• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI PERMAINAN GOBAK SODOR DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK USIA 10 TAHUN DI DESA TENGGELES RT 3 RW 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL SKRIPSI IMPLEMENTASI PERMAINAN GOBAK SODOR DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK USIA 10 TAHUN DI DESA TENGGELES RT 3 RW 2"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI PERMAINAN GOBAK SODOR DALAM MENINGKATKAN KERJASAMA ANAK USIA 10 TAHUN DI

DESA TENGGELES RT 3 RW 2

Oleh

NIA PUSPITASARI NIM: 201833196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUDS 2021

(2)

ii

ABSTRAK

(3)

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I ... 5

PENDAHULUAN ... 5

1.1 LATAR BELAKANG ... 5

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 8

1.3 TUJUAN PENELITIAN... 8

1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 8

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 9

1.6 DEFINISI OPERASIONAL... 9

1) Permainan Tradisional ... 9

2) Gobak Sodor ... 9

3) Kerjasama ... 10

BAB II ... 11

KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kajian Teori ... 11

1) Permainan Tradisional Gobak Sodor ... 11

2) Kerjasama ... 15

2.2 Kajian Penelitian Relevan ... 18

2.3 Kerangka Berpikir ... 20

2.4 Hipotesis Tindakan ... 21

BAB III ... 22

METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.1.1 Tempat Penelitian ... 22

3.1.2 Waktu Penelitian ... 22

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 22

3.2.1 Pendekatan Penelitian ... 22

3.2.2 Jenis Penelitian ... 22

3.3 Populasi Dan Sampel ... 27

3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 27

(4)

iv

3.4.1 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kuantitatif ... 28

3.4.2 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kualitatif ... 28

3.5 Validitas ... 29

3.6 Teknik Analisis Data ... 30

3.5.1 Data Kuantitatif ... 30

3.5.2 Data Kualitatif ... 31

3.7 Indikator Keberhasilan ... 32

DAFTAR PUSTAKA ... 33

LAMPIRAN... 38

(5)

5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saat ini kita berada di zaman yang disebut sebagai era industri 4.0 yang ditandai dengan canggihnya teknologi secara pesat, meningkatnya konektivitas, dan kecerdasan visual. Era industri 4.0 atau biasa disebut dengan era teknologi merupakan sebagai salah satu penyebab lunturnya permainan tradisional. Hal ini dikarenakan, banyak anak yang bermain menggunakan hp, seperti halnya game online. Ningsih (2016: 36) menjelaskan bahwa teknologi merupakan salah satu ancaman sebagai lunturnya nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Selain itu, kecerdasan interpersonal anak sebagai salah satu peran penting dalam masa perkembangan anak sekolah dasar juga akan terganggu. Nur (2013:

87) mengungkapkan bahwa hampir semua anak bermain game online, hal ini tentunya mempunyai dampak yang positif juga negatif.

Saputra & Ekawati (2017: 49) mengungkapkan bahwa game online mempunyai dampak positif karena dapat melatih kecerdasan misalnya game perang yaitu menyusun sebuah strategi ketika harus menyerang dan mempertahankan diri, akan tetapi game online lebih banyak mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan anak yaitu game online dapat membuat seorang anak kecanduan, selain itu timbulnya rasa malas untuk melakukan aktivitas lainnya seperti belajar, serta bolos sekolah. Game online juga dapat menimbulkan dapat negatif terhadap perkembangan anak sekolah dasar terutama pada kecerdasan interpersonal anak. Anggraini & Nurhafizah (2020: 3472) berpendapat bahwa adanya game online atau teknologi, kecerdasan interpersonal anak terutama dalam aspek kerjasama juga akan terganggu, karena melalui game online, anak akan lupa dengan sosialisai atau lingkungan sekitar. Seorang anak cenderung asyik bermain sendiri dengan hpnya dan enggan berkerjasama dengan teman sebayanya.

Masa perkembangan anak usia 10 tahun membutuhkan sosialisasi dengan teman sekitar, lingkungannya, dan dirinya sendiri, selain itu masa perkembangan anak sangatlah penting terutama masa perkembangan anak sekolah dasar. Sit (2015: 11) mengungkapkan bahwa masa perkembangan anak dibagi menjadi 3 periode yaitu masa kecil mulai umur 0- 7 tahun, umur 7-14 tahun masa anak belajar atau sekolah tingkat rendah, dan yang terakhir umur 14-21 tahun yaitu masa remaja dan pubertas. Anggraini & Nurhafizah (2020: 3473) menjelaskan bahawa pada usia 10 tahun, seorang anak mulai menunjukkan keinginan

(6)

6

berkomunikasi dengan dunia secara luas. Anak-anak dengan usia 10 tahun menunjukkannya dengan suatu kegemaran atau hal yang ia senangi yang biasa disebut dengan hobby. Anak dengan usia masa bermain sudah tidak ingat lagi dengan hal yang lain ketika sudah melakukan suatu kegiatan yang ia senangi, sehingga masa perkembangan anak begitu penting.

Suyadi (2014: 33) menjelaskan bahwa masa perkembangan anak mempunyai dampak yang begitu besar terhadap kecerdasan interpersonal salah satunya sikap kerjasama anak.

Suyadi (2014: 33) mendefinisikan bahwa kecerdasan interpersonal adalah suatu kecerdasan yang ditunjukkan dengan kemampuan anak ketika bersosialisasi dengan orang lain, seperti mudah bergaul, bekerja sama, memahami orang lain. Soekanto (2012: 66) menjelaskan bahwa kerjasama merupakan usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak yang berguna dalam masa perkembangan anak yaitu melalui bermain, salah satunya permainan tradisional. Bermain mempunyai banyak hal positif dalam masa perkembangan anak, terutama anak sekolah dasar. Sahidun (2018: 14) menjelaskan bahwa melalui bermain, anak akan diberikan kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Selain itu, melalui bermain seorang anak juga dapat bereksplorasi dan bereksperimen tentang sekitarnya.

Seriati & Hayati (2012: 14) mengungkapkan permainan tradisional telah terbukti dapat merangsang keterampilan sosial anak. Dharmamulya (2010: 123) mengungkapkan permainan tradisional juga mempunyai nilai-nilai budaya antara lain yaitu melatih sikap mandiri, berani, bertanggungjawab, jujur, kerjasama, saling membantu, saling menjaga, membela, berjiwa demokrasi, patuh, ketepatan berpikir dan bertindak, tidak cengeng.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 5 September 2021 di Desa Tenggeles RT 3 RW 2, masih banyak ditemukan anak yang hanya fokus bermain handphone dan tidak bersosalisasi dengan lingkungannya. Hal ini ditemukan pada anak usia 10 tahun, padahal anak dengan usia 10 tahun perlu pembentukan sikap kerjasama. Sikap kerjasama anak sangatlah rendah, hal ini dibuktikan dengan kurangnya sosialisasi dan kurangnya bermain secara bersama dengan teman sebayanya. Selain itu, di era 4.0 yang canggih teknologi seperti ini, permainan tradisional kurang diminati. Mulai luntur dan hilangnya nilai budaya, padahal setiap jenis permainan tradisional perlu dilestarikan. Banyak anak yang lebih tertarik dengan game online, bahkan anak-anak kurang tau permainan tradisional salah satunya permainan gobak sodor (Lampiran 2, hal.40-42).

(7)

7

Sikap kerjasama anak perlu ditingkatkan karena setiap anak membutuhkan bantuan orang lain dan akan hidup menjadi manusia sosial. Serli (2014: 109-114) menjelaskan bahwa sikap sosial adalah sebuah kegiatan berinteraksi dengan orang lain. Perkembangan sikap sosial dapat dikembangkan melalui permainan tradisional. Adanya permainan tradisional mampu meningkatkan rasa sosialisasi dan rasa kerjasama antar anak. Salah satu permainan tradisional yang sering dimainkan anak adalah gobak sodor.

