• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PERMAINAN GOBAK SODOR BENTUK INTERNALISASI SIKAP KERJASAMA DALAM KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 10 TAHUN DI ERA 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROPOSAL PERMAINAN GOBAK SODOR BENTUK INTERNALISASI SIKAP KERJASAMA DALAM KECERDASAN INTERPERSONAL ANAK USIA 10 TAHUN DI ERA 4.0"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

i

PROPOSAL

PERMAINAN GOBAK SODOR BENTUK INTERNALISASI SIKAP KERJASAMA DALAM KECERDASAN

INTERPERSONAL ANAK USIA 10 TAHUN DI ERA 4.0

Oleh

NIA PUSPITASARI NIM: 201833196

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MURIA KUDUDS 2021

(2)

ii

ABSTRAK

(3)

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

1.1 LATAR BELAKANG ... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 6

1.3 TUJUAN PENELITIAN... 6

1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 7

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN ... 7

1.6 DEFINISI OPERASIONAL... 8

1) Permainan Tradisional ... 8

2) Gobak Sodor ... 8

3) Kecerdasan Interpersonal ... 8

4) Sikap Kerjasama ... 8

BAB II ... 9

KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kajian Teori ... 9

1) Permainan Tradisional Gobak Sodor ... 9

2) Kecerdasan Interpersonal ... 13

2.2 Kajian Penelitian Relevan ... 15

2.3 Kerangka Berpikir ... 16

BAB III ... 19

METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 19

3.3 Populasi Dan Sampel ... 20

3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data ... 21

3.4.1 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kuantitatif ... 21

3.4.2 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kualitatif ... 22

3.5 Teknik Analisis Data ... 25

3.5.1 Data Kuantitatif ... 25

(4)

iv

3.5.2 Data Kualitatif ... 26 DAFTAR PUSTAKA ... 28

(5)

4

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Masa perkembangan anak sangatlah penting terutama masa perkembangan anak sekolah dasar. Aristoteles mengungkapkan bahwa masa perkembangan anak dibagi menjadi 3 periode yaitu masa kecil mulai umur 0-7 tahun, umur 7-14 tahun masa anak belajar atau sekolah tingkat rendah, dan yang terakhir umur 14-21 tahun yaitu masa remaja dan pubertas. Pada usia 10 tahun, seorang anak mulai menunjukkan keinginan berkomunikasi dengan dunia secara luas. Anak-anak dengan usia 10 tahun menunjukkannya dengan suatu kegemaran atau hal yang ia senangi yang biasa disebut dengan hobby. Anak dengan usia masa bermain sudah tidak ingat lagi dengan hal yang lain ketika sudah melakukan suatu kegiatan yang ia senangi.

Suyadi (2014: 33) menjelaskan bahwa masa perkembangan anak mempunyai dampak yang begitu besar terhadap kecerdasan interpersonal anak. Kecerdasan interpersonal adalah suatu kecerdasan yang ditunjukkan dengan ke mampuan anak ketika bersosialisasi dengan orang lain, seperti mudah bergaul, bekerja sama, memahami orang lain. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak yang berguna dalam masa perkembangan anak yaitu melalui bermain, salah satunya permainan tradisional. Bermain mempunyai banyak hal positif dalam masa perkembangan anak, terutama anak sekolah dasar. Sahidun (2018: 14) menjelaskan bahwa melalui bermain, anak akan diberikan kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Selain itu, melalui bermain seorang anak juga dapat bereksplorasi dan bereksperimen tentang sekitarnya.

Seriati & Hayati (2012: 14) mengungkapkan permainan tradisional telah terbukti dapat merangsang keterampilan sosial anak. Dharmamulya mengungkapkan permainan tradisional juga mempunyai nilai-nilai budaya antara lain yaitu melatih sikap mandiri, berani, bertanggungjawab, jujur, kerjasama, saling membantu, saling menjaga, membela, berjiwa demokrasi, patuh, ketepatan berpikir dan bertindak, tidak cengeng.

Pada kenyataannya, saat ini kita berada di zaman yang disebut sebagai era industri 4.0 yang ditandai dengan canggihnya teknologi secara pesat, meningkatnya konektivitas, dan kecerdasan visual. Era industri 4.0 atau biasa disebut dengan era teknologi merupakan sebagai salah satu penyebab lunturnya permainan tradisional. Hal ini dikarenakan,

(6)

5

banyak anak yang bermain menggunakan hp, seperti halnya game online. Teknologi merupakan salah satu ancaman sebagai lunturnya nilai yang terkandung dalam permainan tradisional. Selain itu, kecerdasan interpersonal anak sebagai salah satu peran penting dalam masa perkembangan anak sekolah dasar juga akan terganggu. Hampir semua anak bermain game online, hal ini tentunya mempunyai dampak yang positif juga negatif.

Game online mempunyai dampak positif karena dapat melatih kecerdasan misalnya game perang yaitu menyusun sebuah strategi ketika harus menyerang dan mempertahankan diri. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri juga, bahwa game online lebih banyak mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan anak yaitu game online dapat membuat seorang anak kecanduan, selain itu timbulnya rasa malas untuk melakukan aktivitas lainnya seperti belajar. Game online juga dapat menimbulkan dapat negatif terhadap perkembangan anak sekolah dasar terutama pada kecerdasan interpersonal anak. Masa perkembangan anak usia 10 tahun membutuhkan sosialisasi dengan teman sekitar, lingkungannya, dan dirinya sendiri. Adanya game online atau teknologi, kecerdasan interpersonal anak terutama dalam aspek kerjasama juga akan terganggu. Hal ini dikarenakan melalui game online, anak akan lupa dengan sosialisai atau lingkungan sekitar. Seorang anak cenderung asyik bermain sendiri dengan hpnya dan enggan berkerjasama dengan teman sebayanya.

Berdasarkan hasil observasi di Desa Tenggeles RT 3 RW 2, masih banyak ditemukan anak yang hanya fokus bermain hp dan tidak bersosalisasi dengan lingkungannya. Hal ini ditemukan pada anak usia 10 tahun, padahal anak dengan usia 10 tahun perlu pembentukan sikap kerjasama untuk meningkatkan kecerdasan interpersonalnya. Selain itu, anak-anak sekarang tidak mengetahui permainan tradisional gobak sodor. Mulai luntur dan hilangnya nilai budaya, padahal setiap jenis permainan tradisional perlu dilestarikan. Permainan tradisional gobak sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang memiliki nilai kerjasama yang tinggi. Sehingga permainan tradisional mampu untuk meningkatkan sikap kerjasama sebagai bentuk kecerdasan interpersonal di era 4.0.

