• Tidak ada hasil yang ditemukan

Polisi meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan memeriksa rekening para tersangka pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Dari sini, antara lain, akan terlihat “naik-turun”-nya hubungan Nasrudin, Antasari, dan Rhani.

SEPUCUK Surat datang ke meja Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Yunus Husein. Surat penting itu, dua pekan lalu, dikirim oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya. Isinya meminta lembaga pimpinan Yunus itu segera menelisik sejumlah rekening milik para tersangka kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zalkarnaen.

Ini memang perkembangan baru kasus “pembunuhan Nasrudin”. Setelah menangkap para tersangka pelakunya dan memeriksa mereka secara marathon, polisi mulai memeriksa dari arah lain: arus keluar masuk duit rekening para tersangka.

Kepada Tempo yang menghubunginya Rabu pekan lalu, Yunus Husein tak menampik adanya surat permintaan dari polisi yang dikirim ke kantornya itu. Tapi, rekening siapa saja yang ditelusuri, Yunus tak mau bicara banyak. “Sekitar tiga orang,” katanya.

Selain “sekitar tiga orang” itu, ada rekening yang juga diminta polisi untuk ditelisik, yakni rekening Rhani Juliani, salah satu saksi penting kasus pembunuhan Nasrudin. Permintaan untuk menelusuri rekening wanita yang dinikahi secara siri

oleh Nasrudin itu dikirim dalam surat terpisah.

Menurut Yunus, pihaknya sempat meminta polisi melengkapi data para pemilik rekening tersebut. “Khususnya alamat dan tempat tanggal lahir,” kata Yunus. Menurut sumber Tempo, rekening yang sedang ditelisik Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan itu adalah rekening Antasari Azhar, Nasrudin, dan Sigid Haryo Wibisono, Komisaris PT Pers Indonesia Merdeka, yang juga karib Antasari.

Sejauh ini, memang baru rekening Rhani yang diperiksa polisi. Kepada polisi, Rhani menunjukkan rekeningnya yang berisi puluhan juta rupiah. Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar M. Iriawan menegaskan jumlahnya bukan ratusan miliar seperti yang selama ini dikabarkan. “Tidak sampai sebesar itu,” ujarnya. Tapi belakangan, menurut sumber Tempo, polisi tetap meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan memeriksa rekening Rhani lantaran mantan gadis caddy itu diduga memiliki rekening lain.

Menurut sumber Tempo, soal rekening Rhani yang mencurigakan sudah muncul ketika perempuan tersebut “diamankan” Kepolisian Resor Tangerang sehari setelah penembakan Nasrudin pada 14 Maret lalu. Rhani diperiksa beberapa kah di Polres Tangerang. Polisi kala itu “mencium” gadis 22 tahun ini memiliki rekening dengan isi yang “gemuk”. “Ratusan juta,” kata sumber itu, tak mau menyebut angka pastinya.

Semula keberadaan uang dengan jumlah cukup besar itu tak begitu menjadi perhatian polisi. Tapi belakangan, setelah polisi melihat kasus pembunuhan Nasrudin itu bisa jadi bukan soal selingkuh, masalah rekening ini kemudian didalami. Polisi menduga ada motif lain di luar sekadar urusan pelecehan seksual seperti yang dikatakan pengacara Nasrudin.

Sumber Tempo menyebutkan, salah satu kecurigaan polisi, Rhani memiliki rekening yang berfungsi sebagai “rekening penampungan”. Polisi curiga di rekening itulah Nasrudin dan Antasari menyimpan duit mereka. Pemakaian rekening pihak yang tak memiliki hubungan apa-apa itu akan menyulitkan siapa pun yang mencoba menelusurinya. “Bisa jadi, setelah hubungan mereka ini pecah, Nasrudin mengeluarkan ancaman akan membuka soal rekening itu,” ujar sumber tersebut. Soal rekening ini, Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Indonesia Komisaris Jenderal Susno Duadji juga menolak memberikan pernyataan. “Kami tidak bisa mempublikasikan. Informasi itu sifatnya rahasia,” kata Susno.

Adanya motif lain di luar urusan perselingkuhan juga diendus para pengacara Antasari. Maqdir Ismail, anggota tim pengacara Antasari, membenarkan soal ini. Menurut dia, polisi memang mulai mencari-cari motif lain dalam penembakan Nasrudin. Indikasinya jelas: polisi mulai mengorek rekening para tersangka. “Mereka juga memanggil para saksi dari lingkaran yang tidak berhubungan langsung dengan kasus penembakan,” kata Maqdir.