Permainan tradisional gobak sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang memiliki nilai kerjasama yang tinggi. Adanya permainan tradisional anak akan berusaha untuk berkerjasama dan menyusun strategi dengan temannya. Gobak sodor merupakan permainan olahraga beregu yang membuthkan kerjasama. Ariyanti (2014: 10-20) mengungkapkan dalam pelaksanaannya pada permainan gobak sodor juga terlibat beberapa unsur penguasaan seperti keterampilan teknik, taktik, fisik, serta mental. Gobak sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang dilakukan disebuah arena bujursangkar yang dibatasi oleh kapur, terdiri dari tim jaga dan tim lawan. Jika pemain tersentuh penjaga, maka kedua tim bergantian sebagai tim pemain dan tim jaga. Gobak sodor mempunyai kelebihan untuk mengasah sikap kerjasama seorang anak. Hal ini dikarenakan, dalam permainan gobak sodor sangatlah diperlukan strategi dan kerjasama agar tim pemain tidak tersentuh oleh tim jaga. Dalam bermain gobak sodor, anak akan berkerja sama dan menyusun strategi agar tidak tersentuh oleh tim jaga dan bisa mencapai kemenangan. Melalui langkah pernainan gobak sodor, anak akan berusaha menyusun strategi agar mampu mencapai tujuan bersama yaitu kemenangan dan keberhasilan, sehingga permainan tradisional gobak sodor mampu untuk meningkatkan sikap kerjasama di era 4.0.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini & Nurhafizah (2020) yang mendapatkan hasil bahwa permainan tradisional gobak sodor mampu merangsang sikap kerjasama anak. Hal ini dikarenakan permainan gobak sodor bersifat tim dan mempunyai tujuan untuk mencapai kemenangan, sehingga anak yang awalnya mempunyai rasa kerjasama yang rendah akan berusaha berkerja sama dalam meraih kemanangan. Penelitian ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Idhayani

& Kurniawati (2020) yang mendapatkan hasil bahwa penerapan kegiatan bermain permainan tradisional gobak sodor secara optimal dapat meningkatkan kerjasama anak.

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa permainan tradisional yaitu gobak sodor mempunyai banyak manfaat salah satunya untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal anak usia 10 tahun dalam aspek kerjasama. Oleh karena itu, peneliti tertarik

(8)

8

untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Implementasi Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Kerjasama Anak Usia 10 Tahun Di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan peneliti di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Bagaimana peningkatan kerjasama anak di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 melalui permainan gobak sodor?

2) Apa saja factor yang dapat mempengaruhi kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Meningkatkan sikap kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

2) Menganalisis factor yang mempengaruhi kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian kali ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai kerjasama anak usia 10 tahun melalui permainan tradisional yaitu gobak sodor sehingga menambah khasanah pengetahuan terutama dibidang kecerdasan interpersoanl anak dan perkembangan anak.

2) Manfaat Praktis

(1) Manfaat Bagi Anak

a. Meningkatkan sosialisasi terutama dalam aspek kerjasama dengan teman sebaya.

b. Meningkatkan interaksi dengan teman sebaya.

c. Anak bisa berkesplorasi tentang dirinya sendiri, teman, dan lingkungannya.

(2) Manfaat Bagi Orang Tua

a. Memberikan informasi bahwa melalui permainan tradisional gobak sodor efektif terhadap internalisasi sikap kerjasama dalam bentuk kecerdasan interpersonal.

(9)

9 (3) Manfaat Bagi Peneliti Lain

a. Memberikan referensi dan pengetahuan mengenai penelitian tentang permainan tradisional gobak sodor dalam internalisasi sikap kerjasama sebagai bentuk kecerdasan interpersonal anak sehingga dapat melengkapi penelitian terdahulu.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Sesuai dengan judul penelitian “Implementasi Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Kerjasama Anak Usia 10 Tahun Di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2” maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1) Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kerjasama anak usia 10 tahun.

2) Penelitian ini terfokus pada anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles RT 3 RW 2 dengan jumlah 12 orang.

3) Penelitian ini meneliti tentang kerjasama anak usia 10 tahun melalui implementasi permainan gobak sodor.

1.6 DEFINISI OPERASIONAL

Sesuai dengan judul penelitian “Implementasi Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Sikap Kerjasama Anak Usia 10 Tahun Di Era 4.0” maka definisi operasional dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah suatu bentuk kegiatan permainan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Permainan tradisional mempunyai banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan secara holistik dan terintegrasi.

Selain itu permainan tradisional juga dapat mengembangkan dan membangun sikap kerjasama dan sosial emosional anak.

2) Gobak Sodor

Gobak sodor adalah suatu oermainan didalam area bujur sangkar yang dibatasi dengan garis kapur yang terdiri dari 2 tim terdiri dari tim jaga dan tim pemain dengan masing-masing tim beranggotakan 4-5 anak. Dalam bermain gobak sodor sangatlah dibutuhkan kerjasama agar tidak tersentuh oleh tim jaga. Hal ini dikarenakan jika salah tim pemain tersentuh oleh tim jaga, maka otomatis tim pemain akan gagal dan bergantian menjadi tim jaga.

(10)

10 3) Kerjasama

Kerjasama adalah suatu sikap anak yang diasah untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi yang dilakukan oleh anak dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain. Kerjasama mempunyai ciri-ciri yaitu anak dapat bergabung dalam suatu kelompok bermain, mempunyai sikap saling berbagi, saling mengerti, selain itu anak juga dapat bertanggungjawab atas suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan dengan tujuan yang sama.

(11)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disampaikan konsep-konsep teoritis yang mendasari pelaksanaan penelitian, yang di dalamnya membahas mengenai teori penelitian yang relevan, yang di dalamnya akan membahas permainan tradisional gobak sodor, meliputi: pengertian permainan tradisional, pengertian permainan gobak sodor, cara bermain permainan gobak sodor dan aturan permainan gobak sodor, nilai-nilai dalam permainan gobak sodor, unsur kerjasama dalam permainan gobak sodor. Kemudian akan di bahas mengenai sikap kerjasama, meliputi pengertian sikap kerjasama, tujuan kerjasama, indicator sikap kerjasama, factor yang mempengaruhi sikap kerjasama.

2.1 Kajian Teori

1) Permainan Tradisional Gobak Sodor (1) Pengertian Permainan Tradisional

Ali & Aqobah (2020: 71) mengungkapkan Permainan tradisional adalah suatu permainan yang berasal dari suatu daerah tertentu yang berpegang teguh pada adat dan norma tertentu. James Danandjaja mengungkapkan bahwa permainan tradisional adalah suatu bentuk permainan anak-anak yang beredar secara lisan, berbentuk tradisional dan diwarisi secara turun temurun serta mempunyai banyak variasi. Azizah (2016: 284) menjelaskan permainan tradisional sudah tumbuh dan berkembang sejak zaman dahulu dan setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda. Kurniati (2016: 2) mengemukakan bahwa permainan tradisional merupakan suatu permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu serta mempunyai nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Haris (2016: 16) mendefinisikan bahwa permainan tradisional merupakan simbol dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya.

Mulyani (2016: 10-20) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional terdiri dari 7 nilai yaitu demokrasi, pendidikan, kepribadian, keberanian, kesehatan, persatuan, dan moral. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa permainan tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat.

(12)

12 (2) Pengertian Permainan Gobak Sodor

Achroni (2012: 55) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok dan jumlah pemain harus genap.

