• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan

Keterlambatan pertumbuhan linier pada awal-awal kehidupan manusia berdampak merugikan dalam jangka pendek dan panjan. Hal ini berhubungan dengan rendahnya kemampuan kognitif dan performa pendidikan, rendahnya upah saat dewasa, hilangnya produktivitas dan meningkatnya resiko penyakit kronis gizi ketika bersamaan dengan penambahan berat badan yang berlebihan saat masa anak- anak atau childhood (Black et al. 2008). Kegagalan pertumbuhan selama bayi dan awal masa anak-anak sering tidak bisa diperbaiki (irreversible), hal ini menyebabkan tinggi badan pendek selama masa remaja dan dewasa (Martorell et al, 1994); (Victora et al. 2008). Pertumbuhan linier pada masa anak-anak menjadi indikator bagi pertumbuhan sehat (healthy growth) dan berhubungan dengan kesehatan masa depan dan hasil fungsional yang positif (Victora, et al. 2008).

Hasil survei RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 menunjukkan prevalensi balita pendek (stunting) 37,2%, kurus (wasting) 12,1%, berat kurang (underweight) 19,6% (Kemenkes RI 2013). Hasil studi pendahuluan di Kabupaten Bangkalan melaporkan prevalensi anak usia 6-23 bulan yang mengalami stunting 34.7%, wasting 19.0%, dan underweight 34.0% (Muslihah 2014). Data menunjukkan prevalensi anak stunting meningkat dari 16.9% pada anak usia 6-11 bulan menjadi 40.8% pada anak usia 12-24 bulan, sementara prevalensi anemia menurun dari 58.4% menjadi 42.6% pada anak usia 6-11 bulan dan 12-24 bulan. Permasalahan gizi mulai terjadi sejak anak usia 6 bulan, yaitu ketika anak mulai mendapatkan makanan pendamping ASI.

Kegagalan pertumbuhan umumnya mulai terjadi antara usia 4 dan 6 bulan dan terus berlanjut sampai usia 18 bulan (Maleta, et al. 2003). Penurunan panjang badan menurut umur terbanyak terjadi pada periode MP-ASI dari usia 6 sampai 24 bulan (Dewey dan Huffman, 2009); (Victora et al. 2010). Hasil penelitian di Malawi perbedaan kumulatif tinggi badan awal dengan standar median WHO saat usia 3 tahun adalah 10 cm dan proporsi perbedaan 20% sudah ada saat lahir, 20% saat usia 6 bulan, 50% usia 6-24 bulan, dan sisanya 10% pada tahun ketiga (Dewey dan Huffman 2009); (Maleta et al. 2003). Di Indonesia, perbedaan panjang badan sudah dimulai sejak dini, penelitian yang dilakukan oleh Irawati et al. (2008) menunjukkan perbedaan panjang badan anak laki-laki usia 4 bulan dengan rujukan WHO 2007 adalah 2.7 cm pada ASI predominan dan 3.9 cm pada bayi ASI parsial. Sementara pada anak perempuan perbedaan panjang badan dengan rujukan WHO 2007 adalah 2.1 cm pada ASI predominan dan 1.6 cm pada bayi ASI parsial. Hasil kajian dari data Riskesdas (2010) juga menunjukkan rata-rata anak laki-laki lebih pendek 12.5 cm dan anak perempuan rata-rata lebih pendek 9.8 cm dari median rujukan WHO (2007) pada saat anak usia 5 – 18 tahun.

Keterlambatan pertumbuhan memerlukan proses yang lama. Prevalensi stunting umumnya kecil pada masa bayi dan meningkat sangat cepat setelah usia 1 tahun. Pengenalan makanan selain ASI merupakan periode yang kritis yang