Menurut Maqdir, pencarian motif itu terlihat dari “tingkah laku” para penyidik. Di sela pemberkasan terhadap Antasari, misalnya, para penyidik kadang melontarkan pertanyaan lain. Misalnya soal penanganan kasus tertentu. “Secara spesifik mereka juga menanyakan soal jual-beli perkara,” ujar Maqdir.

Hanya, diakui Maqdir, materi pertanyaan itu belum masuk materi per-tanyaan dalam berita acara pemeriksaan resmi. la menduga mungkin polisi baru mencari-cari informasi karena belum memiliki bukti akurat soal motif itu. “Sehingga

mereka belum bisa langsung mengklarifikasinya kepada para tersangka,” kata Maqdir. Soal dugaan motif lain itu, juru bicara Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira, menyatakan polisi masih mendalaminya. “Dalam waktu dekat akan terungkap semua,” ujarnya.

Penyelidikan polisi terhadap kasus pembunuhan Nasrudin dibatasi pada hubungan Antasari, Nasrudin, dan Rhani

Menurut informasi yang diperoleh Tempo, motif lain yang kini digali pe-nyidik itu terkait dengan urusan pemerasan. Ada dugaan Nasrudin, Sigid, dan Antasari merupakan “tiga sekawan” dalam urusan “memainkan” perkara. Nasrudin kerap mengatasnamakan Antasari jika berhadapan dengan klien yang ingin perkaranya “dibereskan”.

Soal perdagangan perkara ini, menurut sumber itu, polisi telah memperoleh sejumlah informasi. Sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi lembaga yang memiliki kontrol kuat Antasari diduga kerap mencari celah untuk bermain di luar sistem. “Istilahnya, dia buka warung sendiri,” ujar seorang penyidik di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya. Jika sebuah perkara di proses di Komisi, di luar sistem, sekelompok orang juga “mengolah” perkara itu untuk kepentingan isi perut mereka sendiri.

Nah, menurut sumber itu, suatu saat ada kasus yang batal “diangkat” di Komisi gara-gara dibereskan di luar sistem. Uang pun mengalir. Namun Nasrudin tak kebagian, sehingga ia mengancam dan memeras. “Ia mengancam membongkar kasus tersebut jika Antasari tidak menuruti sejumlah keinginannya,” kata si sumber. Ancaman inilah, ujar sumber itu, yang membuat Antasari kemudian mencari perlin-dungan ke kepala kepolisian dan sejumlah orang dekatnya.

Kuasa hukum Nasrudin, Boyamin Saiman, menyatakan sangat mendukung Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menelusuri aliran uang rekening mereka yang terkait kasus ini, terutama Nasrudin, Antasari, dan Rhani. “Arus dana di rekening mereka itu bisa menunjukkan bagaimana naik-turunnya hubungan mereka bertiga,” ujarnya kepada Tempo, Jumat pekan lalu. “Dari sini polisi juga bisa menelusuri dari mana sumber uang itu.”

Maqdir Ismail membantah keras jika Antasari, Sigid Haryo Wibisono, dan Nasrudin dikatakan sebagai tiga sekawan yang membisniskan perkara korupsi yang masuk Komisi. Soal ini, kata dia, juga tidak pernah ditanyakan dalam pemeriksaan Antasari. Pengacara Sigid, Hermawan Pamungkas, menyatakan hal serupa. “Pak Sigid tidak kenal dengan Nasrudin,” katanya.

Juniver Girsang, kuasa hukum Antasari lainnya, menyatakan gembira jika penyidik mengembangkan motif lain di balik dugaan pembunuhan berencana itu. “Karena motif yang ada selama ini perlu dipertanyakan,” ujarnya.

Namun sumber Tempo di Polda Metro Jaya yakin kasus pembunuhan Antasari ini pada akhirnya tak akan bergeser, tetap terkait dengan asmara. “Hanya ada tambahan bumbu-bumbunya,” kata sumber itu. Bumbu yang dimaksud, ya, perihal rekening tersebut.