Mulyani (2016: 161) mengungkapkan bahwa permainan tradisional gobak sodor adalah permainan kelompok yang terdiri dari 2 tim dengan masing kelompok terdiri dari 3-5 orang. Ariyanti (2014: 12) menerangkan bahwa permainan gobak sodor adalah suatu permainan yang dilakukan di dalam area bujursangkar yang dibatasi oleh garis kapur yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan yang masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan, masing-masing tim terdiri dari 4-6 orang. Adapun gambar permainan gobak sodor dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sumber: Insfira (2020)

(3) Cara dan aturan Permainan Gobak Sodor

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 664) mengungkapkan bahwa permainan gobak sodor mempunyai lapangan yang berbentuk persegi empat yang luasnya disesuaikan dengan jumlah pemain. Permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim dan masing-masing tim terdiri dari 3 orang atau lebih. Permainan gobak sodor mempunyai aturan yaitu tim jaga menghalangi tim lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik dalam are yang telah ditentukan. Tingkat kesulitannya yaitu tim yang bermain harus bisa melewati tim jaga tanpa tersentuh sehingga dibutuhkan kecakapan dalam berlari dan strategi yang tepat. Achroni (2012: 58) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yaitu tim penjaga dan tim lawan sebagai pemain. Setiap anggota tim pemain harus berusaha untuk mencapai garis belakang arena dan tim

Gambar 2.1 Permainan Gobak Sodor

(13)

13

penjaga akan menyentuhnya. Jika tersentuh, maka kedua tim bergantian sebagai pemain dan penjaga. Iswinarti (2017: 112) mengungkapkan bahwa aturan permainan gobak sodor yaitu setelah pemain terbagi menjadi 2 tim, maka kedua tim bersiap untuk menjadi pemain dan tim jaga bersiap digaris yang telah ditentukan. Selanjutnya, penjaga 1 hanya bias bergerak disepanjang garis 1, penjaga 2 hanya bias bergerak disepanjang garis 2, dan seterusnya. Tim pemain harus melewati tim jaga dari garis pertama hingga akhir tanpa tersentuh. Ketika ada pemain yang lolos maka itulah yang pemenangnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa cara dan aturan dalam bermain gobak sodor adalah permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yang beranggotakan 3-5 orang. 2 tim tersebut ada tim jaga dan tim pemain. Tim pemain harus bias melewati tim jaga tanpa tersentuh sama sekali. Jika tim pemain tersentuh, maka posisinya akan bertukar yaitu tim jaga menjadi tim pemain, dan tim pemain menjadi tim jaga, begitulah seterusnya hingga ada yang menjadi pemenang. Implementasi permainan gobak sodor dalam meningkatkan kerjasama siswa dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Langkah Permainan Gobak Sodor Langkah-Langkah Permainan

Gobak Sodor

Aktivitas Anak

Membuat garis/lapangan gobak sodor Anak membuat garis/lapangan permainan gobak sodor

Pemain dibagi menjadi 2 tim. Terdiri dari tim jaga dan tim lawan.

Anak melakukan hompimpa untuk penentuan anggota kelompok secara heterogen. Setelah kelompok terbentuk, ketua kelompok melakukan suit untuk menentukan tim jaga dan tim lawan.

Tim jaga akan menjaga lapangan, dan tim lawan melewati tim jaga tanpa tersentuh.

Kelompok tim jaga menjaga lapangan.

Penjaga garis horizontal tugasnya menghalangi lawan dibagian garis horizontal agar tidak bisa melewati garis batas.

Sedangkan penjaga vertical menjaga keseluruhan garis vertical. Sedangkan tim lawan harus melewati tim jaga dari depan ke belakang kemudian kembali lagi ke depan tanpa tersentuh tim jaga.

(14)

14 (4) Nilai-nilai Pada Permainan Gobak Sodor

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 665) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor mempunyai 5 nilai sebagai berikut:

a. Nilai kejujuran

Anak akan memiliki nilai kejujuran ketika bermain gobak sodor. Misalnya jika ia tersentuh oleh tim jaga maka ia akan mengakui bahwa ia sudah tersentuh, selain itu ia juga tidak keluar dari gari penjagaan.

b. Nilai sportivitas

Anak akan terbiasa bermain sportif dan tidak marah jika kalah serta mau menerima dengan lapang dada.

c. Nilai kerjasama

Anggota tim jaga akan berusaha untuk mempertahankan garis batas tersebut agar tim lawan tidak bisa melewati garis batas tersebut, sedangkan anggota tim yang bermain akan berusaha melewati garis bata secara bolak-balik. Sehingga kerjasama dalam permainan gobak sodor sangatlah dibutuhkan.

d. Nilai pengaturan strategi

Nilai strategi berguna untuk merangsang aktivitas berpikir seorang anak tentang bagaimana agar bisa menerobas dan mengecoh tim jaga agar tidak dapat tersentuh oleh tim jaga.

e. Nilai kepemimpinan

Dalam permainan gobak sodor sangatlah diperlukan. Hal ini digunakan agar cara dan strategi dalam bermain gobak sodor dapat tersusun dengan rapi. Nilai kepemimpinan didapat dengan menirukan dari anak yang lebih tua dalam memimpin sehingga anak yang lebih kecil mempunyai acuan dan panutan.

Wulandari (2015: 1) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor yaitu kejujuran, kerjasama, kepemimpinan, penyusunan strategi, kelincahan, sportifitas, kekompakkan, demokrasi, perjuangan, skill, dan spiritual. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa nilai- nilai yang terkandung dalam permainan gobak sodor yaitu sportivitas, kejujuran, kerjasama, penyusunan strategi, dan nilai kepemimpinan.

(5) Unsur Kerjasama Dalam Permainan Gobak Sodor

Susanto (2015: 183) menjelaskan bahwa kerjasama berarti sikap mau berkerjasama dengan kelompok. Prayuanti (2014: 13) menerangkan bahwa kerjasama yaitu suatu

(15)

15

kemampuan berkerjasama dengan orang lain dan mengutamakan semangat kelompok.

Dalam proses berkerjasama, seorang anak dilatih untuk lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu.

Nugraha (2014: 6-16) mengungkapkan bahwa kerjasama adalah berkerjasama dalam suatu kelompok, menyelesaikan suatu permasalahan secara bersama-sama dan memainkan permainan sebagai satu tim. Kristiani, Manuaba, & Darsana (2017: 182) mengungkapkan bahwa sikap kerjasama sangatlah diperlukan bagi perkembangan anak.

Kerjasama mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk lebih menyiapkan anak denga-pn berbagai macam keterampilan baru agar terus berkembang, membentuk kepribadian anak agar dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, selain itu sikap kerjasama juga mempunyai tujuan untuk menciptakan mental anak agar anak mempunyai rasa percaya diri dan mudah beradaptasi. Husdarta (2011: 115) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu gejala untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk mencapai kepentingan bersama dan tujuan bersama. Sehingga sikap kerjasama harus dibiasakan dan dimulai sejak masa kanak-kanak terutama di dalam kehidupan keluarga dan lingkungannya.

Khasanah (2015:3-4) mengungkapkan bahwa melalui sikap kerjasama, seorang anak mampu mengembangkan kemampuan social emosionalnya seperti beajar tanggungjawab, berbagi, saling membantu, dan mampu menyelesaikan masalah dalam kelompok. Salah satu alat yang digunakan untuk bermain dan menumbuhkan sikap kerjasama adalah permainan tradisional gobak sodor. Maryanti (2014: 17) menjelaskan bahwa permainan tradisional yang dimaksud adalah permainan tradisional yang sifatnya beregu yang dapat melatih rasa social yang tinggi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa melalui permainan tradisional gobak sodor, sikap kerjasama anak dapat berkembang. Hal ini dikarenakan dalam permainan gobak sodor, seorang anak mau tidak mau akan dituntut untuk berkerjasama dengan timnya.

