• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya pengembangan spiritualitas kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD sebagai calon guru Pendidikan Agama Katolik yang profesional dan berspiritual.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya pengembangan spiritualitas kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD sebagai calon guru Pendidikan Agama Katolik yang profesional dan berspiritual."

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi kurangnya penghayatan dan kedalaman pembinaan iman para mahasiswa-mahasiswi IPPAK, dapat dilihat dari para mahasiswa-mahasiswi sangat baik di bidang teori tetapi dalam bidang prakteknya belum maksimal. Bisa dikatakan belum mencapai perkembangan pribadi yang utuh.

Melihat persoalan itu penulis melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang penulis inginkan. Penulis ingin meneliti apakah mahasiswa-mahasiswi IPPAK telah mengalami perkembangan pribadi secara utuh. Penulis melakukan observasi kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD kemudian menyebarkan kuesioner kepada 60 responden yaitu para mahasiswa. Selain itu penulis juga melakukan wawancara untuk menguatkan pendapat-pendapat dari responden. Dari penelitian dan wawancara tersebut, penulis telah membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa para mahasiswa IPPAK sebagian besar sudah mampu dalam hal teori ketika berada dalam perkuliahan, tapi dalam hal prakteknya para mahasiswa IPPAK masih belum bisa menghayati terlebih spiritualitas Kristiani. Menjadi calon guru agama Katolik haruslah seimbang baik itu teori maupun prakteknya, karena sosok guru yang ideal salah satunya profesional serta berspiritualitas. Untuk menjadi pribadi yang utuh teori dan praktek harus berjalan bersama tidak ada yang saling mendominasi. Selain itu juga penulis berharap dengan penelitian dan wawancara ini makin memacu para mahasiswa IPPAK untuk lebih memotivasi dirinya dalam menjalani panggilan Tuhan ini. Para mahasiswa perlu mengembangkan dirinya agar menjadi pribadi seorang calon guru agama yang utuh.

Untuk menindaklanjuti penelitian ini, penulis mengusulkan program kegiatan serial rekoleksi sebagai upaya untuk makin mendalami/menginternalisasi spiritualitas Kristiani para mahasiswa IPPAK agar menjadi pribadi yang berkembang secara utuh. Melalui kegiatan yang penulis tawarkan ini, diharapkan para mahasiswa IPPAK makin menyadari serta semakin mendalami spiritualitas Kristiani mereka msing-masing dalam rangka menjadi calon guru agama Katolik yang profesional dan berspiritualitas.

(2)

ix

ABSTRACT

This thesis titled “CHRISTIAN SPIRITUALITY DEVELOPMENT EFFORTS STUDENTS IPPAK-USD AS CANDIDATE FOR PROFESIONALITY AND SPIRITUAL RELIGIOUS EDUCATION TEACHER”. The lack of full and total comprehension of the depth faith formation of IPPAK students are background of this writing. It can be seen from students that are good in theory but in practice not maximized field. Meaning to say that students have not yet reached of personal integrity development.

Facing this kind of problems, the author conducted research to obtain the desired data. The authors wanted to examine whether IPPAK students have experienced the development of the whole as a person. The authors make observation to students IPPAK-USD by distributing questionnaires to 60 students as respondents. Besides that, the authors conducted interview to support the opinions of respondents. The authors conducted discussions and eventually make conclusions by this research and interviews. From these studies it is known that IPPAK students are good in theory while in their class, but they cannot live up to Christian spirituality in practices. To be a Catholic teacher must be balanced between theory and practices, because one of the characteristic of the figure of ideal teacher is professional and having Christian’s spirituality. Theory and practice have to walk with nothing dominate to have personal integrity. The authors also look forward to the results of research and interviews will challenge IPPAK students motivated in journeying God’s call. The students need to develop themselves in order to become a candidate of religion teacher with personal integrity.

To follow up on this study, the authors propose a series of recollection activities programs as an effort to go deeper to internalize Christian’s spirituality IPPAK students to develop being integrated person. Through this activities which the authors offer, expected that the IPPAK students are more aware of and explore deeply their

(3)

SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Nicanius Andrey Wuddy Luchensy

NIM: 101124020

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

orang tuaku Antonius Warono dan C. Wembo R dan adikku Monica Vivilyana W

yang selalu mendukung, menyertai serta selalu mendoakan usaha dan

perjuanganku selama ini, teman-teman IPPAK angkatan 2010, sahabat, dan

(8)

v MOTTO

“Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL”. Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi kurangnya penghayatan dan kedalaman pembinaan iman para mahasiswa-mahasiswi IPPAK, dapat dilihat dari para mahasiswa-mahasiswi sangat baik di bidang teori tetapi dalam bidang prakteknya belum maksimal. Bisa dikatakan belum mencapai perkembangan pribadi yang utuh.

Melihat persoalan itu penulis melakukan penelitian untuk memperoleh data-data yang penulis inginkan. Penulis ingin meneliti apakah mahasiswa-mahasiswi IPPAK telah mengalami perkembangan pribadi secara utuh. Penulis melakukan observasi kepada mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD kemudian menyebarkan kuesioner kepada 60 responden yaitu para mahasiswa. Selain itu penulis juga melakukan wawancara untuk menguatkan pendapat-pendapat dari responden. Dari penelitian dan wawancara tersebut, penulis telah membahasnya dan menyimpulkannya. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa para mahasiswa IPPAK sebagian besar sudah mampu dalam hal teori ketika berada dalam perkuliahan, tapi dalam hal prakteknya para mahasiswa IPPAK masih belum bisa menghayati terlebih spiritualitas Kristiani. Menjadi calon guru agama Katolik haruslah seimbang baik itu teori maupun prakteknya, karena sosok guru yang ideal salah satunya profesional serta berspiritualitas. Untuk menjadi pribadi yang utuh teori dan praktek harus berjalan bersama tidak ada yang saling mendominasi. Selain itu juga penulis berharap dengan penelitian dan wawancara ini makin memacu para mahasiswa IPPAK untuk lebih memotivasi dirinya dalam menjalani panggilan Tuhan ini. Para mahasiswa perlu mengembangkan dirinya agar menjadi pribadi seorang calon guru agama yang utuh.

Untuk menindaklanjuti penelitian ini, penulis mengusulkan program kegiatan serial rekoleksi sebagai upaya untuk makin mendalami/menginternalisasi spiritualitas Kristiani para mahasiswa IPPAK agar menjadi pribadi yang berkembang secara utuh. Melalui kegiatan yang penulis tawarkan ini, diharapkan para mahasiswa IPPAK makin menyadari serta semakin mendalami spiritualitas Kristiani mereka msing-masing dalam rangka menjadi calon guru agama Katolik yang profesional dan berspiritualitas.

(12)

ix

ABSTRACT

This thesis titled “CHRISTIAN SPIRITUALITY DEVELOPMENT EFFORTS STUDENTS IPPAK-USD AS CANDIDATE FOR PROFESIONALITY AND SPIRITUAL RELIGIOUS EDUCATION TEACHER”. The lack of full and total comprehension of the depth faith formation of IPPAK students are background of this writing. It can be seen from students that are good in theory but in practice not maximized field. Meaning to say that students have not yet reached of personal integrity development.

Facing this kind of problems, the author conducted research to obtain the desired data. The authors wanted to examine whether IPPAK students have experienced the development of the whole as a person. The authors make observation to students IPPAK-USD by distributing questionnaires to 60 students as respondents. Besides that, the authors conducted interview to support the opinions of respondents. The authors conducted discussions and eventually make conclusions by this research and interviews. From these studies it is known that IPPAK students are good in theory while in their class, but they cannot live up to Christian spirituality in practices. To be a Catholic teacher must be balanced between theory and practices, because one of the characteristic of the figure of ideal teacher is professional and having Christian’s spirituality. Theory and practice have to walk with nothing dominate to have personal integrity. The authors also look forward to the results of research and interviews will challenge IPPAK students motivated in journeying God’s call. The students need to develop themselves in order to become a candidate of religion teacher with personal integrity.

