• Tidak ada hasil yang ditemukan

CU LT

CU BIMA

C. Pembahasan

1. Protection(Perlindungan)

a) Ketersediaan cadangan risiko terhadap pinjaman lalai lebih dari 12

bulan.

Dari analisis data perhitungan ketersediaan dana cadangan

risiko terhadap pinjaman lalai lebih dari 12 bulan (P1) credit union

Lantang Tipo menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal,

kinerja dikatakan kurang ideal karena dana cadangan risiko tidak

mampu untuk menutup kerugian dari risiko pinjaman lalai lebih

dari 12 bulan. Dari analisis data yang dilakukan, credit union

Lantang Tipo tidak mampu memenuhi persentase dana cadangan

risiko terhadap pinjaman lalai lebih dari 12 bulan dari sasaran ideal

menurut sistem PEARLS yaitu 100%. Hal ini ditunjukan dengan

rasio pada tahun 2010 sampai dengan 2014 sebesar 1,91%, 2,78%,

2,48%, 2,79% dan 0,00%. Hal ini berarti tidak terdapat dana

cadangan risiko yang dapat digunakan untuk menutup tunggakan

pinjaman lebih dari 12 bulan sebesar Rp. 1,00 ketidakadaanya dana

cadangan risiko ini disebabkan karena credit union Lantang Tipo

masih kurang dalam menyisihkan dana dari SHU yang diperoleh

untuk membentuk dana cadangan risiko.

Sedangkan dari analisis data perhitungan ketersediaan dana

cadangan risiko terhadap pinjaman lalai lebih dari 12 bulan (P1)

selama tiga tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2010 sampai

denganh tahun 2012, namun pada tahun 2013 dan 2014 tiba-tiba

mengalami penurunan sehingga kinerja keuangnnya menjadi tidak

ideal. Dari analisis data yang dilakukan, credit union Bima mampu

memenuhi persentase dana cadangan risiko terhadap pinjaman lalai

lebih dari 12 bulan dari sasaran ideal menurut sistem PEARLS

yaitu 100%. Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010

sampai dengan 2014 sebesar 100%, 100%, 100%, 0,00% dan

0,00%. Hal ini berarti terdapat dana cadangan risiko yang dapat

digunakan untuk menutup tunggakan pinjaman lebih dari 12 bulan

sebesar Rp.1,00 pada tahun 2010 sampaidengan 2012 dan credit

union Bima telah mampu memiliki dana cadangan risiko yang

dapat digunakan untuk menutup pinjaman lalai lebih dari 12 bulan.

Apabila dikaitkan dengan 3 pilar credit union yang ada, maka rasio

ini sangat berhubungan dengan 3 pilar tersebut. Artinya bila

persentase ini menunjukan kinerja ideal maka credit union Bima

tealah mampu menerapkan pilar pendidikan, solidaritas, dan

swadaya dalam organisasinya. Begitu pula sebaliknya.

Pada credit union Keling Kumang analisis data perhitungan

ketersediaan dana cadangan risiko terhadap pinjaman lalai lebih

dari 12 bulan (P1) menunjukan kinerja yang kurang ideal sama

halnya dengan credit unionLantang Tipo, kinerja dikatakan kurang

kerugian dari risiko pinjaman lalai lebih dari 12 bulan. Dari

analisis data yang dilakukan, credit union Bima tidak mampu

memenuhi persentase dana cadangan risiko terhadap pinjaman lalai

lebih dari 12 bulan dari sasaran ideal menurut sistem PEARLS

yaitu 100%. Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010

sampai dengan 2014 sebesar 19,06%, 20,03%, 49,93%, 50,04%,

dan 45,00%. Hal ini berarti tidak terdapat dana cadangan risiko

yang dapat digunakan untuk menutup tunggakan pinjaman lebih

dari 12 bulan sebesar Rp. 1,00 ketidakadaanya dana cadangan

risiko ini disebabkan karena credit union Lantang Tipo masih

kurang dalam menyisihkan dana dari SHU yang diperoleh untuk

membentuk dana cadangan risiko

b) Ketersediaan dana cadangan risiko terhadap total pinjaman lalai

1-12 bulan (P2).