Kepada para wartawan yang mencegatnya Rabu pekan lalu, Iriawan juga menegaskan penyelidikan polisi terhadap kasus pembunuhan Nasrudin dibatasi pada hubungan Antasari, Nasrudin, dan Rhani. “Soal korupsi biar nanti terungkap di sidang pengadilan,” katanya. (Ramidi, Anne L. Handayani, Amandra Mustika Megarani).

Analisis

Pada edisi ini Tempo memuat berita mengenai rekening para tersangka pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Yang menjadi narasumber pada pemberitaan tersebut yaitu Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Yunus Husein, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar M. Iriawan, sumber Tempo, Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Indonesia Komisaris Jenderal Susno Duadji, pengacara Antasari, Maqdir Ismail, juru bicara Markas Besar Polri, Inspektur Jenderal Abubakar Nataprawira, seorang penyidik di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya, Kuasa hukum Nasrudin, Boyamin Saiman, Pengacara Sigid, Hermawan Pamungkas, Juniver Girsang, kuasa hukum Antasari.

Dalam berita ini terjadi beberapa proses inklusi yaitu :

1. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Tapi, rekening siapa saja yang ditelusuri, Yunus tak mau bicara banyak. “Antasari, Rhani, Sigid,” katanya.

Abstraksi Tapi, rekening siapa saja yang ditelusuri, Yunus tak mau bicara banyak. “Sekitar tiga orang,” katanya.

Dalam kalimat pertama disebut secara jelas rekening siapa saya yang ditelusuri dalam mengungkap kasusu pembunuhan Nasrudin, sementara dalam kalimat kedua dengan membuat sesuatu yang abstrak seperti “sekitar tiga orang”.

Khalayak akan mempersepsikan lain antara yang disebut secara jelas dengan yang dibuat dalam bentuk abstraksi.

2. Nominasi-Identifikasi

Nominasi Permintaan untuk menelusuri rekening wanita itu dikirim dalam surat terpisah.

Identifikasi Permintaan untuk menelusuri rekening wanita yang dinikahi secara siri oleh Nasrudin itu dikirim dalam surat terpisah.

Dari pemberitaan diatas dalam kalimat kedua dapat kita lihat anak kalimat “wanita yang dinikahi secara siri oleh Nasrudin” merupakan penjelasan mengenai status dari seorang Rhani dan hal tersebut juga menggambarkan Rhani secara buruk. Identifikasi ini bisa menimbulkan makna tertentu bagi para khalayak. Makna yang muncul dari kalimat tersebut bisa pertanyaan-pertanyaan kenapa Rhani dinikahi secara siri, penulisan seperti itu juga menunjukkan bahwa Rhani dan Nasrudin memiliki hubungan yang dekat sehingga Rhani harus diperiksa terkait meninggalnya Nasrudin.

3. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Kepada polisi, Rhani menunjukkan rekeningnya yang berisi seratus juta rupiah.

Abstraksi Kepada polisi, Rhani menunjukkan rekeningnya yang berisi puluhan juta rupiah.

Dalam pemberitaan diatas pada kalimat kedua menampilkan bahwa Rhani menunjukkan rekeningnya yang berisi puluhan juta rupiah. Kata puluhan juta rupiah merupakan jumlah abstrak, uang yang ada di rekening. Hal tersebut bisa memberikan informasi yang berbeda jika diterima khalayak karena disebutkan secara abstrak, dan akan sangat berbeda pula bila disebutkan secara jelas.

4. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar M. Iriawan menegaskan jumlahnya bukan ratusan miliar seperti yang selama ini dikabarkan

Abstraksi Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar M. Iriawan menegaskan jumlahnya bukan ratusan miliar seperti yang selama ini dikabarkan

Sama halnya dengan pembahasan no 4 yang menyebutkan jumlah yang abstrak dimana kalimat kedua ditampilkan “Komisaris Besar M. Iriawan menegaskan jumlahnya bukan ratusan miliar seperti yang dikabarkan” Kalimat tersebut memiliki kesamaaan dengan kalimat-kalimat pembahasan sebelumnya seperti kta Puluhan, Seantero dan Jutaan, tentu saja akan memberikan persepsi yang berbeda terhadap khalayak yang membaca.

5. Nominasi- Kategorisasi

Nominasi Tapi belakangan, menurut sumber Tempo, polisi tetap meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan memeriksa rekening Rhani lantaran diduga memiliki rekening lain.

