebuah survei terhadap remaja yang salah satunya mengenai kegiatan sehari-hari mereka menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden meluangkan waktunya untuk mengakses internet. Untuk kategori

responden remaja, semuanya merasakan tiada hari tanpa online.

Hasil lain dari studi juga menyebutkan bahwa anak muda lebih suka menggunakan platform media sosial saat sedang online. 84,42% responden menganggap media sosial adalah bagian penting. Studi ini menemukan sejumlah pemahaman baru bagaimana kebiasaan digital dapat mempengaruhi sebuah merek saat harus berhadapan dengan Generasi Z seperti:

a. 73% Generasi Z menggunakan ponsel mereka untuk mengirim chatting atau pesan secara sosial kepada keluarga dan teman mereka. Meski banyak keluarga mereka yang justru lebih nyaman membalas dengan komunikasi secara lisan.

b. 36% akan menciptakan konten digital untuk sebuah merek. 42% akan berpartisipasi dalam game online untuk mengikuti sebuah kampanye bisnis.

Dan 43% akan berpatisipasi saat harus dimintai review sebuah produk.

c. Mereka cenderung lebih mudah dalam mengoperasikan teknologi, sekalipun merupakan teknologi yang baru bagi mereka.

d. 62% tidak akan menggunakan aplikasi atau mengakses website yang sulit dinavigasi. 60% dari mereka tidak akan menggunakan aplikasi atau website yang sangat lambat diakses.

e. Generasi Z tahu informasi pribadi mereka sangat berharga untuk konsumen. Ini membuat mereka akan lebih menjaga setiap informasi yang akan disebarkan melalui sosial media.

f. Kurang dari 30% bersedia berbagi informasi tentang kesehatan, dan kebugaran, lokasi, kehidupan pribadi atau informasi mengenai

pembayaran suatu transaksi. 61% dari mereka akan merasa lebih baik berbagi informasi pribadi jika mereka tahu bahwa informasi itu akan aman.

Generasi Z adalah populasi masa depan dan pasar yang potensial karena itu penting bagi para pelaku industri dan wirausahawan yang ingin mencoba peluang usaha untuk dapat memahami mengenai gaya hidup, perilaku dan kebiasaan mereka dalam mengkonsumsi media online agar dapat membuka peluang bagi para wirausahawan untuk dapat memulai usaha membangun hubungan jangka panjang dengan mereka.

Dokumen terkait