To follow up on this study, the authors propose a series of recollection activities programs as an effort to go deeper to internalize Christian’s spirituality IPPAK students to develop being integrated person. Through this activities which the authors offer, expected that the IPPAK students are more aware of and explore deeply their

(13)

x

KATA PENGANTAR

Pertama-tama rasa syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Allah

Bapa, Tuhan Yesus Kristus, serta perantaraan Bunda Maria, karena berkat kasih

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul

“UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS KRISTIANI

MAHASISWA - MAHASISWI IPPAK - USD SEBAGAI CALON GURU PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

Selama proses penulisan skripsi ini mulai dari perencanaan sampai pada

tahap akhir, penulis merasakan hambatan dan tantangan. Namun karena kebaikan

dan kasih Allah, penulis dapat menyelesaikannya. Selain itu banyak pihak yang

mendukung penulis, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Romo Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ. M. Ed selaku kaprodi dan dosen

pembimbing skripsi yang dengan kesediaannya, kesabaran serta kasih

sayangnya membimbing dan mengarahkan penulis selama proses penyusunan

tugas akhir serta selama pembelajaran di prodi IPPAK – USD ini.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK. M. Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik

(DPA) yang telah membantu, mengarahkan serta memotivasi penulis selama

(14)

xi

3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Y. M. Hum selaku dosen penguji ketiga

yang telah merelakan tenaga, waktu serta pikiran membimbing dan

mengarahkan penulis.

4. Segenap romo, bapak dan ibu dosen, serta karyawan-karyawan IPPAK – USD

yang telah memberikan dukungan, semangat dan motivasi kepada penulis

untuk memperlancar studi penulis.

5. Orang tua, adik, serta keluarga besar penulis yang telah mendukung dan

memberi semangat kepada penulis selama perkuliahan sampai menyelesaikan

tugas akhir ini.

6. Segenap teman-teman IPPAK angkatan 2010 yang selalu memberi dorongan,

semangat dan perhatian kepada penulis selama pembelajaran di kampus,

berjuang dan melangkah bersama.

7. Sahabat, teman-teman terbaik penulis serta kepada Bernadetta Linda

Kusumawati yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, serta

perhatian kepada penulis selama pembelajaran serta dalam menyelesaikan

tugas akhir ini.

8. Kepala sekolah, bapak dan ibu guru serta karyawan/wati SD Kanisius

Wirobrajan I yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan tugas akhir

(15)
(16)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penulisan. ... 8

D. Manfaat Penulisan. ... 8

E. Metode Penulisan ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. SOSOK GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUALITAS KRISTIANI ... 11

A. Sosok Guru Yang Profesional ... 11

1. Guru Yang Profesional... 11

2. Empat Kompetensi Guru Profesional ... 14

a. Kompetensi Pedagogik ... 15

b. Kompetensi Profesional ... 15

c. Kompetensi Kepribadian ... 16

(17)

xiv

B. Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani ... 17

1. Guru Kristiani ... 17

2. Guru Agama Katolik ... 18

3. Spiritualitas Kristiani ... 24

4. Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani. ... 26

BAB III. PEMBINAAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA- MAHASISWI IPPAK – USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL ... 31

A. Gambaran Umum Prodi IPPAK - USD ... 32

1. Visi dan Misi Prodi IPPAK – USD Tahun 2013 ... 32

2. Tujuan Prodi IPPAK – USD ... 32

3. Gambaran Umum Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK – USD ... 34

4. Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi IPPAK – USD .. 37

B. Penelitian Tentang Pembinaan Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK - USD Sebagai Calon Guru Agama Katolik ... 40

e. Instrumen Pengumpulan Data ... 43

1)Kuesioner ………. 44

a. Laporan Penelitian Melalui Kuesioner………. 49

b. Laporan Penelitian Melalui Wawancara……… 57

(18)

xv

d. Pembahasan Hasil Wawancara……….. 62

e. Kesimpulan Penelitian………... 63

BAB IV. USULAN PROGRAM KEGIATAN REKOLEKSI OUTING UNTUK MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI UPAYA MENGEMBANGKAN SPIRITUALITAS KRISTIANI.. 65

A.Latar Belakang Diadakannya Rekoleksi Outing bagi Mahasiswa- Mahasiswi IPPAK-USD ... 66

B.Program Serial Rekoleksi Untuk Mengembangkan Spiritualitas Kristiani Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK-USD ... 68

1. Latar Belakang Program ... 68

Lampiran 3. Panduan Daftar Pertanyaan Wawancara ... (4)

(19)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

A.Singkatan Dokumen Gereja

CT :Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II

kepada Para Uskup, Klerus dan segenap umat beriman tentang

katekese masa kini, 16 Oktober 1979

EN :Evangelii Nuntiandi, Imbauan Apostolik Bapa Suci Paulus VI

tentang Karya Pewartaan Injil dalam Jaman Modern, 8 Desember

1975.

B.Singkatan Lain

Art : Artikel

Dan : Daniel

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Mat : Matius

Mrk : Markus

KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia

Komkat : Komisi Kateketik

Prodi : Program Studi

PP : Peraturan Pemerintah

UU : Undang-undang

(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD TA 2014/2015

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Gambaran Tentang Persepsi

Mahasiswa-mahasiswi IPPAK terhadap guru agama Katolik yang Profesional

sekaligus berspiritualitas.

Tabel 3. Kisi–kisi Instrumen Gambaran tentang tingkat Internalisasi

Mahasiswa- mahasiswi IPPAK terhadap sosok guru agama Katolik

yang profesional sekaligus berspiritualitas.

Tabel 4. Jumlah Pembagian Responden Kuesioner

Tabel 5. Guru Agama Katolik yang Profesional menurut

pandangan/perspektif mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD

Tabel 6. Sejauh mana mahasiswa-mahasiswi sudah mempersiapkan dirinya

menghayati spiritualitas Kristiani sebagai calon guru agama

Katolik.

Tabel 7. Matriks Program Rekoleksi

Tabel 8. Jadwal Rekoleksi Mahasiswa-Mahasiswi IPPAK - USD

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bukan hanya semata-mata tugas guru dan lembaga

pendidikan (sekolah) melainkan tugas dari seluruh warga masyarakat. Orang tua

adalah pendidik yang utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Orang tua

mempunyai pengaruh yang kuat bagi anak-anak, terutama penanaman nilai-nilai.

Sigit Setyawan (2013:128) mengatakan bahwa “para orang tua sebaiknya

menanamkan nilai-nilai sejak usia dini, meskipun membutuhkan waktu yang

cukup lama hingga mereka menemukan nilai-nilai yang ditanamkan itu relevan

dengan kehidupan mereka”. Selain itu, orang tua juga mempunyai kewajiban dan

hak yang tidak bisa diganggu untuk mendidik anak-anak mereka. Maka hendaklah

orang tua paham dan mengerti akan pentingnya tugas mereka sebagai pendidik

yang pertama dan utama. Peran besar orang tua juga seperti yang dikemukakan

oleh Sigit Setyawan (2013:92) merupakan agen utama dalam perkembangan anak.

Penulis melihat bahwa peran orang tua sangatlah vital dalam perkembangan

kepribadian anak.

Namun tidak sedikit anak-anak yang kurang mempedulikan dan

memperhatikan nilai-nilai yang ditanamkan orang tua mereka, karena terpengaruh

oleh pergaulan dan lingkungan sekitar yang kurang mendukung. Sigit Setyawan

(22)

lingkungan dan peristiwa yang mendukung”. Selain itu juga, ada orang tua yang

kurang memperhatikan tindakan yang ditujukan kepada anak-anak mereka

sehingga anak-anak beranggapan bahwa orang tua tidak memberikan teladan yang

baik. Misalnya orang tua yang tidak mempunyai waktu bersama dengan

anak-anak mereka karena kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Ini salah satu

penyebab anak-anak kurang diperhatikan oleh orang tua dan beranggapan orang

tua tidak memberikan teladan yang baik.

Selain peran dari orang tua, peran guru dalam pendidikan juga sangat

penting. Guru banyak disebut sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” yang berarti

guru mempunyai pengaruh yang kuat dalam masyarakat. Profesi guru juga

dipandang sebagai profesi yang mulia karena mengajarkan hal-hal yang baik, dari

yang awal tidak tahu menjadi semakin tahu. Dalam dunia pendidikan peran guru

menjadi sangatlah vital untuk mengajarkan hal-hal yang baru kepada para murid.