Kategorisasi Tapi belakangan, menurut sumber Tempo, polisi tetap meminta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan memeriksa rekening Rhani lantaran mantan gadis caddy itu diduga memiliki rekening lain.

Pada kalimat kedua disebutkan bahwa Rhani lantaran mantan gadis caddy itu diduga memiliki rekening lain. Status Rhani yang merupakan mantan gadis caddy dipakai sebagai pengganti subjek Rhani. Lewat kategori ini terbentuk gambaran bahwa Rhani sebagai mantan caddy sering berkomunikasi di lapangan dengan pejabat, yang suka bermain golf.

Jika dianalisis lebih lanjut khalayak akan mempersepsikan bahwa Rhani merupakan seorang mantan gadis caddy, dikaitkan dengan kalimat sebelumnya menyatakan Rhani dinikahi siri oleh Nasrudin akan dipersepsikan berbeda oleh khalayak bahwa Rhani kemungkinan mengincar harta Nasrudin, hal tersebut akan memposisikan Rhani kearah yang buruk.

6. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Polisi kala itu “mencium” gadis 22 tahun ini memiliki rekening dengan jumlah lima ratus juta rupiah

Abstraksi Polisi kala itu “mencium” gadis 22 tahun ini memiliki rekening dengan isi yang “gemuk”.

Kalimat kedua diatas kembali memberikan suatu pernyataan yang abstrak dilihat dari kalimat kedua Rhani memiliki rekening dengan isi yang “gemuk”. Kata “gemuk” akan memberi persepsi berbeda terhadap khalayak, dengan kata tersebut khalayak akan berasumsi bahwa Rhani terlibat kedalam kasus pembunuhan Nasrudin, bisa saja Rhani memiliki tabungan yang lebih besar jumlahnya dari tabungan yang sudah ada.

Khalayak juga bisa mempersepsikan berbeda dengan menampilkan penelusuran Rekening baik dari Rhani Juliani maupun dari para tersangka lain, hal tersebut dapat memberi persepsi bahwa kasus pembunuhan Nasrudin memiliki kaitan yang erat dengan masalah keuangan sehingga polisi menelisik rekening para tersangka untuk membuktikan apakah ada kaitan dengan tindak korupsi, secara garis besar dengan melihat penelisikan rekening tersebut khalayak akan mempersepsikan bahwa kasus pembunuhan Nasrudin bukan hanya sekedar cinta segitiga, melainkan kasus korupsi.

7. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi “Dua ratus juta,” kata sumber itu, tak mau menyebut angka pastinya.

Abstraksi “Ratusan juta,” kata sumber itu, tak mau menyebut angka pastinya.

Kalimat diatas memiliki pembahasan yang sama dengan pembahasan no 3 dan 4 yaitu mengenai jumlah yang abstrak dalam menyebutkan jumlah rekening tabungan Rhani, hal tersebut dilihat dari kalimat kedua yang menyatakan “Ratusan juta,”.

Menampilkan suatu jumlah yang abstrak, padahal mungkin saja informan mengetahui jumlah pasti dari rekening tersebut, hal ini dapat kita lihat dilihat dari kalimat penjelas “tak mau menyebut angka pastinya”. Tak mau menyebut angka pasti memiliki arti bahwa sebenarnya pijak berwajib telah mengetahui jumlah rekening tersebut dengan pasti, tetapi tidak memberikan kepastian jumlah tersebut kepada khalayak, hal tersebut kembali akan memberi persepsi berbeda kepada khalayak kenapa tidak diberikan jumlah yang pasti, seolah kasus tersebut ditutupi untuk khalayak.

8. Nominasi-Identifikasi

Nominasi Sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi lembaga yang memiliki kontrol kuat Antasari diduga kerap mencari celah untuk bermain di luar sistem. ujar seorang penyidik di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya. Jika sebuah perkara di proses di Komisi, di luar sistem, sekelompok orang juga “mengolah” perkara itu untuk kepentingan isi perut mereka sendiri.

Identifikasi Sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi lembaga yang memiliki kontrol kuat Antasari diduga kerap mencari celah untuk bermain di luar sistem. “Istilahnya, dia buka warung sendiri,” ujar seorang penyidik di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya. Jika sebuah perkara di proses di Komisi, di luar sistem, sekelompok orang juga “mengolah” perkara itu untuk kepentingan isi perut mereka sendiri.

