• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gobak sodor adalah suatu oermainan didalam area bujur sangkar yang dibatasi dengan garis kapur yang terdiri dari 2 tim terdiri dari tim jaga dan tim pemain dengan masing-masing tim beranggotakan 4-5 anak. Dalam bermain gobak sodor sangatlah dibutuhkan kerjasama agar tidak tersentuh oleh tim jaga. Hal ini dikarenakan jika salah tim pemain tersentuh oleh tim jaga, maka otomatis tim pemain akan gagal dan bergantian menjadi tim jaga.

10 3) Kerjasama

Kerjasama adalah suatu sikap anak yang diasah untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi yang dilakukan oleh anak dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain. Kerjasama mempunyai ciri-ciri yaitu anak dapat bergabung dalam suatu kelompok bermain, mempunyai sikap saling berbagi, saling mengerti, selain itu anak juga dapat bertanggungjawab atas suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan dengan tujuan yang sama.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disampaikan konsep-konsep teoritis yang mendasari pelaksanaan penelitian, yang di dalamnya membahas mengenai teori penelitian yang relevan, yang di dalamnya akan membahas permainan tradisional gobak sodor, meliputi: pengertian permainan tradisional, pengertian permainan gobak sodor, cara bermain permainan gobak sodor dan aturan permainan gobak sodor, nilai-nilai dalam permainan gobak sodor, unsur kerjasama dalam permainan gobak sodor. Kemudian akan di bahas mengenai sikap kerjasama, meliputi pengertian sikap kerjasama, tujuan kerjasama, indicator sikap kerjasama, factor yang mempengaruhi sikap kerjasama.

2.1 Kajian Teori

1) Permainan Tradisional Gobak Sodor (1) Pengertian Permainan Tradisional

Ali & Aqobah (2020: 71) mengungkapkan Permainan tradisional adalah suatu permainan yang berasal dari suatu daerah tertentu yang berpegang teguh pada adat dan norma tertentu. James Danandjaja mengungkapkan bahwa permainan tradisional adalah suatu bentuk permainan anak-anak yang beredar secara lisan, berbentuk tradisional dan diwarisi secara turun temurun serta mempunyai banyak variasi. Azizah (2016: 284) menjelaskan permainan tradisional sudah tumbuh dan berkembang sejak zaman dahulu dan setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda. Kurniati (2016: 2) mengemukakan bahwa permainan tradisional merupakan suatu permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu serta mempunyai nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Haris (2016: 16) mendefinisikan bahwa permainan tradisional merupakan simbol dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya.

Mulyani (2016: 10-20) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional terdiri dari 7 nilai yaitu demokrasi, pendidikan, kepribadian, keberanian, kesehatan, persatuan, dan moral. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa permainan tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat.

12 (2) Pengertian Permainan Gobak Sodor

Achroni (2012: 55) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok dan jumlah pemain harus genap.

Mulyani (2016: 161) mengungkapkan bahwa permainan tradisional gobak sodor adalah permainan kelompok yang terdiri dari 2 tim dengan masing kelompok terdiri dari 3-5 orang. Ariyanti (2014: 12) menerangkan bahwa permainan gobak sodor adalah suatu permainan yang dilakukan di dalam area bujursangkar yang dibatasi oleh garis kapur yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan yang masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan, masing-masing tim terdiri dari 4-6 orang. Adapun gambar permainan gobak sodor dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber: Insfira (2020)

(3) Cara dan aturan Permainan Gobak Sodor

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 664) mengungkapkan bahwa permainan gobak sodor mempunyai lapangan yang berbentuk persegi empat yang luasnya disesuaikan dengan jumlah pemain. Permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim dan masing-masing tim terdiri dari 3 orang atau lebih. Permainan gobak sodor mempunyai aturan yaitu tim jaga menghalangi tim lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik dalam are yang telah ditentukan. Tingkat kesulitannya yaitu tim yang bermain harus bisa melewati tim jaga tanpa tersentuh sehingga dibutuhkan kecakapan dalam berlari dan strategi yang tepat. Achroni (2012: 58) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yaitu tim penjaga dan tim lawan sebagai pemain. Setiap anggota tim pemain harus berusaha untuk mencapai garis belakang arena dan tim