Dari analisis data perhitungan ketersediaan dana cadangan

risiko terhadap pinjaman lalai 1-12 bulan (P2) credit union

Lantang Tipo credit union Bima dan credit union Keling Kumang

menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal dari tahun 2010

sampai dengan tahun 2012. Kinerja keuangan dikatakan kurang

ideal karena dana cadangan risiko credit union tidak mampu

menutup kerugian dari risiko tunggakan pinjaman 1-12 bulan. Dari

analisis data yang dilakukan berarti ketiga credit union ini tidak

pinjaman lalai 1-12 bulan dari sasaran ideal menurut sistem

PEARLS, yaitu 35%. Hal ini ditunjukan dengan rasio selama tahun

2010 sampai dengan tahun 2014 sebesar 0,00% untuk ketiga credit

union. Hal ini berarti tidak terdapat dana cadangan risiko yang

dapat digunakan untk menutup pinjaman lalai sebesar Rp.0,53.

Ketidakadaanya dana cadangan risiko ini disebebkan karena

kurang menyisihkan dana dari SHU yang diperoleh untuk

membentuk dana cadangan risiko.

Apabila dikaitkan dengan 3 pilar yang ada, maka rasio ini

berhubungan dengan 3 pilar tersebut. Artinya bila persentase rasio

ini menunjukan kinerja ideal maka credit union telah mampu

menerapkan pilar penmdidikan, solidaritas dan swadaya dalam

organisasinya, dan begitu pula sebaliknya.

2. Effective financial structure (struktur keuangan yang efektif)

a) Rasio piutang yang beredar (E1)

Dari analisis data perhitungan rasio piutang yang beredar (E1),

credit union Lantang Tipo pada tahun 2010 sampai dengan tahun

2014 menunjukan kinerja keuangan yang ideal, kinerja dikatakan

ideal karena persentase yang dihasilkan sudah sesuai dengan

standar PEARLS yaitu 70-80%. Hal ini ditunjukan dengan rasio

pada credit union Lantang Tipo, pada tahun 2010 sebesar 72,45%

begitu juga dengan rasio ditahun 2011 sampai dengan tahun 2014

sebesar 75,71%, 74,98%, 70,99% dan 70,35%.

Apabila dikaitkan dengan 3 pilar credit union yang ada, maka

credit union ini sangat berhubungan dengan 3 pilar tersebut.

Artinya bila persentase rasio ini menunjukan kinerja ideal maka

credit union telah mampu menerapkan pilar pendidikan, solidaritas

dan swadaya dalam organisasinya, begitu juga sebaliknya.

Pada credit union Bima pada tahun 2010 sampai dengan tahun

2012 menunjukan kinerja keuangan yang ideal, dikatakan ideal

karena persentase yang dihasilkan sudah sesuai dengan standar

sistem PEARLS yaitu sebesar 70-80%. Hal ini ditunjukan dengan

rasio pada tahun 2010 sebesar 71,00% yang berarti 71,00% dari

total aset berupa piutang yang beredar, begitu pula di tahun 2011

sebesar 79,00%, tahun 2012 sebesar 80,00%. Namun pada tahun

2013 sampai dengan 2014 menunjukan kinerja keuangan yang

kurang ideal. Kinerja dikatakan kurang ideal karena persentase

yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar sistem PEARLS, hal

ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2013 sebesar 0,00% yang

berarti 0,00% dari total aset berbentuk piutang yang beredar, dan

pada tahun 2014 sebesar 100%. Persentase dari tahun 2013 sampai

dengan 2014 kurang ideal disebabkan pemberian pinjaman credit

union pada anggota tidak diimbangi dengan jumlah aktiva dan

yang berasal dari piutang yang beredar sebesar 70-80%, karena

investasi dalam bentuk piutang yang beredar sama dengan aset

credit union yang paling menguntungkan.

Pada credit union Keling Kumang pada tahun 2010 sampai

dengan tahun 2012 menunjukan kinerja keuangan yang kurang

ideal, namun pada tahun 2011 dan 2012 menunjukan kinerja

keuangan yang ideal. dikatakan ideal karena persentase yang

dihasilkan sudah sesuai dengan standar sistem PEARLS yaitu

sebesar 70-80%. Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2011

sebesar 71,22% yang berarti 71,22% dari total aset berupa piutang

yang beredar, begitu pula di tahun 2012 sebesar 72,47%. Namun

pada tahun 2010, 2013 sampai dengan 2014 menunjukan kinerja

keuangan yang kurang ideal. Kinerja dikatakan kurang ideal karena

persentase yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar sistem

PEARLS, hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar

65,75% yang berarti 65,75% dari total aset berbentuk piutang yang

beredar, dan pada tahun 2013 sebesar 65,44% dan pada tahun 2014

sebesar 68,07%. Persentase di tahun 2010, 2013 sampai dengan

2014 kurang ideal disebabkan pemberian pinjaman credit union

pada anggota tidak diimbangi dengan jumlah aktiva dan

sebaliknya. Sistem PEARLS merekomendasikan agar total aset

investasi dalam bentuk piutang yang beredar sama dengan aset

credit union yang paling menguntungkan.

