• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ground Bendera Periode Umawiyah hingga Usmaniyah

Dalam dokumen Tesis BENDERA DI HIZBUT TAHRIR INDONESIA (Halaman 97-111)

DALAM KONTEKS SEJARAH

D. Periode Umawiyah hingga Usmaniyah

1. Ground Bendera Periode Umawiyah hingga Usmaniyah

1. Ground Bendera Periode Umawiyah hingga Usmaniyah

Ground yang digunakan pada Periode Umawiyah hingga Usmaniyah terhitung beragam. Warna dasar yang banyak digunakan adalah putih atau keputihan, hitam, hijau, dan merah.

59 Stephen Turnbull, The Otoman Empire 1326—1699 (New York, London: Routledge, tanpa tahun), 12.

60 C. E. Bosworth, ed., et al., The Encyclopedia of Islam, Volume IX (Leiden: Koninklijke,1997), plate XVI.

Gambar 2.5 Bendera Usmaniyah saat

pertempuran Lepanto, berbentuk pennant

(Bosworth, 1997, plate XVI)

Gambar 2.4 Prajurit Usmaniyah

membawa bendera berbentuk pennon

Kendati jarang, terdapat juga warna lain, misalnya, warna ungu pada bendera yang dipasang di benteng Usmaniyah pada akhir abad ke-15 (gb. 2.28).61

a. Ground Putih

Ground putih, sebagaimana warna liwa Rasulullah, meskipun tidak banyak, muncul juga di periode Umawiyah hingga Usmaniyah. Pemerintahan Abasiyah pernah menggunakannya sebagai bendera pasukan, walaupun secara resmi pemerintahan ini menggunakan bendera berwarna hitam.62

Dalam film Kingdom of Heaven yang disutradarai Ridley Scott, Saladin pada Perang Salib digambarkan membawa empat bendera berwarna putih. Pembawa bendera ini tampak memimpin, berada di depan ribuan pasukan. Puluhan panji lain berkibar-kibar di belakangnya. Panji itu berwarna-warni, termasuk hitam dan merah, dan bertuliskan lafaz Allah atau bergambar bulan sabit,.63 Saladin adalah sebutan Barat untuk Yusuf ibnu Ayyub Shalahuddin, Jenderal kebangsaan Kurdi, yang berhasil merebut Yerusalem pada tahun 1187.64

61 Stephen Turnbull, The Otoman Empire 1326—1699 (New York, London: Routledge, tanpa tahun), 42.

62 Al-Hujailiy, 2002, 124.

63 Ridley Scott, Film: Kingdom of Heaven (Scot Free Production, 2005).

Selain itu, putih sebagai warna dasar bendera juga muncul di beberapa kesultanan Nusantara. Bendera Kesultanan Cirebon menunjukkan hal ini; kesultanan ini didirikan pada pertengahan abad ke-16 oleh Nurullah, ulama Aceh yang kelak dikenal dengan nama Sunan Gunungjati.65 Bahkan, benderanya yang berjuluk Macan Ali menampakkan kesamaan pola dengan liwa dan rayah. Salah satunya berwarna dasar putih dengan tulisan hitam (gb. 2.6),66 bendera yang lain berwarna dasar hitam dengan tulisan putih (gb. 2.7).67 Akan tetapi, bendera yang dibuat dengan teknik batik68 ini tidak berisi charge kalimat sahadat.

65 H.J. de Graaf dan Th. G. Th. Pigeaud. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa Kajian Sejarah Politik Abad ke-15 dan ke-16, terj. Pustaka Grafitipers dan KITLV (Jakarta: Pustaka Grafitipers, cetakan ke-2., 1986), 140-143.

66 Suryanegara, 2009, 149.

67 Lee Chor Lin, Batik Creating an Identity (Singapura: National Museum of Singapore, 2007), 92.

68 Wiyoso Yudoseputro, “Seni Rupa Klasik”, dalam Mochtar Kusuma-Atmadja, et al., ed., Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah hingga Masa Kini (Panitia Pameran KIAS, 1990-1991), 49.