Gambar 2.1 Permainan Gobak Sodor

13

penjaga akan menyentuhnya. Jika tersentuh, maka kedua tim bergantian sebagai pemain dan penjaga. Iswinarti (2017: 112) mengungkapkan bahwa aturan permainan gobak sodor yaitu setelah pemain terbagi menjadi 2 tim, maka kedua tim bersiap untuk menjadi pemain dan tim jaga bersiap digaris yang telah ditentukan. Selanjutnya, penjaga 1 hanya bias bergerak disepanjang garis 1, penjaga 2 hanya bias bergerak disepanjang garis 2, dan seterusnya. Tim pemain harus melewati tim jaga dari garis pertama hingga akhir tanpa tersentuh. Ketika ada pemain yang lolos maka itulah yang pemenangnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa cara dan aturan dalam bermain gobak sodor adalah permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yang beranggotakan 3-5 orang. 2 tim tersebut ada tim jaga dan tim pemain. Tim pemain harus bias melewati tim jaga tanpa tersentuh sama sekali. Jika tim pemain tersentuh, maka posisinya akan bertukar yaitu tim jaga menjadi tim pemain, dan tim pemain menjadi tim jaga, begitulah seterusnya hingga ada yang menjadi pemenang. Implementasi permainan gobak sodor dalam meningkatkan kerjasama siswa dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah Permainan Gobak Sodor Langkah-Langkah Permainan

Gobak Sodor

Aktivitas Anak

Membuat garis/lapangan gobak sodor Anak membuat garis/lapangan permainan gobak sodor

Pemain dibagi menjadi 2 tim. Terdiri dari tim jaga dan tim lawan.

Anak melakukan hompimpa untuk penentuan anggota kelompok secara heterogen. Setelah kelompok terbentuk, ketua kelompok melakukan suit untuk menentukan tim jaga dan tim lawan.

Tim jaga akan menjaga lapangan, dan tim lawan melewati tim jaga tanpa tersentuh.

Kelompok tim jaga menjaga lapangan.

Penjaga garis horizontal tugasnya menghalangi lawan dibagian garis horizontal agar tidak bisa melewati garis batas.

Sedangkan penjaga vertical menjaga keseluruhan garis vertical. Sedangkan tim lawan harus melewati tim jaga dari depan ke belakang kemudian kembali lagi ke depan tanpa tersentuh tim jaga.

14 (4) Nilai-nilai Pada Permainan Gobak Sodor

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 665) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor mempunyai 5 nilai sebagai berikut:

a. Nilai kejujuran

Anak akan memiliki nilai kejujuran ketika bermain gobak sodor. Misalnya jika ia tersentuh oleh tim jaga maka ia akan mengakui bahwa ia sudah tersentuh, selain itu ia juga tidak keluar dari gari penjagaan.

b. Nilai sportivitas

Anak akan terbiasa bermain sportif dan tidak marah jika kalah serta mau menerima dengan lapang dada.

c. Nilai kerjasama

Anggota tim jaga akan berusaha untuk mempertahankan garis batas tersebut agar tim lawan tidak bisa melewati garis batas tersebut, sedangkan anggota tim yang bermain akan berusaha melewati garis bata secara bolak-balik. Sehingga kerjasama dalam permainan gobak sodor sangatlah dibutuhkan.

d. Nilai pengaturan strategi

Nilai strategi berguna untuk merangsang aktivitas berpikir seorang anak tentang bagaimana agar bisa menerobas dan mengecoh tim jaga agar tidak dapat tersentuh oleh tim jaga.

e. Nilai kepemimpinan

Dalam permainan gobak sodor sangatlah diperlukan. Hal ini digunakan agar cara dan strategi dalam bermain gobak sodor dapat tersusun dengan rapi. Nilai kepemimpinan didapat dengan menirukan dari anak yang lebih tua dalam memimpin sehingga anak yang lebih kecil mempunyai acuan dan panutan.

Wulandari (2015: 1) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor yaitu kejujuran, kerjasama, kepemimpinan, penyusunan strategi, kelincahan, sportifitas, kekompakkan, demokrasi, perjuangan, skill, dan spiritual. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor yaitu sportivitas, kejujuran, kerjasama, penyusunan strategi, dan nilai kepemimpinan.

(5) Unsur Kerjasama Dalam Permainan Gobak Sodor

Susanto (2015: 183) menjelaskan bahwa kerjasama berarti sikap mau berkerjasama dengan kelompok. Prayuanti (2014: 13) menerangkan bahwa kerjasama yaitu suatu

15

kemampuan berkerjasama dengan orang lain dan mengutamakan semangat kelompok.

Dalam proses berkerjasama, seorang anak dilatih untuk lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu.

Nugraha (2014: 6-16) mengungkapkan bahwa kerjasama adalah berkerjasama dalam suatu kelompok, menyelesaikan suatu permasalahan secara bersama-sama dan memainkan permainan sebagai satu tim. Kristiani, Manuaba, & Darsana (2017: 182) mengungkapkan bahwa sikap kerjasama sangatlah diperlukan bagi perkembangan anak.

