KAJIAN PUSTAKA
E. Sistem PEARLS
1. Pengertian sistem PEARLS
Menurut Richardson (2011:166) PEARLSadalah suatu sistem
monitoring kinerja keuangan yang dirancang guna memandu
manajemen credit union dalam mengelola keuangannya dan digunakan
untuk menilai tingkat kesehatan yang dikembangkan oleh
WOCCU(World Council of Credit Union). PEARLS singkatan dari:
protection (perlindungan), effective financial structure (struktur
keuangan yang efektif), asset quality (kualitas aset), rates of return
and cost (tingkat pendapatan dan biaya), liqudity (likuiditas), signs of
growth (tanda-tanda pertumbuhan).
Ada 4 kegunaan PEARLS(Parahita, Anggraini Naya dan Ghozali
Khakim, 2011:3) yaitu :
a. Sebagai alat untuk memantau Credit union
Kekuatan dan kelemahan credit union dapat segera diketahui
dengan menggunakan PEARLS, dengan demikian PEARLS
dapat digunakan sebagai suatu peringatan dini.
b. Menstandarkan Rasio dan Rumus
Dengan rasio dan standar rasio maka dapat mengurangi
perbedaan persepsi di kalangan aktivis credit union. Adanya
kesepahaman dalam mengukur tingkat kesehatan credit union.
Dengan menggunakan PEARLS, maka ketika melakukan
ranking tidak terjadi banyak salah paham. Perankingan dapat
dilakukan secara objektif karena dalam PEARLS tidak ada
indikator kualitatif dan subjektif.
d. Sebagai alat pengawasan.
Sistem PEARLS menyediakan kerangka sistem pengawasan
suatu credit union, dengan melakukan analisi rasio semua area
kunci PEARLS secara bulanan atau kuartalan, maka
pengawasan dapat menyimpulkan tingkat kesehatan suatu
credit union. Jika ditemukan kesalahan maka pengawas dengan
mudah dapat melakukan perbaikan.
2. Komponen dan rumus dalam sistem PEARLS
Dalam sistem PEARLS terdapat enam komponen penting penilaian
kinerja credit union, yaitu: protection (perlindungan),effective
financial structure (struktur keuangan yang efektif), asset quality
(kualitas aset), rates of return and cost (tingkat pendapatan dan biaya),
liqudity (likuiditas), signs of growth (tanda-tanda pertumbuhan) dan
terdapat pula bobot pemberian penilaian pada masing-masing
indikator. Pemberian bobot nilai pada masing-masing indikator akan
membantu dalam menunjukan koperasi kredit yang unggul pada
masing-masing variabel PEARLS. Keunggulan koperasi kredit pada
perbaikan kinerja keuangan koperasi kredit lainnya. (Manulu Suhala,
Octavianus Rony dan Sulistyani Ninik, 2014:4)
Secara keseluruhan terdapat 44 indikator dari sistem PEARLS,
namun yang diterapkan di Asia hanya13 indikator setelah diseleksi
secara seksama oleh tim dari ACCU yang disesuaikan dengan konteks
Asia. Ke 13 indikator PEARLS yang ditepakan oleh credit union di
Asia adalah sebagai berikut: (Munaldus, Yuspita dan Herlina
2011:166):
a. Protection (P)
Mutlak bagi credit union agar melindungi secara
sungguh-sungguh aset-asetnya. Perlindungan diukur dengan: 1)
membandingkan antara total penyisihan dana cadangan untuk
menutup kerugian atas piutang lalai; dan 2) membandingkan antara
total penyisishan terhadap total kerugian terhadap total kerugian
investasi bebas (non-regulated investement). Penyisihan dana ini
biasa disebut dana cadangan risiko yang dialokasikan secara
tahunan dan provisi kredit lalai yang dialokasikan setiap bulan.