Sikap kerjasama anak perlu ditingkatkan karena setiap anak membutuhkan bantuan orang lain dan akan hidup menjadi manusia sosial. Serli (2014: 109-114) menjelaskan bahwa sikap sosial adalah sebuah kegiatan berinteraksi dengan orang lain.

Perkembangan sikap sosial dapat dikembangkan melalui permainan tradisional. Adanya

(7)

6

permainan tradisional mampu meningkatkan rasa sosialisasi dan rasa kerjasama antar anak. Salah satu permainan tradisional yang sering dimainkan anak adalah gobak sodor.

Gobak sodor merupakan permainan olahraga beregu yang membuthkan kerjasama.

Ariyanti (2014: 10-20) mengungkapkan dalam pelaksanaannya pada permainan gobak sodor juga terlibat beberapa unsur penguasaan seperti keterampilan teknik, taktik, fisik, serta mental. Gobak sodor merupakan salah satu permainan tradisional yang dilakukan disebuah arena bujursangkar yang dibatasi oleh kapur, terdiri dari tim jaga dan tim lawan. Jika pemain tersentuh penjaga, maka kedua tim bergantian sebagai tim pemain dan tim jaga. Gobak sodor sangatlah berguna untuk mengasah kecerdasan interpersonal anak usia 10 tahun dalam aspek kerjasama. Hal ini dikarenakan, dalam permainan gobak sodor sangatlah diperlukan strategi dan kerjasama agar tim tim pemain tidak tersentuh oleh tim jaga.

Berdasarkan paparan di atas, dapat diketahui bahwa permainan tradisional yaitu gobak sodor mempunyai banyak manfaat salah satunya dalam kecerdasan interpersonal anak usia 10 tahun dalam aspek kerjasama. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “Permainan Gobak Sodor Bentuk Internalisasi Sikap Kerjasama Dalam Kecerdasan Interpersonal Anak Usia 10 Tahun Di Era 4.0”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan peneliti di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana bentuk permainan gobak sodor?

2) Bagaimana internalisasi permainan gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama anak terkait kecerdasan interpersonal?

3) Bagaimana dampak permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama anak?

4) Bagaimana kriteria kerjasama anak?

5) Factor apa saja yang mempengaruhi kriteria kerjasama anak?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mempunyai tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mendiskripsikan bentuk permainan gobak sodor.

2) Mendiskripsikan permainan gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama anak terkait kecerdasan interpersonal.

3) Mendiskripsikan dampak permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama anak.

(8)

7 4) Mendiskripsikan kriteria kerjasama anak.

5) Mendiskripsikan factor apa saja yang dapat mempengaruhi kriteria kerjasama anak.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian kali ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai internalisasi kecerdasan interpersonal anak usia 10 tahun dalam aspek kerjasama melalui permainan tradisional yaitu gobak sodor sehingga menambah khasanah pengetahuan terutama dibidang kecerdasan interpersoanl anak dan perkembangan anak.

2) Manfaat Praktis

(1) Manfaat Bagi Anak

a. Meningkatkan sosialisasi terutama dalam aspek kerjasama dengan teman sebaya.

b. Meningkatkan interaksi dengan teman sebaya.

c. Anak bisa berkesplorasi tentang dirinya sendiri, teman, dan lingkungannya.

(2) Manfaat Bagi Orang Tua

a. Memberikan informasi bahwa melalui permainan tradisional gobak sodor efektif terhadap internalisasi sikap kerjasama dalam bentuk kecerdasan interpersonal.

(3) Manfaat Bagi Peneliti Lain

a. Memberikan referensi dan pengetahuan mengenai penelitian tentang permainan tradisional gobak sodor dalam internalisasi sikap kerjasama sebagai bentuk kecerdasan interpersonal anak sehingga dapat melengkapi penelitian terdahulu.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Masalah yang dibatasi dalam proposal ini sebagai berikut :

1) Penelitian terbatas pada Permainan tradisional Gobak Sodor.

2) Aspek yang diambil dalam kecerdasan interpersonal yaitu sikap kerjasama.

3) Sasaran penelitian terbatas pada anak usia 10 tahun.

(9)

8 1.6 DEFINISI OPERASIONAL

Sesuai dengan judul penelitian “Permainan Gobak Sodor Dalam Internalisasi Sikap Kerjasama Bentuk Kecerdasan Interpersonal Anak Usia 10 Tahun Di Era 4.0” maka definisi operasional dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Permainan Tradisional

Permainan tradisional adalah suatu bentuk kegiatan permainan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Permainan tradisional mempunyai banyak manfaat, salah satunya yaitu dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan secara holistik dan terintegrasi.

Selain itu permainan tradisional juga dapat mengembangkan dan membangun sikap kerjasama dan sosial emosional anak.

2) Gobak Sodor

Gobak sodor adalah suatu oermainan didalam area bujur sangkar yang dibatasi dengan garis kapur yang terdiri dari 2 tim terdiri dari tim jaga dan tim pemain dengan masing-masing tim beranggotakan 4-5 anak. Dalam bermain gobak sodor sangatlah dibutuhkan kerjasama agar tidak tersentuh oleh tim jaga. Hal ini dikarenakan jika salah tim pemain tersentuh oleh tim jaga, maka otomatis tim pemain akan gagal dan bergantian menjadi tim jaga.

3) Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan yang berkaitan dengan orang disekitarnya. Kemampuan untuk memahami, dan menggambarkan perasan, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain. Ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak yaitu mengembangkan dukungan kelompok, memberikan anak kesempatan untuk mengasah dan mengenal lingkungan sekitarnya misalnya bermain dengan teman sebayanya.

4) Sikap Kerjasama

Kerjasama adalah suatu sikap anak yang diasah untuk mengutamakan kepentingan bersama daripada pribadi yang dilakukan oleh anak dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami satu sama lain.

Kerjasama mempunyai ciri-ciri yaitu anak dapat bergabung dalam suatu kelompok bermain, mempunyai sikap saling berbagi, saling mengerti, selain itu anak juga dapat bertanggungjawab atas suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan dengan tujuan yang sama.