2) Kerjasama

(1) Pengertian Kerjasama

Lewis & Elaine B (2014: 164) menerangkan bahwa kerjasama adalah suatu pengelompokkan yang ada diantara makhluk hidup. Pratiwi, Ardianti, & Kanzunnudin (2018: 178) mendefinisikan bahwa kerjasama merupakan kemampuan yang dilakukan oleh beberapa anak untuk saling membantu sehingga akan tampak suatu kebersamaan dan kekompakkan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Soekanto (2012: 66) menjelaskan bahwa kerjasama merupakan usaha bersama antara individu atau

(16)

16

kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Restu, Mareza, & Yuwono (2020: 24) menjelaskan bahwa kerjasama adalah suatu aktivitas yang terdapat di kelompok kecil yang terdapat kegiatan saling berbagi dan bekerja secara bersama-sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Elfindri (2012: 100) mengungkapkan bahwa sikap kerjasama adalah keinginan atau kemampuan untuk berkerjasama dengan orang lain secara berkelompok. Samani (2012: 51) mendefinisikan bahwa kerjasama adalah kemauan untuk bekerjasama dengan baik, mempunyai prinsip bahwa tujuan akan lebih mudah tercapai jika dikerjakan secara bersama-sama. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kerjasama adalah suatu sikap anak yang diasah untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi yang dilakukan oleh anak dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain.

(2) Tujuan kerjasama

Funali (2014: 60-61) menejelaskan bahwa kerjasama mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Memaksimalkan suatu bentuk proses kerjasama yang terjadi secara ilmiah diantara peserta didik.

b. Menciptakan suatu pembelajaran yang berpusat pada pesera didik.

c. Mampu mengembangkan pemikiran yang kritis dan keterampilan dalam pemecahan masalah.

d. Belajar menghargai konteks social.

e. Memupuk hubungan yang saling menghargai dan mendukung satu sama lain.

f. Membangun semangat belajar.

Maasawet (2010: 2) menjelaskan bahwa tujuan dari bekerjasama adalah untuk mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi, meningkatkan minat, sikap toleransi, sikap sosialisasi serta percaya diri terhadap setiap perbedaan yang ada di individu. Berdasakarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan kerjasama adalah mengembangkan tingkat pemikiran serta memupul hubungan yang saling mengahragai dan mendukung satu sama lain.

(3) Indicator Kerjasama

Kerjasama merupakan salah satu sikap yang harus dikembangkan. Sikap kerjasama memiliki beberapa indicator. Isjoni (2013: 65) menjelaskan bahwa indicator sikap kerjasama yaitu 1) Penggunaan kesepakatan, 2) Menghargai kontribusi satu sama lain yaitu saling mengharagi berbagai kontribusi baik tenaga maupun pikiran, 3) Saling

(17)

17

berbagi tugas yaitu adanya pembagian tugas sehingga menciptakan dan memberikan kepercayaan bahwa anggota tim bisa melaksanakan tugas tersebut, 4) Berada dalam sebuah tim atau kelompok yaitu bahwa setiap kerjasama merupakan gabungan dari beberapa individu yang kemudian terbentuk sebagai kelompok, 5) Serta mendorong partisipasi yaitu setiap kerjasama mampu mendorong partisipasi antar anggota tim agar anggota tim mampu dan mau ikut serta dalam mencapai tujuan. Fitri (2012: 107) menjelaskan bahwa kerjasama mempunyai beberapa indicator yaitu 1) Menggabungkan tenaga pribadi dan orang lain untuk mencapai tujuan bersama-sama 2) Serta saling membagi tugas bersama orang lain dengan tujuan yang sama. Johnson F. Johnson dalam Huda (2015: 55) menjelaskan indikator kerjasama adalah sebagai berikut: 1) Saling mengerti dan percaya satu sama lain yaitu dalam kerjasama harus mempunya rasa percaya agar saat proses kerjasama berlangsung dapat berjalan dengan lancar, 2) Berkomunikasi secara jelas dan tidak ambigu yaitu adanya komunikasi secara jelas agar tidak menimbulkan suatu konflik, 3) Saling menerima dan mendukung satu sama lain yaitu dalam proses kerjasama harus saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing anggota, 4) Mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik.

Setiap kerjasama dalam setiap anggota tim harus ada rasa saling mengerti dan percaya satu sama lain agar anggota tim tidak mudah diadu domba. Selain itu dalam kerjasama harus memiliki komunikasi yang baik dan jelas terhadap sesama anggota dan saling menerima serta mendukung satu sama lain. Indicator yang terakhir yaitu mendamaikan perdebatan yang melahirkan konflik, bahwa setiap tim akan menciptakan suatu konflik karena setiap anggota tim berasal dan mempunyai ide dan pikiran yang berbeda-beda. Sehingga, berdasarkan beberapa pendapat di atas, indicator yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori menurut Johnson F. Johnson.

(4) Faktor yang Mempengaruhi Sikap Kerjasama

Setiyanti (2012: 63) mengungkapkan bahwa kerjasama mempunyai beberapa factor yaitu sebagai berikut:

a. Mengakui kemampuan masing-masing.

b. Mengerti dan memahami masalah yang dihadapi.

c. Mempunyai komunikasi yang baik.

d. Memahami kesulitan dan kelemahan antar anggota.

e. Koordinasi yang baik.

(18)

18

f. Adanya keterbukaan dan kepercayaan.

g. Melibatkan anggota lain.

Muhaimin (2010:1) menjelaskan bahwa ada 3 faktor yang mempengaruhi sikap kerjasama, sebagai berikut:

a. Anak berada pada lingkungan yang positif dan bebas tekanan.

b. Menyampaikan suatu pesan secara verbal dan non verbal.

c. Melibatkan anak dalam berkomunikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa factor- faktor yang mempengaruhi kerjasama adalah saling menghargai, mempunyai komunikasi yang baik. Selain itu diperlukan koordinasi yang baik dan melibatkan anggota lain dalam berkomunikasi atau memberikan pendapat.

2.2 Kajian Penelitian Relevan

Selain itu, di dalam penelitian ini juga terdapat beberapa jurnal penelitian relevan.

Jurnal penelitian relevan adalah suatu jurnal penelitian yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Di bawah ini merupakan jurnal penelitian relevan adalah Penelitian yang dilakukan oleh (Junanto, Lindarti, & Syamsiyati, 2020) dengan judul “Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal anak meningkat setelah bermain permainan tradisional cublak-cublak suweng. Hal ini menunjukkan bahwa cublak-cublak suweng bersifat hiburan dan mempunyai nilai-nilai yang salah satunya untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak seperti nilai kebersamaan. Selain itu, juga mengajarkan kepatuhan pada peraturan permainan dan sabar dalam mengantri menunggu giliran, serta meningkatkan komunikasi anak yang menjadi indikator kecerdasan interpersonal anak.

Penelitian selanjutnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Ekayati, 2015) dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional “Gobag Sodor” Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional Gobag Sodor berpengaruh terhadap kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Hal ini dibuktikan dengan nilai uji F yang menunjukkan korelasi antara permainan tradisional gobag sodor dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini &

Nurhafizah, 2020) dengan judul “Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak”. Hasil penelitian menujukkan bahwa

(19)

19

permainan tradisional gobak sodor mampu merangsang sikap kerjasama anak. Hal ini dikarenakan permainan gobak sodor merupakan permainan yang bersifat tim dan mempunyai tujuan agar dapat meraih kemenangan, sehingga anak yang awalnya mempunyai rasa kerjasama yang rendah akan berusaha untuk bekerja sama dalam meraih tujuan yaitu kemenangan agar tidak tersentuh oleh tim jaga.