Perlindungan terhadap kerugian atas piutang dianggap ideal jika
credit union mampu menyisihkan dana cadangan risiko dan provisi
kredit lalai sama besarnya dengan total piutang lalai atas 12 bulan
dan ditambah dengan tersedia dana cadangan risiko dan provisi
bulan. Yang di maksud dengan piutang adalah pinjaman yang
sedang beredar ditangan peminjam.
Pada kenyataan. Sebagaian besar credit uniom tidak mampu
mengenal kerugian karena kredit lalai ini, apalagi melakukan
Charge-offatasnya. Tanpa melakukan Charge-off atas kredit macet
yang sudah tidak memberikan pendapatan merupakan tindakan
penyelewengan terhadap prinsip-prinsip safety dan soundness.
SHU bersih yang dilaporkan sesungguhnya tidak rill (overstated),
nilai aset terinflasi (inflated), provisi kredit lalai tidak memadai,
dan simpanan para anggota tidak terlindungi.
Rumus dari Protection (P) :
Indikator ini mengukur kecukupan dana cadangan risiko dan
provisi kredit lalai.
1) Ketersediaan dana cadangan resiko dan provisi pinjaman lalai/
total pinjaman macet > 12 bulan (P1)
Tujuan : Mengukur ketersediaan dana cadangan risiko dan
provisi pinjaman lalai yang digunakan untuk menutup total
pinjaman macet > 12 bulan.
Rumus : P1 x 100%
Goal : 100% (ideal jika a = b)
Sasaran : Dana cadangan risiko dapat menutup 100% total
pinjaman lalai. Ini berarti setiap satu rupiah total pinjaman lalai
Keterangan :
a. = Dana cadangan risiko + provisi pinjaman lalai (lihat di
pasiva)
b. = Total pinajamn lalai > 12 bulan
2) Ketersediaan dana cadangan risiko dan provisi pinjaman lalai
bersih atau total pinjaman lalai 1-12 bulan (P2)
Tujuan : Mengukur ketersediaan dana cadangan risiko dan
provisi pinjaman lalai bersih (di luar dana cadangan risiko
untuk P1) untuk melindungi pinjaman lalai 1-12 bulan.
Rumus :
Goal : 35% (a > b)
Sasaran : Dana cadangan risiko yang tersisa (setelah
dikurangkan untuk menutupi pinjaman lalai diatas 12 bulan)
dapat menutupi 35% dari total pinjaman lalai dari 1 hingga 12
bulan. Ini berarti setiap satu rupiah total pinjaman lalai hingga
12 bulan dijamin oleh dana cadangan risiko minimal sebesar
0,35 rupiah.
Keterangan :
a. = Total dana cadangan risiko dan provisi diluar untuki P1
b. = Total pinjaman lalai 1 – 12 bulan b. Effective financial structure (E)
Merupaka faktor penting dalam menetukan potensi
keuangan menyeluruh. E ini mengukur aset, labilitas (utang) dan
modal. E juga menunjukan apakah struktur keuangannya ideal
(sehat) atau tidak.
1) Aset
(a) 95% aset produktif terdiri atas piutang (pinjaman beredar),
yaitu berkisar pada rentangan 70%-80% dari total aset; dan
investasi likuid (tersedianya dana segar), yang berkisar
pada rentangan 10%-20% dari total aset.
(b) 5% aset-aset yang tidak produktif terutama berupa aset-aset
tetap (seperti tanah, gedung, perlengkapan, biaya dibayar
dimuka dll).
Credit union didorong untuk memaksimalkan aset-aset
produktif sebagai cara untuk memperoleh pendapatan yang
memadai. pinjaman beredar atau piutang biasa disebut
portofolio pinjaman (loan portofolio). Karena portofolio
pinjaman adalah aset credit union yang paling
menguntungkan, maka WOCCU merekomendasikan agar
selalu berada pada 70%-80% dari total aset.