(10)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan disampaikan konsep-konsep teoritis yang mendasari pelaksanaan penelitian, yang di dalamnya membahas mengenai teori penelitian yang relevan, yang di dalamnya akan membahas permainan tradisional gobak sodor, meliputi: pengertian permainan tradisional, pengertian permainan gobak sodor, cara bermain permainan gobak sodor dan aturan permainan gobak sodor, nilai-nilai dalam permainan gobak sodor, unsur kerjasama dalam permainan gobak sodor. Kemudian akan di bahas mengenai kecerdasan interpersonal, meliputi pengertian kecerdasan interpersonal, unsur-unsur kecerdasan interpersonal, indikator kecerdasan interpersonal.

2.1 Kajian Teori

1) Permainan Tradisional Gobak Sodor (1) Pengertian Permainan Tradisional

Ali & Aqobah (2020: 71) mengungkapkan Permainan tradisional adalah suatu permainan yang berasal dari suatu daerah tertentu yang berpegang teguh pada adat dan norma tertentu. James Danandjaja mengungkapkan bahwa permainan tradisional adalah suatu bentuk permainan anak-anak yang beredar secara lisan, berbentuk tradisional dan diwarisi secara turun temurun serta mempunyai banyak variasi. Azizah (2016: 284) menjelaskan Permainan tradisional sudah tumbuh dan verkembang sejak zaman dahulu dan setiap daerah memiliki jenis permainan tradisional yang berbeda-beda. Kurniati (2016: 2) mengemukakan bahwa permainan tradisional merupakan suatu permainan yang tumbuh dan berkembang di daerah tertentu serta mempunyai nilai budaya dan tata nilai kehidupan masyarakat dan diajarkan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Sedangkan Haris (2016: 16) mendefinisikan bahwa permainan tradisional merupakan simbol dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya. Mulyani (2016: 10-20) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam permainan tradisional terdiri dari 7 nilai yaitu demokrasi, pendidikan, kepribadian, keberanian, kesehatan, persatuan, dan moral.

(11)

10

Menurut beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa permainan tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat.

(2) Pengertian Permainan Gobak Sodor

Achroni (2012: 55) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok dan jumlah pemain harus genap. Mulyani (2016: 161) mengungkapkan bahwa permainan tradisional gobak sodor adalah permainan kelompok yang terdiri dari 2 tim dengan masing kelompok terdiri dari 3-5 orang. Ariyanti (2014: 12) menerangkan bahwa permainan gobak sodor adalah suatu permainan yang dilakukan di dalam area bujursangkar yang dibatasi oleh garis kapur yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan yang masing-masing tim terdiri dari 3-5 orang.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan, masing-masing tim terdiri dari 4-6 orang.

(3) Cara dan aturan Permainan Gobak Sodor

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 664) mengungkapkan bahwa permainan gobak sodor mempunyai lapangan yang berbentuk persegi empat yang luasnya disesuaikan dengan jumlah pemain. Permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim dan masing-masing tim terdiri dari 3 orang atau lebih.

Permainan gobak sodor mempunyai aturan yaitu tim jaga menghalangi tim lawan agar tidak bisa lolos ke baris terakhir secara bolak-balik dalam are yang telah ditentukan. Tingkat kesulitannya yaitu tim yang bermain harus bisa melewati tim jaga tanpa tersentuh sehingga dibutuhkan kecakapan dalam berlari dan strategi yang tepat. Achroni (2012: 58) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yaitu tim penjaga dan tim lawan sebagai pemain. Setiap anggota tim pemain harus berusaha untuk mencapai garis belakang arena dan tim penjaga akan menyentuhnya. Jika tersentuh, maka kedua tim bergantian sebagai pemain dan penjaga. Iswinarti (2017: 112) mengungkapkan bahwa aturan permainan gobak sodor yaitu setelah pemain terbagi menjadi 2 tim, maka kedua tim bersiap untuk menjadi pemain dan tim jaga bersiap digaris yang telah ditentukan. Selanjutnya, penjaga 1 hanya bias bergerak disepanjang garis 1, penjaga 2 hanya bias bergerak disepanjang garis

(12)

11

2, dan seterusnya. Tim pemain harus melewati tim jaga dari garis pertama hingga akhir tanpa tersentuh. Ketika ada pemain yang lolos maka itulah yang pemenangnya.

Menurut beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa cara dan aturan dalam bermain gobak sodor adalah permainan gobak sodor terdiri dari 2 tim yang beranggotakan 3-5 orang. 2 tim tersebut ada tim jaga dan tim pemain. Tim pemain harus bias melewati tim jaga tanpa tersentuh sama sekali. Jika tim pemain tersentuh, maka posisinya akan bertukar yaitu tim jaga menjadi tim pemain, dan tim pemain menjadi tim jaga, begitulah seterusnya hingga ada yang menjadi pemenang.

(4) Nilai-nilai Permainan Gobak Sodor

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo (2019: 665) menjelaskan bahwa permainan gobak sodor mempunyai 5 nilai yaitu:

a. Nilai kejujuran: anak akan memiliki nilai kejujuran ketika bermain gobak sodor. Misalnya jika ia tersentuh oleh tim jaga maka ia akan mengakui bahwa ia sudah tersentuh, selain itu ia juga tidak keluar dari gari penjagaan.

b. Nilai sportivitas: ia akan terbiasa bermain sportif dan tidak marah jika kalah serta mau menerima dengan lapang dada.

c. Nilai kerjasama: anggota tim jaga akan berusaha untuk mempertahankan garis batas tersebut agar tim lawan tidak bisa melewati garis batas tersebut. Sedangkan anggota tim yang bermain akan berusaha melewati garis bata secara bolak-balik. Sehingga kerjasama dalam permainan gobak sodor sangatlah dibutuhkan.

d. Nilai pengaturan strategi: Nilai strategi berguna untuk merangsang aktivitas berpikir seorang anak tentang bagaimana agar bisa menerobas dan mengecoh tim jaga agar tidak dapat tersentuh oleh tim jaga.

e. Nilai kepemimpinan: Dalam permainan gobak sodor sangatlah diperlukan.

Hal ini digunakan agar cara dan strategi dalam bermain gobak sodor dapat tersusun dengan rapi. Nilai kepemimpinan didapat dengan menirukan dari anak yang lebih tua dalam memimpin sehingga anak yang lebih kecil mempunyai acuan dan panutan.

