• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance(GCG) telah menjadi pokok perhatian yang sangat penting di Indonesia karena perusahaan-perusahaan yang menerapkan good corporate governance utuh dan berkelanjutan diyakini akan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan perusahaan yang tidak atau belum melaksanakan good corporate governance, sehingga akan membantu perusahaan-perusahaan tersebut menjadi lebih kompetitif secara global. Corporate governance merupakan prinsip pengelolaan perusahaan yang bertujuan untuk mendorong kinerja perusahaan serta memberikan nilai ekonomis bagi pemegang saham. Pelaksanaan good

corporategovernancesangat diperlukan untuk membangun kepercayaan

masyarakat juga dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi perusahaan untuk berkembang dengan lebih baik dan sehat.

Secara umum good corporate governancelebih ditujukan untuk sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan, good corporate governance lebih ditujukan pada tindakan yang dilakukan eksekutif perusahaan agar tidak merugikan para stakeholderkarena good corporate governance menyangkut moralitas, etika kerja, dan prinsip-prinsip kerja yang baik. Terdapat beberapa pemahaman tentang pengertian good corporate governance yang dikeluarkan beberapa pihak baik dalam perspektif yang sempit dan perspektif yang luas.

2.1.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG)

Prakarsa (dalam Agoes dan Ardana, 2013 : 102), mendefinisikan Good Corporate Governance (GCG) yaitu “ sebagai mekanisme administratif yang mengatur hubungan hubunganantara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan (stakeholders) yang lain ”.

Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor:Kep-117/M-MBU/2002 (dalam Sedarmayanti, 2012 : 54) tentang penerapan praktik good corporate governance pada badan usaha milik negara maka ditetapkan bahwa good corporate governanceadalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh BUMN untuk meningkatkan keberhasilan perusahaan dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai nilai etika. Sedangkan stakeholderadalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan BUMN, baik langsung maupun tidak langsung yaitu pelanggan, masyarakat, DPRD, Kepala Daerah, Direksi, Karyawan, Rekanan, dan Otoritas Air Baku.

Sedangkan Forum for Corporate Governance in Indonesia FCGI(2006) (dalam Agoes dan Ardana¸ 2013 : 101) mendefinisikan good corporate governanceadalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan pada dasarnya good corporate governance merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) dengan peraturan perundangan dan nilai nilai etika demi tercapainya tujuan perusahaan.

2.1.1.2 Konsep Good Coporate Governance

Berdasarkan beberapa defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa konsep Good Corporate Governance, Agoes dan Ardana ( 2009 : 103) dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1

Konsep Good Corporate Governance (GCG)

1. Wadah Organisasi (Perusahaan, Sosial, Pemerintah).

2. Model Suatu sistem, proses, seperangkat peraturan, termasuk prinsip-prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktik bisnis yang sehat.

3. Tujuan a.Meningkatkan kinerja organisasi

b.Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan c.Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan yang signifikan dalam pengelolaan organisasi

d.Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan tidak dirugikan

4.Mekanisme a.Mengatur dan mempertegas kembali hubungan, peran, wewenang, dan tanggung jawab:

Dalam arti sempit : antar pemilik/ pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi

Dalam arti luas : antar seluruh pemangku kepentingan

2.1.1.3 Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance

Prinsip – prinsip Good Corporate Governance (GCG) adalah suatu kaedah, norma ataupun pedoman perusahaan yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang terdapat dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep -117/M - MBU/2002 tentang penerapan praktek Good CorporateGovernance (GCG) ( dalam Sedarmayanti, 2012 : 57) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah :

1. Transparency (Keterbukaan Informasi)

Keterbukaan Informasi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Setiap perusahaan diharapkan dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu.

2. Accountability (Akuntabilitas)

Akuntabilitas merupakan pra syarat yang diperlakukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing karyawan perusahaan sehingga selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan agar terpenuhinya prinsip akuntabilitas.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Pertanggungjawaban adalah kesesuaian atau kepatuhan di pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.

4. Independency (Kemandirian)

Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Dari pernyataan tersebut berarti seluruh karyawan perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun juga bebas dari benturan kepentingan dan segala pengaruh ataupun tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara objektif.

5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Kesetaraan dan kewajaran adalah perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak – hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.

2.1.1.4 Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

Pelaksanan Good Corporate Governance (GCG) dilingkungan BUMN dan BUMD mempunyai tujuan sesuai Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep - 117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 pada pasal 4 (dalam Agoes dan Ardana, 2013 : 114) yaitu :

1. Memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggungjawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

2. Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan efisiensi, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian . 3. Mendorong karyawan di dalam membuat keputusan dan menjalankan

tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undang yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar BUMN.

4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional.

Menurut Surya dan Vandana (dalam Agoes dan Ardana, 2013 : 106) mengatakan bahwa tujuan dan manfaat dari penerapan good corporate governance adalah:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

2. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.

3. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan terhadap perusahaan.

4. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

2.1.2. Kemampuan

2.1.2.1 Pengertian Kemampuan

Seseorang yang memiliki kemampuan berarti akan sanggup melakukan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2007 : 623) pengertian mampu adalah kesanggupan atau kecakapan, sedangkan

kemampuan berarti seseorang yang memiliki kecakapan atau kesanggupan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya untuk meningkatkan produktivitas kerja.

Menurut Robbins dan Judge (2009 : 57) kemampuan yaitu “kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan”. Pengertian kemampuan menurut Siagian (dalam Rahmatika, 2014 : 10) adalah “perpaduan antara teori dan pengalaman yang diperoleh dalam praktek di lapangan, termasuk peningkatankemampuan menerapkan teknologi yang tepat dalam rangka peningkatan produktivitas kerja”. Sedangkan Menurut Davis (dalam Mangkunegara, 2011 : 67 ) secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill), artinya karyawan yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan, maka akan lebih mudah mencapai kinerja yang maksimal.

Dari bebarapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dengan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan, maka akan memudahkan dalam penyelesaian setiap pekerjaan secara efektif dan efisien tanpa adanya kesulitan sehingga akan menghasilkan suatu pekerjaan atau kinerja yang baik.

2.1.2.2 Komponen Kemampuan

Menurut Schumacher (dalam Sinamo, 2009 : 6) ada dua komponen penting yang tampak dalam kemampuan diri manusia, yaitu:

1. Keterampilannya

Keterampilan dimiliki oleh karyawan didasarkan atas pengalaman yang dilakukannya selama bekerja. Keterampilan dapat meningkat apabila seorang karyawan memiliki masa kerja lebih lama dibandingkan dengan karyawan yang memiliki masa kerja lebih sedikit.

Dokumen terkait