Penelitian yang keempat yaitu penelitian yang dilakukan oleh (Idhayani &

Kurniawati, 2020) dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap tahapan siklus mengalami peningkatan. Pada evaluasi tes awal hanya mencapai 40%, akan tetapi ketika diterapkan tindakan siklus I melalui kegiatan permainan tradisional gobak sodor, kemampuan kerjasama anak meningkat 65%. Kemudian pada siklus II, kemampuan kerjasama anak meningkat sebesar 90%. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa penerapan kegiatan bermain permainan tradisional gobak sodor secara optimal dapat meningkatkan kerjasama anak.

Dalam penelitian ini tentunya mempunyai persamaan serta peredaan terhadap kajian penelitian relevan. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan kajian penelitian relevan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Kajian Penelitian Relevan No. Kajian Penelitian

Relevan

Perbedaan Persamaan

1. (Junanto, Lindarti, &

Syamsiyati, 2020) dengan judul “Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak”

- Jenis permainan tradisional yang berbeda.

Penelitian (Junanto, Lindarti, & Syamsiyati, 2020) mmenggunakan permainan cublak- cublak suweng, sedangkan penelitian ini menggunakan permainan tradisional

- Variable dalam penelitian (Junanto, Lindarti,

& Syamsiyati, 2020) menggunakan kecerdasan interpersonal, sedangkan penelitian ini untuk meningkatkan kerjasama anak.

Menggunakan permainan tradisional.

2. (Ekayati, 2015) dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional “Gobag Sodor”

Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini”

- Variable dalam penelitian (Ekayati, 2015) merupakan kecerdasan intrapersonal dan interpersonal anak usia dini. Sedangkan penelitian ini berfokus pada kecerdasan interpersonal aspek kerjasama.

- Subjek penelitian pada penelitian (Ekayati, 2015) merupakan anak usia dini, sedangkan pada penelitian ini merupakan anak usia 10 tahun.

Menggunakan permainan gobak sodor.

3. (Anggraini & Nurhafizah, 2020) dengan judul

- Penelitian (Anggraini & Nurhafizah, 2020) tentang stimulasi kemampuan kerjasama di

- Variable penelitian

(20)

20

“Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak”

taman kanak-kanak sedangkan pada penelitian ini berfokus pada peningkatan kerjasama anak usia 10 tahun.

meneliti tentang kerjasama anak melalui permainan gobak sodor.

4. (Idhayani & Kurniawati, 2020) dengan judul

“Meningkatkan

Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor”

- jenis penelitian pada penelitian (Idhayani &

Kurniawati, 2020) adalah PTK, sedangkan pada penelitian ini PAR.

- Variable penelitian sama-sama meningkatkan kerjasama melalui permainan gobak sodor.

2.3 Kerangka Berpikir

Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan tentang kecerdasan interpersonal yang mempunyai arti suatu bentuk kecerdasan yang ditunjukkan dengan cara anak bersosialisasi, bergaul, berkerjasama, serta kemampuan untuk mengikuti kegiatan akademik. Sikap kerjasama dapat diwujudkan melalui permainan tradisional salah satunya yaitu gobak sodor. Permainan tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat. Akan tetapi, pada era 4.0 ini, permainan tradisional semakin memudar. Banyak anak-anak zaman sekarang yang tidak tau permainan tradisional gobak sodor.

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang akan dibahas, maka kerangka berpikir yang akan peneliti gunakan yaitu konsep dari permainan gobak sodor yang dijadikan sebagai peningkatan sikap kerjasama, dampak adanya permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama. Dampak adanya permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama akan dipengaruhi beberapa factor dan kriteria dari kerjasama. Penjelasan mengenai kerangka berpikir sesuai dengan latar belakang yang telah peneliti uraikan. Dari beberapa langkah tersebut, peneliti diharuskan untuk menganalisis serta memahami dan mendalami mengenai apa yang akan diteliti sehingga akan tercipta suatu tujuan penelitian dan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan, serta bermanfaat bagi masyarakat.

Pengetahuan mengenai permainan tradisional yang sedikit bisa mengakibatkan permainan tersebut bisa hilang. Melalui hal ini peneliti mencoba meneliti internalisasi permainan tradisional gobak sodor sebagai bentuk sikap kerjasama dalam kecerdasan interpersonal. Maka kerangka berpikir yang peneliti gunakan sebagai berikut:

(21)

21

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir 2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa Implementasi permainan gobak sodor dapat meningkatkan kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

Kondisi Awal

Siklus 1:

Implementasi permainan tradisional gobak sodor untuk meningkatkan

kerjasama siswa dengan tiap tim terdiri dari 4 orang.

Rendahnya sikap kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

Hasil Akhir Penelitian Tindakan

Siklus 2:

Implementasi permainan tradisional gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama siswa

dengan tiap tim terdiri dari 6 orang.

Implementasi permainan tradisional gobak sodor dapat meningkatkan sikap kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 di era

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi Pengamatan Perencanaa

n

Pelaksanaan

Pengamatan

Refleksi

(22)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tenggeles RT 3 RW 2 yang terdapat di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus yang terdiri dari anak usia 10 tahun. Hal ini dikarenakan di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 sangat banyak anak usia 10 tahun mempunyai kerjasama yang rendah serta tidak mengetahui permainan gobak sodor terutama anak yang berusia 10 tahun. Sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian di Desa Tenggeles.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Desember 2021 – 20 Januari 2022.

Penelitian berlangsung selama 2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari 3 pertemuan.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian 3.2.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian campuran (Mixed Methods) yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Sugiyono (2016: 297) menerangkan bahwa metode penelitian kombinasi adalah metode yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam sebuah penelitian untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, valid reliabel, dan objektif.

3.2.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Participatory Action Research (PAR). B (2003) mengungkapkan bahwa PAR merupakan suatu penelitian yang melibatkan beberapa orang dalam penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengubah dan memperbaiki. Affandi (2013) menjelaskan bahwa Participatory Action Research (PAR) adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari suatu paradigma baru tentang ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan pengetahuan tradisional.

Penelitian ini akan melibatkan beberapa anak dilingkungan masyarakat yang sesuai dengan kata PAR yang selalu berhubungan yaitu partisipasi, riset, dan aksi.

(23)

23

Ketiga kata itu selalu berkaitan satu sama lain. Artinya suatu hasil penelitian yang telah dilakukan secara partisipasif kemudian diimplementasikan ke dalam aksi. Aksi partisipasif yang benar akan menjadi tepat sasaran, begitupun sebaliknya. Aksi yang didasarkan pada riset aksi yang tidak memiliki dasar permasalahan dan kondisi subyek penelitian yang sebenarnya akan menjadi kontraproduktif. Setelah kegiatan aksi, maka akan dilanjutkan dengan evaluasi dan refleksi. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan sikap kerjasama anak usia 10 tahun melalui implementasi permainan tradisional gobak sodor. Perbaikan tersebut dilakukan secara bertahap dan terus menerus selama penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Model Kemmis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2010: 17). Model Kemmis dan Mc Taggart dapat dilihat pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Siklus PAR Model Kemmis dan Mc Taggart

Berdasarkan gambar 3.1 terlihat bahwa siklus PAR model Kemmis dan Mc Taggart dimulai dari perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observing), refleksi (reflecting) yang terus berulang pada siklus berikutnya. Adapun proses penelitian PAR (Paarticipatory Action Research) secara rinci diuraikan sebagai berikut:

3.2.2.1 Perencanaan Tindakan

Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui adanya permasalahan yang terjadi. Kemudian mengidentifikasi masalah serta analisis social penyebab terjadinya permasalahan kurangnya sikap kerjasama serta

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

SIKLUS 1

Observasi Refleksi

Refleksi Pelaksanaan

Tindakan Perencanaan

Tindakan

SIKLUS

2

(24)

24

rendahnya minat terhadap permainan tradisional. Solusi adanya permasalahan tersebut yaitu implementasi permainan gobak sodor untuk mengembangkan sikap kerjasama anak usia 10 tahun. Kemudian peneliti menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan, dan menyiapkan lembar observasi, lembar angket, dan lembar wawancara.