Dalam hal ini Sigit Setyawan (2013:1) mengatakan:

Peran guru yang dipandang mulia oleh masyarakat juga tercermin dari akronim kata “guru” dalam bahasa Jawa sebagai digugu lan ditiru. Kata

“digugu” berarti hal-hal yang dikatakannya layak dipercayai oleh orang lain dan “ditiru” berarti hal-hal yang dilakukannya layak dijadikan teladan.

Sosok guru berperan menanamkan nilai kepada anak-anak pada saat di

sekolah. Sedangkan orang tua menanamkan nilai-nilai di awal kehidupan

anak-anak dan menanamkan nilai ketika anak-anak-anak-anak berusaha untuk mengenal

lingkungan sekitarnya. Nilai yang dikomunikasikan oleh guru mempunyai

pengaruh bagi siswa, Sigit Setyawan (2013:23) mengatakan bahwa “hidup siswa

(23)

Siswa membutuhkan sosok yang memberikan teladan yang baik dalam

kehidupannya. Sosok guru disini menjadi penting untuk memberikan teladan yang

baik di sekolah, karena dengan teladan yang baik dapat mencerminkan sosok guru

yang profesional. Sigit Setyawan (2013:88) mengatakan “keteladanan yang

disertai tindakan verbal dan dilakukan secara konsisten akan meningkatkan

kredibilitas guru”.

Namun ada permasalahan yang membuat profesi guru menjadi bias

sehingga kurang menghayati perannya sebagai guru, melainkan karena alasan

tuntutan profesi misalnya untuk proses sertifikasi dsb. Perhatian guru akan

kompetensi yang dimiliki juga semakin berkurang, hanya memperhatikan

beberapa kompetensi saja seperti kompetensi pedagogik. Sedangkan kompetensi

kepribadian dan sosial kurang diperhatikan. Selain tuntutan profesi, ada kendala

lain yaitu dari dalam diri guru itu sendiri. Guru kurang menghayati perannya

sebagai pendidik bagi siswanya, sehingga guru kurang dapat memotivasi siswa

untuk semakin berkembang dalam belajar. Sigit Setyawan (2013:127) mengatakan

“seorang guru sebaiknya menyadari bahwa dirinya memiliki potensi untuk

memengaruhi siswa”.

Guru sebagai awam Katolik berada di sekolah mempunyai tugas

membantu/memperlancar iman siswa sehingga siswa bangga akan imannya itu.

Lukas Mandagi (1984:23) mengatakan bahwa “pendidik tidak hanya

memindahkan sekumpulan pengetahuan kepada siswa, melainkan menjadikan

(24)

dan utuh”. Pelayanan kaum awam Katolik di sekolah merupakan wujud panggilan

dalam bidang pendidikan yang disemangati oleh Kristus dan Injil-Nya.

Pendidikan agama Katolik sudah mengalami banyak perkembangan baik

kurikulumnya maupun pengajarnya (guru). Namun dari segi berkembangnya

pendidikan agama Katolik, masih tetap ada berbagai macam tantangan atau

kesulitan. Di sekolah-sekolah, baik itu di sekolah Katolik maupun sekolah negeri

pendidikan agama Katolik mempunyai kesulitan atau tantangan yang

berbeda-beda. Jam pelajaran pendidikan agama Katolik baik itu di sekolah negeri maupun

swasta Katolik sekitar 2-3 jam selama satu minggu. Tapi ada perbedaan seperti

jumlah murid yang mengikuti pelajaran agama Katolik. Di sekolah negeri jumlah

murid yang beragama Katolik lebih sedikit jadi ketika pelajaran agama Katolik

murid yang hadir kurang, bahkan tidak jarang ada yang digabung dengan kelas

lain. Di sekolah swasta Katolik yang mayoritas muridnya beragama Katolik tidak

kesulitan untuk mengajar pelajaran agama katolik, dan biasanya murid yang

beragama lain ikut menyesuaikan dan sambil menambah pengetahuan mereka

akan agama Katolik dan mampu menghargai temannya.

Dalam pelajaran agama Katolik itu sendiri, guru-guru agama ketika

mengajar kurang menghayati perannya sebagai guru agama. Lukas Mandagi

(1984:19) mengatakan “jumlah guru awam yang terjun dalam karya pendidikan

banyak, namun mereka memandang karya pendidikan sebagai partisipasi dalam

tugas Kristus demi mewartakan karya keselamatan kepada semua orang”. Guru

agama ketika mengajar di depan kelas bukan hanya memberikan hal yang baru

(25)

Tidak hanya berpaku pada buku saja melainkan membuka cakrawala siswa agar

semakin mendalami dan mencintai imannya akan Yesus sendiri. Jika dilihat dari

siswanya ketika mengikuti pelajaran agama, dari pengalaman beberapa siswa

mengungkapkan jika pelajaran agama kurang menarik, dan siswa mementingkan

pelajaran yang lain. Tidak dipungkiri jika siswa mengatakan demikian karena

pelajaran agama yang kurang menarik, baik itu pembawaan dari guru atau

materinya.

Dengan keprihatinan dan tantangan yang dihadapi, pendidikan agama

Katolik menjadi kurang berdampak bagi kehidupan siswa. Mereka hanya

mengikuti pelajaran agama saja di sekolah setelah itu kurang diperhatikan.

Kehidupan sehari-hari siswa di rumah menjadi kurang terbantu oleh pelajaran

agama Katolik. Sikap-sikap siswa juga perlu diperhatikan misalnya masih ada

siswa yang suka melakukan bullying, mencontek ketika ulangan maupun

sikap-sikap lain yang tidak mencerminkan seorang murid Katolik.

Prodi IPPAK berperan dalam mempersiapkan generasi penerus dalam

bidang keagamaan, dan selama ini sudah mampu menyumbangkan tenaga

pendidik, khususnya guru agama Katolik. Selain menjawab banyak keprihatinan

yang ada, prodi IPPAK juga memberi inovasi baik itu dalam bentuk pemikiran

maupun tenaga. Selain katekis yang berperan penting di paroki, ada guru agama

yang mempunyai peranan yang penting juga di sekolah. Mahasiswa-mahasiswi

IPPAK sebagai calon guru agama Katolik ditempa dan benar-benar dipersiapkan

untuk menjadi guru agama yang berspiritualitas. Mahasiswa-mahasiswi IPPAK

(26)

(biarawan/biarawati) yang mempunyai motivasi untuk belajar mengembangkan

diri. Para mahasiswa IPPAK belajar mengembangkan diri melalui kegiatan yang

ada di kampus baik itu terjadwal dalam mata kuliah maupun di luar mata kuliah,

misalnya belajar untuk berorganisasi.

Melalui segala hal yang prodi IPPAK berikan para mahasiswa

diharapkan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagaimana

mengembangkan diri menjadi pribadi yang utuh. Utuh yang dimaksud adalah

berkembang dalam 3 hal yaitu head, heart, dan hands. Kegiatan-kegiatan di

kampus IPPAK sangat mendukung bagi perkembangan diri pribadi mahasiswa

baik itu dari mata kuliahnya sendiri maupun kegiatan di luar mata kuliah.

Panggilan hati mahasiswa-mahasiswi IPPAK semakin dipupuk dan dibaharui

dengan harapan mereka menjadi seorang guru yang tangguh dan mempunyai iman

yang matang.

Mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD adalah kaum muda gereja baik itu

awam dan juga kaum religiusnya yang mempunyai motivasi dalam dirinya

masing-masing. Maka itu prodi IPPAK-USD dalam perkuliahannya

mempersiapkan mahasiswa-mahasiswi untuk menjadi seorang guru agama

Katolik. Dalam perkuliahan ada beberapa mata kuliah yang mendukung dalam

pelaksanaan PPL PAK PD dan PPL PAK PM, seperti pembinaan Spiritualitas dan

persiapan PPL sekolah. Mata kuliah Pembinaan Spiritualitas sangat berguna bagi

mahasiswa-mahasiswi IPPAK karena dari mata kuliah ini mahasiswa-mahasiswi

semakin dibentuk dan dipersiapkan agar menjadi sosok guru yang mempunyai

(27)

akan dirinya yang sebagai guru agama Katolik. Mintara (2009:14-21)

mengemukakan tentang identitas guru Kristiani seperti sikap berani merendahkan

diri, melayani secara tulus, dan memberi teladan, selain itu mempunyai kepekaan

untuk melihat konteks dan situasi batin muridnya. Keutamaan yang mendasar

adalah memasukkan pribadi para muridnya ke dalam jantung hatinya, dan dibawa

kedalam doanya.