Kerjasama mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk lebih menyiapkan anak denga-pn berbagai macam keterampilan baru agar terus berkembang, membentuk kepribadian anak agar dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, selain itu sikap kerjasama juga mempunyai tujuan untuk menciptakan mental anak agar anak mempunyai rasa percaya diri dan mudah beradaptasi. Husdarta (2011: 115) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu gejala untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk mencapai kepentingan bersama dan tujuan bersama. Sehingga sikap kerjasama harus dibiasakan dan dimulai sejak masa kanak-kanak terutama di dalam kehidupan keluarga dan lingkungannya.

Khasanah (2015:3-4) mengungkapkan bahwa melalui sikap kerjasama, seorang anak mampu mengembangkan kemampuan social emosionalnya seperti beajar tanggungjawab, berbagi, saling membantu, dan mampu menyelesaikan masalah dalam kelompok. Salah satu alat yang digunakan untuk bermain dan menumbuhkan sikap kerjasama adalah permainan tradisional gobak sodor. Maryanti (2014: 17) menjelaskan bahwa permainan tradisional yang dimaksud adalah permainan tradisional yang sifatnya beregu yang dapat melatih rasa social yang tinggi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa melalui permainan tradisional gobak sodor, sikap kerjasama anak dapat berkembang. Hal ini dikarenakan dalam permainan gobak sodor, seorang anak mau tidak mau akan dituntut untuk berkerjasama dengan timnya.

2) Kerjasama

(1) Pengertian Kerjasama

Lewis & Elaine B (2014: 164) menerangkan bahwa kerjasama adalah suatu pengelompokkan yang ada diantara makhluk hidup. Pratiwi, Ardianti, & Kanzunnudin (2018: 178) mendefinisikan bahwa kerjasama merupakan kemampuan yang dilakukan oleh beberapa anak untuk saling membantu sehingga akan tampak suatu kebersamaan dan kekompakkan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Soekanto (2012: 66) menjelaskan bahwa kerjasama merupakan usaha bersama antara individu atau

16

kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Restu, Mareza, & Yuwono (2020: 24) menjelaskan bahwa kerjasama adalah suatu aktivitas yang terdapat di kelompok kecil yang terdapat kegiatan saling berbagi dan bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Elfindri (2012: 100) mengungkapkan bahwa sikap kerjasama adalah keinginan atau kemampuan untuk berkerjasama dengan orang lain secara berkelompok. Samani (2012: 51) mendefinisikan bahwa kerjasama adalah kemauan untuk bekerjasama dengan baik, mempunyai prinsip bahwa tujuan akan lebih mudah tercapai jika dikerjakan secara bersama-sama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kerjasama adalah suatu sikap anak yang diasah untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi yang dilakukan oleh anak dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain.

(2) Tujuan kerjasama

Funali (2014: 60-61) menejelaskan bahwa kerjasama mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Memaksimalkan suatu bentuk proses kerjasama yang terjadi secara ilmiah diantara peserta didik.

b. Menciptakan suatu pembelajaran yang berpusat pada pesera didik.

c. Mampu mengembangkan pemikiran yang kritis dan keterampilan dalam pemecahan masalah.

d. Belajar menghargai konteks social.

e. Memupuk hubungan yang saling menghargai dan mendukung satu sama lain.

f. Membangun semangat belajar.

Maasawet (2010: 2) menjelaskan bahwa tujuan dari bekerjasama adalah untuk mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi, meningkatkan minat, sikap toleransi, sikap sosialisasi serta percaya diri terhadap setiap perbedaan yang ada di individu. Berdasakarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kerjasama adalah mengembangkan tingkat pemikiran serta memupul hubungan yang saling mengahragai dan mendukung satu sama lain.

(3) Indicator Kerjasama

Kerjasama merupakan salah satu sikap yang harus dikembangkan. Sikap kerjasama memiliki beberapa indicator. Isjoni (2013: 65) menjelaskan bahwa indicator sikap kerjasama yaitu 1) Penggunaan kesepakatan, 2) Menghargai kontribusi satu sama lain yaitu saling mengharagi berbagai kontribusi baik tenaga maupun pikiran, 3) Saling