Gambar 2.6

Bendera Kesultanan Cirebon, seperti kombinasi warna liwa

(Suryanegara, 2009, 149)

Gambar 2.7

Bendera Kesultanan Cirebon, seperti kombinasi warna rayah

Ground berwarna keputih-putihan, dengan charge berwarna hitam, digunakan pasukan Aceh saat pertempuran melawan Belanda di Singkil dan Barus (gb. 2.8). Kombinasi warna yang hampir sama juga ada pada bendera Aceh yang direbut Belanda di bawah pimpinan Jendral van Heutz pada pertempuran di Batee Ilie 3 Februari 1901, bendera ini sekarang ada di Museum Negeri Banda Aceh (gb. 2.9).69 Demikian pula, bendera Kesultanan Bugis juga menggunakan warna dasar putih (gb. 2.40).70

69 Teuku Ibrahim Alfian, ed., et al., Perang Kolonial Belanda di Aceh The Dutch Colonial War in Aceh (Banda Aceh: Pusat Informasi dan Dokumentasi Aceh, edisi ke-3, 1997), 173-174.

70 Antoni Reid, Indonesia Heritage: Sejarah Modern Awal, (Jakarta: Buku Antar Bangsa, 2002), 136.

Gambar 2.8 Bendera Pasukan Aceh dengan ground

keputih-putihan dan charge

hitam

(Alfian, 1997, 174)

Gambar 2.9 Bendera Pasukan Aceh dengan ground keputih-putihan dan

charge hitam

b. Ground Hitam

Ground hitam, sebagaimana warna panji Rasulullah, sering muncul di pemerintahan Islam. Khilafah Abasiyah, pemerintahan setelah Umawiyah, kembali mengibarkan bendera berwarna hitam. Bahkan, warna hitam menjadi warna resmi kenegaraan, termasuk untuk baju pejabatnya.71

Pemakaian panji hitam oleh generasi Abasiyah digambarkan dalam novel Bendera Hitam dari Churasan karya Djardji Zaidan. Dalam sastra gubahan penulis Beirut kelahiran 1861 ini disebutkan bahwa pemimpin pejuang Abasiyah ketika melawan Muawiyah memakai bendera-bendera yang semuanya berwarna hitam, demikian pula serban dan bajunya. Pada novel yang diterjemahkan Balai Pustaka tahun 1953 ini dikatakan bahwa nama bendera Abasiyah adalah Naung dan panjinya bernama

Awan.72

Selain itu, pada tahun 1237 di Baghdad, al-Wasithi melukis arak-arakan prajurit yang memakai bendera hitam. Dalam satu tombak terikat empat bendera berukuran kecil (gb. 2.10).73

Kemudian, pada saat perang Salib abad ke-13, pemimpin Mamluk, yang digambar oleh G.A. Embleton, menggunakan bendera hitam.

71 Al-Hujailiy, 2002, 125-126.

72 Djardji Zaidan, Bendera Hitam dari Churasan, terj. Mahjuddin Sjaf (Jakarta: Balai Pustaka, 1953), 22.

73 Helen Nicholson dan David Nicolle, Gods Warriors: Crusaders. Saracens and the Battle for Jerusalem (New York: Osprey Publishing, 2005), 122.