72

berhubungan dengan seringnya kejadian infeksi, konsumsi makanan yang rendah densitas energi dan hal ini dapat memepercepat keterlambatan pertumbuhan. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sangat penting dan menjadi pilar dalam pertumbuhan. Praktik MP ASI yang rendah adalah determinan kuat terjadinya stunting. Intervensi pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sangat potensial mempengaruhi anak pendek atau stunting namun bukti ilmiah saat ini masih beragam (Bhutta et al. 2013). Pencegahan anak pendek dapat dilakukan sejak bayi agar dapat mencegah atau mengurangi keterlambatan pertumbuhan sebelum anak jatuh ke batasan stunting.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan linear adalah genetik, hormon yang mengatur pertumbuhan, dan faktor lingkungan (seperti gizi, status sosial ekonomi, morbiditas, dll). Keterlambatan pertumbuhan linier adalah interaksi antara respon hormonal (hormone pertumbuhan, insulin, kortisol, dll), faktor pertumbuhan seperti Insulin-like growth factor-1 (IGF-1), binding proteins dan resetor seluler, defisiensi zat gizi tertentu dan pelepasan sitokin selama periode infeksi. Regulasi pertumbuhan linier pada masa anak-anak (childhood) dipengaruhi oleh zat gizi dan faktor hormonal. LNS terbukti potensi terhadap pertumbuhan linier, namun hubungannya dengan produksi hormon pertumbuhan dan IGF-1 pada awal masa anak-anak masih belum diketahui

Intervensi gizi selama periode pemberian makanan pendamping ASI telah menunjukkan efektif untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak dan meningkatkan asupan zat gizi makro dan mikro (Dewey dan Adu-Afarwuah 2008). SQ-LNS berbasis makanan dengan kacang tanah yang mengandung energi, protein, asam lemak esensial, 12 vitamin dan 10 mineral termasuk mineral makro dan seng yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan bertujuan untuk mencegah anak menjadi kurang gizi (undernutrition) dan meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan yang optimal (Arimond et al. 2013). Intervensi MP ASI di Indonesia pada umumnya dilakukan dalam bentuk makanan, yaitu berupa biskuit dan bubur MP ASI, serta fokus pada anak kurang gizi atau MP ASI pemulihan. Biskuit adalah makanan yang biasa dimakan sebagai kudapan bagi anak atau bagian makanan utama pada anak

dibawah 1 tahun. Biskuit “MP ASI” adalah program pemerintah untuk pemberian

makanan tambahan anak. Biskuit atau bubur bayi yang diproduksi secara komersial dapat dimakan langsung dan memungkinkan adanya perubahan keragaman makanan yang dikonsumsi.

Penelitian ini bertujuan menguji hipotesis bahwa pemberian suplemen gizi berbasis lipid dosis kecil 20 g selama 6 bulan dapat meningkatkan pertumbuhan linier lebih cepat dibandingkan bayi yang menerima Biskuit MP-ASI fortifikasi multi zat gizi mikro dan menurunkan insiden stunting. Tujuan lainnya untuk melihat pengaruh pemberian SQ-LNS terhadap sekresi kadar hormon pertumbuhan dan IGF-1 di urin.

Metode

Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kabupaten Bangkalan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi penelitian di 50 desa terpilih di 8 kecamatan, Kabupaten Bangkalan,

73 Provinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2014 sampai bulan August 2015.

Penelitian ini adalah penelitian kuasi dengan rancangan community non- randomized controlled intervention. Intervensi gizi yang diberikan adalah LNS dosis harian kecil 1 bungkus per hari (20 g) dan biskuit MP ASI 3 keping per hari (30 g) selama enam bulan. Kelayakan etik penelitian ini diperoleh dari komite etik Fakulas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponogoro dengan sertifikat No. 146/EC/FKM/2014 (Lampiran 1).

Subjek Penelitian

Kriteria inklusi penelitian adalah Kriteria inklusi adalah anak usia 6 bulan yang sudah mengonsumsi makanan, anak lahir cukup (> 37 bulan) dan berat badan lahir normal (> 2500 g), panjang badan > 48 cm, tinggal di wilayah penelitian selama enam bulan terakhir, dan bersedia beraprtisipasi dengan menandatangani formulir persetujuan setelah penjelasan (informed consent) oleh orang tua atau yang mewakili. Data populasi diperoleh dari data kohort bayi di bidan atau data bayi yang datang ke posyandu.

