• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN

6.3. Analisis Kebencanaan

6.3.1. Analisis Potensi Bencana

6.3.1.7. Gerakan Tanah

Gerakan tanah dapat terjadi apabila di bawah lapisan yang keras dijumpai adanya lapisan dengan kompresibilitas tinggi. Daerah yang berpotensi terjadinya gerakan tanah yaitu daerah pematang pantai, dimana lapisan keras berada pada kedalaman 5-10 meter dan dibawahnya terdapat lapisan lempung/lanau lunak (Puradimaja dalam Ruswandi 2009).

Jenis gerakan tanah yang sering terjadi adalah longsoran dan amblesan. Longsor terjadi pada batuan/tanah pelapukan yang mempunyai lereng. Melalui data UNP (2007) tingkat risiko longsor lahan di Kota Padang dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu tingkat risiko longsor lahan rendah, sedang, dan tinggi. Tingkat risiko longsor lahan rendah umumnya tersebar di bagian timur, barat, utara Kota Padang. Hal ini disebabkan karena sebagian besar bentuk penggunaan lahan berupa hutan dan kebun campuran, sedangkan pada satuan lahan yang memiliki kepadatan penduduk yang padat memiliki lereng yang rendah, sehingga tidak memiliki potensi untuk mengalami longsor lahan.

Tingkat risiko longsor lahan sedang umumnya tersebar pada bagian tengah Kota Padang. Tingkat risiko longsor lahan sedang ini disebabkan karena bentuk penggunaan lahannya berupa permukiman yang bersifat menyebar, sehingga apabila terjadi longsor lahan tidak begitu banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Tingkat risiko longsor lahan tinggi umumnya terdapat pada satuan bentuk lahan perbukitan yaitu pada daerah Gunung Padang, Pauh, dan Lubuk Kilangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 28 tentang peta risiko longsor Kota Padang yang dirilis oleh BPSPL Kota Padang.

Bencana gerakan tanah seperti longsor, abrasi, akresi dan erosi memiliki dampak terhadap pengembangan perikanan. Dampak bencana ini berupa kerusakan yang ditimbulkan terhadap sarana perikanan, pemukiman nelayan serta ekosistem lingkungan perairan yang secara langsung maupun tidak langsung akan merugikan sub sektor perikanan. Beberapa kawasan strategis perikanan yang berada di wilayah pesisir Kota Padang rentan terhadap bencana ini, seperti Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kecamatan Lubuk Begalung dan Kecamatan Padang Selatan.

128

Wilayah dataran di Kota Padang dapat dikategorikan dalam dua kondisi, yaitu kondisi stabil dan tidak stabil. Kondisi ini dipengaruhi oleh topografi dan karakteristik masing-masing wilayah. Adapun uraian kondisi ini dijelaskan sebagai berikut (Bappeda Kota Padang, 2010) :

 Kondisi Stabil (S)

Terdapat pada daerah dataran yang tersusun oleh endapan aluvial, rawa, kipas aluvial, pematang pantai dan dataran pantai, berupa lempung-pasir, kerikil-kerakal, lepas agak padat, sudut lereng 0–5 persen berupa dataran dengan elevasi 0–5 m (dml), tipe erosi limpasan-alur, serta runtuhan tebing sungai sebagai akibat limpasan aktivitas aliran air sungai, meliputi sepanjang pesisir pantai bagin barat Kota Padang.

 Kondisi Tidak Stabil (TS)

- Tingkat Rendah-Sedang (R–S) : Terdapat pada daerah barat laut hingga ke arah selatan, yang tersusun oleh endapan dataran aluvial berupa endapan vulkanik (dominan) berupa lahar, tuf dan koluvium, sifat endapan padat-sangat padat, padat, sudut lereng 5–30 persen berupa dataran bergelombang dengan elevasi 5–10 m (dml), tipe erosi alur- lembah (runtuhan tebing sungai) akibat aktivitas aliran air permukaan dan sungai. Tingkat ini meliputi bagian timur laut-tenggara, sedikit berada pada bagian barat Kota Padang.

- Tingkat Sedang-Stabil (S–T): Terdapat pada daerah dataran hingga perbukitan yang tersusun oleh batuan tua yang terdiri dari malihan/ metamorf, sifat endapan sangat padat, mudah tererosi oleh aliran air permukaan dan terdapat dinding dengan >30 persen hingga tegak lurus, dapat runtuh, tipe erosi limpasan-galur-jurang. Adanya goncangan gempa bumi dapat menimbulkan rekahan-rekahan ke arah lembah yang dapat menyebabkan terjadinya longsoran ke arah hulu. Tingkat ini meliputi bagian timur laut hingga tenggara,dan selatan Kota Padang. Kondisi abrasi atau akresi di wilayah pantai Kota Padang terdapat pada daerah yang tersusun oleh endapan pematang pantai berupa lanau-pasir, sifat endapan lepas-lepas dan dapat terjadi abrasi atau akresi sebagai akibat dari

aktivitas air laut. Adapun jenis bencana gerakan tanah di Kota Padang untuk kawasan pantai dapat berupa :

 Abrasi dan Akresi, bencana ini terdapat pada daerah yang tersusun oleh endapan pematang pantai berupa lanau-pasir, sifat endapan lepas-lepas dan dapat terjadi Abrasi dan Akresi sebagai akibat dari aktivitas air laut. Tingkat risiko abrasi pantai yang terjadi di Kota Padang dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu tingkat risiko abrasi pantai tinggi dan rendah. Tingkat risiko abrasi pantai tinggi umumnya terdapat pada Kecamatan Koto Tangah dan Padang Utara. Tingkat risiko abrasi tinggi ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa bangunan rumah yang telah runtuh akibat abrasi pantai, sedangkan tingkat abrasi pantai yang rendah ditandai dengan adanya beberapa pohon kelapa yang telah kelihatan akarnya di pemukaan dan adanya beberapa pohon kelapa yang telah tumbang akibat abrasi pantai. Adapun peta risiko bencana abrasi pantai di Kota Padang berdasarkan data BPSPL dapat dilihat pada Gambar 29.

 Erosi, bencana ini tersebar di bagian barat laut–tenggara sepanjang tepi pantai yang meliputi daerah Padang. Terdapat pada batuan alluvial kuarter (Qa), biasanya terjadi di sekitar tebing sungai/pantai yang disebabkan oleh arus/ombak.

 Gelinciran batuan/runtuhan batuan merupakan gerakan tanah yang terjadi karena adanya perlapisan dari batuan dan juga adanya patahan. Sedangkan longsoran terjadi pada tanah pelapukan.

Beberapa lokasi yang diidentifikasikan rawan gerakan tanah antara lain daerah Lubuk Paraku, Panorama, Bukit Tantangan Beringin, serta Pauh Batu Busuk Patamuan di wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan; Bukit Air Manis, Bukit Lantik, Bukit Turki, Bukit Gado-Gado, serta Perbukitan sekitar Teluk Bayur di Kecamatan Padang Selatan. Daerah-daerah ini sangat berpotensi terjadi gerakan tanah apabila curah hujan turun cukup tinggi. Selain itu masih terdapat beberapa lokasi rawan gerakan tanah di wilayah Kecamatan Lubuk Begalung yaitu antara lain di Bukit Gaung, Bukit Pampangan, Bukit Lampu (Bappeda Kota Padang, 2010).

131

6.3.2. Analisis Mitigasi Bencana

Dokumen terkait