Bendera itu dikaitkan pada tombaknya (gb. 2.11).74 Demikian pula, bendera Khilafah Usmaniyah yang digunakan saat mengepung kota Vienna tahun 1683 juga berwarna hitam (gb. 2.21).75

74 Terence Wise, Armies of the Crusades, seri Men-At-Arms 75 (London: Osprey Publishing Ltd., tanpa tahun), G.

75 Felix Y. Siauw, Muhammad Al-Fatih 1453 (Jakarta: Khilafah Press, 2011), 133.

Gambar 2.10

Panji hitam pada arak-arakan prajurit di Baghdad, dilukis oleh

al-Wasithi tahun 1237

(Nicholson, 2005, 122)

Gambar 2.11 Bendera hitam terkait di tombak, interpretasi G.A. Embleton atas Mamluk saat

memimpin Perang Salib

Ground hitam juga terdapat di Kesultanan yang ada di Nusantara. Salah satunya adalah bendera Kesultanan Yogyakarta, bahkan warna hitam menjadi bagian dari namanya, yaitu Kanjeng Kyai Tunggul Wulung (gb. 2.12). Dalam bahasa Jawa, tunggul berarti „bendera‟ dan wulung adalah „hitam-kebiruan‟, sedangkan kanjeng kyai merujuk pada „benda yang dikeramatkan‟. Kain

bendera ini berasal dari kiswah atau pembungkus Ka‟bah. Kendati sama dengan warna bendera Nabi Muhammad, bahkan salah satu

charge yang tertera adalah kalimat sahadat,76 bendera ini memiliki fungsi yang jauh berbeda dibandingkan dengan bendera Nabi, yaitu untuk mengusir wabah penyakit. Bendera yang dimandikan setiap bulan Suro ini pernah diarak pada 1932 dan 1948 karena tahun tersebut Yogyakarta terserang wabah.77

76 Chamamah Soeratno, ed., et. al., Kraton Jogja: The History and Cultural Heritage, (Jakarta: Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat and Indonesia Marketing Association, 2002), 131.

77 R. M. Soedarsono, Wayang Wong: Drama Tari Ritual Kenegaraan di Keraton Yogyakarta (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1997), 132.

Sementara itu, di sebagian kalangan HTI DIY tersebar oral history bahwa bendera bajak laut yang berwarna hitam dan bergambar tengkorak merupakan bentuk ejekan Barat terhadap

rayah (2.13).78 Jika ini benar, mungkin terjadi sekitar tahun 1690-an. Ketika itu, John Avery, pria Inggris yang bergelar “Bajak Laut Paling Kejam” (the Arch-Pirate), mengganti bendera merahnya dengan bendera hitam bergambar tengkorak. Penggunaan Jolly Roger, demikian nama bendera itu, dilakukan setelah Avery bertempur dengan pasukan Islam Mogul. Akan tetapi, Frank

78 Wawancara dengan DCT., anggota HTI DIY, 2 November 2011. Gambar 2.12

Warna hitam pada bendera Kanjeng Kyai Tunggul Wulung

dari Kesultanan Yogyakarta (Soeratno, 2002, 131)

Sherry yang menceritakan kisah itu dalam Raiders and Rebels the Golden Age of Piracy tidak menyebutkan alasan perubahan itu.79

c. Ground Hijau

Bani Umawiyah, kekhilafahan yang berkuasa persis setelah Khulafaur Rasidin, menggunakan bendera berwarna hijau. Baju-baju resmi kenegaraan pun berwarna hijau. Warna ini menjadi simbol kenegaraan.”80

Warna hijau telah digunakan suku Aus sejak masa jahiliyah. Setelah Islam datang, warna tersebut tetap diakui

79 Frank Sherry, Raiders and Rebels the Golden Age of Piracy (Pymble: HarperCollins e-books, 1986), 62.

80 Al-Hujailiy, 2002, 123-124. Gambar 2.13

Jolly Roger, bendera bajak laut yang ditengarai sebagai olok-olok terhadap rayah

keberadaannya.81 Kendati bukan untuk bendera, Nabi Muhammad beberapa kali menggunakan warna hijau. Pada saat Fathul Makkah, Nabi mengenakan serban hijau tua.82 Warna ini juga mengingatkan pada selimut Rasulullah dari al-Hadhrami yang digunakan Ali ketika peristiwa rencana pembunuhan Nabi menjelang Hijrah.83

Bahkan kini warna hijau identik degan Islam. Berbagai organisasi Islam menggunakan warna ini untuk benderanya. Di Indonesia, antara lain, dipakai oleh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Partai Bulan Bintang (PBB).

d. Ground Merah

Di muka telah disebutkan, pada masa awal Islam bendera merah sudah digunakan suku Khazraj, dan bendera ini diakui keberadaannya oleh Nabi Muhammad. Pada perkembangannya, bendera dengan ground merah banyak muncul di periode Umawiyah hingga Usmaniyah.

