• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN

A. Tinjauan Pustaka…

2. Good Corporate Governance

a. Pengertian good corporate governance

Corporate governance merupakan mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi atas pemegang saham minoritas (Johnson et al. 2000 dalam Darmawati et al. 2005). Shleifer and Vishny (1997) menyatakan corporate governance berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanamkan. Iskander (1999) menyatakan bahwa corporate governance merujuk pada kerangka aturan dan peraturan yang memungkinkan stakeholders untuk membuat perusahaan memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return. Prowson (1998) dalam Hastuti (2005) juga menambahkan bahwa corporate governance merupakan alat untuk menjamin direksi dan manajer (atau insider) agar melakukan tindakan yang terbaik untuk kepentingan investor luar (kreditur atau shareholder).

Menurut Hasbatati (2004) dalam Kusumawati dan Riyanto (2005), GCG merupakan suatu kerangka yang mengatur hubungan internal antar organ yang ada di dalam suatu perusahaan dan sekaligus mengatur hubungan organ-organ internal dengan pihak-pihak eksternal terkait. Pengaturan terhadap pola hubungan ini akan menciptakan suatu perusahaan yang transparan, adil, bertanggung jawab dan mempunyai akuntabilitas tinggi. Forum for Corporate Governance in Indonesia dan YPPMI (2002)

mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengelola perusahaan, kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.

Berbagai definisi GCG pada prinsipnya memiliki kesamaan makna yang menekankan pada bagaimana mengatur hubungan antara semua pihak (stakeholder) yang berkepentingan terhadap perusahaan dengan mewujudkan suatu sistem pengendalian perusahaan, yang meliputi hal-hal berikut ini.

1. Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran dewan komisaris, direksi, pemegang saham dan para stakeholder lain. 2. Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas

pengendalian perusahaan yang dapat membatasi munculnya dua peluang yaitu pengelolaan yang salah dan penyalahgunaan aset perusahaan. 3. Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan,

pencapaian, berikut pengukuran kinerjanya.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan beberapa aspek penting yang menjadi esensi dari Good Corporate Governance.

1. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan di antaranya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris, dan direksi yang mencakup struktur kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut (keseimbangan internal),

2. Adanya pemenuhan tanggung jawab perusahaan sebagai entitas bisnis kepada seluruh stakeholder (keseimbangan eksternal).

3. Adanya hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi yang benar dan tepat waktu mengenai kondisi perusahaan, serta menghindarkan terjadinya penyampaian informasi bagi kepentingan orang dalam perusahaan (insider information for insider trading),

4. Adanya perlakuan yang sama terhadap pemegang saham untuk memberikan masukan dan pendapat bagi kepentingan perusahaan, untuk mendapatkan imbalan sesuai dengan kontribusi yang diberikannya.

b. Asas good corporate governance

Menurut KNKG melalui Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas-asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha perusahaan dengan semua pihak yang berkepentingan.

1) Transparansi (Transparency)

Transparansi diperlukan untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis. Transparansi yang dimaksud meliputi penyampaian informasi yang material dan relevan, mudah diakses dan dipahami, dan inisiatif perusahaan dalam mengungkapkan hal-hal yang tidak

disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, namun penting bagi pengambilan keputusan oleh stakeholders .

Dalam rangka pemenuhan asas transparansi tersebut perusahaan berkewajiban untuk:

a) menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan,

b) mengungkapkan informasi yang tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan saja, namun dapat berupa kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh manajemen, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

2) Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan agar dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

Setiap organ perusahaan dan semua karyawan haruslah memiliki kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan

perannya dalam pelaksanaan GCG; rincian tugas dan tanggung jawab yang jelas; serta ketaatan terhadap pedoman perilaku yang telah disepakati. Kesesuaian tanggung jawab dengan kemampuan karyawan haruslah diikuti pula dengan adanya suatu sistem reward and punishment untuk menilai kinerja pegawai.

3) Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

4) Independensi (Independency)

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Hal ini dapat diwujudkan apabila terdapat suatu pedoman yang jelas dan aturan yang mengikat terhadap kemungkinan adanya dominasi akibat hubungan keuangan maupun kekerabatan di antara anggota dewan maupun pemegang saham pengendali.

5) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan pendapat bagi kepentingan perusahaan, memberikan perlakuan yang setara sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikannya. Kesempatan yang sama tersebut juga harus diwujudkan dalam rekrutmen karyawan, berkarir dan pelaksanaan tugas secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.

c. Tujuan dan manfaat penerapan prinsip good corporate governance Prinsip GCG dapat diterima oleh sebagian besar negara-negara di dunia karena memiliki tujuan dan manfaat yang sangat besar dalam membantu pemulihan perekonomian yang sebelumnya dilanda krisis. Berdasarkan berbagai definisi atau pengertian GCG, maka menurut Emirzon (2007) ada sedikitnya 4 macam tujuan utama GCG:

1) melindungi hak dan kepentingan stakeholders termasuk di dalamnya adalah pemegang saham.

2) meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.

3) meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan.

4) meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior perusahaan.

Keempat tujuan utama dari GCG diatas dapat bersifat tidak terbatas, karena manfaat dan tujuan yang jauh lebih penting dari prinsip-prinsip GCG

adalah pembangunan ekonomi yang tertata baik. Selain itu, keempat tujuan utama GCG menunjukkan isyarat bagaimana pentingnya hubungan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dengan badan usaha atau perusahaan sehingga diperlukan tata kelola perusahaan yang baik.

Emirzon (2007, 51) juga menyatakan bahwa GCG membantu

―mengebalkan‖ perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan dengan cara:

1) memperbaiki komunikasi antara pemegang saham mayoritas, minoritas, dan asing serta stakeholder yang berkepentingan lain sehingga meminimalkan potensi benturan.

2) memfokuskan manajemen pada strategi-strategi utama. 3) meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

4) memungkinkan kesinambungan manfaat (sustainability of benefit). 5) memperbaiki citra perusahaan (corporate image).

6) meningkatkan kepuasan pelanggan dan kepercayaan investor.

d. Faktor penerapan good corporate governance

Keberhasilan penerapan GCG juga memiliki prasyarat tersendiri. Di sini, ada dua faktor yang memegang peranan yaitu, faktor eksternal dan internal (IKAI dan FCGI, 2004).

1) Faktor Eksternal

Yang dimaksud faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Faktor-faktor tersebut di antaranya:

a) sistem hukum yang baik yang mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif,

b) dukungan pelaksanaan GCG dan Clean Government dari sektor publik/lembaga pemerintahaan,

c) contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan professional,

d) sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di masyarakat yang memfasilitasi partisipasi aktif berbagai aplikasi serta sosialisasi GCG,

e) perbaikan lingkungan publik yang sangat mempengaruhi kualitas GCG.

2) Faktor Internal

Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang berasal dari dalam perusahaan,

a) budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan,

b) peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan yang mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG,

c) manajemen risiko perusahaan yang didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG,

d) sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk memonitor kemungkinan terjadinya penyimpangan, e) keterbukaan informasi bagi publik yang memungkinkan

mereka untuk memahami dan mengikuti perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu.

Selain dua faktor di atas, penerapan GCG secara efektif sangat tergantung pada kualitas, skill, kredibilitas, dan integritas berbagai pihak yang menggerakkan perusahaan.

Dokumen terkait