Prodi IPPAK telah menyelenggarakan pendidikan untuk calon-calon guru

agama Katolik yang siap diutus. Prodi meyakini untuk membina/mendidik calon

guru agama Katolik masih mempunyai banyak peluang yang besar. Selain itu

mahasiswa-mahasiswi IPPAK tiap tahun akademis juga mengalami pertumbuhan

yang baik, mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang bersatu dalam

motivasi menjadi pendidik yang berilmu dan bijaksana (Pradnyawidya).

Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa spiritualitas Kristiani perlu

dikembangkan dalam diri mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD yang akan menjadi

guru agama Katolik. Spiritualitas Kristiani perlu dikembangkan agar membantu

mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD menjadi sosok guru yang profesional serta

berspiritualitas. Dalam rangka itu penulis terdorong menulis tugas akhir dengan

(28)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Sosok guru agama Katolik seperti apa yang profesional dan berspiritualitas

Kristiani?

2. Sejauh mana mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD telah menginternalisasi

spiritualitas Kristiani di dalam masa studinya?

3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mengembangkan spiritualitas Kristiani

oleh mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Menemukan sosok guru agama Katolik yang profesional sekaligus

berspiritualitas.

2. Mengetahui tingkat penghayatan spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi

IPPAK-USD.

3. Menemukan bentuk-bentuk usaha untuk mengembangkan spiritualitas

Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama

Katolik yang profesional dan berspiritual.

D. MANFAAT PENULISAN

Penulisan skripsi ini diharapkan akan memberikan pengetahuan dan juga

wawasan tentang pengembangan spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi

IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik. Adapun harapan tersebut antara

(29)

1. Bagi calon guru agama Katolik dapat menambah wawasan dan juga semakin

mendalami tentang spiritualitas Kristiani.

2. Bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD dapat semakin menyadari sebagai

calon guru agama katolik bagaimana pentingnya spiritualitas Kristiani itu

dikembangkan dalam dirinya untuk menjadi pribadi yang utuh.

3. Bagi penulis sendiri, dengan menulis skripsi ini dapat membuka wawasan dan

juga semakin mendalami spiritualitas Kristiani sebagai semangat untuk

menjadi seorang guru agama Katolik.

E. METODE PENULISAN

Adapun metode penulisan yang digunakan adalah metode deskriptif

analisis. Deskriptif analisis adalah metode dengan penggambaran secara nyata

keadaan mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru agama Katolik.

Dalam metode ini penulis akan menggunakan kuesioner (instrumen penelitian)

untuk memperoleh data dan wawancara. Data ini sebagai penguat untuk deskripsi

yang penulis gunakan selain itu penulis juga menggunakan metode studi pustaka.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Skripsi yang berjudul “UPAYA PENGEMBANGAN SPIRITUALITAS

(30)

Bab I berisi latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, metode dan sistematika penulisan skripsi.

Bab II berisi uraian tentang Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani.

Uraian bab II ini terbagi menjadi beberapa pokok yaitu, pengertian spiritualitas

Kristiani, spiritualitas guru Kristiani, guru agama, guru agama Katolik, dan sosok

guru agama Katolik yang berspiritualitas Kristiani.

Bab III berisi uraian mengenai gambaran situasi spiritualitas Kristiani

mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD yang terbagi dalam dua pokok pembahasan yaitu;

gambaran umum prodi IPPAK-USD, penelitian tentang pembinaan spiritualitas

Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD, dan hasil penelitian tentang

spiritualitas Kristiani mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD.

Bab IV berisi program kegiatan serial rekoleksi untuk mengembangkan

spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru

pendidikan agama Katolik. Bab ini menguraikan latar belakang program, tema

dan tujuan program, penjabaran program, petunjuk pelaksanaan program, dan

contoh pelaksanaan program.

(31)

BAB II

SOSOK GURU AGAMA YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUALITAS KRISTIANI

Pada bab II ini, penulis akan memaparkan tentang Sosok Guru Agama yang

mempunyai spiritualitas Kristiani. Penulis akan menyoroti tentang spiritualitas

Kristiani seorang guru agama Katolik di sekolah dan akan memberikan

sumbangan pemikiran dari berbagai sumber bagaimana sosok guru agama Katolik

yang berspiritualitas.

Dalam bab II ini, penulis membahas tentang sosok guru agama Katolik yang

berspiritualitas Kristiani. Bab II ini merupakan kajian pustaka, maka penulis

membagi bab dalam dua bagian yaitu sosok guru secara umum dan kemudian

sosok guru yang berspiritualitas Kristiani.

A.Sosok Guru Yang Profesional

1. Guru Yang Profesional

Guru dalam pepatah Jawa adalah sosok manusia yang harus dapat digugu

dan ditiru. Digugu artinya segala ucapannya harus dapat dipercaya, sedangkan

ditiru artinya segala tingkah lakunya harus dapat diteladani oleh murid-murid.

Selain memberi teladan yang baik, guru juga berperan penting untuk membimbing

murid-murid (Winkel, 2005: 221).

UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1,

(32)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Dalam undang-undang ini dapat dilihat bahwa guru adalah pendidik

profesional. Guru yang profesional yang dimaksud seorang guru mampu

menguasai empat kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian,

dan profesional. Tugas utama seorang guru adalah sebagai pendidik profesional

dimanapun guru itu mengajar baik pada pendidikan dasar ataupun menengah.

Tugas guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan

juga menilai peserta didik. Sedangkan PP No. 38/1992, bab 1, pasal 1, ayat 1

menjelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah warga masyarakat yang

mengabdikan diri secara langsung dalam penyelenggaraan lembaga kependidikan

tertentu (Samana, 1994:11).

Surat Edaran Mendikbud dan Kepala BAKN No. 57686/MPK/1989

mendefinisikan guru ialah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas,

wewenang, dan tanggungjawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan

pendidikan di sekolah, termasuk hak yang melekat dalam jabatan. Suparlan (2006:

9) mengartikan guru sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual,

emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.

UU Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal

2 ayat 1 menjelaskan: “Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional

(33)

dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan”. Dengan kedudukan yang dipunyai oleh guru tersebut maka

guru mempunyai fungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai

agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Selain itu dalam UU ini pada pasal 8 menjelaskan tentang “Guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,

serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Uzer Usman (1991: 4) menyatakan bahwa ada tiga jenis tugas guru yaitu

tugas dalam bidang profesi, tugas bidang kemanusiaan, dan tugas dalam bidang

kemasyarakatan. Dalam bidang profesi, bagaimana guru dapat mengajar dan

mendidik siswa dan memberikan pengajaran yang baru. Dalam bidang

kemanusiaan, bagaimana guru dapat menjadi orang tua asuh siswa selama di

sekolah. Dalam bidang masyarakat, guru mendapat posisi yang baik karena

mengajarkan tentang pengetahuan baru kepada orang lain.

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, terdapat komponen-komponen

yang saling berinteraksi antara lain guru, isi atau materi pelajaraan, dan siswa.

Interaksi antara ketiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana, seperti

metode, media, dan penataan lingkungan tempat belajar sehingga tercipta situasi

belajar mengajar yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya. Suparlan (2006: 10) mengatakan “Guru adalah seseorang yang

memiliki tugas sebagai fasilitator agar siswa dapat belajar dan atau

mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal, melalui

(34)

peranan sentral dalam proses belajar mengajar menjalankan tiga tugas utama,

yaitu merencanakan, melaksanakan pengajaran, dan memberikan balikan

(Muhammad Ali, 1987: 4-6). Memberikan balikan artinya memberi tanggapan

atas respon siswa atau pertanyaan dari para siswa ketika di kelas.