Jumlah minimal sampel dihitung berdasarkan pertambahan panjang badan. Hasil perhitungan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 50 bayi setiap kelompok Berdasarkan hasil penelitian LNS sebelumnya, perbedaaan rata-rata peningkatan panjang badan dari dua kelompok (8.3 cm dan 7.8 cm) adalah 0.5 (Adu-Afarwuah et al 2007) dengan standar deviasi 1.0. Nilai tingkat kemaknaaan atau uji kuasa ditetapkan 80% (1-β) = 0.84, dan ketepatan α = 5% dengan uji eka arah (1.645). Hasil perhitungan jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 50 bayi setiap kelompok.

Bahan Intervensi

Penelitian terdiri dari tiga (3) kelompok yaitu kelompok SQ-LNS dengan pemberian suplemen gizi dosis kecil 1 bungkus per hari @ 20 g; kelompok Biskuit dengan pemberian 3 keping biskuit per hari @ 30 g; dan kelompok tanpa intervensi apapun atau kontrol. Selama masa penelitian, semua subjek yang terpilih dapat menerima suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi secara rutin dari pemerintah, vaksinasi rutin dan pemantauan pertumbuhan. Seluruh ibu diminta tetap melanjutkan menyusui sesuai kemauan bayi dan memberikan makan yang biasa dikonsumsi.

Pada kelompok SQ-LNS, subjek menerima suplemen gizi berbasis lipid dosis kecil (small-quantity lipid-based nutrient supplement, SQ-LNS) 20 g per hari selama 6 bulan yang bertujuan untuk fortifikasi vitamin dan di mineral di tingkat rumah tangga dan dikemas dalam bentuk sachet atau bungkus kecil. Produk SQ- LNS ini didonasi oleh Nutriset SAS (Malaunay, Prancis) dan merupakan bagian

projek “GIZI SEHAT”. Biskuit didonasi oleh Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Tim lapang melakukan kunjungan rumah setiap bulan untuk mendistribusikan 30 bungkus LNS atau 8 bungkus biskuit yang berisi 96 keping pada setiap subjek penelitian, pemantauan konsumsi dengan kuesioner terstruktur, pengukuran berat badan dan panjang badan, dan menggali informasi lainnya tentang pengalaman dan keluhan atau kejadian yang tidak diharapkan selama mengonsumsi SQ-LNS dan biskuit. Tim lapang memberikan edukasi gizi dan motivasi ibu untuk meningkatkan

74

kepatuhan konsumsi SQ-LNS dan biskuit. Kandungan energi dan zat gizi per sajian dan persentase AKG dari SQ-LNS dan Biskuit dapat dilihat pada Tabel 6.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Peubah terikat adalah laju panjang badan dan berat badan, panjang menurut umur z-skor, berat badan menurut umur z-skor, berat badan menurut panjang badan z-skor, dan sekresi kadar hormon pertumbuhan dan IGF-1 di urin. Karakteristik anak, ibu, rumah tangga, dan morbiditas dikumpulkan dengan kuesioner yang terstruktur.

Berat badan anak diukur dengan timbangan digital merk LAICA yang dicatat dengan ketelitian 10 gram. Panjang badan anak diukur menggunakan length board merk SECA 210 pada ketelitian 5 mm. LILA diukur dengan pita LILA dengan 3 gradasi warna (merah, kuning, dan hijau). Lingkar kepala diukur dengan pengukur lingkar kepala merk SECA 212. Indek antropometri BB/U, PB/U, BB/PB z-skor dihitung menggunakan SPSS macro dengan WHO Child Growth Standards (WHO, 2006). Pemeriksaan kadar hormon pertumbuhan dan IGF-1 meggunakan Growth Hormone ELIZA kit RayBio® Human Growth dan dianalisa di RS Khusus Infeksi, Universitas Airlangga.

Pengolahan dan analisis data

Pengetahuan gizi diperoleh dengan menilai 10 pertanyaan tentang ASI dan MP ASI. Analisis validitas dengan uji product moment terhadap 10 item pertanyaan semuanya berkorelasi nyata (p<0.01) dan terpercaya sebagai alat pengumpul data pengetahuan gizi dengan alpha cronbach’s = 0.222. Kategori rumah tangga berdasarkan status ketahanan pangan diperoleh dengan 9 pertanyaan singkat tentang akses pangan keluarga yang dikembangkan oleh Fanta Project. Status sosial ekonomi merupakan nilai komposit dari kepemilikan (televisi, kulkas, hand phone, sepeda motor), lantai dari keramik, bahan bakar memasak dengan LPG, dan tempat BAB dengan WC tertutup model angsa. Nilai maksimum 7 dialokasikan

dengan tiga kategori berdasarkan nilai persentilnya (rendah skor ≤ 4, sedang skor =

5, dan tinggi skor ≥6). Data morbiditas dikumpulkan setiap bulan meliputi gejala

demam, pilek/batuk, dan diare.

Penentuan indek antropometri meliputi BB/U z-skor, PB/U z-skor, BB/PB z- skor dihitung dengan SPSS macro dan WHO 2006 multi-centre growth standard (MGRS). Definisi kependekan (stunting) adalah PB/U < 2 SD, kekurusan (wasting) adalah BB/PB < 2 SD, kurang gizi (underweight) < 2 SD. Kategori anemia adalah kadar hemoglobin < 11 g/dl. Data 24-hour recall dari makanan bayi saat awal, 3 bulan, dan 6 bulan intervensi diolah menggunakan NutriSurvey 2007 software.

Responden yang mengikuti penelitian sampai selesai dianalisa secara statistik. Peubah perancu yang diduga antara lain data berat badan atau panjang badan awal bayi dan kadar hemoglobin awal. Analisis efek intervensi dimulai dengan menguji hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan antara ketiga kelompok menggunakan

ANOVA atau regresi logistik untuk data kontinu dan Fisher’s exact test untuk data

kategorikal. Uji ANCOVA digunakan untuk mengkoreksi (adjusted) peubah perancu (counfounder factor). Perbedaan prevalensi dan insiden status gizi dianalisis dengan regresi logistik yang dikoreksi dengan nilai awal. Analisis

75 pengaruh intervensi terhadap perubahan panjang badan dan indek PB/U z-skor dilakukan dengan analisis multivarit yaitu uji regresi linier berganda.

Hasil dan Pembahasan

Jumlah bayi bersedia mengikuti pengumpulan data awal sebanyak 269 bayi. Subjek berasal dari 50 desa di 8 kecamatan dialokasikan secara purposif ke kelompok yang diberi LNS (97 anak), Biskuit (99 anak), dan tanpa perlakuan atau Kontrol (73 anak). Pada akhir penelitian, sebanyak 67 anak (24.9%) tidak dapat berlanjut atau drop out dengan alasan pindah tempat tinggal ke daerah lain (43 anak); ibu menolak untuk melanjutkan berpartisipasi dengan alasan anak tidak mau (4 anak), sakit (1 anak), dan ibu sibuk (1 anak); dan tidak menerima intervensi LNS atau biskuit lebih dari 3 bulan (18 anak) dan 34 subjek dikeluarkan dari analisa karena umur bayi < 6.0 bulan saat pengumpulan data awal walaupun sudah mengonsumsi makanan selain ASI

Tingkat DO pada ketiga kelompok tidak berbeda secara signifikan, 27.4%, 27.8%, dan 20.2% pada kelompok kontrol, SQ-LNS, Biskuit. Potensi bias yang berhubungan dengan subjek yang keluar dan berlanjut telah dikaji. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari latar belakang karakteristik subjek (anak, ibu, dan rumah tangga) antara 67 bayi yang drop out dan 202 yang berhasil menyelesaikan penelitian (p>0.05). Alur partisipasi subjek pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Karakteristik Subjek Penelitian

Pada awal penelitian, karakteristik terpilih dari anak, ibu, dan rumah tangga tidak ada perbedaan signifikan pada ketiga kelompok (p >0.05), Tabel 14. Rerata umur anak adalah 6.3±0.3 bulan. Rerata umur ibu adalah 27.8±5.7 tahun dengan lama ibu menempuh pendidikan sebesar 7.2±3.4 tahun. Sebagian besar ibu subjek tidak bekerja (83.9%). Proporsi rumah tangga yang berpartisipasi di penelitian ini yang berkategori rumah tangga rawan pangan sebesar 60.1%. Nilai komposit dari

indek asset rumah tangga dengan kategori rendah (skor ≤ 4 dari total 7 skor) merupakan indikator status sosial ekonomi terpilih pada penelitian dan sebanyak 32.1% (n=54). Berat badan dan panjang lahir anak dan status gizi (indek massa tubuh) dari ibu subjek tidak berbeda signifikan (p>0.05). Proporsi anak dengan panjang badan lahir < 48 cm masih kecil sebesar 9.4% dan tidak berbeda signifikan pada ketiga kelompok penelitian (p>0.05).

76

Tabel 15. Karakteristik sosio demografi terpilih dari subjek penelitian

Variabel Kontrol SQ-LNS Biskuit Nilai p

Total subjek penelitian 51 58 59

Karakteristik anak

Jenis kelamin, % laki-laki (n) 60.8 (31) 56.9 (33) 47.5 (28) 0.346

Umur (bulan) 6.3±0.3 6.4±0.3 6.3±0.3 0.294

Berat badan lahir (kg) 3.19±0.46 3.24±0.45 3.19±0.39 0.458

Panjang badan lahir (cm) 48.72±1.79 49.27±1.40 49.13±1.29 0.257

Proporsi panjang lahir < 48 cm, %(n) 19.4 (7) 4.4 (2) 6.5 (3) 0.052

Karakteristik ibu

Umur ibu (tahun) 27.9±6.0 27.7±6.1 27.8±4.9 0.976

Lama pendidikan ibu (tahun) 7.2±3.6 7.1±3.3 7.2±3.4 0.998

Ibu tidak bekerja, % (n) 74.5 (38) 89.7 (52) 86.4 (51) 0.080

Pengetahuan gizi rendah, % (n) 45.1 (23) 44.8 (26) 44.1 (26) 0.994

Ibu gemuk (IMT < 25.0), % (n) 33.3 (9) 27.0 (10) 28.3 (13) 0.849

Ibu pendek (TB < 145 cm), % (n) 3.7 (1) 2.7 (1) 6.5 (3) 0.688

Karakteristik rumah tangga (RT)

RT rawan pangan, % (n) 58.8 (30) 53.4 (31) 40 (67.8) 0.278

RT keragaman pangan rendah, % (n) 3.9 (2) 5.2 (3) 1.7 (1) 0.591

Indek asset rumah tangga rendah, % (n) 31.4 (16) 29.3 (17) 35.6 (21) 0.760

Keterangan: Nilai ditulis dalam Rerata ± SD atau % (n); SQ-LNS (small-quantity lipid-based nutrient supplement); pengetahuan gizi ibu dengan kuesioner yang sudah diuji validitas dan realibilitas terdiri 10 pertanyaan tentang ASI dan MP ASI; Rumah tangga rawan pangan diukur dengan 9 pertanyaan yang dikembangkan oleh FANTA project; keragaman pangan rendah (anggota RT mengonsumsi 1 sampai 3 kelompok pangan dalam 24 jam sebelum wawancara). Status sosial ekonomi rendah adalah skor ≤ 4 dari nilai komposit kepemilikan (televisi, kulkas, hand phone, sepeda motor), lantai dari keramik, bahan bakar memasak dengan LPG, dan tempat BAB dengan WC tertutup model angsa.

Data hasil pengetahuan gizi dan status ketahanan pangan rumah tangga dapat dilihat pada Lampiran 8.

Kepatuhan Konsumsi, Status Morbiditas, dan Asupan Energi dan Zat Gizi dari Makanan dan ASI

Ibu melaporkan bahwa kepatuhan konsumsi SQ-LNS adalah 62.7% dan 59.3% selama 3 dan 6 bulan intervensi. Proporsi bayi dengan kategori kepatuhan tinggi (≥ 70%) sebesar 53.4% dan 39.7%, sementara proporsi subjek dengan kepatuhan sesuai rekomendasi (7 bungkus per minggu) sebesar 39.7% dan 20.76% selama 3 bulan dan 6 bulan intervensi. Rerata tingkat kepatuhan Biskuit adalah 92.8% dan 91.1% dalam 3 dan 6 bulan intervensi dengan proporsi kepatuhan sesuai rekomendasi 21 keping per minggu sebesar 93.2% dan 91.5%.

Status morbiditas berdasarkan laporan dari ibu subjek. Tidak ada perbedaan signifikan prevalensi ISPA dan diare selama penelitian (p>0.05). Prevalensi longitudinal ISPA sebesar 36.3%, 35.5%, dan 35.6% dan prevalensi diare sebesar 19.3%, 22.2% dan 20.2% pada kelompok Kontrol, LNS, dan Biskuit.

Tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, Fe, dan Zn dari makanan dan ASI pada anak usia 9-10 bulan, lebih tinggi pada kelompok Kontrol dibandingkan subjek di kelompok SQ-LNS dan Biskuuit. Tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C lebih tinggi dan berbeda signifikan pada

77 kelompok Kontrol dibandingkan subjek di kelompok SQ-LNS (P<0.05). Dibandingkan subjek di kelompok Biskuit, tingkat konsumsi protein, vitamin C, kalsium, Fe, dan Zn lebih tinggi dan berbeda signifikan pada subjek di kelompok Biskuit (p<0.05), Gambar 11.

Huruf dengan berbeda abjad pada baris yang sama menunjukkan perbedaan secara signifikan (p<0.05)

Pengaruh Pemberian Suplemen Gizi Berbasis Lipid Dosis Kecil terhadap Pertumbuhan

Peningkatan Berat Badan dan Panjang Badan

Pada saat baseline, tidak ada perbedaan signifikan berat badan bayi, panjang badan, lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala (LK) dan indek antropometri (BB/U z-skor, PB/U z-skor, BB/PB z-skor, IMT/U z-skor, (p>0.005), Tabel 16.

Pengaruh intervensi dengan pemberian suplemen gizi berbasis lipid dosis kecil atau SQ-LNS dan biskuit terhadap pertumbuhan dapat dilihat dari luaran penambahan berat badan dan panjang badan dan perubahan indek antropometrinya. Pertumbuhan ponderal dapat dilihat dari perubahan BB/PB z-skor dan indek massa tubuh menurut umur (IMT/U) z-skor, sementara pertumbuhan linier dilihat dari perubahan panjang badan menurut umur (PB/U) z-skor.

59.5 65.1 83.1 49.3 105.8 41.3 53.7 44.8 45.6 67.9 35.9 71 27.9 38.1 49.7 42.3 70.6 36.2 61.9 23.9 35.3 0 20 40 60 80 100 120

Energi Protein Vitamin A Vitamin C Kalsium Fe Zn P er se n ta se ( % ) Kontrol SQ-LNS Biskuit

Gambar 11. Tingkat konsumsi energi dan zat gizi makanan dan ASI pada anak usia 9-10 Bulan

78

Tabel 16. Rerata data antropometri berdasarkan kelompok penelitian 1

Luaran Kontrol SQ-LNS Biskuit Nilai p

Berat badan, kg Baseline 6.98±0.11 6.90±0.10 6.92±0.11 0.885 3 bulan intervensi 7.43±0.07 7.83±0.06 7.79±0.05 0.093 6 bulan intervensi 8.38±0.09 8.53±0.09 8.55±0.9 0.828 Panjang badan, cm Baseline 66.21±0.36 66.05±0.31 65.75±2.29 0.538 3 bulan intervensi 69.73±0.30 70.64±0.23 69.70±0.21 0.064 6 bulan intervensi 73.10±0.22a 74.52±0.20b 73.74±0.20a 0.022 LILA, cm Baseline 13.6±0.1 13.5±0.1 13.5±0.1 0.852 6 bulan intervensi 14.4±0.1 14.4±0.1 14.4±0.1 0.987 Lingkar kepala, cm Baseline 42.5±0.2 42.5±0.2 42.3±0.1 0.259 6 bulan intervensi 44.7±0.2 44.5±0.1 44.2±0.1 0.061 BB/U z-skor Baseline -0.91±0.12 -1.05±0.13 -0.91±0.13 0.849 3 bulan intervensi -1.45±0.08a -1.07±0.06b -1.04±0.06b 0.000 6 bulan intervensi -1.27±0.09 -1.02±0.08 -1.0±0.08 0.051 BB/PB z-skor Baseline -0.90±0.14 -0.92±0.14 -0.75±0.13 0.865 3 bulan intervensi -1.28±0.14a -0.92±0.10a -0.65±0.09a,b 0.001 6 bulan intervensi -0.81±0.13 -1.07±0.12 -0.77±0.12 0.137 PB/U z-skor

Baseline -0.37±0.13 -0.52±0.12 -0.50±0.13 0.724 3 bulan intervensi -0.84±0.13 -0.58±0.10 -0.86±0.09 0.093 6 bulan intervensi -1.34±0.09a -0.57±0.09b -0.93±0.08a,b 0.000 IMT/U z-skor

Baseline -0.99±0.14 -1.01±0.14 -0.85±0.13 0.860 3 bulan intervensi -1.31±0.14a -0.97±0.11a -0.67±0.09a,b 0.001 6 bulan intervensi -0.64±0.14 -1.01±0.13 -0.64±013 0.070

Keterangan: Data disajikan dalam rerata ± SD; SQ-LNS (small-quantity lipid-based nutrient supplement), LILA (lingkar lengan atas), BB/U z-skor (berat badan menurut umur s-skor), PB/U z-skor (panjang badan menurut umur z-skor), BB/PB z-skor (berat badan menurut panjang badan menurut z-skor), IMT/U z-skor (indek massa tubuh z-skor). Huruf dengan berbeda abjad pada baris yang sama menunjukkan perbedaan secara signifikan (p<0.05). 1Analisi dengan ANCOVA yang dikoreksi nilai awal saat baseline.

Tidak ada perbedaan berat badan subjek pada awal penelitian, midline, dan akhir penelitian (p>0.05). Dibanding kelompok Kontrol, subjek di kelompok SQ- LNS mempunyai berat badan yang dikoreksi lebih besar (7.83 kg) dan berbeda signifikan dengan subjek di kelompok Biskuit (7.79 kg) dan kelompok Kontrol (7.43 kg), p<0.01 setelah 3 bulan intervensi. Pada akhir penelitian, rerata berat badan pada subjek yang menerima biskuit lebih tinggi (8.55 kg) dari subjek di kelompok SQ-LNS (8.53 kg) dan kelompok Kontrol (8.38 kg) namun tidak berbeda signifikan, p>0.05.

79 Selama 3 bulan intervensi, kenaikan berat badan yang dikoreksi (adjusted) dengan berat badan awal sebesar 0.50 kg, 0.90 kg, dan 0.86 kg pada kelompok Kontrol, SQ-LNS, dan Biskuit dan berbeda signifikan (p=0.000). Kenaikan berat badan pada subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 12. Penambahan berat badan di kelompok SQ-LNS (0.90 kg) lebih besar dan berbeda signifikan (p=0.000) dibandingkan kelompok Kontrol (0.50 kg) dan Biskuit (0.86 kg, 95% CI: 0.75-0.96). Penambahan berat badan dari anak usia 6-9 bulan pada kelompok SQ-LNS sama dengan standar rujukan WHO (2006) namun pada kelompok Kontrol dan Biskuit lebih rendah dengan standar rujukan yaitu 0.925 kg pada bayi perempuan dan 0,962 kg. Perbedaan signifikan kenaikan berat badan pada subjek di kelompok SQ-LNS dibandingkan kelompok Kontrol sebesar 0.39±0.9 kg (95% CI: 0.16-0.62, p=0.000). Dibandingkan kelompok Kontrol, kenaikan berat badan di kelompok Biskuit dalam 3 bulan intervensi berbeda signifikan sebesar 0.35±0.90 kg (95% CI: 0.13-0.57, p=0.001). Sementara perbedaan kenaikan berat badan antara anak yang mengonsumsi SQ-LNS dan biskuit sebesar 0.04±0.08 kg (95% CI: -0.14; 0.23, p=0.998).

Pada akhir penelitian, kenaikan berat badan yang dikoreksi (adjusted) dengan berat badan awal selama 6 bulan intervensi sebesar 1.45 kg, 1.60 kg, dan 1.61 kg pada kelompok Kontrol, SQ-LNS, dan Biskuit dan tidak berbeda signifikan (p=0.373). Standar penambahan berat badan anak dalam 6 bulan (usia 6-12 bulan) menurut WHO (2007) adalah 1.618 kg pada anak perempuan dan 1.688 kg pada anak laki-laki. Kenaikan berat badan pada kelompok Kontrol adalah 1.45 kg dan dibawah standar rujukan. Peningkatan berat badan pada subjek penelitian di kelompok Biskuit sedikit lebih tinggi, yaitu (1.61 kg, 95% CI: 1.44-1.78) daripada kelompok SQ-LNS (1.60 kg) dan kelompok Kontrol (1.45 kg), p=0.110. Perbedaan kenaikan berat badan pada subjek di kelompok SQ-LNS dibandingkan kelompok Kontrol sebesar 0.15 kg (p=0.759). Dibandingkan kelompok Kontrol, kenaikan berat badan di kelompok Biskuit berbeda sebesar 0.16 kg (p=0.581). Sementara perbedaan kenaikan berat badan antara anak yang mengonsumsi SQ-LNS dan biskuit sebesar -0.02 kg (p=0.998).

Median berat badan (BB) bayi menurut rujukan WHO (2007) pada anak laki- laki usia 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan sebesar 7.9 kg, 8.9 kg, dan 9.6 kg. Sementara anak perempuan sebesar 7.3 kg, 8.2 kg, dan 8.9 kg. Pada awal penelitian, rerata BB subjek sebesar 6.9 kg dan hal ini sudah menunjukkan adanya perbedaan dengan median BB dari rujukan WHO (2007) sebesar 1 kg pada anak laki-laki dan 0.4 kg pada anak perempuan. Setelah enam bulan intervensi, perbedaan rerata BB subjek anak laki-laki dengan median WHO sebesar 1.2 kg, 1.1 kg, 1.0 kg pada kelompok Kontrol, SQ-LNS, dan Biskuit. Sementara pada anak perempuan

80

perbedaan dengan median BB rujukan WHO lebih kecil, yaitu 0.5 kg, 0.4 kg, dan 0.4 kg pada kelompok Kontrol, SQ-LNS, dan Biskuit.

Laju penambahan berat badan pada kelompok Biskuit (269 g/bulan, 95% CI: 241-297) sedikit lebih besar dari kelompok LNS (266 g/bulan, 95% CI: 237-294) dan Kontrol (242 g/bulan, 95% CI: 211-272) dan tidak berbeda secara signifikan (p=0.373). Rujukan standar WHO (2006) terhadap laju berat badan bayi pada usia 8-9 bulan adalah 285 g per bulan untuk laki-laki dan 273 g per bulan pada bayi perempuan. Intervensi dengan SQ-LNS 20 g per hari maupun biskuit 30 g per hari belum dapat meningkatkan laju penambahan berat badan sesuai rujukan WHO untuk pertumbuhan anak normal.

Pada saat baseline, tidak ada perbedaan panjang badan subjek (p=0.586). Panjang badan subjek di tiga kelompok penelitian berbeda signifikan setelah 3 bulan (p<0.01) dan 6 bulan intervensi (p<0.01). Dibanding kelompok Kontrol, subjek di kelompok SQ-LNS mempunyai panjang badan yang dikoreksi lebih besar (70.64 cm) dan berbeda signifikan dengan subjek di kelompok Biskuit (69.70 cm) dan kelompok Kontrol (69.73 cm), p=0.007. Pada akhir penelitian, dibandingkan kelompok Kontrol, subjek di kelompok SQ-LNS mempunyai panjang badan yang lebih besar dan berbeda signifikan (74.52 cm) dengan subjek di kelompok Biskuit (73.74 cm) dan kelompok Kontrol (73.10 cm), p=0.000.

Selama 3 bulan intervensi, kenaikan panjang badan yang dikoreksi (adjusted) dengan panjang badan awal sebesar 3.77 cm, 4.69 cm, dan 3.75 cm pada kelompok Kontrol, SQ-LNS, dan Biskuit dan berbeda signifikan (p=0.007). Kenaikan panjang badan pada subjek penelitian dapat dilihat pada Gambar 12. Penambahan panjang badan di kelompok SQ-LNS (4.69 cm) lebih besar dan berbeda signifikan (p=0.040) dibandingkan kelompok Kontrol (3.77 cm) dan Biskuit (3.75 cm). Penambahan PB anak usia 6-9 bulan pada kelompok SQ-LNS sedikit lebih tinggi