• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 34 Persentase Output Sektor Pemasok untuk memenuhi Permintaan (%) (Keterkaitan ke Depan)

Komponen Permintaan

Sektor Pemasok Jumlah

Permintaan Antara Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Stok Ekspor Jumlah Permintaan

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan

Perikanan 41.0 51.2 - 0.4 0.3 7.1 100.0 Pertambangan dan Penggalian 102.4 0.0 - - (3.1) 0.7 100.0 Industri Pengolahan 41.5 19.9 - 4.4 2.2 31.9 100.0 Listrik, Gas dan Air Bersih 59.4 33.7 - - - 6.9 100.0 Bangunan/konstruksi 3.3 0.1 - 96.6 - - 100.0 Perdagangan, Hotel dan Restoran 37.6 34.3 - 3.0 1.5 23.6 100.0 Pengangkutan dan Komunikasi 38.7 32.2 - 1.0 0.5 27.7 100.0 Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 74.6 23.6 - - - 1.9 100.0 Jasa jasa 13.2 20.6 51.6 1.8 - 12.9 100.0

114

Tabel 35 Persentase nilai output sektor pemasok yang menjadi input sektor pengguna (%) (Keterkaitan ke Depan) Sektor Pengguna Sektor Pemasok Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangun an/konst ruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkut an dan Komunikas i Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa jasa Total Output Antara Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan 6.3 0.0 87.9 0.0 0.4 3.4 0.0 0.0 2.1 100.0

Pertambangan dan Penggalian 0.0 21.1 58.9 19.9 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 100.0

Industri Pengolahan 2.2 0.1 80.6 1.1 6.7 3.0 2.8 0.2 3.4 100.0

Listrik, Gas dan Air Bersih 0.1 0.1 55.2 18.2 0.1 20.1 1.6 0.6 3.9 100.0

Bangunan/konstruksi 10.5 4.0 29.5 0.8 2.3 2.6 15.0 9.5 25.9 100.0

Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.2 0.1 71.8 1.2 6.4 7.5 3.7 0.4 6.7 100.0

Pengangkutan dan Komunikasi 0.9 0.1 53.9 0.9 3.1 22.0 11.5 2.2 5.5 100.0

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

1.2 0.2 28.6 0.7 2.0 41.5 8.6 9.1 8.1 100.0

Jasa jasa 1.3 0.2 31.1 4.1 1.1 15.8 9.9 12.1 24.3 100.0

digunakan dalam kegiatan proses produksi sebesar 41.0 persen. Dan dari jumlah yang digunakan untuk kegiatan proses produksi tersebut, sebagian besar (87.9 %) untuk memenuhi kebutuhan input sektor industri pengolahan (Tabel 35). Ini menunjukkan sektor ini sebenarnya berpotensi untuk mendorong pertumbuhan sektor industri, terutama industri pertanian. Hanya saja dimungkinkan akibat rendahnya kualitas produk sektor pertanian dan sedikitnya jumlah industri pertanian yang berpeluang memanfaatkan sektor pertanian tersebut, menyebabkan sektor ini tenggelam diantara eksistensi sektor ekonomi lainnya.

Indikasi Negatif Industri Nonpertanian: Keterkaitan internal yang tinggi Dari rangkaian hasil analisis 9 sektor ekonomi, diketahui bahwa kriteria unggulan terbanyak dipenuhi oleh sektor industri. Tetapi di antara hasil analisis yang menunjuk pada keunggulan sektor industri, telah ditemukan indikasi negatif bahwa keterkaitan yang kuat pada sektor industri hanya terjadi di dalam kelompok sektornya sendiri dan sangat lemah keterkaitannya dengan sektor pertanian primer. Berdasarkan informasi ini, maka dampak dan nilai tambah terbesar dari prioritas pengembangan sektor industri akan terkonsentrasi pada kelompok sektor industri sendiri serta sejumlah kecil sektor kaitannya. Pengembangan sektor ini juga kurang signifikan dalam menarik pertumbuhan aktivitas sektor pertanian primer.

Dengan analisis yang lebih detil (input-output 86 sektor), diketahui bahwa sektor yang memiliki indikasi negatif tersebut pada umumnya adalah sektor industri nonpertanian. Untuk tujuan identifikasi ini, maka dipilih 10 sektor ekonomi utama hasil analisis I-O 86 sektor menurut peringkat keunggulan yang dimilikinya (Tabel 36). Diantara 10 sektor tersebut, sektor industri mesin dan peralatannya diidentifikasi sebagai sektor yang memiliki keterkaitan sektoral ke belakang yang kuat. Dengan penelurusan melalui tabel transaksi domestik I-O, diketahui bahwa keterkaitan terkuat sektor ini ternyata lebih tertuju pada sektornya sendiri dan industri nonpertanian lainnya. Sekitar 70 persen inputnya dipenuhi dari kelompok sektor industri ini sendiri (69.90 %), sedangkan dalam proporsi yang kecil dipenuhi oleh sektor perdagangan (12.22 %), sektor industri mesin lainnya (9.67 %), sektor industri logam dasar (2.16 %) dan sektor jasa angkutan jalan (1.69 %). Kaitan sektor ini terhadap sektor pertanian primer bahkan tidak ada sama sekali.