(13)

12

(5) Unsur Kerjasama Dalam Permainan Gobak Sodor

Susanto (2015: 183) menjelaskan bahwa kerjasama berarti sikap mau berkerjasama dengan kelompok. Prayuanti (2014: 13) menerangkan bahwa kerjasama yaitu suatu kemampuan berkerjasama dengan orang lain dan mengutamakan semangat kelompok. Dalam proses berkerjasama, seorang anak dilatih untuk lebih mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu. Nugraha (2014: 6-16) mengungkapkan bahwa kerjasama adalah berkerjasama dalam suatu kelompok, menyelesaikan suatu permasalahan secara bersama-sama dan memainkan permainan sebagai satu tim. Kristiani, Manuaba, & Darsana (2017: 182) mengungkapkan bahwa sikap kerjasama sangatlah diperlukan bagi perkembangan anak. Kerjasama mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk lebih menyiapkan anak denga-pn berbagai macam keterampilan baru agar terus berkembang, membentuk kepribadian anak agar dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, selain itu sikap kerjasama juga mempunyai tujuan untuk menciptakan mental anak agar anak mempunyai rasa percaya diri dan mudah beradaptasi. Husdarta (2011: 115) menyatakan bahwa kerjasama adalah suatu gejala untuk menyelesaikan suatu permasalahan untuk mencapai kepentingan bersama dan tujuan bersama. Sehingga sikap kerjasama harus dibiasakan dan dimulai sejak masa kanak-kanak terutama di dalam kehidupan keluarga dan lingkungannya.

Khasanah (2015:3-4) mengungkapkan bahwa melalui sikap kerjasama, seorang anak mampu mengembangkan kemampuan social emosionalnya seperti beajar tanggungjawab, berbagi, saling membantu, dan mampu menyelesaikan masalah dalam kelompok. Salah satu alat yang digunakan untuk bermain dan menumbuhkan sikap kerjasama adalah permainan tradisional gobak sodor. Maryanti (2014: 17) menjelaskan bahwa permainan tradisional yang dimaksud adalah permainan tradisional yang sifatnya beregu yang dapat melatih rasa social yang tinggi. Menurut beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa melalui permainan tradisional gobak sodor, sikap kerjasama anak dapat berkembang. Hal ini dikarenakan dalam permainan gobak sodor, seorang anak mau tidak mau akan dituntut untuk berkerjasama dengan timnya.

(14)

13 2) Kecerdasan Interpersonal

(1) Pengertian Kecerdasan

Menurut banyak orang definisi kecerdasan adalah suatu kemampuan saat seorang anak mempunyai nilai yang bagus dan bisa menjawab semua pertanyaan dengan benar. Howard Gardner menjelaskan bahwa kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk menyelasaikan berbagai macam permasalahan atau menciptakan sesuatu yang bernilai dan bermakna dalam lingkup budaya. Freeman mengungkapkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu kemampuan adaptasi, kemampuan belajar, serta kemampuan berpikir abstrak. Sedangkan Feldam mendefinisikan bahwa kecerdasan interpersonal adalah suatu bentuk kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan berbagai macam sumber ketika dihadapkan pada tantangan atau permasalahan dunia.

Menurut berbagai macam pendapat ahli di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa kecerdasan merupakan suatu kemampuan adaptasi, kemampuan belajar, serta kemampuan berpikir abstrak seseorang untuk menghadapi tantangan atau permasalahan dunia.

(2) Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Suyadi (2014: 134) menerangkan bahwa Kecerdasan Interpersonal adalah bentuk kecerdasan yang ditunjukan dengan kemampuan anak dalam bersosial dengan orang lain seperti halnya bergaul, berkerjasama, dan memahami orang lain. Wulandari, Jaenudin, & AR (2016: 186) mengungkapkan bahwa kecerdasan interpersonal adalah suatu kemampuan untuk membedakan, menanggapi secara efektif serta memberikan persepsi tentang motivasi, suasana hati, dan perasaan orang lain. Monawati (2015: 23) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan suatu kemampuan untuk menjalin dan mempertahankan relasi dengan orang lain serta membaca kondisi dan karakter seseorang. Robinson & diamond (2014: 79) mengungkapkan bahwa seorang anak yang memiliki kemampuan interpersonal yang baik, ia akan mudah dalm bersosialisasi, mudah menyesuaikan diri di sekolah, dan mampu mengikuti kegiatan akademik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa pengertian kecerdasan interpersonal adalah bentuk kecerdasan yang ditunjukkan dengan cara anak bersosialisasi, bergaul, berkerjasama, serta kemampuan untuk mengikuti kegiatan akademik.

(15)

14 (3) Unsur-unsur Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal memiliki berbagai macam unsur penting.

Monawati (2015: 25) menjelaskan bahwa ada 4 yaitu:

a. Empati dasar: Emosi natural dan dimunculkan secara tidak sadar. Selain itu empati merupakan cara merasakan perasaan dengan orang lain.

b. Penyelarasan: Cara mendengarkan seseorang dengan penuh pemahaman serta menyeleraskan diri dengan orang lain.

c. Ketepatan empatik: Suatu bentuk memahami pikiran, perasaan, serta maksud orang lain.

d. Pengertian Sosial: Mengetahui bentuk dari dunia sosial bekerja.

(4) Indikator Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal mempunyai berbagai macam indikator. Muniroh (2009: 6) mengungkapkan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai 6 indikator sebagai berikut:

Tabel 1 indikator kecerdasan interpersonal menurut Muniroh (2009: 6))

No. Indikator

1. Mampu mengembangkan dan menciptakan hubungan sosial yang baru 2. Mampu berempati dengan orang lain dan menghargai orang lain 3. Mampu mempertahankan hubungan sosialnya

4. Mampu berkomunikasi dengan baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal 5. Mampu memecahkan masalah disekitar lingkungannya yang berkaitan dengan

lingkungan sosial

6. Memiliki keterampilan komunikasi yang baik

Selanjutnya, Sujana (2009: 204-205) menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal anak yang tinggi memiliki indikator sebagai berikut:

Tabel 2 Indikator Kecerdasan Interpersonal menurut Sujana (2009: 204-205)

No. Indikator

1. Berkenalan dan berteman dengan mudah

2. Suka berada di keramaian atau disekitar orang lain

3. Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terutama pada orang yang belum dikenal

(16)

15

4. Suka bermain dan berbagi bersama teman-temannya.

5. Suka mengalah

6. Mengetahui bagaimana menunggu giliran ketikan bermain

Gardner (2013: 190) mengungkapkan bahwa indikator kecerdasan interpersonal dibagi menjadi 8 yaitu sebagai berikut:

Tabel 3 Indikator Kecerdasan Interpersonal Menurut Gardner (2013: 190)

No. Indikator

1. Suka berbagi dan memberi bantuan 2. Dapat berkerjasam

3. Memiliki teman dekat lebih dari dua

4. Memiliki rasa empati dan perhatian yang baik terhadap orang lain 5. Mampu mengorganisasi teman-temannya

6. Mudah bergaul dan berteman

7. Mudah bersosialisasi dengan teman-teman sebaya 8. Mempunyai bakat menjadi pemimpin

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal mempunyai indicator sebagai berikut:

No. Indikator

1. Mampu mengembangkan dan menciptakan hubungan sosial yang baru.

2. Suka berbagi dan memberi bantuan 3. Suka berkerjasama

4. Mudah bersosialisasi

5. Mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terutama pada orang yang belum dikenal

2.2 Kajian Penelitian Relevan

Selain itu, di dalam penelitian ini juga terdapat beberapa jurnal penelitian relevan.