Proses belajar dan mengajar masa kini berbeda dengan pembelajaran yang

lalu. Perbedaannya terletak pada peserta didik yang kini menjadi pusat

pembelajaran, bukan hanya gurunya. Dalam pengemasan proses pembelajarannya

pun berbeda, guru tidak hanya berbicara di depan kelas melainkan harus

menciptakan pembelajaran yang aktif dan interaktif dan dikemas dalam

pembelajaran kolaboratif dan kooperatif. SCL (Student Centered Learning) adalah

proses pembelajaran yang terletak pada peserta didik, dimana mereka dapat

memperoleh fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya, sehingga mereka

akan memperoleh pemahaman yang mendalam, dan pada akhimya dapat

meningkatkan mutu kualitas peserta didik.

2. Empat Kompetensi Guru Profesional

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan mereka. Pasal 28 ayat 3 Peraturan

Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara tegas

dinyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen

(35)

kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial. Untuk menjadi guru

yang profesional harus memiliki empat kompetensi ini antara lain:

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru untuk memahami siswa,

bagaimana merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil

belajar siswa serta mampu untuk mengembangkan siswa itu sendiri. Dalam

kompetensi pedagogik ini bagaimana guru mampu untuk mengelola pembelajaran

mulai dari awal sampai akhir, selain itu guru juga membantu siswa untuk

mengembangkan pada ranah kognitif (pengetahuan) dengan kata lain guru mampu

mengelola pembelajaran di kelas.

b. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan guru menguasai kurikulum

materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan bidang

keilmuannya. Selain itu bagaimana guru juga mampu mempersiapkan administrasi

pembelajarannya. Guru juga mampu untuk menunjukkan sisi kreatifitasnya dalam

mengemas materi agar menarik minat belajar siswa, selain itu mampu

menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar motivasi belajar siswa itu

meningkat. Dengan berkembangnya zaman maka guru juga mengikuti

perkembangan ilmu pendidikan terkini yang selalu dinamis. Tugas guru bukan

semata memberikan materi pelajaran kepada siswa saja melainkan bagaimana

(36)

c. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi yang berifat personal dari

seorang guru. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan

memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun lingkungan

sekitarnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati

nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya).

Kemampuan kepribadian seorang guru juga mencerminkan kehidupannya

baik itu dilihat dari faktor fisik maupun psikisnya setiap perkataan, tindakan, dan

tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.

Samana (1994:54) mengatakan bahwa kompetensi kepribadian merupakan modal

dasar bagi seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya. Selain itu guru

juga mampu menjadi seorang pemimpin baik itu di dalam lingkup sekolah

maupun di luar sekolah, dengan tujuan menciptakan suasana belajar yang

kondusif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dengan kompetensi

kepribadian ini guru dapat menjadi teladan dan panutan bagi para siswanya.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial seorang guru dapat dilihat dari cara berkomunikasi dan

bergaul secara efektif baik dengan orang tua, sesama guru, maupun dengan siswa

itu sendiri. Selain itu guru tidak boleh mempunyai sikap eksklusif melainkan

inklusif dan tidak mendiskriminasi siswa. Kompetensi sosial juga bagaimana guru

mempunyai cara berkomunikasi yang baik terlebih santun serta mampu

(37)

masyarakat. Samana (1994:54) mengatakan bahwa kompetensi sosial merupakan

salah satu modal dasar bagi seorang guru dalam menjalankan tugas keguruannya.

B.Guru Yang Berspiritualitas Kristiani

1. Guru Kristiani

Guru Kristiani adalah seorang awam atau seorang religius (biarawan,

biarawati dan klerus), baik itu beragama Protestan atau Katolik yang mempunyai

profesi sebagai pengajar di sekolah. Guru Kristiani juga mengajar baik itu di

pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Dalam pelayanannya sebagai

pengajar, guru Kristiani haruslah mampu untuk memberikan kesaksian imannya

dan pelayanannya itu sebagai tugas sosial Gereja. Sebagai pengajar, guru Kristiani

juga haruslah mampu bertindak sebagai pemimpin tapi bukan pemimpin dalam

arti harafiah, melainkan mampu memiliki kedalaman hidup dan memberikan

teladan yang baik bagi orang di sekitarnya. Mintara (2009: 5) mengatakan bahwa

“Seorang pemimpin mesti memiliki kedalaman hidup. Ia mesti seorang pribadi

yang mengakar kuat. Ia tidak mudah bengkok dan ia tahan uji.”

Guru Kristiani berpusat pada Yesus Kristus, Sang Guru Sejati. Selain itu

juga, dalam mengajar pastilah berisi tentang Kristus sendiri dan ajaran-Nya, dan

bagaimana mewujudkannya pada masa sekarang. Pada saat pelayanan-Nya, Yesus

mengajar orang banyak yang mengikuti-Nya dan mendengarkan ajaran-Nya. Pada

masa sekarang, tugas mengajar itu sudah dilanjutkan oleh guru-guru Kristiani,

yang harus mampu menjalankan tugas seperti Yesus. Dalam proses pembelajaran,

(38)

kebenaran, kesetiaan dan kasih. Misalnya untuk nilai kebenaran, guru Kristiani

mengajarkan tentang kebenaran pada murid-murid. Dalam mengajar, guru

Kristiani tidak hanya mengajarkan tentang kebenaran-kebenaran tapi juga

bagaimana dapat berkomunikasi dengan Allah itu sendiri (bdk CT art 7).

Berkomunikasi dengan Allah yang dimaksudkan adalah bagaimana guru mampu

menunjukkan bahwa dirinya memberikan teladan misalnya ketika berdoa secara

pribadi.

Guru Katolik mencerminkan orang Kristiani yang mengabdikan diri pada

kehidupan orang banyak, terutama dalam tugas menjadi seorang pendidik di

sekolah. Guru Kristiani bertugas mendidik para murid melalui pelajaran agama

Katolik di sekolah. Melalui tugasnya yaitu mendidik guru dapat membuat orang

banyak terbantu terutama dalam hal pendidikan. Sebagai orang Kristiani, tugas

menjadi seorang guru merupakan suatu panggilan hati, karena dengan melayani

dengan sepenuh hati maka guru itu dapat menghayati tugas yang diembannya.

Panggilan hati yang dimaksud adalah bagaimana guru itu menghayati bahwa

menjadi gurulah panggilan hidupnya. Guru merupakan tugas yang mulia dan

menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam melayani sesama. Menjadi guru

Kristiani merupakan sebuah pelayanan terutama pelayanan akan iman jadi bukan

hanya sekedar pekerjaan.

2. Guru Agama Katolik

Guru agama Katolik adalah seorang awam Katolik atau religius (biarawan

(39)

agama Katolik mengajar pelajaran agama Katolik di sekolah baik di tingkat

sekolah dasar atau menengah.

Guru agama Katolik mempunyai iman yang dewasa agar mampu

melaksanakan tugas untuk membantu, mempermudah dan memperlancar

pengakuan iman murid-muridnya sebagai orang beriman. Guru agama Katolik

dapat disebut sebagai pendidik iman, saksi iman, dan membantu dalam

perkembangan iman murid-muridnya.

Sebagai pendidik iman, guru agama Katolik mewartakan Kabar Gembira

Kerajaan Allah dalam proses belajar mengajarnya. Hal tersebut mempunyai tujuan

agar para murid terbantu untuk semakin mengenal dan menghayati imannya akan

Kristus. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik iman dalam melaksanakan

pelayanannya harus memperhatikan kehidupan konkret para murid (Setyakarjana,

1997:4).