b) Rasio simpanan non saham (E5)

Dari analisis data perhitungan rasio simpanan non saham (E5)

credit union Lantang Tipo dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2014 menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal. Kinerja

dikatakan tidak ideal karena persentase yang dihasilkan tidak

sesuai dengan standar sistem PEARLS, yaitu antara 70-80%. Hal

ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar 14.44% yang

berarti 14,44% dari seluruh total aktiva didanai oleh simpanan non

saham, tahun 2011 sebesar 14,76% tahun 2012 sebesar 14.65%,

tahun 2013 sebesar 14.15% dan pada tahun 2014 sebesar 9.83%.

Apabila dikaitkan dengan 3 pilar credit union yang ada, maka

credit union ini sangat berhubungan dengan 3 pilar tersebut.

Artinya bila persentase rasio ini menunjukan kinerja ideal maka

credit union telah mampu menerapkan pilar pendidikan, solidaritas

dan swadaya dalam organisasinya, begitu juga sebaliknya.

Hal serupa juga terjadi pada credit union Bima, Dari analisis

data perhitungan rasio simpanan non saham (E5) credit union

Bima dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukan

kinerja keuangan yang kurang ideal. Kinerja dikatakan kurang

ideal karena persentase yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar

rasio pada tahun 2010 sebesar 2,88% yang berarti 2,88% dari

seluruh total aktiva didanai oleh simpanan non saham, tahun 2011

sebesar 2,44% tahun 2012 sebesar 1,13%, tahun 2013 sebesar

0,00% dan pada tahun 2014 sebesar 0,00%.

Pada credit union Keling Kumang analisis data perhitungan

rasio simpanan non saham (E5) credit union Keling Kumang pada

tahun 2010, 2012, 2013 dan 2014 menunjukan kinerja keuangan

yang kurang ideal. Kinerja dikatakan kurang ideal karena

persentase yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar sistem

PEARLS, yaitu antara 70-80%. Hal ini ditunjukan dengan rasio

pada tahun 2010 sebesar 84,14% yang berarti 84,14% dari seluruh

total aktiva didanai oleh simpanan non saham, tahun 2012 sebesar

81,28%, tahun 2013 sebesar 82,18% dan pada tahun 2014 sebesar

81,95%. dari analisi data perhitungan rasio simpanan non saham

(E5) credit union Keling Kumang hanya pada tahun 2011 yang

menunjukan kinerja keuangan yang ideal. Hal ini ditunjukan

dengan rasio pada tahun 2011 sebesar 79,43% yang berarti

79,43% dari seluruh total aktiva didanai oleh simpanan non saham.

Rasio ini dikatakan ideal karena persentase yang dihasilkan sesuai

dengan standar sistem PEARLS, yaitu 70-80%.

c) Rasio pinjaman dari luar (E6)

Dari analisis data perhitungan rasio pinjaman dari luar (E6)

2014 menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal. Kinerja

dikatakan kurang ideal karena persentase yang dihasilkan tidak

sesuai dengan standar sistem PEARLS, yaitu maksimal 5%, hal ini

ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar 58,76% yang

berarti bahwa 58,76% dari total aset didanai oleh pinjaman luar,

rasio pada tahun 2011 sebesar 58,84%, tahun 2012 sebesar

59,55%, tahun 2013 sebesar 60,63% dan tahun 2014 sebesar

61,27%.

Apabila dikaitkan dengan 3 pilar credit union yang ada, maka

credit union ini sangat berhubungan dengan 3 pilar tersebut.