Strategi wacana ini hampir mirip dengan kategorisasi, yakni bagaimana suatu kelompok, peristiwa atau tindakan tertentu didefenisikan. Bedanya dalam identifikasi, proses pendefenisian ini dilakukan dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Pemberian kategorisasi terhadap seseorang atau sekelompok orang senngkali mensugestikan makna tertentu karena umumnya berupa penilaian

atas seseorang, kelompok, atau tindakan tertentu. Ini merupakan strategi wacana di mana satu orang, kelompok atau tindakan diberi penjelasan yang buruk sehingga ketika diterima oleh khalayak akan buruk pula.(Eriyanto, 2001).

Dengan memberikan anak kalimat “Istilahnya, dia buka warung sendiri,” Antasari Azhar digambarkan secara buruk, tidak baik moralnya karena berhubungan erat dengan kelompok-kelompok yang memanfaatkan perkara di komisi untuk kepentingan pribadi mereka, sehingga orang akan berfikir tidak heran kalau Antasari diduga menjadi tersangka utama oleh karena label buruk yang diberikan. Pemakaian penjelas berupa anak kalimat itu seringkali bukan hanya berupa penilaian yang subjektif mengenai diri seseorang atau tindakan, tetapi seringkali memakai label-label yang diterima apa adanya.

9. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Semula keberadaan uang dengan jumlah lima ratus juta itu tak begitu menjadi perhatian polisi.

Abstraksi Semula keberadaan uang dengan jumlah cukup besar itu tak begitu menjadi perhatian polisi.

Kalimat kedua “Semula keberadaan uang dengan jumlah cukup besar itu tak begitu menjadi perhatian polisi.” Jumlah cukup besar merupakan suatu abstraksi yang akan memberikan suatu persepsi yang berbeda bagi siapa saja yang menerima informasi tersebut, dengan kalimat tersebut persepsi khalayak akan mengasosiasikan kasus pembunuhan tersebut dengan kasus pembunuhan yang didasari oleh kasus korupsi.

10.Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Jika sebuah perkara di proses di Komisi, di luar sistem, X dan Y juga “mengolah” perkara itu untuk kepentingan isi perut mereka sendiri.

Abstraksi Jika sebuah perkara di proses di Komisi, di luar sistem, sekelompok orang juga “mengolah” perka-ra itu untuk kepentingan isi perut mereka sendiri.

Pembahasan diatas memiliki proses yang sama dengan pembahasan sebelumnya mengenai abstraksi. Kalimat kedua menyebutkan jumlah orang secara abstrak, dimana ditulis kalimat bahwa “sekelompok orang juga “mengolah” perka-ra itu untuk kepentingan isi perut mereka sendiri.” Akan sangat berbeda sekali seandainya ditulis dengan nama aktor yang jelas sehingga khalayak akan mempersepsikan suatu informasi kearah yang benar, akan sangat berbeda bila disebutkan secara abstrak khalayak akan mempersepsikan lain terhadap kasus tersebut.

Dengan menyebutkan sesuatu yang abstrak tersebut, khalayak akan mempersepsikan bahwa ada sekelompok orang yang memanfaatkan kasus-kasus korupsi untuk kepentingan pribadi sejumlah orang, dengan demikian persepsi khalayak akan berbeda bahwa ada yang tidak beres di KPK, terkait dengan setiap

kasus korupsi yang ditangani oleh Lembaga pemerintahan tersebut, sekaligus hal tersebut akan memarjinalkan KPK termasuk Antasari yang merupakan ketua KPK.

Dikaitkan dengan kasus pembunuhan yang menewaskan seorang direktur utama PT. Putra Rajawali Banjaran, dimana Antasari dikaitkan serta dijadikan sebagai tersangka. Posisi Antasari sebagai ketua KPK nonaktif beserta jajaran pada lembaga yang menangani kasus korupsi tersebut akan sangat buruk. Kinerja yang selama ini telah dijalankan bisa dipandang sebelah mata oleh khalayak.

Dengan menampilkan kalimat “sekelompok orang juga “mengolah” perka-ra itu untuk kepentingan isi perut mereka sendiri”. Masyaperka-rakat mempersepsikan segala kinerja dan proses penanganan kasus korupsi KPK akan dipersepsikan secara buruk.

4.1.10. Edisi : 25-31 Mei 2009