Selain sebagai pendidik iman, guru agama Katolik juga sebagai saksi

iman. Maksudnya adalah mempunyai identitas sendiri atau khas dalam

melaksanakan tugasnya yang belum tentu dimiliki oleh guru lain. Identitas

tersebut dapat terlihat dalam mewartakan kabar gembira Kerajaan Allah dalam

setiap proses pembelajarannya. Tindakan nyata dapat dilihat sebagai perwujudan

dari kesaksian iman, misalnya pembawaan diri yang tenang dan matang, disiplin

diri, memperjuangkan keadilan dan memperhatikan siswa yang kesulitan. Jadi,

guru agama Katolik dalam mengajar tidak hanya melalui kata-kata saja,

melainkan melalui tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan

(40)

Peranan guru agama Katolik di sekolah ketika mengajar di kelas sama

dengan guru-guru mata pelajaran yang lain seperti matematika, IPS, ataupun mata

pelajaran yang lain. Tapi dalam hal mendidik, guru agama Katolik lebih spesifik

dan lebih mendalam, karena guru agama Katolik lebih memperhatikan

perkembangan iman siswa siswinya. Dalam mata pelajaran PAK lebih ditekankan

pada pemahaman murid-murid bukan hafalan semata serta tidak lepas dari tugas

utamanya guru agama Katolik adalah membantu memperkembangkan iman

murid-muridnya. Proses dalam PAK direncanakan dan diorganisir serta

dipertanggungajawabkan demi perubahan anak didik, sehingga dapat

memperkembangkan hidup beriman para siswa (Winkel, 1989: 20).

Hutabarat dalam Lokakarya Malino (1981: 18) menyatakan bahwa PAK

merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, agar siswa mampu

menggumuli hidup dari segi pandangan-pandangan Katolik, dan dengan demikian

mudah-mudahan siswa berkembang terus menerus menjadi manusia paripurna

(manusia beriman). Lokakarya Malino (1981: 20) menyatakan bahwa guru agama

Katolik merupakan pengantar proses belajar dan memiliki persiapan yang

sungguh-sungguh. Guru agama Katolik di sekolah merupakan pembina iman yang

harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman iman, yang bertugas

tidak hanya mengajar melainkan mampu menciptakan situasi yang nyaman bagi

siswa untuk dapat belajar dan mendapatkan hasil yang baik.

Guru agama Katolik di sekolah merupakan pendidik iman dan juga sebagai

(41)

kepada remaja (murid-murid), dan sekolah juga merupakan tempat bertemu dan

berinteraksi satu sama lain. Dalam hal ini Papo (1990: 15-16) mengatakan:

Makna lingkup sekolah ialah tingkat lembaga pendidikan dengan kurikulumnya, ditunjang dengan struktur peluang kecerahan masa depan beserta kondisi sekolah dan kondisi lingkungan hidup anak, dengan wawasan yang berorientasi kepada hidup dan mau terlibat dalam masyarakat.

Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa lingkup sekolah merupakan

tempat yang baik asalkan kondisi lingkungan sekolah mendukung untuk

mendidik, terutama dalam mendidik iman para muridnya. Sama dengan Yesus

sendiri yang begitu gigih dalam mengajar orang-orang banyak pada waktu itu.

Apa yang diwartakan oleh Yesus? Yang diwartakan Yesus adalah Kerajaan Allah

(EN art. 8). Begitu pula guru agama di sekolah, bertugas mewartakan Yesus dan

juga Kerajaan Allah yang secara sederhana dapat dilihat melalui kehidupan

sehari-hari di sekolah. Mewartakan Injil merupakan tugas khas bagi Gereja seperti

pengajaran, pelayanan, dan kesaksian. Gereja ada untuk mewartakan Injil melalui

kotbah dan mengajar, selain itu memberikan pelayanan (EN art. 14). Dalam

mengajar di kelas, guru agama Katolik perlulah memperhatikan pembawaan

dirinya dan juga menciptakan relasi yang komunikatif serta dialog yang aktif

dengan para siswa. Penampilan yang baik akan mencerminkan penghayatan diri

sebagai guru agama Katolik.

Pendidikan iman tidak lepas dari tugas guru agama Katolik di sekolah,

yaitu mendidik iman siswa agar semakin mendalam dan mampu menghayati

imannya. Papo (1990: 17) mengatakan bahwa “Hidup beriman berarti hidup

(42)

Dengan kata lain beriman akan Yesus Kristus berarti juga mau bersatu

dengan-Nya dan menyerahkan hidup bersama dengan Dia. Mengajar adalah tugas utama

guru agama, sama dengan Yesus pada waktu itu mengajar orang-orang banyak

(Mat 4:23; Mrk 13:13).

Pendidikan iman itu haruslah menyentuh dan memperhatikan kehidupan

konkret para siswa yang juga harus bersifat holistik. Bersifat holistik artinya,

sesuai dengan kepentingan siswa, tujuan PAK di sekolah harus mencakup segi

kognitif, afeksi, dan praksis (Heryatno, 2008: 23). Ketiga unsur ini adalah satu

kesatuan, tidak dapat dipisahkan karena saling berhubungan, karena dengan ketiga

unsur ini dapat mencerminkan orang Kristiani yang setia menghayati imannya.

Usaha pendidikan iman di sekolah itu untuk membantu orang semakin tumbuh

dan berkembang dalam kehidupan iman dan menjadi serupa dengan Kristus (2

Kor, 3:18).

Values FKIP Universitas Sanata Dharma menekankan beberapa sikap yang

harus dipunyai oleh guru, yaitu profesionalitas, kecintaan dan kreativitas kepada

nara didik, dan mempunyai sikap murah hati. Ketiga sikap inilah yang harus

benar-benar diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Begitu juga

terhadap mahasiswa-mahasiswi IPPAK sebagai calong guru agama Katolik.

Profesionalitas yang dimaksud adalah bagaimana kemampuan guru

mengikuti perkembangan ilmu terkini, dengan cara terus belajar dan

mengembangkan diri. Selain itu guru juga mampu menguasai bahan atau materi

pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan substansi keilmuannya

(43)

sehingga para siswa dapat benar-benar dapat diperhatikan oleh guru. Kreativitas

seorang guru juga diperlukan dalam pembelajaran, agar timbul niat dan minat para

siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Guru agama Katolik di sekolah perlu memperhatikan 4 kompetensi yang

wajib dimiliki oleh seorang guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian,

profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik yaitu dimana guru agama Katolik

mempunyai kemampuan untuk memahami karakteristik yang dimiliki oleh para

siswa melalui berbagai cara. Cara tersebut adalah bagaimana merancang

pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran PAK sekaligus melakukan

evaluasi.

Kompetensi yang kedua adalah kompetensi kepribadian. Kepribadian guru

agama Katolik mempunyai kekhasan, dewasa, bijaksana, arif serta mempunyai

akhlak yang mulia sehingga guru agama Katolik dapat menjadi teladan bagi para

siswanya.

Kompetensi yang ketiga adalah kompetensi profesional, yaitu guru mampu

menguasai materi pembelajaran khususnya materi dalam PAK. Materi PAK

mencakup 4 dimensi, yaitu dimensi pribadi siswa, termasuk relasi dengan sesama

dan lingkungannya. Yang kedua adalah dimensi pribadi Yesus Kristus, kekhasan

iman Kristiani diwarnai oleh pribadi Yesus Kristus. Ketiga adalah dimensi Gereja,

yang dipahami sebagai persekutuan murid-murid Yesus yang siap melanjutkan

karya Yesus. Dimana ajaran dan Iman Gereja berkembang di dalamnya. Dimensi

terakhir adalah dimensi kemasyarakatan, yaitu Kristus dan Gereja-Nya ada bukan

(44)

Kompetensi sosial perlu dimiliki oleh guru agama Katolik, karena untuk

melakukan proses pembelajaran harus dapat berkomunikasi dengan baik.

Komunikasi tidak hanya melulu kepada siswa, melainkan kepada teman sekerja

maupun dengan orang tua murid.

3. Spiritualitas Kristiani

Kata spiritualitas dalam konteks keagamaan dimengerti sebagai hubungan

antara manusia dengan Allah. Spiritualitas berasal dari kata spirit yang memiliki

dua arti, yang pertama adalah sukma, jiwa, roh: yang kedua berarti semangat.

Manusia mempunyai hubungan dengan Allah dimana dengan mempunyai

spiritualitas atau semangat itu manusia mampu melakukan kegiatannya. Heuken

(2002: 11) mengatakan bahwa “spiritualitas itu menandakan hubungan

„kerohanian‟ antara orang perorangan dengan Allah”.

Heryatno (2008: 89) mengatakan bahwa “spiritualitas diletakkan di dalam

konteks transendensi hidup manusia yang memberi makna dan yang sekaligus

mengarahkan serta menyatukan seluruh kegiatan hidupnya”. Dari sini dapat

dilihat bahwa hubungan dengan Allah adalah puncak hidup manusia, bagaimana

manusia menyerahkan dan mengarahkan hidupnya pada rahmat Allah.

Spiritualitas yang bersumber pada Yesus Kristus inilah yang disebut spiritualitas

Kristiani.

Spiritualitas berhubungan dengan iman seseorang, dimana manusia

beriman akan Yang Ilahi. Manusia berhubungan dengan Allah dan manusia

(45)

mengatakan bahwa “Iman adalah kepercayaan manusia kepada Allah, penyerahan

diri kepada-Nya sebagai jawaban manusia kepada panggilan Allah”. Dapat dilihat

bahwa dengan iman itu, manusia mampu berhubungan dengan Allah, dan juga

dapat menemukan rahmat atau berkat yang diberikan oleh Allah.

Dengan iman itu juga, manusia mampu mengamalkan kebaikan bagi

orang-orang di lingkungannya, asalkan manusia itu mampu juga untuk

menghayati imannya itu dengan sepenuh hati. Iman bukan sikap batin yang

melarikan diri ke dalam dunia khayal. Iman adalah kesadaran bahwa hidup tidak

sendirian melainkan bersatu padu dengan semua orang lain yang telah memilih

Kristus menjadi pegangan hidupnya. Percaya berarti mengakui bahwa hidupnya

sudah mempunyai arti akan Kristus yang bersatu dengan Allah (Jacobs, 1985:

91-92).

Spiritualitas Kristiani dipahami juga sebagai Spiritualitas yang berpusat

pada Kristus. Sebagai umat Kristiani, kita percaya bahwa Tuhan telah menyatakan

diri-Nya di dalam diri Yesus Kristus PuteraNya oleh kuasa Roh Kudus-Nya. Oleh

karena itu, spiritualitas Kristen bersumber pada Allah Tritunggal Maha Kudus,

sedangkan yang menjadi pusat adalah Kristus sendiri. Sifat Kristosentris itu bukan

untuk menyampaikan ajaran guru sendiri, melainkan ajaran Yesus Kristus, yaitu

kebenaran yang tidak lain Diri-Nya sendiri (CT art 6). Dengan spiritualitas itu

manusia mampu untuk menghayati imannya itu dan mampu

mempertanggungjawabkan imannya. Papo (1990: 17) mengatakan “Hidup

beriman berarti hidup seorang Kristen bersama dan dalam Yesus Kristus, yang

(46)

mengimani Yesus Kristus selain itu dalam segala tindakannya, juga

memperhatikan orang yang mengimani Yesus.

4. Sosok Guru Agama Yang Berspiritualitas Kristiani

Pada sub bab ini penulis akan membahas sosok guru agama yang

berspiritualitas Kristiani. Sub bab sebelumnya telah menguraikan tentang guru,

guru agama Katolik serta spiritualitas Kristiani. Selain menjadi pendidik iman di

sekolah yang mengimani Kristus, guru agama Katolik juga haruslah mempunyai

spiritualitas Kristiani yang mendalam.

Guru agama Katolik juga dapat berkarya di tengah masyarakat, yaitu

sebagai pewarta dan saksi Kristus. Khususnya dalam bidang pendidikan di

sekolah, yakni mewartakan Kerajaan Allah melalui pengajaran di sekolah.

Sebagai orang Kristiani, guru agama Katolik mempercayakan dan menyerahkan

hidupnya pada penyelenggaraan Allah. Selain itu guru agama Katolik juga belajar

dari Sang Guru sejati yaitu Yesus Kristus sendiri. Dalam kehidupan-Nya, Yesus

selalu menyerahkan seluruh hidup-Nya pada penyelenggaraan Bapa, berpegang

teguh pada kehendak Bapa-Nya. Demikian juga dengan guru agama Katolik,

perlulah menyerahkan hidup dan selalu berpegang pada ajaran kasih Yesus dan

mengasihi Bapa. Hidup bersatu dengan Bapa dan Yesus menjadi tujuan orang

kristiani dan juga tinggal di dalam Dia. Spiritualitas Yesus sendiri menjadi sebuah

spiritualitas guru Kristiani. Mintara (2014: 22) mengatakan:

(47)

adalah panggilan hati. Panggilan menjadi guru adalah panggilan dari Sang Guru Sejati.

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa menjadi seorang pengajar bukan

semata-mata sebagai sebuah profesi, karena dibutuhkan passion atau hasrat

didalamnya serta sebuah panggilan dan skill. Seorang pengajar harus mencintai

pekerjaan mengajar, bahan yang diajar dan siapa yang diajar. Tiga elemen ini

harus bersinergi untuk menghasilkan seorang pengajar dan murid yang

berkualitas.

Spiritualitas Kristiani mempunyai wujud yang khas yaitu pelayanan tanpa

mengharapkan balas jasa. Mengapa pelayanan? Karena dengan pelayanan itu,

guru agama Katolik juga ikut menghayati pelayanan Yesus sendiri. Pelayanan

sepenuh hati Yesus kepada bangsa-Nya pada waktu itu dapat menjadi contoh yang

baik bagi guru agama Katolik yaitu melayani dengan sepenuh hati. Mintara (2010:

36) mengatakan bahwa “Memberikan diri sepenuh hati dan menyelami hati anak

-anak kita kiranya merupakan modal utama untuk memahami mereka secara utuh”.

Sebagai simbol dari pelayanan itu kita harus menjadi terang dan garam dunia.

Mintara (2010: 73) mengatakan “Menjadi garam dan terang dunia berarti menjadi

model dan contoh pelaku keutamaan Kristiani”.

Guru juga haruslah mempunyai sikap pelayanan dengan tulus dan juga

memberikan teladan yang baik bagi murid-muridnya. Melayani dengan rendah

hati dan tulus menjadikan seorang guru dicintai oleh murid-muridnya, selain

memberikan teladan yang baik, guru juga mengajarkan keutamaan dan pelajaran

(48)

mengajarkan praktek secara langsung memberikan teladan dan pelayanan kepada

orang-orang disekitarnya. Mau belajar terus menerus merupakan tugas dari guru,

Profesi guru adalah sebuah panggilan hidup, jika tidak mempunyai

panggilan sebagai seorang guru mungkin ada kesulitan ketika menjalaninya. Guru

juga mampu menghayati sikap-sikap yang mencerminkan seorang guru Kristiani.

Heryatno (2008: 91) mengatakan “…..panggilan-Nya kita tanggapi antara lain

dengan meneguhkan, mengasihi, menyemangati, memperhatikan, mendampingi,

dan membantu peserta didik yang dipercayakan kepada pengabdian kita.” Dari

sini kita dapat melihat bahwa guru agama Katolik haruslah mempunyai

spiritualitas dan juga integritas sehingga mampu mewujudkan pelayanannya

dengan sepenuh hati. Mengapa sepenuh hati, karena dengan sepenuh hati itu

seorang guru dapat menanggapi peserta didik (siswa) dengan baik pula atau

memandang baik peserta didik (siswa). Mintara (2010: 88) mengatakan “Yang

paling penting dibutuhkan dalam mengajar bukanlah kata-kata, melainkan teladan

hidup. Yang dibutuhkan adalah integritas dan jati diri Anda sebagai pribadi yang

berprofesi guru”.

Selain itu guru juga menjadi pemimpin, bukan pemimpin dalam arti

harafiah tetapi berani menjadi pemimpin bagi dirinya dan juga bagi peserta

didiknya. Mintara (2009: 5) mengatakan bahwa “Seorang pemimpin mesti

memiliki kedalaman hidup. Ia mesti seorang pribadi yang mengakar kuat. Ia tidak

mudah bengkok dan tahan uji. Seorang pemimpin mesti siap sedia menjalankan

(49)

hidup. Maksudnya adalah menghayati jalan panggilannya sebagai guru agama,

dan tidak meninggalkan hidup doa dan pelayanannya.