Artinya bila persentase rasio ini menunjukan kinerja ideal maka

credit union telah mampu menerapkan pilar pendidikan, solidaritas

dan swadaya dalam organisasinya, begitu juga sebaliknya.

credit union Bima pada tahun 2011, 2013 dan 2014

menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal. Kinerja

dikatakan kurang ideal karena persentase yang dihasilkan tidak

sesuai dengan standar sistem PEARLS, yaitu maksimal 5%, hal ini

ditunjukan dengan rasio pada tahun 2011 sebesar 6,00% yang

berarti bahwa 6,00%% dari total aset didanai oleh pinjaman luar,

rasio pada tahun 2013 sebesar 0,00%, tahun dan tahun 2014

sebesar 6,80%. dari analisis data perhitungan rasio pinjaman dari

luar (E6) credit union Bima pada tahun 2010 dan 2012

persentase yang dihasilkan sesuai dengan standar sistem PEARLS,

yaitu maksimal 5%. Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun

2010 sebesar 5,00% yang berarti 5,00% dari total aset didanai oleh

pinjaman dari luar, begitu juga pada tahun 2012 sebesar 5,00%.

Dari analisis data perhitungan rasio pinjaman dari luar (E6)

credit union Keling Kumang pada tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014 menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal.

Kinerja dikatakan kurang ideal karena persentase yang dihasilkan

tidak sesuai dengan standar sistem PEARLS, yaitu maksimal 5%,

hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar 82,83%

yang berarti bahwa 82,83% dari total aset didanai oleh pinjaman

luar, rasio pada tahun 2011 sebesar 83,76%, tahun 2012 sebesar

84,02%, tahun 2013 sebesar 79,62% dan tahun 2014 sebesar

85,39%.

d) Rasio modal lembaga (E9)

Dari analisis data rasio modal lembaga (E9) credit union Lantang

Tipo pada tahun 2010-2014 menunjukan kinerja keuangan yang

kurang ideal. Kinerjadi katakana kurang ideal karena persentase

yang di dapatkan tidak sesuai atau di bawah standar dalam sistem

PEARLS yaitu ≥10%. Hal ini ditunjukan dengan nilai rasio pada masing-masing tahun, yaitu rasio pada tahun 2010 sebesar -13,71%

yang berarti sebesar -13,71% dari total aset didanai oleh modal

sebesar -13,67, pada tahun 2013 sebesar -12,99% dan pada tahun

2014 sebesar -12,02%.

Apabila dikaitkan dengan 3 pilar credit union yang ada, maka

credit union ini sangat berhubungan dengan 3 pilar tersebut.

Artinya bila persentase rasio ini menunjukan kinerja ideal maka

credit union telah mampu menerapkan pilar pendidikan, solidaritas

dan swadaya dalam organisasinya, begitu juga sebaliknya

Credit union Bima pada tahun 2010-2014 menunjukan

kinerja keuangan yang kurang ideal. Kinerjadi katakana kurang

ideal karena persentase yang di dapatkan tidak sesuai atau di

bawah standar dalam sistem PEARLS yaitu ≥10%. Hal ini

ditunjukan dengan nilai rasio pada masing-masing tahun, yaitu

rasio pada tahun 2010 sebesar 5,27% yang berarti sebesar 5,27%

dari total aset didanai oleh modal lembaga. Rasio pada tahun 2011

sebesar 4,05%, pada tahun 2012 sebesar 4,40%, pada tahun 2013

sebesar 6,02% dan pada tahun 2014 sebesar 2,36%.

Credit union Keling Kumang pada tahun 2010-2014

menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal. Kinerjadi

katakankurang ideal karena persentase yang di dapatkan tidak

sesuai atau di bawah standar dalam sistem PEARLS yaitu ≥10%.

Hal ini ditunjukan dengan nilai rasio pada masing-masing tahun,

yaitu rasio pada tahun 2010 sebesar 9,2%, yang berarti sebesar

tahun 2012 sebesar 7,46%, pada tahun 2013 sebesar 7,39% dan

pada tahun 2014 sebesar 9,81%. Namun pada tahun 2011

menunjukan kinerja keuangan yang ideal yaitu sebesar 12,44%,

yang berarti sebesar 12,44% dari total aset didanai oleh modal

lembaga.

3. Asset quality (kualitas aset)

a) Rasio total pinjaman lalai (A1)

Dari analisis data rasio total pinjaman lalai dalam total piutang

(A1) credit union Lantang Tipo pada tahun 2010 sampai dengan

tahun 2014 menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal.