17

berbagi tugas yaitu adanya pembagian tugas sehingga menciptakan dan memberikan kepercayaan bahwa anggota tim bisa melaksanakan tugas tersebut, 4) Berada dalam sebuah tim atau kelompok yaitu bahwa setiap kerjasama merupakan gabungan dari beberapa individu yang kemudian terbentuk sebagai kelompok, 5) Serta mendorong partisipasi yaitu setiap kerjasama mampu mendorong partisipasi antar anggota tim agar anggota tim mampu dan mau ikut serta dalam mencapai tujuan. Fitri (2012: 107) menjelaskan bahwa kerjasama mempunyai beberapa indicator yaitu 1) Menggabungkan tenaga pribadi dan orang lain untuk mencapai tujuan bersama-sama 2) Serta saling membagi tugas bersama orang lain dengan tujuan yang sama. Johnson F. Johnson dalam Huda (2015: 55) menjelaskan indikator kerjasama adalah sebagai berikut: 1) Saling mengerti dan percaya satu sama lain yaitu dalam kerjasama harus mempunya rasa percaya agar saat proses kerjasama berlangsung dapat berjalan dengan lancar, 2) Berkomunikasi secara jelas dan tidak ambigu yaitu adanya komunikasi secara jelas agar tidak menimbulkan suatu konflik, 3) Saling menerima dan mendukung satu sama lain yaitu dalam proses kerjasama harus saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing anggota, 4) Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Setiap kerjasama dalam setiap anggota tim harus ada rasa saling mengerti dan percaya satu sama lain agar anggota tim tidak mudah diadu domba. Selain itu dalam kerjasama harus memiliki komunikasi yang baik dan jelas terhadap sesama anggota dan saling menerima serta mendukung satu sama lain. Indicator yang terakhir yaitu mendamaikan perdebatan yang melahirkan konflik, bahwa setiap tim akan menciptakan suatu konflik karena setiap anggota tim berasal dan mempunyai ide dan pikiran yang berbeda-beda. Sehingga, berdasarkan beberapa pendapat di atas, indicator yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Johnson F. Johnson.

(4) Faktor yang Mempengaruhi Sikap Kerjasama

Setiyanti (2012: 63) mengungkapkan bahwa kerjasama mempunyai beberapa factor yaitu sebagai berikut:

a. Mengakui kemampuan masing-masing.

b. Mengerti dan memahami masalah yang dihadapi.

c. Mempunyai komunikasi yang baik.

d. Memahami kesulitan dan kelemahan antar anggota.

e. Koordinasi yang baik.

18

f. Adanya keterbukaan dan kepercayaan.

g. Melibatkan anggota lain.

Muhaimin (2010:1) menjelaskan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi sikap kerjasama, sebagai berikut:

a. Anak berada pada lingkungan yang positif dan bebas tekanan.

b. Menyampaikan suatu pesan secara verbal dan non verbal.

c. Melibatkan anak dalam berkomunikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi kerjasama adalah saling menghargai, mempunyai komunikasi yang baik. Selain itu diperlukan koordinasi yang baik dan melibatkan anggota lain dalam berkomunikasi atau memberikan pendapat.

2.2 Kajian Penelitian Relevan

Selain itu, di dalam penelitian ini juga terdapat beberapa jurnal penelitian relevan.

Jurnal penelitian relevan adalah suatu jurnal penelitian yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Di bawah ini merupakan jurnal penelitian relevan adalah Penelitian yang dilakukan oleh (Junanto, Lindarti, & Syamsiyati, 2020) dengan judul “Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal anak meningkat setelah bermain permainan tradisional cublak-cublak suweng. Hal ini menunjukkan bahwa cublak-cublak suweng bersifat hiburan dan mempunyai nilai-nilai yang salah satunya untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak seperti nilai kebersamaan. Selain itu, juga mengajarkan kepatuhan pada peraturan permainan dan sabar dalam mengantri menunggu giliran, serta meningkatkan komunikasi anak yang menjadi indikator kecerdasan interpersonal anak.

Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Ekayati, 2015) dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional “Gobag Sodor” Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional Gobag Sodor berpengaruh terhadap kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Hal ini dibuktikan dengan nilai uji F yang menunjukkan korelasi antara permainan tradisional gobag sodor dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini &

Nurhafizah, 2020) dengan judul “Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak”. Hasil penelitian menujukkan bahwa

19

permainan tradisional gobak sodor mampu merangsang sikap kerjasama anak. Hal ini dikarenakan permainan gobak sodor merupakan permainan yang bersifat tim dan mempunyai tujuan agar dapat meraih kemenangan, sehingga anak yang awalnya mempunyai rasa kerjasama yang rendah akan berusaha untuk bekerja sama dalam meraih tujuan yaitu kemenangan agar tidak tersentuh oleh tim jaga.