3.2.2.2 Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan merupakan bentuk implementasi solusi dari tahap perencanaan tindakan yaitu implementasi permainan gobak sodor untuk meningkatkan sikap kerjasama anak usia 10 tahun di era 4.0. penelitian dilakukan di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Dalam tahap pelaksanaan tindakan, peneliti tidak membatasi siklus yang dilakukan tetapi peneliti melakukan penelitian 1 siklus terdiri dari 3 pertemuan. Penelitian berhenti jika hasil dari siklus yang dilakukan sudah mencapai batas keberhasilan yang telah ditentukan.

Penelitian ini berpedoman pada peningkatan sikap kerjasama anak usia 10 tahun di era 4.0. Di bawah ini merupakan langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut:

2. Siklus 1

1) Perencanaan

a. Menyiapkan bahan dan alat untuk permainan gobak sodor.

b. Pencarian data anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 sebagai bentuk dokumentasi.

c. Membuat lembar observasi, lembar kuesioner, serta lembar wawancara untuk mengobservasi aktivitas anak selama permainan gobak sodor berlangsung.

d. Membuat lembar wawancara untuk orang tua yang digunakan untuk mengobservasi orang tua yang ada di Desa Tenggeles tentang sikap kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

2) Pelaksanaan dan Pengamatan

Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan terbagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

a. Pendahuluan

Dalam pendahuluan peneliti memberi salam dan mengkondisikan anak agar tidak berbicara sendiri. Kemudian, anak diberikan kuesioner sebagai pretest sebelum bermain gobak sodor. Setelah anak mengerjakan kuesioner, peneliti menjelaskan pengertian gobak

(25)

25

sodor dan memberikan contoh secara langsung serta memberikan informasi cara bermain dan aturan dalam permainan gobak sodor.

b. Inti

Dalam kegiatan inti, anak dibagi menjadi 2 tim secara heterogen.

Satu tim terdiri dari 4 orang. 2 tim tersebut terdiri dari tim jaga dan tim lawan. Setelah itu, beberapa anak membuat garis lapangan gobak sodor. Tim jaga bertujuan untuk menjaga tim lawan agar tidak bisa melewati garis lapangan, sedangkan tim lawan mempunyai tujuan agar bisa melewati tim jaga tanpa tersentuh dari depan hingga kembali lagi ke depan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap anak-anak yang sedang melakukan permainan gobak sodor. Jika salah satu pemain tim lawan tersentuh oleh tim jaga, maka pertandingan selesai dan tim lawan bergantian menjadi tim jaga dan tim jaga menjadi tim lawan sampai ada yang menjadi pemenangnya diantara salah satu tim.

c. Penutup

Peneliti melakukan pengumuman siapa diantara 2 tim tersebut yang memenangkan pertandingan. Setelah itu penyampaian waktu bermain lagi, serta salam penutup.

3) Refleksi

a. Menganalisis dan membuat daftar permasalahan yang mengganggu pada siklus I.

b. Menganalisis faktor yang mempengaruh sikap kerjasama selama permainan gobak sodor berlangsung.

c. Merencanakan perencanaan tindak lanjut (perbaikan) pada siklus II.

3. Siklus II

1) Perencanaan

a. Menelaah hasil refleksi siklus I dan memperbaikinya.

b. Membuat lembar observasi serta pedoman dokumentasi yang digunakan untuk mengamati aktivitas anak selama bermain gobak sodor.

c. Membuat kusioner post test yang diberikan kepada anak setelah selesai bermain gobak sodor.

(26)

26 2) Pelaksanaan dan Pengamatan

a. Pendahuluan

Dalam pendahuluan peneliti memberi salam dan mengkondisikan anak agar tidak berbicara sendiri. Kemudian, anak diberikan kuesioner sebagai pretest sebelum bermain gobak sodor. Setelah anak mengerjakan kuesioner, peneliti menjelaskan pengertian gobak sodor dan memberikan contoh secara langsung serta memberikan informasi cara bermain dan aturan dalam permainan gobak sodor.

b. Inti

Dalam kegiatan inti, anak dibagi menjadi 2 tim secara heterogen.

Satu tim terdiri dari 4 orang. 2 tim tersebut terdiri dari tim jaga dan tim lawan. Setelah itu, beberapa anak membuat garis lapangan gobak sodor. Tim jaga bertujuan untuk menjaga tim lawan agar tidak bisa melewati garis lapangan, sedangkan tim lawan mempunyai tujuan agar bisa melewati tim jaga tanpa tersentuh dari depan hingga kembali lagi ke depan. Peneliti melakukan pengamatan terhadap anak-anak yang sedang melakukan permainan gobak sodor. Jika salah satu pemain tim lawan tersentuh oleh tim jaga, maka pertandingan selesai dan tim lawan bergantian menjadi tim jaga dan tim jaga menjadi tim lawan sampai ada yang menjadi pemenangnya diantara salah satu tim.

c. Penutup

Peneliti melakukan pengumuman siapa diantara 2 tim tersebut yang memenangkan pertandingan. Setelah itu penyampaian waktu bermain lagi, serta salam penutup.

3) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap siklus II serta menganalisis dan membuat kesimpulan atas implementasi permainan gobak sodor untuk meningkatkan sikap kerjasama di era 4.0. Apabila hasil sikap kerjasama anak belum ada peningkatan, maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

(27)

27 3.2.2.3 Refleksi

Refleksi merupakan suatu kegiatan untuk mengevalusai serta melihat rencana dari awal hingga akhir, kendala, dan hal-hal yang perlu adanya perubahan rencana atau tidak. Refleksi mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan menunjukkan keberhasilan atau tidak. Pada tahap refleksi, peneliti memulai dengan menentukan apakah tindakan yang dilakukan untuk pemecahan suatu masalah sudah mencapai tujuan atau belum. Dalam tahap ini, peneliti mengambil keputusan untuk melakukan siklus lanjutan atau berhenti karena permasalahan telah terpecahkan sekaligus mencari tahu sejauh mana tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki dan meningkatkan permasalahan yang diteliti.

3.3 Populasi Dan Sampel

Garaika (2019: 48) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dipelajari oleh peneliti dan diambil kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rw 2 dengan jumlah 26 anak dan Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 terdiri dari 12 anak. Pemilihan anak usia 10 tahun dikarenakan anak usia 10 tahun hanya focus pada game online dan kurang bekerjasama dengan teman sebayanya. Padahal sikap kerjasama sangatlah penting bagi perkembangan anak usia 10 tahun.

Garaika (2019: 48) sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari dan meneliti seluruh populasi tersebut. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, maka peneliti hanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Teknik sampling adalah teknik pengambilan atau menentukan sampel dalam penelitian. Metode yang dipilih peneliti adalah Sampling Purposive. Sampling Purposive adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah 12 orang anak yang berusia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

Widoyoko (2017: 35) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah bahan, keterangan, kenyataan suatu informasi yang dapat dipercaya.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif berupa angket, sedangkan penelitian pengumpulan data kualitatif berupa wawancara, pengamatan, dan dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.