Jurnal penelitian relevan adalah suatu jurnal penelitian yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Di bawah ini merupakan jurnal penelitian relevan adalah sebagai berikut:

1) Penelitian (Junanto, Lindarti, & Syamsiyati, 2020) dengan judul “Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan interpersonal anak meningkat setelah bermain permainan tradisional cublak-cublak suweng. Hal

(17)

16

ini menunjukkan bahwa cublak-cublak suweng bersifat hiburan dan mempunyai nilai-nilai yang salah satunya untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal anak seperti nilai kebersamaan. Selain itu, juga mengajarkan kepatuhan pada peraturan permainan dan sabar dalam mengantri menunggu giliran, serta meningkatkan komunikasi anak yang menjadi indikator kecerdasan interpersonal anak.

2) Penelitian (Ekayati, 2015) dengan judul “Pengaruh Permainan Tradisional “Gobag Sodor” Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permainan tradisional Gobag Sodor berpengaruh terhadap kecerdasan intrapersonal dan interpersonal. Hal ini dibuktikan

dengan nilai uji F yang menunjukkan korelasi antara permainan tradisional gobag sodor dengan kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.

3) Penelitian (Anggraini & Nurhafizah, 2020) dengan judul “Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak”. Hasil penelitian menujukkan bahwa permainan tradisional gobak sodor mampu merangsang sikap kerjasama anak. Hal ini dikarenakan permainan gobak sodor merupakan permainan yang bersifat tim dan mempunyai tujuan agar dapat meraih kemenangan, sehingga anak yang awalnya mempunyai rasa kerjasama yang rendah akan berusaha untuk bekerja sama dalam meraih tujuan yaitu kemenangan agar tidak tersentuh oleh tim jaga.

(18)

16 2.3 Kerangka Berpikir

Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan tentang kecerdasan interpersonal yang mempunyai arti suatu bentuk kecerdasan yang ditunjukkan dengan cara anak bersosialisasi, bergaul, berkerjasama, serta kemampuan untuk mengikuti kegiatan akademik. Sikap kerjasama sebagai bentuk kecerdasan interpersonal dapat diwujudkan melalui permainan tradisional salah satunya yaitu gobak sodor.

Permainan tradisional adalah suatu permainan secara turun temurun yang mempunyai nilai-nilai budaya dan tatanan kehidupan masyarakat.

Akan tetapi, pada era 4.0 ini, permainan tradisional semakin memudar. Banyak anak-anak zaman sekarang yang tidak tau permainan tradisional gobak sodor.

Pengetahuan mengenai permainan tradisional yang sedikit bisa mengakibatkan permainan tersebut bisa hilang. Melalui hal ini peneliti mencoba meneliti internalisasi permainan tradisional gobak sodor sebagai bentuk sikap kerjasama dalam kecerdasan interpersonal.

Maka kerangka berpikir yang peneliti gunakan sebagai berikut:

KECERDASAN INTERPERSONAL suatu bentuk kecerdasan yang ditunjukkan

dengan cara anak bersosialisasi, bergaul, berkerjasama, serta kemampuan untuk

mengikuti kegiatan akademik.

ASPEK KERJASAMA

Suatu bentuk sikap yang mengutamakan kepentingan bersama untuk mecapai tujuan

bersama.

(19)

17

INTERNALISASI PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR permainan gobak sodor adalah permainan yang dilakukan secara berkelompok yang terdiri dari 2 tim yaitu tim jaga dan tim lawan, masing-masing tim terdiri dari 4-6

orang.

BENTUK PERMAINAN TRADISIONAL GOBAK SODOR TERHADAP INTERNALISASI SIKAP KERJASAMA

DAMPAK PERMAINAN GOBAK SODOR

TERHADAP SIKAP KERJASAMA ANAK KRITERIA KERJASAMA ANAK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

(20)

18

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang akan dibahas, maka kerangka berpikir yang akan peneliti gunakan yaitu arti dari kecerdasan interpersonal, aspek dai kecerdasan interpersonal yaitu sikap kerjasama, inernalisasi pemainan tradisional gobak sodor, bentuk permainan tradisional gobak sodor terhadap internalisasi sikap kerjasama, dampak adanya permainan gobak sodor terhadap sikap kerjasama, setelah itu kriteria sikap kerjasama dan factor apa saja yang dapat mempengaruhi. Penjelasan mengenai kerangka berpikir sesuai dengan latar belakang yang telah peneliti uraikan. Dari beberapa langkah tersebut, peneliti diharuskan untuk menganalisis serta memahami dan mendalami mengenai apa yang akan diteliti sehingga akan tercipta suatu tujuan penelitian dan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan, serta bermanfaat bagi masyarakat.

(21)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tenggeles RT 3 RW 2 yang terdapat di Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus yang terdiri dari anak usia 10 tahun. Adapun waktu penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 November 2021 – 10 Desember 2021.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian campuran (Mixed Methods) yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.