Jika portofolio pinjam dibawah 70% dari total aset,
maka investasi likuid akan tinggi. Kondisi ini tidak
diharapkan, karena pendapatan dari investasi likuid seperti
bunga tabungan di bank tidak sebesar pendapatan dari
portofolio pinjaman diatas 80%, maka credit union tidak
likuid, karena kekurangan dana segar untuk keperluan
penarikan simpanan, pencairan kredit, atau keperluan
lainnya. Situasi yang seperti ini juga akan membahayakan
credit union.
Aset tidak produktif atau yang disebut dengan aset-aset
tidak menghasilkan tidak boleh diatas 5% dari total aset
credit union. Sekali credit union berbelanja aset-aset tetap
(misal membeli tanah, membangun kantor, atau membeli
kendaraan), tidak mudah menjual aset tersebut untuk
mendapatkan dana segar.
2) Liabilitas (L)
(a) 70-80% dari total utang
Untuk mengetahui aset credit union, bisa dilihat
dikolom aktiva pada laporan keuangancredit union.
Sedangkan untuk mengetahui liabilitas (utang) pada
kolom pasiva. Rasio simpanan non-saham yang ideal
berkisar pada 70-80% dari total aset credit union. Jika
keadaan ideal ini dapat dicapai maka menunjukan
bahwa credit union sudah mampu mengembangkan
program pemasaran secara efektif. Rasio ini juga
menjukan bahwa semangat anggota menabung di credit
(b) Modal
1. Modal saham (simapanan pokok + simpanan
wajib) yang dianggap ideal apabila berada pada
10-20% dari total aset.
2. Modal lembaga (dana cadangan umum, dana
cadangan risiko, donasi, SHU tak terbagi, dan SHU
tahun berjalan yang dialokasikan untuk dana
cadangan) yang dianggap ideal apabila berada
minimal 10% dari total aset.
Dengan sistem permodalan yang baru, saham-saham
anggota tidak lagi utama dan diganti dengan modal
lembaga. Jadi konsentrasi creditunion adalah membangun
modal lembaga. Modal lembaga menjadi ukuran ketahanan
credit union terhadap goncangan. Ketersediaan modal
lembaga yang memadai (minimal 10% dari modal aset)
bertujuan:
1. Untuk mendanai (berfungsi sebagai pengganti)
aset-aset yang tidak menghasilkan (tanah, gedung,
perlengkapan, biaya dibayar dimuka, kas).
Jika modal lembaga tidak memadai, maka untuk
mendanai aset-aset yang tidak menghasilkan
terpaksa mengambil dari simpanan anggota. Padahal
bulan harus diberi balas jasa. Contoh, jika rasio
modal lembaga 3%, sedangkan rasio aset-aset yang
tidak menghasilkan 5%, itu atinya ada selisih
sebesar 2%. Kekurangan 2% ini pasti diambil dari
simpanan anggota.
2. Meningkatkan pendapatan
Modal lembaga bermanfaat dalam meningkatkan
pendapatan karena tidak diberikan balas jasa. Modal
lembaga ini sesungguhnya juga diputar, setidaknya
dalam bentuk investasi likuid. Investasi likuid
artinya uang credit union yang disimpan atau
diinvestasikan di lembaga keuangan lain.
Memahami arus kas sangat penting untuk
memahami konsep ini,
3. Menutup berbagai kerugian
Sebagai upaya akhir, modal lembaga digunakan
untuk menutup berbagai kerugian kredit dan /
kerugian operasional. Di banyak negara ada
ketentuan yang mengatur bahwa penggunaan modal
lembaga untuk menutup kerugian kredit harus
mendapat persetujuan rapat anggota. Namun hal
demikian jangan sampai terlalu sering karena
Rumus Effective Financial Structure (E):
Indikator ini mengukur perbandingan komposisi dari
nomor-nomor perkiraan yang paling penting pada neraca keuangan.
Struktur keuangan yang efektif perlu untuk mencapai tingkat aman
(safety), kesehatan (soundness), dan keuntungan (profitability),
sementara pada saat yang sama credit union mempromosikan diri
agar mampu mencapai pertumbuhan nyata yang agresif.