(28)

28

3.4.1 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kuantitatif 3.4.1.1 Kuesioner

Widyoko (2017: 52) mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang efisien jika mengetahui variable yang akan diukur dan mengetahui apa yang bisa diharapkan dari responden. Narbuko &

Achmadi (2013: 77) mengungkapkan bahwa tujuan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis kuesioner tertutup. Hatimah, Susilana, & Aedi (2010: 203-204) mendefinisikan kuesioner tertutup adalah kuesioner tertutup yaitu jenis kuesioner yang responen tinggal memilih jawaban yang telah disediakan yang bentuknya sama dengan kuesioner pilihan ganda dengan bentuk skor yaitu 4 = selalu, 3 = sering, 2 = jarang, 1 = tidak pernah. Kuesioner diberikan kepada anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

3.4.2 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kualitatif 3.4.2.1 Wawancara

Supriyati (2011: 48) mengungkapkan wawancara adalah teknik pengambilan data melalui berbagai macam pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Nasution (2014: 114) menjelaskan bahwa tujuan wawancara merupakan untuk mengungkapkan kenyataan hidup seseorang, apa yang sedang dipikirkan dan diraskan orang. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument wawancara. Lestari dan Yudhanegara (2015:

172) mengemukakan pedoman wawancara merupakan instrumen non tes yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang dipakai sebagai acuan untuk mendapatkan suatu data/informasi yang keadaan responden dengan tanya jawab. Peneliti melakukan wawancara dengan anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2. Peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur yaitu sebelum melakukan wawancara peneliti sudah menyiapakan lembar wawancara yang berisi pertanyaan seputar sikap kerjasama.

3.4.2.2 Observasi

Sudaryo (2013) mendefinisikan bahwa observasi adalah suatu pengamatan terahadap objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh suatu data yang harus dikumpulkan dalam

(29)

29

penelitian. Semiawan (2010:110) mengungkapkan bahwa tujuan observasi adalah menggambarkan keadaan objek yang diteliti secara mendalam agar peneliti mengerti situasi dan konteks serta dapat menggambarkannya secara alami. Mahmud (2011: 165) mendeskripsikan bahwa insturmen penelitian adalah alat dan cara yang digunakan untuk mengumpulkan sebuah data.

Pembuatan instrument diawali dengan membuat kisi-kisi lembar observasi.

Lembar observasi yang digunakan dalam pengumpulan data bertujuan untuk melihat bagaimana bentuk permainan gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama anak 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi partisipasi.

Hardani (2020: 129-132) mendefinisikan bahwa observasi partisipasi (participant observation) adalah pengamat telibat langsung secara aktif dalam objek yang teliti atau ikut ambil bagian dalam kehidupan orang yang diamati.

3.4.2.3 Dokumentasi

Herdiansyah (2010: 143) menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang telah ada. Sugiyono (2018: 476) menjelaskan bahwa dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, maupun gambar yang dapat mendukung penelitian. Hatimah, Susilana, & Aedo (2010: 206) mengungkapkan bahwa bentuk instrument dokumentasi dibagi menjadi 2 yaitu Pedoman dokumentasi dan check list. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman dokumentasi yaitu pedoman yang memuat garis besar atau kategori data yang akan dicari. Pada pedoman dokumentasi, peneliti hanya menuliskan tanda centang dalam kolom gejala.

3.5 Validitas

Rubiyanto (2011: 87) menjelaskan bahwa validitas merupakan ketepatan serta kecermatan suatu alat ukur sampai sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengukur secara tepat dan cermat terhadap apa yang hendak diukur. Arikunto (2012: 80) mengungkapkan bahwa sebutir angket akan dikatakan valid apabila angket tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur atau dalam kata lain angket tersebut shahih dan kuat. Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Sukardi (2011: 32) menjelaskan bahwa validitas isi merupakan suatu validitas

(30)

30

yang digunakan untuk mengukur derajat kemampuan tes terhadap substansi elemen yang ingin diukur.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah secara kuantitatif dan kualitatif.

Adapun penjelasan kedua teknik analisis tersebut adalah sebagai berikut:

3.5.1 Data Kuantitatif

Dalam mencari data pengukuran dan peningkatan sikap kerjasama, maka penelitian ini menggunakan data kuantitatif menggunakan analisis data deskriptif yaitu dengan cara membandingkan data sebelum diberi tindakan atau treatment dan setelah diberi tindakan atau treatment. Pengambilan data pengukuran sikap kerjasama melalui instrument kuesioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Data hasil observasi dapat dianalisis dengan cara mendeskripsikan bentuk kerjasama anak dalam kegiatan permainan gobak sodor yaitu dengan menggunakan lembar observasi kerjasama. Pengambilan data pengukuran dan peningkatan kerjasama melalui siklus, dimana setiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Siklus akan berhenti ketika sikap kerjasama sudah menunjukkan hasil peningkatan yang sesuai dengan yang diharapkan.

Sehingga dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data uji N-gain.

Sundayana (2014: 151) menjelaskan Uji N-gain adalah uji yang memberikan gambaran umum peningkatan skor antara sebelum dan sesudah diterapkannya suatu perlakuan. Rumus Uji N-gain adalah sebagai berikut:

g =

𝑃𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 𝑀𝑎𝑥𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒−𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒

Sedangkan terkait kategorinya kita bisa menggunakan interpretasi indeks Gain sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kritertia Uji N-Gain

N-Gain Score (g) Interpretasi

-1.00 < g < 0,0 Decrease

g = 0,0 Stable

0,0 < g < 0,30 Low

0,30 < g < 0.70 Average

0.70 < g < 1.00 High

Sumber: Sundayana (2014:151)

(31)

31

Peningkatan kerjasama anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2 diperlukan tabel kriteria kerjasama anak. Hal ini dapat diketahui melalui analisis data deskriptif kuantitatif. Deskriptif kuantitatif merupakan perolehan data yang berupa angka melalui persentase kemampuan bekerja sama anak. Asep Yoni (2010: 176) menjelaskan untuk mengetahui kriteria kerjasama anak dapat menggunakan rumus statistic deskriptif sebagai berikut:

Persentase kerjasama anak = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑥 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100%

Suharsimi Arikunto (2010: 269) mengungkapkan hasil yang telah diperoleh, kemudian diinterpretaskan dalam lima tingkatan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Kerjasama Anak No. Persentase Kriteria

1. 0-20 Sangat Kurang

2. 21-40 Kurang

3. 41-60 Cukup

4. 61-80 Baik

5. 81-100 Baik Sekali

Sumber: Arikunto (2010:269) 3.5.2 Data Kualitatif

Dalam mencari data kualitatif dapat diperoleh dari bermain selama proses permainan berlangsung. Sugiyono (2016: 337) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2016: 337) menyatakan bahwa analisis interaktif terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Sugiyono (2016: 338) menjelaskan Reduksi data (data reduction) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang paling penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Sugiyono (2016: 341) mengemukakan penyajian data (data display) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi. Dengan mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

(32)

32

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Sugiyono (2016: 345) mengungkapkan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verification) apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.7 Indikator Keberhasilan

Keberhasilan dalam penelitian ini adalah ketika terjadi peningkatan hasil anatara sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan. Mulyasa (2007: 256-257) mengungkapkan dalam penilaian afektif dan psikomotorik dapat dikatakan mencapai ketuntasan secara individu jika hasil kompetensi anak mencapai 75%.

(33)

33

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional . Jakarta: Javalitra.

Ali, M., & Aqobah, Q. J. (2020). Improving The Balance Movement Of Lower-Grade Students Through The Modification Of Engklek Traditional Games. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar , Vol.6 (1): 68-79.

Anggraini, R., & Nurhafizah. (2020). Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vo.4(3); 3471-3481.