Sugiyono (2016: 297) menerangkan bahwa metode penelitian kombinasi adalah metode yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif yang digunakan secara bersama- sama dalam sebuah penelitian untuk memperoleh data yang lebih komprehensif, valid reliabel, dan objektif.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Participatory Action Research (PAR). Mikkelsen. B (2003) mengungkapkan bahwa PAR merupakan suatu penelitian yang melibatkan beberapa orang dalam penelitian yang mempunyai tujuan untuk mengubah dan memperbaiki. Affandi (2013) menjelaskan bahwa Participatory Action Research (PAR) adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari suatu paradigma baru tentang ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan pengetahuan tradisional. Penelitian ini akan melibatkan beberapa anak dilingkungan masyarakat yang sesuai dengan kata PAR yang selalu berhubungan yaitu partisipasi, riset, dan aksi. Keitga kata itu selalu berkaitan satu sama lain. Artinya suatu hasil penelitian yang telah dilakukan secara partisipasif kemudian diimplementasikan ke dalam aksi. Aksi partisipasif yang benar akan menjadi tepat sasaran, begitupun sebaliknya. Aksi yang didasarkan pada riset aksi yang tidak memiliki dasar permasalahan dan kondisi subyek penelitian yang sebenarnya akan menjadi kontraproduktif. Setelah kegiatan aksi, maka akan dilanjutkan dengan evaluasi dan refleksi. Penelitian ini berfokus pada permainan tradisional gobak sodor sebagai bentuk internalisasi kecerdasan interpersonal anak aspek kerjasama. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini melalui metode PAR adalah sebagai berikut:

(22)

20

1) Persiapan sosial yaitu terlibat langsung dalam studi pendahuluan dengan anak-anak disekitar tempat tinggal.

2) Identifikasi data dan fakta sosial yang dikaitkan dengan kondisi anak-anak dilingkungan sekitar. Melalui pengamatan dan identifikasi, banyak anak yang hanya fokus kepada gadget dan bermain game online secara individual.

3) Analisis sosial yang digunakan untuk mediskusikan dan mengurai realitas sosial yang terjadi dalam perkembangan kecerdasan interpersonal anak dengan aspek kerjasama. Tahapan ini dilakukan pada saat survey lokasi dan wawancara langsung dengan anak-anak usia 10 tahun.

4) Perumusan masalah.

5) Mengorganisir gagasan-gagasan yang muncul guna mencari peluang yang mungkin bisa dilakukan untuk memecahkan masalah dengan memperhatikan kemungkinan keberhasilan dan kegagalannya.

6) Merumuskan rencana yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah yaitu melalui permainan tradisional gobak sodor.

7) Aksi untuk perubahan.

8) Observasi evaluasi yaitu pengamatan yang berguna untuk menilai keberhasilan dan kegagalan.

Peneliti melakukan pengumpulan data menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket, observasi, dan dokumentasi. Setelah data kuantitatif didapatkan, peneliti kemudian menganalisis data menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Setelah itu, peneliti mengumpulkan data kualitatif dengan bentuk wawancara dan analisis dokumentasi. Setelah data kualitatif didapatkan, peneliti kemudian menganalisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Setelah kedua jenis data didapatkan dan selesai dianalisis, kemudian peneliti menarik sebuah kesimpulan.

3.3 Populasi Dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dipelajari oleh peneliti dan diambil kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari dan meneliti seluruh populasi tersebut. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu, tenaga, biaya, maka peneliti hanya menggunakan sampel yang diambil dari populasi.

(23)

21

Teknik sampling adalah teknik pengambilan atau menentukan sampel dalam penelitian. Teknik sampling dibagi menjadi 2 yaitu probability sampling dan non probability sampling. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Metode yang dipilih peneliti adalah sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi kecil, kurang dari 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 12 orang amak yang berusia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2.

3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data

Widoyoko (2017: 35) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian adalah bahan, keterangan, kenyataan suatu informasi yang dapat dipercaya.

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif berupa angket, sedangkan penelitian pengumpulan data kualitatif berupa wawancara, pengamatan, dan dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3.4.1 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kuantitatif 3.4.1.1 Kuesioner

Widyoko (2017: 52) mengungkapkan bahwa angket merupakan suatu teknik pengumpulan data yang efisien jika mengetahui variable yang akan diukur dan mengetahui apa yang bisa diharapkan dari responden. Silalahi (2012:

296) menjelaskan bahwa kuesioner adalah kumpulan pertanyaan yang diformulasikan supaya responden mencatat jawabannya. Sugiyono (2010: 199) berpendapat bahwa kuesioner merupakan pengumpulan data dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawabnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa kuesioner adalah kumpulan pertanyaan atau pernyaatan tertulis yang efisien dan responden harus menjawabnya.

Sugiyono (2014: 134) menyatakan bahwa instrument penelitian adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument angket atau kuesioner dengan pemberian skor sebagai berikut:

(24)

22 1. SS : Sangat setuju Skor 5

2. S : Setuju Skor 4

3. RG : Ragu-ragu Skor 3 4. TS : Tidak setuju Skor 2 5. ST : Sangat tidak setuju Skor 1

Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Angket

Variabel Indikator Nomor

Permainan tradisional gobak sodor

Mengetahui arti dan permainan tradisional

1,2

Mengetahui permainan gobak sodor

3,4

Faham tentang aturan dan cara bermain gobak sodor

5,6,7

Mengetahui unsur-unsur sikap yang ada di permainan gobak sodor

8,9

Sikap kerjasama Mampu menganalisis bentuk sikap kerjasama yang terdapat di permainan gobak sodor.

10,11

Mampu menganalisis peningkatan sikap kerjasama melalui permainan gobak sodor.

12

3.4.2 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data Kualitatif 3.4.2.1 Wawancara

Sugiyono (2015: 72) menjelaskan bahwa wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh 2 orang yang bertujuan untuk bertukar informasi maupun ide dengan cara Tanya jawab sehingga akan mendapatkan suatu kesimpulan atau makna dalam suatu topic tertentu. Subagyo (2011: 39) mendefinisikan wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dijawab dari responden. Supriyati (2011: 48)

(25)

23

mengungkapkan wawancara adalah teknik pengambilan data melalui berbagai macam pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden. Dari berbagai pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengambilan data melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada responden.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrument wawancara.

Lestari dan Yudhanegara (2015: 172) mengemukakan pedoman wawancara merupakan instrumen non tes yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang dipakai sebagai acuan untuk mendapatkan suatu data/informasi yang keadaan responden dengan tanya jawab. Peneliti melakukan wawancara dengan anak usia 10 tahun di Desa Tenggeles Rt 3 Rw 2. Peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur yaitu sebelum melakukan wawancara peneliti sudah menyiapakan lembar wawancara yang berisi pertanyaan seputar permainan tradisional dan sikap kerjasama.