Aset-aset yang menghasilkan :
a. Rasio piutang yang beredar (E1)
Tujuan : mengukur presentase piutang pada total aktiva.
Rumus : E1 %
Keterangan: a = Total pinjaman yang beredar (piutang)
b = Dana cadangan risiko dan provisi pinjaman lalai
c = Total aset
Goal :70-80%
Sasaran : antara 70% hingga 80% aktiva diinvestasikan
dalam portofolio pinjaman. Ini berarti setiap satu rupiah total
aktiva terdapat 0,70 hingga 0,80 rupiah total piutang beredar.
Liabilities (Utang):
b. Rasio simpanan non-saham (E5)
Tujuan : mengukur presentase total aktiva yang didanai
dengan simpanan non-saham.
Keterangan: a = Total simpanan non-saham
b = Total aset
Goal :70-80%.
Sasaran : antara 70% hingga 80% total aktiva didanai dari
simpanan non saham. Ini berarti setiap satu rupiah total aktiva
didanai oleh 0,70 hingga 0,80 rupiah simpanan non saham.
c. Rasio pinjaman dari luar (E6)
Tujuan : Mengukur presentase total aktiva yang didanai
dengan pinjaman dari luar (hutang dengan instasi lain diluar
credit union)
Rumus : E6 %
Keterangan: a = Total kewajiban pinjaman jangka pendek
b = Total kewajiban pinjaman jangka panjang
c = Total aset
Goal : maksimum 5%
Sasaran : maksimum 5% total aktiva didanai dari pinjaman
luar. Ini berarti setiap satu rupiah total aktiva didanai dari
maksimal 0,05 rupiah pinjaman luar.
Modal :
d. Rasio modal lembaga (E9)
Tujuan : Mengukur presentase total aktiva yang didanai
dengan modal lembaga (dana cadangan, dana risiko, hibah, SHU
Rumus : E8
Keterangan: a = Modal lembaga
b = Dana cadangan risiko
c = Total pinjaman lalai diatas 12 bulan
d = Total pinjaman lalai 1-12 bulan
e = Aset-aset yang bermasalah
f = Total aset
Goal : sama dengan E8 (≥10%)
Sasaran : maksimum 10% total aktiva didanai oleh modal
lembaga. Ini artinya satu rupiah total aktiva didanai maksimal
0,1 rupiah modal lembaga.
c. Asset Quality (A)
Aset-aset yang tidak produktif adalah aset yang tidak
meningkatkan pendapatan. Apabila rasionya di atas 5% dari
total aset, maka dampak negatifnya akan sangat dirasakan.
PEARLS digunakan untuk mengidentifikasi dampak dari
aset-aset yang tidak menghasilkan ini, berupa:
1) Rasio kelalaian pinjaman
Rasio kelalaian pinjaman merupakan ukuran penting untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan credit union. Jika rasio
kelalaian pinjaman tinggi (di atas 5% dari total piutang), rasio
ini akan berpengaruh pada indikator-indikator lainnya.
maka untuk menanggulanginya harus memperbaiki kualitas
pelayanan pinjaman.
2) Presentase aset yang tidak menghasilkan
Makin tinggi rasio aset-aset yang tidak menghasilkan, makin
sulit credit union untuk meningkatkan pendapatannya karena
aset-aset yang sudah berubah bentuk menjadi tanah, gedung,
kendaraan, perlengkapan idealnya rasio aset-aset yang tidak
menghasilkan paling tinggi 5% dari total aset credit union.
Rasio aset-aset yang tidak menghasilkan ini akan turun
apabila banyak anggota baru yang menabung.
3) Mendanai aset-aset yang tidak menghasilkan
WOCCU menuntut agar 100% dari aset-aset yang tidak
menghasilkan atau aset-aset tetap didanai dari modal
lembaga.