Kinerja dikatakan kurang ideal karena persentase yang dihasilkan

tidak sesuai dengan kriteria ideal menurut sistem PEARLS, yaitu ≤

5%. Hal ini ditunjukan dengan nilai rasio masing-masing tahun,

yaitu rasio pada tahun 2010 sebesar 9,08% yang berarti terdapat

pinjaman lalai sebesar 9,08% dari seluruh piutang yang beredar,

sedangkan rasio pada tahun 2011 sampai dengan 2014 sebesar

11,00%, 11,67%, 13,78% dan 21,96%. nilai rasio pada

masing-masing tahun tersebut masih terlalau besar bila di bandingkan

dengan persentase ideal yang diharapkan sistem PEARLS yaitu

≤5%. Bagi credit union akan sangat berbahya apabila persentase piutang bermasalah dalam total piutang terlalu besar, karena dapat

berdampak tidak penuhnya pengambilan total piutang beredar.

credit union ini sangat berhubungan dengan 3 pilar tersebut.

Artinya bila persentase rasio ini menunjukan kinerja ideal maka

credit union telah mampu menerapkan pilar pendidikan, solidaritas

dan swadaya dalam organisasinya, begitu juga sebaliknya.

Pada credit union Bima analisis data rasio total pinjaman lalai

dalam total piutang (A1) credit union Bima pada tahun 2010

sampai dengan tahun 2014 menunjukan kinerja keuangan yang

kurang ideal kecuali tahun 2013. Kinerja dikatakankurang ideal

karena persentase yang dihasilkan tidak sesuai dengan kriteria ideal

menurut sistem PEARLS, yaitu ≤ 5%. Hal ini ditunjukan dengan

nilai rasio masing-masing tahun, yaitu rasio pada tahun 2010

sebesar 11,66% yang berarti terdapat pinjaman lalai sebesar

11,66% dari seluruh piutang yang beredar, sedangkan rasio pada

tahun 2011, 2012 dan 2014 sebesar 13,04%, 11,37%, dan 18,88%.

Nilai rasio pada masing-masing tahun tersebut masih terlalau besar

bila di bandingkan dengan persentase ideal yang diharapkan sistem

PEARLS yaitu ≤5%. Bagi credit union akan sangat berbahya apabila persentase piutang bermasalah dalam total piutang terlalu

besar, karena dapat berdampak tidak penuhnya pengambilan total

piutang beredar.

Pada credit union Keling Kumang analisis data rasio total

pinjaman lalai dalam total piutang (A1) credit union Keling

yang ideal. Hal ini ditunjukan dengan nilai rasio pada

masing-masing tahun sesuai dengan kriteria ideal PEARLS, yaitu ≤ 5%.

Hal ini ditunjukan dengan niali rasio pada tahun 2013 sebesar

4,64% yang berarti bahwa terdapat pinjaman lalai sebesar 4,64%

dari seluruh piutang yang beredar dan rasio pada tahun 2014

sebesar 4,23% yang berarti bahwa terdapat pinjaman lalai sebesar

4,23% dari seluruh piutang yang beredar. Namun pada tahun 2010,

2011 dan 2012 menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal.

Kinerja dikatakan kurang ideal karena persentase yang dihasilkan

tidak sesuai dengan kriteria ideal menurut sistem PEARLS, yaitu ≤

5%. Hal ini ditunjukan dengan nilai rasio masing-masing tahun,

yaitu rasio pada tahun 2010 sebesar 8,37% yang berarti terdapat

pinjaman lalai sebesar 8,37% dari seluruh piutang yang beredar,

sedangkan rasio pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 5,85% dan

5,06%. Nilai rasio pada masing-masing tahun tersebut masih

terlalau besar bila di bandingkan dengan persentase ideal yang

diharapkan sistem PEARLS yaitu ≤5%. Bagi credit union akan sangat berbahya apabila persentase piutang bermasalah dalam total

piutang terlalu besar, karena dapat berdampak tidak penuhnya

pengambilan total piutang beredar.

b) Rasio aset yang tidak produktif dalam total aset (A2)

Dari analisis data perhitungan rasio aset yang tidak produktif

sampai dengan tahun 2014 menunjukan kinerja keuangan yang

kurang ideal. Kinerja dikatakan kurang ideal karena persentase

yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar sistem PEARLS yaitu,

≤5%. Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar

9,87% yang berarti bahwa terdapat aktiva yang tidak produktif

sebesar 9,87% dari total aset, dan rasio pada tahun-tahun

selanjutnya yaitu tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 adalah sebesar

12,66%, 13,27%, 7,70% dan 10,64%. apabila persentase rasio ini

semakin besar, maka akan semakin kecil nilai aset yang dapat

menghasilkan pendapatan. Apabila dikaitkan dengan 3 pilar credit

union yang ada, maka credit union ini sangat berhubungan dengan

3 pilar tersebut. Artinya bila persentase rasio ini menunjukan

kinerja ideal maka credit union telah mampu menerapkan pilar

pendidikan, solidaritas dan swadaya dalam organisasinya, begitu

juga sebaliknya.