Di bawah ini merupakan lembar pedoman wawancara adalah sebagai berikut:

Tabel 5 Pedoman Wawancara

No. Pernyataan

1. Pengetahuan tentang permainan tradisional.

2. Pengetahuan tentang macam permainan tradisional.

3. Pengetahuan tentang hal-hal positif yang terkandung dalam permainan tradisional.

4. Pengetahuan tentang permainan tradisional gobak sodor.

5. Cara dan aturan bermain gobak sodor.

6. Sikap yang terkandung dalam permainan gobak sodor.

7. Cara menyusun strategi dalam permainan gobak sodor.

8. Pengetahuan tentang sikap kerjasama.

3.4.2.2 Observasi

Sudaryo (2013) mendefinisikan bahwa observasi adalah suatu pengamatan terahadap objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertujuan untuk memperoleh suatu data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.

Kristanto (2018) menjelaskan bahwa observasi adalah suatu proses yang diawali dengan pengamatan kemudian pencatatan yang bersifat sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap berbagai macam situasi yang sebenarnya maupun buatan. Semiawan (2010) mengungkapkan bahwa observasi adalah suatu pengumpulkan data dengan cara mengamati langsung dari lapangan.

(26)

24

Menurut beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan, bahwa observasi adalah suatu pengumpulan data dengan cara mengamati objek yang diteliti secara langsung di lapangan. Lembar observasi yang digunakan dalam pengumpulan data bertujuan untuk melihat bagaimana bentuk permainan gobak sodor serta bagaimana internalisasi permainan gobak sodor untuk meningkatkan kerjasama anak terkait kecerdasan interpersonal.

Mahmud (2011: 165) insturmen penelitian adalah alat dan cara yang digunakan untuk mengumpulkan sebuah data. Pembuatan instrument diawali dengan membuat kisi-kisi lembar observasi. Kisi-kisi lembar observasi dibuat berdasarkan teori yang terdapat dalam kemampuan kerjasama. W. Johnson (2010: 8-10) mengungkapkan bahwa kemampuan kerjasama dilandasi oleh 5 unsur yaitu ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi, komunikasi serta evaluasi. Dari kelima unsur tersebut, hanya 3 yang digunakan untuk membuat lembar observasi yaitu tanggungjawab, interaksi, dan komunikasi. Adapun kisi-kisi lembar pengamatan untuk kemampuan kerjasama yang akan digunakan sebagai berikut:

Tabel 6 Pedoman Observasi No. Indikator/Aspek Yang Diamati 1. Keterampilan dalam bermain gobak sodor.

2. Strategi dalam bermain gobak sodor.

3. Pengetahuan cara bermain dan aturan gobak sodor.

4. Sikap kerjasama dalam bermain gobak sodor.

5. Komunikasi dalam bermain gobak sodor.

6. Interaksi antar teman dalam bermain gobak sodor.

7. Bentuk tanggungjawab dengan sesame tim.

8. Kekompakan tim.

3.4.2.3 Dokumentasi

Herdiansyah (2010: 143) menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang telah ada. Sugiyono (2018: 476) menjelaskan bahwa dokumentasi adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan, maupun gambar yang dapat mendukung penelitian. Menurut beberapa pendapat di atas dapat peneliti simpulkan bahwa dokumentasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data

(27)

25

melalui berbagai macam dokumen baik yang sudah ada maupun belum dalam bentuk buku, arsip, tulisan, maupun gambar. Pedoman dokumentasi adalah sebagai berikut:

Tabel 7 Pedoman Dokumentasi

No. Data

1. Gambar 2. Video

3. Lembar angket 4. Lembar Wawancara 5. Lembar Observasi 3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah secara kuantitatif dan kualitatif.

Adapun penjelasan kedua teknik analisis tersebut adalah sebagai berikut:

3.5.1 Data Kuantitatif

Dalam mencari data kuantitatif menggunakan analisis data deskriptif yaitu dengan cara membandingkan data sebelum diberi tindakan atau treatment dan setelah diberi tindakan atau treatment. Data hasil observasi dapat dianalisis dengan cara mendeskripsikan bentuk kerjasama anak dalam kegiatan permainan gobak sodor yaitu dengan menggunakan lembar observasi kerjasama. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Sugiyono (2016: 93) menjelaskan bahwa skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif presentase. Dalam analisis ini, semua skor dari masing-masing indicator dijumlahkan dan dibandingkan dengan skor idealnya sehingga akan diperoleh presentase skor.

Selanjutnya, dari hasil presentase dibandingkan dengan kriteria yang digunakan dan diketahui tingkatnya.

Karena skor tertinggi dari masing-masing skor adalah 5 dan skor minimalnya adalah 1, maka dapat dihitung sebagai berikut:

Presentase maksimal = 5

5 x 100% = 100%

Presentase minimal = 1

5 x 100% = 20%

(28)

26 Rentang = 100% - 20% = 80%

Panjang interval = 80% : 3 = 16%

Jika panjang interval 16% dan presentase minimal 20%, maka diperoleh tingkatan sebagai berikut:

Tabel 7 Rentang Data

No. Interval Presentase Keterangan

1 84% - 100% Sangat Tinggi

2 68% - 84% Tinggi

3 52% - 68% Sedang

4 36% - 52% Rendah

5 20% - 36% Sangat Rendah

Penilaian dapat dilihat dari lembar observasi yang digunakan, untuk mengetahui hasil peningkatan kerjasama siswa dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah kuesioner anak dari total keseluruhan skor yang terkumpul.

Menghitung kuesioner, dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Skor kuesioner anak = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑛𝑎𝑘

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 x 100%

rata-rata skor kuesioner kerjasama siswa = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑠𝑖 𝑘𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟 3.5.2 Data Kualitatif

Dalam mencari data kualitatif dapat diperoleh dari bermain selama proses permainan berlangsung. Sugiyono (2016: 337) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2016: 337) menyatakan bahwa analisis interaktif terdiri dari data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

(29)

27

1. Sugiyono (2016: 338) menjelaskan Reduksi data (data reduction) yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang paling penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

2. Sugiyono (2016: 341) mengemukakan penyajian data (data display) yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat narasi. Dengan mendisplaykan data maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Sugiyono (2016: 345) mengungkapkan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/ verification) apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

(30)

28

DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional . Jakarta: Javalitra.

Ali, M., & Aqobah, Q. J. (2020). Improving The Balance Movement Of Lower-Grade Students Through The Modification Of Engklek Traditional Games. Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar , Vol.6 (1): 68-79.