Ariyanti. (2014). Meningkatkan Kegiatan Sosial Emosional Melalui Permainan Gobag Sodor Pada Anak. Jurnal Ilmiah PG PAUD IKIP Veteran Semarang, Vol.2(2); 10-20.

Azizah, I. M. (2016). Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Permainan Tradisional Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Materi Gaya Di Kelas IV MIN Ngronggot Nganjuk.

Dinamika Penelitian, Vo.16 (2): 280-308.

Christine, S. (2009). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: PT.

Macanan Jaya Cemerlang.

Davis, K., & Newstrom, J. (2014). Perilaku Dalam Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Dharmamulya, S. (2010). Permainan Tradisional Jawa. Purwanggani: Kepel Press.

Ekayati, I. A. (2015). Pengaruh Permainan Tradisional "Gobak Sodor" Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini. Didaktika, Vol.13 (3); 1-10.

Elfindri. (2012). Pendidikan Karakter: Kerangka, Metode, , Dan Aplikasi Untuk Pendidikan dan Profesional. Jakarta: Baduose Media.

Fitri, A. Z. (2012). Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika Di Sekolah. Yogyakarta: Ar- Ruzzmedia.

Funali, M. (2014). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Siswa Kelas V SDN I Siboang.

Jurnal Kreatif Tadulako Online, Vol.4(1): 57-80.

Garaika, D. (2019). Metodologi Penelitian. Lampung: CV HIRA TECH.

Gardner, H. (2013). Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk Teori Dalam Praktik.

Tangerang Selatan: Interaksara.

Hardani. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Ilmu.

Hardjodipuro. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineke Cipta.

Haris, I. (2016). Kearifan Lokal Permainan Tradisional Cublak-Cublak Suweng Sebagai Media Untuk Mengembangkan Kemampuan Sosial Dan Moral Anak Usia Dini. Jurnal AUDI, Vol.1(1): 15-20.

(34)

34

Hasan, P. H. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta:

Kementrian Pendidikan Nasional.

Hatimah, P., Susilana, D., & Aedi, D. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI Press.

Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika.

Husdarta. (2011). Sejarah Dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta.

Idhayani, N., & Kurniawati, D. (2020). Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Permainan Tradisional Gobak Sodor. Jurnal Amal Pendidikan, Vol.1(2): 129-135.

Isjoni. (2013). Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok.

Bandung : Alfabeta.

Iskandar, D., & Narsim. (2015). Penelitian Tindakan Kelas Dan Publikasinya. Cilacap: Ihya Media.

Iswinarti. (2017). Permainan Tradisional: Prosedur Dan Analisis Manfaat Psikologis.

Malang: UMMPress.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Junanto, S., Lindarti, A., & Syamsiyati, R. N. (2020). Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol.4(2); 68-82.

Kristiani, N. D., Manuaba, S., & Darsana, I. W. (2017). Pengaruh Metode Bermain Berbantuan Gobag Sodor Terhadap Kemampuan Bekerjasama Anak Kelompok A Di TK Gugus Mawar. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha, Vo.5(2): 178-188.

Kurniati, E. (2016). Permainan Tradisional Dan Perannya Keterampilan Sosial Anak. Jakarta:

Prenamedia Group.

Laksana, S. D. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah. Muaddib, Vol.5(1):

167-184.

Latif, M., Zukhairina, Zubaidah, R., & Afandi, M. (2014). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung:

PT Refika Aditama.

Lewis, T., & Elaine B., J. (2014). Contextual Teaching and Learning. Jakarta: Kaifa.

Maasawet, E. T. (2010). Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Belajar Biologi Siswa Melalui Strategi Inkuiri Terbimbing. Jurnal Biodeksi, Vol.2(1): 1-14.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Monawati. (2015). Hubungan Kecerdasan Interpersonal Dengan Prestasi Belajar. Pesona Dasar, Vol.3(3): 21-32.

(35)

35

Muhaimin, A. (2010). Meningkatkan Kecerdasan Sosial Bagi Anak. Yogyakarta: Katahati.

Mulyani, N. (2016). Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta: DIVA Press.

Muniroh, S. M. (2009). Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Jurnal Penelitian, Vol.6(1): 1-16.

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo, W. (2019). Nilai-Nilai Karakter Dalam Permainan Tradisional. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vo.5(3); 661-666.

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo, W. (2019). Nilai-Nilai Karakter Dalam Permainan Tradisional. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol.5(3):661-666.

Narbuko, C., & Achmadi, A. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, P. (2014). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Ningsih, S. (2016). Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional. Tunas Siliwangi, Vol.2(1): 30-47.

Pratiwi, I. A., Ardianti, S. D., & Kanzunnudin, M. (2018). Peningkatan Kemampuan Kerjasama Melalui Model Project Based Learning (PjBL) Berbantuan Metode Edutainment Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Refleksi Edukatika, Vol.8(2): 178-182.

Restu, A., Mareza, L., & Yuwono, P. H. (2020). Implementasi Permainan Tradisional Dalam Menumbuhkan Kerjasama Peserta Didik Di SD Alam Baturraden. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur, Vol.6(2): 22-26.

Robinson, C., & Diamond, K. (2014). A Quantitative Study Of Head Start Children's Strenghts, Families' Perspectives, and Teachers' Ratings In The Transition to Kindergarten. Early Childhood Eucation Journal, Vol.42(2): 77-84.

Rubiyanto, R. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Solo: Qinant.

Sahidun, N. (2018). Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional. Journal Of Early Childhood Care & Education, Vol.1(1); 13-17.

Samani, M., & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Saputra, N. E., & Ekawati, Y. N. (2017). Permainan Tradisional Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Dasar Anak. Jurnal Psikologi Jambi, Vol.2(2): 48-53.

Semiawan, P. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Seriati, N. N., & Hayati, N. (2012). Permainan Tradisional Jawa Gerak Dan Lagu Untuk Menstimulasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini. Naskah Publikasi, hal.1-15.

Serli, M. (2014). Peningkatan Sikap Sosial Anak Usia Dini Melalui Permainan Puzzle Buah Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah I Bukittinggi. Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Vol.16(2); 109-114.

Gambar

Gambar 2.1 Permainan Gobak Sodor
Tabel 2.1 Langkah Permainan Gobak Sodor  Langkah-Langkah Permainan
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Kajian Penelitian Relevan  No.  Kajian Penelitian
Gambar 3.1 Siklus PAR Model Kemmis dan Mc Taggart
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dian Ekawati (A520085060), Implementasi Whole Linguistic Dalam Permainan Membaca Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Anak Usia Dini (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di TK

Penelitian ini mendeskripsikan tentang pembelajaran sastra dengan model permainan gobak sodor dalam menanamkan nilai pendidikan karakter yang terfokus pada (1)

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui Penerapan Metode Permainan Gobak Sodor Dalam Meningkatkan Keterampilan Motorik Siswa Kelas III SDN Punten 1 Batu (2)

Akan tetapi Participatory Action Research (PAR) dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga mempunyai persamaan yaitu sama-sama bersiklus dan mempunyai siklus yang sama

Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti, hal ini di pengaruhi oleh permainan tradisional gobak sodor yang digunakan dalam pembelajaran kerjasama anak.Permainan

Penerapan permainan teka-teki gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama pada siswa disiklus II mencapai nilai rata-rata 92,8 masuk pada kreteria Berkembang

Ruswan (2011) menjelaskan manfaat permainan tradisional gobak sodor yaitu untuk melatih ketrampilan fisik agar menjadi kuat, sehat, dan cakap. Selain itu manfaat permainan

Proses guru dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kerja sama anak melalui gerakan-gerakan permainan gobak sodor sudah terlaksana dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari