• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SOSOK GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN

B. Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani

2. Guru Agama Katolik

Guru agama Katolik adalah seorang awam Katolik atau religius (biarawan

agama Katolik mengajar pelajaran agama Katolik di sekolah baik di tingkat

sekolah dasar atau menengah.

Guru agama Katolik mempunyai iman yang dewasa agar mampu

melaksanakan tugas untuk membantu, mempermudah dan memperlancar

pengakuan iman murid-muridnya sebagai orang beriman. Guru agama Katolik

dapat disebut sebagai pendidik iman, saksi iman, dan membantu dalam

perkembangan iman murid-muridnya.

Sebagai pendidik iman, guru agama Katolik mewartakan Kabar Gembira

Kerajaan Allah dalam proses belajar mengajarnya. Hal tersebut mempunyai tujuan

agar para murid terbantu untuk semakin mengenal dan menghayati imannya akan

Kristus. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik iman dalam melaksanakan

pelayanannya harus memperhatikan kehidupan konkret para murid (Setyakarjana,

1997:4).

Selain sebagai pendidik iman, guru agama Katolik juga sebagai saksi

iman. Maksudnya adalah mempunyai identitas sendiri atau khas dalam

melaksanakan tugasnya yang belum tentu dimiliki oleh guru lain. Identitas

tersebut dapat terlihat dalam mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah dalam

setiap proses pembelajarannya. Tindakan nyata dapat dilihat sebagai perwujudan

dari kesaksian iman, misalnya pembawaan diri yang tenang dan matang, disiplin

diri, memperjuangkan keadilan dan memperhatikan siswa yang kesulitan. Jadi,

guru agama Katolik dalam mengajar tidak hanya melalui kata-kata saja,

melainkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan

Peranan guru agama Katolik di sekolah ketika mengajar di kelas sama

dengan guru-guru mata pelajaran yang lain seperti matematika, IPS, ataupun mata

pelajaran yang lain. Tapi dalam hal mendidik, guru agama Katolik lebih spesifik

dan lebih mendalam, karena guru agama Katolik lebih memperhatikan

perkembangan iman siswa siswinya. Dalam mata pelajaran PAK lebih ditekankan

pada pemahaman murid-murid bukan hafalan semata serta tidak lepas dari tugas

utamanya guru agama Katolik adalah membantu memperkembangkan iman

murid-muridnya. Proses dalam PAK direncanakan dan diorganisir serta

dipertanggungajawabkan demi perubahan anak didik, sehingga dapat

memperkembangkan hidup beriman para siswa (Winkel, 1989: 20).

Hutabarat dalam Lokakarya Malino (1981: 18) menyatakan bahwa PAK

merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, agar siswa mampu

menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik, dan dengan demikian

mudah-mudahan siswa berkembang terus menerus menjadi manusia paripurna

(manusia beriman). Lokakarya Malino (1981: 20) menyatakan bahwa guru agama

Katolik merupakan pengantar proses belajar dan memiliki persiapan yang

sungguh-sungguh. Guru agama Katolik di sekolah merupakan pembina iman yang

harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman iman, yang bertugas

tidak hanya mengajar melainkan mampu menciptakan situasi yang nyaman bagi

siswa untuk dapat belajar dan mendapatkan hasil yang baik.

Guru agama Katolik di sekolah merupakan pendidik iman dan juga sebagai

kepada remaja (murid-murid), dan sekolah juga merupakan tempat bertemu dan

berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini Papo (1990: 15-16) mengatakan:

Makna lingkup sekolah ialah tingkat lembaga pendidikan dengan kurikulumnya, ditunjang dengan struktur peluang kecerahan masa depan beserta kondisi sekolah dan kondisi lingkungan hidup anak, dengan wawasan yang berorientasi kepada hidup dan mau terlibat dalam masyarakat.

Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa lingkup sekolah merupakan

tempat yang baik asalkan kondisi lingkungan sekolah mendukung untuk

mendidik, terutama dalam mendidik iman para muridnya. Sama dengan Yesus

sendiri yang begitu gigih dalam mengajar orang-orang banyak pada waktu itu.

Apa yang diwartakan oleh Yesus? Yang diwartakan Yesus adalah Kerajaan Allah

(EN art. 8). Begitu pula guru agama di sekolah, bertugas mewartakan Yesus dan

juga Kerajaan Allah yang secara sederhana dapat dilihat melalui kehidupan

sehari-hari di sekolah. Mewartakan Injil merupakan tugas khas bagi Gereja seperti

pengajaran, pelayanan, dan kesaksian. Gereja ada untuk mewartakan Injil melalui

kotbah dan mengajar, selain itu memberikan pelayanan (EN art. 14). Dalam

mengajar di kelas, guru agama Katolik perlulah memperhatikan pembawaan

dirinya dan juga menciptakan relasi yang komunikatif serta dialog yang aktif

dengan para siswa. Penampilan yang baik akan mencerminkan penghayatan diri

sebagai guru agama Katolik.

Pendidikan iman tidak lepas dari tugas guru agama Katolik di sekolah,

yaitu mendidik iman siswa agar semakin mendalam dan mampu menghayati

imannya. Papo (1990: 17) mengatakan bahwa “Hidup beriman berarti hidup Kristen bersama dan dalam Yesus Kristus, yang berlaku untuk seluruh hidup”.

Dengan kata lain beriman akan Yesus Kristus berarti juga mau bersatu dengan-

Nya dan menyerahkan hidup bersama dengan Dia. Mengajar adalah tugas utama

guru agama, sama dengan Yesus pada waktu itu mengajar orang-orang banyak

(Mat 4:23; Mrk 13:13).

Pendidikan iman itu haruslah menyentuh dan memperhatikan kehidupan

konkret para siswa yang juga harus bersifat holistik. Bersifat holistik artinya,

sesuai dengan kepentingan siswa, tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi

kognitif, afeksi, dan praksis (Heryatno, 2008: 23). Ketiga unsur ini adalah satu

kesatuan, tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan, karena dengan ketiga

unsur ini dapat mencerminkan orang Kristiani yang setia menghayati imannya.

Usaha pendidikan iman di sekolah itu untuk membantu orang semakin tumbuh

dan berkembang dalam kehidupan iman dan menjadi serupa dengan Kristus (2

Kor, 3:18).

Values FKIP Universitas Sanata Dharma menekankan beberapa sikap yang

harus dipunyai oleh guru, yaitu profesionalitas, kecintaan dan kreativitas kepada

nara didik, dan mempunyai sikap murah hati. Ketiga sikap inilah yang harus

benar-benar diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Begitu juga

terhadap mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagai calong guru agama Katolik.

Profesionalitas yang dimaksud adalah bagaimana kemampuan guru

mengikuti perkembangan ilmu terkini, dengan cara terus belajar dan

mengembangkan diri. Selain itu guru juga mampu menguasai bahan atau materi

pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan substansi keilmuannya

sehingga para siswa dapat benar-benar dapat diperhatikan oleh guru. Kreativitas

seorang guru juga diperlukan dalam pembelajaran, agar timbul niat dan minat para

siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Guru agama Katolik di sekolah perlu memperhatikan 4 kompetensi yang

wajib dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,

profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik yaitu dimana guru agama Katolik

mempunyai kemampuan untuk memahami karakteristik yang dimiliki oleh para

siswa melalui berbagai cara. Cara tersebut adalah bagaimana merancang

pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran PAK sekaligus melakukan

evaluasi.

Kompetensi yang kedua adalah kompetensi kepribadian. Kepribadian guru

agama Katolik mempunyai kekhasan, dewasa, bijaksana, arif serta mempunyai

akhlak yang mulia sehingga guru agama Katolik dapat menjadi teladan bagi para

siswanya.

Kompetensi yang ketiga adalah kompetensi profesional, yaitu guru mampu

menguasai materi pembelajaran khususnya materi dalam PAK. Materi PAK

mencakup 4 dimensi, yaitu dimensi pribadi siswa, termasuk relasi dengan sesama

dan lingkungannya. Yang kedua adalah dimensi pribadi Yesus Kristus, kekhasan

iman Kristiani diwarnai oleh pribadi Yesus Kristus. Ketiga adalah dimensi Gereja,

yang dipahami sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang siap melanjutkan

karya Yesus. Dimana ajaran dan Iman Gereja berkembang di dalamnya. Dimensi

terakhir adalah dimensi kemasyarakatan, yaitu Kristus dan Gereja-Nya ada bukan

Kompetensi sosial perlu dimiliki oleh guru agama Katolik, karena untuk

melakukan proses pembelajaran harus dapat berkomunikasi dengan baik.

Komunikasi tidak hanya melulu kepada siswa, melainkan kepada teman sekerja

maupun dengan orang tua murid.

Dokumen terkait