Philip W. Goetz menyebutkan, golongan Khawarij menggunakan bendera merah.84 Khawarij, yang secara harfiah

berarti „sparatis‟, adalah kelompok yang memisahkan diri dari kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Kelompok ini pada tahun 657

81 Al-Hujailiy, 2002, 22-23. 82 Al-Ghazaliy, 1985, 632. 83 Al-Muafiri, 1994, 436. 84 Goetz, 1988, 812.

menolak arbitrase (tahkim) antara pendukung Muawiyah dengan pemerintahan Ali.85

85 Al-Hafni, 2005, 317; Armstrong, 2004, 42-43. Gambar 2.14

Ragam bendera Khilafah Usmaniyah, Banyak menggunakan warna merah (Sumber: en.wikipedia.org, 30/8/2010)

Selanjutnya, Khilafah Usmaniyah sering menggunakan bendera berwarna merah dengan berganti-ganti charge (gb. 2.14). Dalam The Otoman Empire 1326—1699, Stephen Turnbull juga menampilkan illustrasi pasukan Usmaniyah yang tengah mengibarkan bendera berwarna merah (gb. 2.44). Karya itu menggambarkan kemenangan Usmaniyah melawan Raja Wladislaw III di Varna tahun 1444.86 Demikian juga, pasukan Muhammad al-Fatih digambarkan membawa bendera berwarna merah saat menahlukkan Konstantinopel tahun 1453 (gb. 2.15).

86 Turnbull, tanpa tahun, 18.

Gambar 2.15

Bendera berwarna merah digunakan pasukan Muhammad al-Fatih saat penaklukan Konstantinopel tahun 1453

Selain itu, bendera pemerintahan Islam di Sudan juga berwarna merah. Bendera ini bertuliskan kalimat Syahadat dan nama al-Mahdi selaku pemimpinnya (gb. 2.19). Bendera tersebut ditemukan tentara Inggris pada tahun 1885.87

Warna merah juga terlihat pada beberapa bendera kesultanan Nusantara. Bendera pasukan Aceh di pertempuran Jambo Anyer tahun 1902 adalah contohnya (gb. 2.16). Kesultanan Aceh memang sering menggunakan warna merah, termasuk bendera yang direbut Belanda pada tahun 1540 ketika perang di Barus, Tapanuli, yang ketika itu masih berada di bawah kekuasaan Aceh (gb. 2.17).88 Ground merah juga digunakan untuk bendera Si Singamangaraja XII yang kini tersimpan di Museum Sumatera Utara (gb. 2.18).89

87 Crampton, 1989, 21. 88 Alfian, 1997, 172-173.

89 Anonim, Indonesia Journey to the History of Culture (Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwiasata Republik Indonesia, tanpa tahun), 7.

Gambar 2.16

Ground merah pada bendera perang pasukan Aceh dalam pertempuran di Jambo Anyer tahun 1902

(Alfian, 1997, 173)

Gambar 2.17

Warna merah yang telah pudar pada bendera Aceh di perang Barus 1540, terlihat bagian muka dan belakang

(Alfian, 1997, 172)

Gambar 2.18

Ground merah pada bendera Si Singamangaraja XII

Dalam dokumen Tesis BENDERA DI HIZBUT TAHRIR INDONESIA (Halaman 97-111)

Dokumen terkait