Dari analisis data perhitungan rasio aset yang tidak produktif

dalam total aset (A2). Credit union Bima pada tahun 2010 sampai

dengan tahun 2014 menunjukan kinerja keuangan yang kurang

ideal. Kinerja dikatakan kurang ideal karena persentase yang

dihasilkan tidak sesuai dengan standar sistem PEARLS yaitu, ≤5%.

Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar 6,63%

yang berarti bahwa terdapat aktiva yang tidak produktif sebesar

tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 adalah sebesar 6,20%, 6,00%,

6,02% dan 6,74%. apabila persentase rasio ini semakin besar, maka

akan semakin kecil nilai aset yang dapat menghasilkan pendapatan.

Dari analisis data perhitungan rasio aset yang tidak produktif

dalam total aset (A2). Credit union Keling Kumang pada tahun

2010 sampai dengan tahun 2014 menunjukan kinerja keuangan

yang kurang ideal. Kinerja dikatakan tidak ideal karena persentase

yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar sistem PEARLS yaitu,

≤5%. Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar 13,81% yang berarti bahwa terdapat aktiva yang tidak produktif

sebesar 13,81% dari total aset, dan rasio pada tahun-tahun

selanjutnya yaitu tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 adalah sebesar

15,82%, 9,35%, 8,95% dan 11,43%. apabila persentase rasio ini

semakin besar, amak akan semakin kecil nilai aset yang dapat

menghasilkan pendapatan.

4. Rates of return and costs (Tingkat pendapatan dan biata)

a) Simpanan Saham Anggota (R7)

Dari hasil analisis data credit union Lantang Tipo selama tahun

2010 sampai dengan tahun 2010, 2011 dan 2012 menunjukan

kinerja keuangan yang ideal. Hal ini dikarenakan persentase yang

dihasilkan sesuai dengan standar sistem PEARLS, yaitu ≥5%. Hal

ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2010 sebesar 22.50% yang

simpanan saham. Tahun 2011 sebesar 12.51% dan tahun 2012

sebesar 18.47%. sedangkan pada tahun 2013 dan 2014 menunjukan

kinerja keuangan yang kurang ideal. Hal ini dikarenakan persentase

yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar sistem PEARLS, yaitu

≥5%. Hal ini ditunjukan dengan rasio pada tahun 2013 sebesar

2.50% yang berarti terdapat biaya keuangan sebesar 2.50% dari

total rata-rata simpanan saham yang persentasenya lebih kecil dari

standar yaitu ≥5%, dan persentase pada tahun 2014 sebesar 1.93%.

Apabila dikaitkan dengan 3 pilar credit union yang ada, maka

credit union ini sangat berhubungan dengan 3 pilar tersebut.

Artinya bila persentase rasio ini menunjukan kinerja ideal maka

credit union telah mampu menerapkan pilar pendidikan, solidaritas

dan swadaya dalam organisasinya, begitu juga sebaliknya.

Dari hasil analisis data credit union Bima selama tahun 2010

sampai dengan tahun 2010 dan 2011 menunjukan kinerja keuangan

yang ideal. Hal ini dikarenakan persentase yang dihasilkan sesuai

dengan standar sistem PEARLS, yaitu ≥5%. Hal ini ditunjukan

dengan rasio pada tahun 2010 sebesar 9,20% yang berarti terdapat

biaya keuangan sebesar 9,20% dari total rata-rata simpanan saham,

dan tahun 2011 sebesar 6,00%. Sedangkan pada tahun 2012, 2013

dan 2014 menunjukan kinerja keuangan yang kurang ideal. Hal ini

dikarenakan persentase yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar

tahun 2012 sebesar 1,90% yang berarti terdapat biaya keuangan

sebesar 1,90% dari total rata-rata simpanan saham yang

persentasenya lebih kecil dari standar yaitu ≥5%, dan persentase pada tahun 2013 sebesar 0,00% dan tahun 2014 sebesar 5,00%.

Dari hasil analisis data credit union Keling Kumang selama

tahun 2010 sampai dengan tahun 2010 dan 2014 menunjukan

Dokumen terkait