Penelitian yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Idhayani &

Kurniawati, 2020) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap tahapan siklus mengalami peningkatan. Pada evaluasi tes awal hanya mencapai 40%, akan tetapi ketika diterapkan tindakan siklus I melalui kegiatan permainan tradisional gobak sodor, kemampuan kerjasama anak meningkat 65%. Kemudian pada siklus II, kemampuan kerjasama anak meningkat sebesar 90%. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa penerapan kegiatan bermain permainan tradisional gobak sodor secara optimal dapat meningkatkan kerjasama anak.

Dalam penelitian ini tentunya mempunyai persamaan serta peredaan terhadap kajian penelitian relevan. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan kajian penelitian relevan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Kajian Penelitian Relevan No. Kajian Penelitian

Relevan

Perbedaan Persamaan

1. (Junanto, Lindarti, &

Syamsiyati, 2020) dengan judul “Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak”

- Jenis permainan tradisional yang berbeda.

Penelitian (Junanto, Lindarti, & Syamsiyati, 2020) mmenggunakan permainan cublak-cublak suweng, sedangkan penelitian ini menggunakan permainan tradisional

- Variable dalam penelitian (Junanto, Lindarti,

& Syamsiyati, 2020) menggunakan kecerdasan interpersonal, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kerjasama anak. Interpersonal Pada Anak Usia Dini”

- Variable dalam penelitian (Ekayati, 2015) merupakan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal anak usia dini. Sedangkan penelitian ini berfokus pada kecerdasan interpersonal aspek kerjasama.

- Subjek penelitian pada penelitian (Ekayati, 2015) merupakan anak usia dini, sedangkan pada penelitian ini merupakan anak usia 10 tahun.

- Penelitian (Anggraini & Nurhafizah, 2020) tentang stimulasi kemampuan kerjasama di

- Variable penelitian

20

“Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak”

taman kanak-kanak sedangkan pada penelitian ini berfokus pada peningkatan kerjasama anak usia 10 tahun.

meneliti

- jenis penelitian pada penelitian (Idhayani &

Kurniawati, 2020) adalah PTK, sedangkan pada penelitian ini PAR.

- Variable

Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan tentang kecerdasan interpersonal yang mempunyai arti suatu bentuk kecerdasan yang ditunjukkan dengan cara anak bersosialisasi, bergaul, berkerjasama, serta kemampuan untuk mengikuti kegiatan akademik. Sikap kerjasama dapat diwujudkan melalui permainan tradisional salah satunya yaitu gobak sodor. Permainan tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat. Akan tetapi, pada era 4.0 ini, permainan tradisional semakin memudar. Banyak anak-anak zaman sekarang yang tidak tau permainan tradisional gobak sodor.

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang akan dibahas, maka kerangka berpikir yang akan peneliti gunakan yaitu konsep dari permainan gobak sodor yang dijadikan sebagai peningkatan sikap kerjasama, dampak adanya permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama. Dampak adanya permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama akan dipengaruhi beberapa factor dan kriteria dari kerjasama. Penjelasan mengenai kerangka berpikir sesuai dengan latar belakang yang telah peneliti uraikan. Dari beberapa langkah tersebut, peneliti diharuskan untuk menganalisis serta memahami dan mendalami mengenai apa yang akan diteliti sehingga akan tercipta suatu tujuan penelitian dan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan, serta bermanfaat bagi masyarakat.

Pengetahuan mengenai permainan tradisional yang sedikit bisa mengakibatkan permainan tersebut bisa hilang. Melalui hal ini peneliti mencoba meneliti internalisasi permainan tradisional gobak sodor sebagai bentuk sikap kerjasama dalam kecerdasan interpersonal. Maka kerangka berpikir yang peneliti gunakan sebagai berikut:

21

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa Implementasi permainan gobak sodor dapat meningkatkan kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

Kondisi Awal

Siklus 1:

Implementasi permainan tradisional gobak sodor untuk meningkatkan

kerjasama siswa dengan tiap tim terdiri dari 4 orang.

Rendahnya sikap kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2. tradisional gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama siswa

dengan tiap tim terdiri dari 6 orang.

Implementasi permainan tradisional gobak sodor dapat meningkatkan sikap kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 di era

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tenggeles RT 3 RW 2 yang terdapat di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus yang terdiri dari anak usia 10 tahun. Hal ini dikarenakan di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 sangat banyak anak usia 10 tahun mempunyai kerjasama yang rendah serta tidak mengetahui permainan gobak sodor

Penelitian ini dilakukan di Desa Tenggeles RT 3 RW 2 yang terdapat di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus yang terdiri dari anak usia 10 tahun. Hal ini dikarenakan di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 sangat banyak anak usia 10 tahun mempunyai kerjasama yang rendah serta tidak mengetahui permainan gobak sodor

Dokumen terkait