Hal yang sama terjadi pada industri nonpertanian lainnya yang termasuk di dalam kelompok 10 sektor ekonomi utama hasil analisis I-O 86 sektor tersebut. Sektor-sektor tersebut adalah industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia lainnya; industri pengilangan minyak bumi; industri kimia dasar, kecuali pupuk; dan industri logam dasar dari besi dan baja.

Indikasi Positif Agroindustri dan Dukungan Sektor Pertanian Primer

Dengan menggunakan analisis yang sama (I-O 86 sektor), terungkap bahwa tidak semua industri memiliki indikasi negatif yang telah dipaparkan. Industri pertanian (agroindustri) ternyata tidak hanya memiliki keterkaitan sektoral yang kuat, tetapi juga lebih kompleks dan berkaitan dekat dengan sektor pertanian primer. Mengacu pada data transaksi input-output dan bagan pohon industri, diketahui bahwa sektor agroindustri unggulan hasil analisis I-O memiliki keterkaitan sektoral yang cukup kompleks, termasuk kaitannya dengan sektor pertanian primer. Diketahui pula dari hasil analisis I-O dan bagan pohon industri bahwa sektor pertanian primer kaitan agroindustri unggulan itu, ternyata juga merupakan sektor unggulan. Dengan demikian, sektor pertanian primer unggulan ini berperan untuk mendorong pertumbuhan agroindustri unggulan di Jawa Barat.

Sektor pertanian unggulan (pertanian primer dan agroindustri) yang termasuk ke dalam 10 sektor utama berdasarkan peringkat kriteria keunggulannya adalah: (1) dari aspek pengganda pendapatan tertinggi adalah industri beras, industri karet dan industri tembakau; (2) dari aspek pengganda PAD adalah sektor unggas (posisi teratas), tembakau dan tebu; (3) dari pengganda PDRB adalah industri beras (posisi teratas); (4) dari keterkaitan sektoral ke depan adalah industri makanan lainnya dan sektor padi; serta (5) dari keterkaitan sektoral ke belakang adalah industri beras. Informasi ini secara tabular ditunjukkan pada Tabel 36. Nilai koefisien keterkaitan sektor-sektor tersebut di atas rata-rata koefisien keterkaitan seluruh sektor ekonomi. Koefisien keterkaitan dan angka pengganda 86 sektor ekonomi disajikan pada Lampiran 21 sampai Lampiran 22. Disebabkan kapasitas ruang yang cukup besar, data transaksi domestik, koefisien input dan matriks kebalikan tabel I-O 86 sektor, dikompilasi dalam file CD.

Keterkaitan Pertanian Primer Unggulan dan Agroindustri Unggulan

Sektor pertanian primer unggulan hasil analisis merupakan sektor hulu (pemasok) dari sektor agroindustri unggulan. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari informasi Tabel 36 dan dengan mengaitkan informasi dua tabel lainnya, yaitu Tabel 37 (sektor pertanian primer unggulan) dengan Tabel 38 (agroindustri ungulan). Tabel 37 menunjukkan bahwa di antara kelompok sektor pertanian primer, komoditi unggulannya adalah unggas, ternak, padi, karet, tembakau dan tebu. Tabel 38 memperlihatkan bahwa di antara agroindustri hilir unggulan adalah industri beras, industri makanan lainnya, industri pengolahan tembakau, industri karet dan barang-barang dari karet, industri kulit dan industri gula.

Kelebihan agroindustri unggulan, terutama dari aspek pengganda pendapatannya, akan dapat melengkapi kelemahan sektor pertanian primer. Diketahui dari hasil analisis bahwa tidak ada satupun komoditi pertanian yang memiliki angka pengganda yang tinggi, kecuali pengganda pajak tak langsung yang merupakan komponen PAD (Penerimaan Anggaran Daerah). Kecuali pengganda PAD, angka indeks pengganda seluruh sektor pertanian primer nilainya kurang dari satu atau di bawah rata-rata angka pengganda seluruh sektor ekonomi di Jawa Barat (Lampiran 22). Ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan permintaan output sektor pertanian tidak akan berdampak besar bagi peningkatan pendapatan rumah tangga dan PDRB provinsi. Dengan keunggulan agroindustri dalam aspek keterkaitan sektoral dan dampak penggandanya serta keterkaitan yang kompleks dari sektor pertanian primer, maka penguatan keterkaitan kedua sektor ini, melalui program diversifikasi usaha petani, tidak hanya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, sektor pertanian (pertanian primer dan agroindustri) dapat memenuhi tujuan pembangunan untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sedangkan pada sektor industri (nonpertanian), adanya indikasi negatif tersebut merupakan hal yang perlu dipertimbangkan, sebelum menjadikannya sebagai sektor unggulan.

Sektor Pertanian Primer Unggulan

Diantara 86 sektor perekonomian, sektor pertanian primer (komoditi pertanian) kurang menunjukan keterkaitan yang kuat dengan sektor ekonomi

Dokumen terkait