Rumus Asset quality (A) :
Indikator A mengukur presentase aset-aset yang tidak
menghasilkan berdampak negatif terhadap perolehan keuntungan
dan solvency (ketahanan). E terdiri atas pinjaman lalai
(delinquency), aset-aset yang tidak menghasilkan dan pendananaan
aset-aset yang tidak menghasilkan.
1) Total pinjaman lalai/ Total piutang (A1)
Tujuan: mengukur presentase total pinjaman lalai di portofolio
bukan menggunakan akumulasi angsuran pokok yang
tertunggak.
Hitungan :
A = total saldo pinjaman lalai yang dicatat di pasiva, tidak
termasuk pinjaman lalai yang sudah di charge-off yang masih
dalam masa penagihan.
B = Total pinjaman beredar
Rumus : A1
Goal : kurang dari atau sama dengan 5% total pinjaman
beredar
Sasaran : kurang dari atau sama dengan 5% total pinjaman
beredar dapat menutup presentase total pinjaman lalai di
portofolio pinjaman. Ini artinya setiap satu rupiah pinjaman
beredar dapat menutupi 0,5 rupiah pinjaman lalai portofolio.
2) Aset-aset yang tidak menghasilkan/ Total aset (A2)
Tujuan : Mengukur persentase total aset yang tidak
menghasilkan pendapatan.
Yang termasuk aset-aset yang tidak menghasilkan, contoh:
uang tunai di kas / brankas, cash-bond,material, biaya dibayar
dimuka, persediaan, aset-aset tetap (tanah, gedung,
kendaraan,perlengkapan), aktiva dalam penyelesaian, aset
bermasalah.
A = Total aset yang tidak menghasilkan
B = Total aset
Rumus : A2
Goal : kurang dari atau sama dengan 5%
Sasaran : kurang dari atau smaa dengan 5% dari total aset
adalah totalal aset yang tidak menghasilkan. Ini artinya satu
rupiah dari total aset terdapat 0,5 rupiah total asset yang tidak
menghasilkan.
d. Rates of Return and Cost (R)
Sistem PEARLS dapat mengetahui semua komponen penting
yang berkontribusi terhadap besarnya keuntungan bersih (net
earning) atau selisih hasil usaha. Tujuannya adalah membantu
pihak manajemen menghitung hasil investasi dan menilai
biaya-biaya operasional. Ada 4 area utama investasi, yiatu:
1) Portofolio pinjaman
Total pendapatan dari bunga pinjaman, pendapatan dari
benda, dan pendapatan dari jasa pelayanan dibagi dengan
total piutang (pinjaman beredar).
2) Investasi likuid
Semua pendapatan dari bunga tabungan di bank dan
dibagi dengan total dana yang di investasikan ditempat
tersebut.
3) Investasi keuangan
Banyak credit union menginvestasikan dana likuidnya dalam
investasi keuangan (seperti disekuritas pemerintah) yang
menghasilkan pendapatan lebih tinggi dari pada jika di
investasikan di bank. Pendapatan dari investasi seperti ini
dibagi dalam total investasi jenis lain.
4) Investasi non-keuangan lainnya
Setiap investasi yang tidak temasuk dalam kategori a-c di
atas. Di klasifikasikan sebagai investasi di bukan lembaga
keuangan. Di beberapa credit union, ada investasi di
supermarket, farmasi, sekolah dan proyek-proyek perumahan.
Semua pendapatan dari investasi sejenis ini di bagi dengan
total investasi di sektor ini.
Biaya operasional juga penting di ukur, biaya operasional
dibagi menjadi tiga kelompok:
a. Biaya intermediasi keuangan
Meliputi biaya untuk membayar balas jasa simpanan
saham dan non-saham, simpanan unggulan dan bunga
pinjaman dari puskopdit. Tidak seperti yang terjadi di
bank komersial yang meminimalkan biaya modal, credit
jasa simpanan anggota tanpa mengabaikan stabilitas
lembaga.
b. Biaya administrasi
Area kritis lain yang memerlukan analisis mendalam
adalah biaya administrasi, banyak credit union bersaing
ketat dengan bank dalam hal besarnya tingkat bunga
simpan dan bunga pinjaman. Tetapi biaya administrasi
perunitnya jauh lebih tinggi, mengapa? Karena ukuran
pinjamannya kecil. Biaya administrasi tetap (fixed
administrative expenses) tidak dapat di sebarkan ke
jumlah pinjaman yang lebih besar. Contoh biaya tetap
untuk menangani pinajaman Rp. 10.000.000 hampir
sama dengan pinjaman Rp. 100.000.000. Biaya
administrasi yang tinggi merupakan salah satu alasan
penting mengapa banyak credit union gagal memperoleh
keuntungan. Target “ideal” yang direkomendasikan oleh
sistem PEARLS adalah menjaga biaya administrasi
sebesar 5% dari rata-rata aset.
c. Biaya provisi pinjaman lalai atau macet (Provisions for
loan loses)
Jenis biaya terakhir yang dievaluasi oleh PEARLS adalah
biaya provisi pinjaman lalai atau macet. Standar
kerugian atas pinjaman sebagai bagian dari biaya
administrasi secara keseluruhan. Dalam kenyataannya,
pengalokasioan provisi yang memadai menunjukan suatu
tipe pengeluaran yang sama sekali berbeda. Ini terkait
langsung dengan analisis kredit yang benar dan teknik
pengembalian pinjaman yang efektif. Dengan
memisahkan pengeluaran provisi ini dari biaya
administrasi, maka ada gambaran yang lebih jelas
tentang titik lemah administrasi kredit credit union.
Rumus Rates of return and cost (R) :
Indikator ini mengukur pendapatan perolehan rata-rata untuk
setiap aset yang paling produktif yang tercantum pada neraca.
Disamping itu, R mengukur biaya rata-rata untuk setiap utang
dan modal yang paling penting. Hasilnya merupakam perolehan
investasi rata-rata dan bukan hasil “spread analysis” khusus yang
digambarkan berdasarkan pada basis rata-rata aset. Hasil yang
berkaitan menunjukan apakah credit union memperoloeh
pendapatan dan mampu membayar sesuai tingkat bunga pasar
atas aset, utang dan modal.
1) Biaya keuangan : Simpanan saham anggota/ Rata-rata
simpanan saham (R7)
Tujuan: mengukur pendapatan (biaya) atas simpanan saham
Hitungan :
a = Total deviden (BJS) yang dibayarkan pada simpanan
saham anggota.
b = Total premi asuransi yang dibayarkan atas simpanan
saham anggota.
c = Total pajak yang dibayarkan oleh credit union.
d= Total simpanan saham anggota sampai akhir tahun
berjalan.
e = Total simpanan anggota sampai akhir tahun lalu.
Rumus : R7
Goal : sama atau lebih besar dari R5 (> inflasi)
2) Biaya Operasional/ Rata-rata aset (R9)
Tujuan mengukur biaya yang terkait dengan manajemen dari
semua aset credit union. Biaya ini diukur sebagai presentase
total aset dan menunjukan derajat efisiensi operasional atau
ketidak efisiensian operasional.
Hitungan :
a = Total biaya operasional (diluar provisi untuk pinjaman
lalai)
b = Total aset sampai akhir tahun ini
c = Total aset sampai akhir tahun lalu
Goal : 5%
Sasaran : Persentase perbandingan biaya operasional dengan
rata-rata total aktiva harus dibawah 5%. Ini berarti setiap satu
rupiah total aktiva terdapat biaya operasional maksimal
sebesar 0,05 rupiah.
d. Liquidity (L)
Manajemen likuiditas yang baik menjadi suatu
keterampilan penting karena credit union menjalankan struktur
keuangan dari simpanan saham menjadi simpanan non-saham
yang bisa bergerak cepat. Perubahan-perubahan yang terjadi
setelah model tradisional, simpanan saham anggota tidak likuid
dan sebagian besar pinjaman pada pihak luar dapat
dikembalikan dalam priode yang lama, sehingga terjadi sedikit
intsentif untuk menjaga cadangan likuiditas. Likuiditas dulunya
dipandang berdasarkan ketersediaan uang tunai untuk di pinjam
anggota. Dengan memperkenalkan penekanan pada simpanan
non-saham yang dapat ditarik sewaktu-waktu, konsep likuiditas
jelas berubah. Sekarang likuiditas merajuk pada uang tunai yang
selalu harus tersedia untuk penarikan simpanan maupun
pencairan pinjaman. Ini merupakan variabel yang tidak mudah
Menjaga cadangan likuiditas yang cukup merupakan modal
utama dalam manajemen keuangan yang sehat. Sistem PEARLS
menganalisis likuiditas dari dua perspektif:
a. Total cadangan likuiditas
Indikator ini mengukur presentase simapanan non-saham
yang di investasikan sebagai aset likuid baik di bank
maupun di Pusat Koprasi Kredit. Target yang ideal di jaga
pada minimum 15% setelah membayar semua kewajiban
jangka pendek (30 hari atau kurang)
b. Dana likuid yang menganggur
Cadangan likuid itu penting, tetapi cadangan likuid ini juga
menjadi opportunity cost yang hilang. Dan dana-dana yang
disimpan di bank atau investasi berpendapatan rendah tidak
sebanding dengan biaya membeli dana tersebut. Ada
kemungkinan dana tersebut dari sumber yang mahal. Oleh
sebab itu, penting menjaga idle money sekecil mungkin.
Rumus Liquidity (L) :
Indikator ini menunjukan apakah credit union dapat secara
efektif menangani uang tunainya sehingga credit union selalu
memiliki uang yang cukup mana kala secara tiba-tiba para
anggota menarik simpanannya. Dengan kata lain cadangan
likuiditas selalu kuat. Disamping itu, uang menganggur (idle)
menghasilkan jangan sampai mengurangi pendapatan credit
union.
a. Investasi likuid + aset likuid – kewajiban jangka pendek / simpanan non-saham (L1)
Tujuan : mengukur kesehatan cadangan kas likuid untuk
memenuhi tarikan simpanan, setelah membayar semua
kewajiban jangka pendek < 30 hari ( masuk dalam
non-interest bearing liabilities)
Hitungan :
a = Total investasi likuid yang menghasilkan
b = Total aset likuid yang tidak menghasilkan
c = Total kewajiban jangka pendek < 30 hari (non-interest
bearing liabilities)
d = Total simpanan non-saham
Rumus : L1
Goal : minimal 15%
Sasaran : Terdapat cadangan kas likuid untuk
memenuhi penarikan simpanan minimal 15% dari jumlah
simpanan non saham. Ini berarti setiap satu rupiah simpanan
non saham diperlukan cadangan likuiditas minimal 0,15
rupiah.
Cara paling bagus menjaga nilai aset adalah melalui
pertumbuhan aset yang kuat dan cepat dengan tetap menjaga
tingkat keuntunganh yang memadai. Melihat pertumbuhan aset
saja tidaklah cukup. Keuntungan dari sistem PEARLS adalah
mengaitkan pertumbuhan dengan perolehan keuntungan juga
dengan area kunci lain dengan menilai kekuatan sistem secara
keseluruhan pertumbuhan diukur dalam 5 area kunci :
1) Total aset
Pertumbuhan total aset adalah salah satu rasio yang
penting. Banyak rumus yang digunakan dalam rasio
PEARLS memasukkan total aset sebagai faktor pembagi.
Pertumbuhan aset yang kuat dan konsisten
menyempurnakan rasio-rasio PEARLS. Dengan
membandingkan pertumbuhan berdasarkan total aset
terhadap area kunci lainnya, mudah mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur neraca yang mungkin
akan berdampak positif atau negatif terhadap perolehan
pendapatan. Idealnya semua credit union mencapai