Anggraini, R., & Nurhafizah. (2020). Stimulasi Kemampuan Kerjasama Anak dengan Permainan Gobak Sodor Ditaman Kanak-kanak. Jurnal Pendidikan Tambusai, Vo.4(3);

3471-3481.

Ariyanti. (2014). Meningkatkan Kegiatan Sosial Emosional Melalui Permainan Gobag Sodor Pada Anak. Jurnal Ilmiah PG PAUD IKIP Veteran Semarang, Vol.2(2); 10-20.

Azizah, I. M. (2016). Efektivitas Pembelajaran Menggunakan Permainan Tradisional Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Materi Gaya Di Kelas IV MIN Ngronggot Nganjuk. Dinamika Penelitian, Vo.16 (2): 280-308.

Christine, S. (2009). Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Jakarta: PT.

Macanan Jaya Cemerlang.

Ekayati, I. A. (2015). Pengaruh Permainan Tradisional "Gobak Sodor" Terhadap Kecerdasan Intrapersonal Dan Interpersonal Pada Anak Usia Dini. Didaktika, Vol.13 (3); 1-10.

Gardner, H. (2013). Multiple Intelligences, Kecerdasan Majemuk Teori Dalam Praktik.

Tangerang Selatan: Interaksara.

Haris, I. (2016). Kearifan Lokal Permainan Tradisional Cublak-Cublak Suweng Sebagai Media Untuk Mengembangkan Kemampuan Sosial Dan Moral Anak Usia Dini. Jurnal AUDI, Vol.1(1): 15-20.

Herdiansyah, H. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika.

Husdarta. (2011). Sejarah Dan Filsafat Olahraga. Bandung: Alfabeta.

Iswinarti. (2017). Permainan Tradisional: Prosedur Dan Analisis Manfaat Psikologis. Malang:

UMMPress.

Junanto, S., Lindarti, A., & Syamsiyati, R. N. (2020). Cublak-Cublak Suweng Sebagai Alternatif Permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Anak. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, Vol.4(2); 68-82.

(31)

29

Kristiani, N. D., Manuaba, S., & Darsana, I. W. (2017). Pengaruh Metode Bermain Berbantuan Gobag Sodor Terhadap Kemampuan Bekerjasama Anak Kelompok A Di TK Gugus Mawar. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha, Vo.5(2): 178-188.

Kurniati, E. (2016). Permainan Tradisional Dan Perannya Keterampilan Sosial Anak. Jakarta:

Prenamedia Group.

Laksana, S. D. (2015). Urgensi Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah. Muaddib, Vol.5(1):

167-184.

Latif, M., Zukhairina, Zubaidah, R., & Afandi, M. (2014). Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.

Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Monawati. (2015). Hubungan Kecerdasan Interpersonal Dengan Prestasi Belajar. Pesona Dasar, Vol.3(3): 21-32.

Mulyani, N. (2016). Super Asyik Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta: DIVA Press.

Muniroh, S. M. (2009). Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. Jurnal Penelitian, Vol.6(1): 1-16.

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo, W. (2019). Nilai-Nilai Karakter Dalam Permainan Tradisional. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vo.5(3); 661-666.

Nadziroh, Chairiyah, & Pratomo, W. (2019). Nilai-Nilai Karakter Dalam Permainan Tradisional. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, Vol.5(3):661-666.

Robinson, C., & Diamond, K. (2014). A Quantitative Study Of Head Start Children's Strenghts, Families' Perspectives, and Teachers' Ratings In The Transition to Kindergarten. Early Childhood Eucation Journal, Vol.42(2): 77-84.

Sahidun, N. (2018). Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini Melalui Permainan Tradisional. Journal Of Early Childhood Care & Education, Vol.1(1); 13-17.

Seriati, N. N., & Hayati, N. (2012). Permainan Tradisional Jawa Gerak Dan Lagu Untuk Menstimulasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini. Naskah Publikasi, hal.1-15.

Serli, M. (2014). Peningkatan Sikap Sosial Anak Usia Dini Melalui Permainan Puzzle Buah Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah I Bukittinggi. Pedagogi Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, Vol.16(2); 109-114.

(32)

30

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Subagyo, J. (2011). Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: PT Alfabet.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV Alfabeta.

Sujanto, A. (1984). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.

Supriyati. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: Lakbat Press.

Susanto, A. (2015). Teori Belajar Dan Pembelajaran Disekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media.

Suyadi. (2014). Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

W. Johnson, D. (2010). Colaborative Learning: Strategi Pembelajaran Untuk Sukses Bersama.

Jakarta: Nusamedia.

Widianto, E. (2015). Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Dalam Keluarga. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, Vol.2 (1): 1-75.

Widoyoko, E. P. (2014). Tekhnik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wulandari, Jaenudin, R., & AR, R. (2016). Analisis Kecerdasan Interpersonal Peserta Didik Pada Pembelajaran Ekonomi Di Kelas X SMA Negeri 2 Tanjung Raja. Jurnal Profit, Vol.3(2): 183-194.

Gambar

Tabel 1 indikator kecerdasan interpersonal menurut Muniroh (2009: 6))
Tabel 3 Indikator  Kecerdasan Interpersonal Menurut Gardner (2013: 190)
Tabel 4 Kisi-Kisi Instrumen Angket
Tabel 5 Pedoman Wawancara
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dimensi Ketaatan (Compliance) adalah penilaian nasabah santri bank syariah terhadap kemampuan bank menjalankan sistem operasioanal keuangan dan sistem pelayanan

Salah satu solusi untuk meningkatkan respon peserta didik sehingga hasil belajar peserta didik pada sub materi sistem sirkulasi pada manusia dapat lebih baik

Sebelum mengaitkan pendidikan islam dengan disiplin postkolonial, menarik kiranya mengutip pendapat Mustafied (2013) dalam mengelompokkan perkembangan historis

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 111 ayat (2) dan Pasal 131 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, perlu

Setelah dilakukan programming ruang pada bangunan Rest Area, maka dihasilkan besaran program ruang yang disajikan pada Tabel 5.1 di bawah ini. Besaran Program Ruang..

Begitupun dengan kebijakan pelaksanaan izin lingkungan mengenai upaya pengawasan oleh bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup Dinas Lingkungan

Bunga salak berukuran kecil-kecil dan tumbuh rapat pada satu tangkai sebagian tandan bunga terbungkus oleh seludang atau tongkol yang berbentuk seperti perahuyang terletak

Dari hasil survei data alumni SMK Bhakti Mulia yang diterima kerja pun, dapat diketahui bahwa beberapa ada yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan yang