Kedalaman hidup dapat diartikan juga mampu melihat kembali atau

berefleksi baik dirinya, kegiatannya, dan juga pelayanannya kepada para siswa.

Doa dan pelayanan dapat menjadikan semangat dalam panggilan sebagai guru.

Mempunyai pendirian yang kuat dan tidak mudah terpengaruh apalagi pengaruh

yang jelek, serta siap menjalankan tugasnya, guru agama Katolik perlulah

mempunyai sikap siap sedia. Apabila ditunjuk atau ditugaskan dimanapun, guru

agama Katolik siap sedia untuk menanggapi panggilannya sebagai guru.

Kepekaan menjadi sikap yang mesti dimiliki oleh guru agama Katolik

yaitu bagaimana dapat melihat keadaan konkret yang dialami oleh siswa.

Misalnya ketika ada siswa yang lesu ketika mengikuti pelajaran agama, guru

mendatangi dan bertanya ada masalah apa. Ketika Yesus memperingatkan Yudas

dan juga ketika Yesus menegur Petrus yang kurang percaya pada-Nya, Yesus

dengan tegas mengingatkan bahwa yang bekerja dalam dirinya (Petrus) bukan roh

baik tapi roh jahat (Yoh 13:36-38). Dalam hal ini Yakob Papo (1990: 36)

mengatakan:

Seorang guru agama, baik pada tempat kerjanya di tengah-tengah anak didik dan juga dalam lingkungan masyarakat harus selalu menyadari dan membarui motivasi tugasnya bahwa ia adalah guru iman yang terpanggil untuk mewartakan Kristus.

Guru agama Katolik memiliki tempat di tengah masyarakat, karena dengan

(50)

mengembangkan potensinya. Guru dapat menunjukkan bahwa dirinya mampu dan

berani mewartakan Yesus di tengah masyarakat, membawa damai dan juga

(51)

BAB III

PEMBINAAN SPIRITUALITAS KRISTIANI MAHASISWA-MAHASISWI IPPAK-USD SEBAGAI CALON GURU AGAMA KATOLIK YANG PROFESIONAL DAN BERSPIRITUAL

Dalam bab II telah diuraikan tentang pengertian guru secara umum sampai

pengertian secara khusus tentang guru agama Katolik. Pada bab II juga telah

diuraikan tentang Spiritualitas Kristiani dan guru agama Katolik yang

berspiritualitas Kristiani.

Pada bab III ini penulis membahas penelitian tentang pembinaan

Spiritualitas Kristiani bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK-USD sebagai calon guru

agama Katolik. Dalam bab III ini penulis memulainya dengan memaparkan

gambaran umum prodi IPPAK-USD, mahasiswa-mahasiswi prodi IPPAK dan

perkembangannya serta suasana akademis. Bagian selanjutnya penulis

menjelaskan metodologi penelitian yang akan dilaksanakan. Sesudah

melaksanakan penelitian, penulis membahas hasil penelitian yang telah diperoleh

dalam laporan penelitian. Dengan penelitian ini, penulis berharap dapat

menggambarkan sosok guru agama Katolik ysng ideal dan yang diharapkan

(52)

A. Gambaran Umum Prodi IPPAK-USD

1. Visi dan Misi Prodi IPPAK-USD tahun 2013

Menurut Borang Akreditasi Prodi IPPAK – USD tahun 2013, Prodi

IPPAK-USD memiliki visi yaitu:

“Terwujudnya Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat.”

Sedangkan Misi Prodi IPPAK-USD menurut Borang Akreditasi Prodi

IPPAK-USD tahun 2013 adalah:

a. Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang

memasyarakat.

b. Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi masyarakat Indonesia

yang semakin bermartabat.

2. Tujuan Prodi IPPAK-USD

Menurut Borang Akreditasi Prodi IPPAK-USD tahun 2013, prodi IPPAK

mempunyai tujuan yaitu:

a. Menghasilkan pendidik Agama Katolik di sekolah maupun pendidik Agama

Katolik di paroki yang mempunyai iman yang mendalam, berkompeten,

berkepribadian dan berintegritas unggul. Selain itu dapat membantu umat

beriman mengembangkan imannya.

b. Menghasilkan pengembang karya katekese melalui kerjasama dengan

tokoh-tokoh umat dan para pimpinan Gereja.

c. Prodi IPPAK-USD mampu menghasilkan karya-karya pengembangan

(53)

Prodi IPPAK - USD berkomitmen semakin mantap untuk menjadi

lembaga pendidikan katekis dan pengembang karya katekese di Indonesia. Maka

dengan itu prodi IPPAK - USD selalu mengadakan kegiatan-kegiatan yang

mendukung warga kampus seperti retret angkatan dan juga dosen, bekerjasama

dengan alumni dalam bentuk lokakarya, kerjasama dengan sekolah-sekolah

Katolik, dan juga yang penting adalah meningkatkan pelaksanaan kuliah

Pembinaan Spiritualitas bagi mahasiswa-mahasiswi IPPAK sendiri. Itu semua

bertujuan agar lulusan prodi IPPAK menjadi semakin berkembang dan maju.

Semua itu dapat terjadi bila ada kerjasama antar pihak yang terlibat baik itu oleh

dosen, mahasiswa, maupun stakeholder yang terkait.

Tim penyusun Borang Akreditasi tahun 2013 menjelaskan bahwa Prodi

IPPAK - USD semakin belajar bagaimana mengembangkan kurikulum

perkuliahan yang sesuai juga relevan untuk zaman sekarang ini terutama akan

kebutuhan umat yang akan dilayani. Karena zaman yang semakin berkembang

maka dosen juga semakin mempersiapkan diri dengan meningkatkan

produktivitas, kualitas mengajar, dan juga penelitian. Itu semua dilakukan oleh

dosen IPPAK untuk mempersiapkan mahasiswanya agar dapat menghadapi

tuntutan zaman sekarang.

Menghadapi berkembangnya zaman dan tuntutannya, Prodi IPPAK tidak

berdiam diri untuk melakukan perubahan misalnya dengan semakin

berkembangnya program-program unggulan semisal Teater Rakyat, dimana

kegiatan ini mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi untuk mampu

(54)

sedang hangat di masyarakat. Selain itu ada Pembinaan Spiritualitas yang ada di

tiap semester (mulai dari semester I sampai VIII). Dalam Pembinaan Spiritualitas

ini terdapat tema-tema yang diolah pada tiap semester. Tema-tema ini diharapkan

memacu mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu melihat dirinya sebagai

pribadi yang otentik dan juga menghargai temannya yang lain. Tapi yang paling

utama mahasiswa mampu mendapatkan ilmu terutama akan pelatihan soft skills.

3. Gambaran Umum Mahasiswa-mahasiswi IPPAK - USD

Beragamnya mahasiswa-mahasiswi IPPAK yang datang dari berbagai

daerah menjadi salah satu kekhasan prodi ini. Kaum religius dan awam semua

menyatu dalam komunitas kampus. Pengalaman penulis pada awal kuliah

merasakan sedikit canggung atau segan ketika berbincang atau berdiskusi dengan

kaum religius, karena mereka berbeda dari yang lain. Tapi lama-kelamaan

menjadi terbiasa karena mereka juga ingin belajar bersama. Itu salah satu contoh

keakraban mahasiswa-mahasiswi IPPAK. Begitu juga dengan dosen dan

mahasiswanya mengalami relasi yang saling menguatkan, meneguhkan dan penuh

dengan persaudaraan.

Di prodi IPPAK, mahasiswa-mahasiswi mempunyai dosen pembimbing

(DPA) masing-masing untuk mendampingi studi selama kuliah, dan juga

mendampingi ketika ada persoalan, sehingga tidak mengganggu kelancaran studi.

DPA juga mengamati berkembangnya mahasiswa-mahasiswi di dalam proses

kuliah maupun di luar kuliah. Ini semua terjalin dengan baik dan penuh dengan

Gambar

Tabel 1. Data Mahasiswa-mahasiswi IPPAK – USD TA 2014/2015
Tabel 1   Data Mahasiswa/siswi IPPAK-USD TA 2014/2015
gambaran
Tabel 3 kisi Instrumen Gambaran tentang tingkat Internalisasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Komposit serat bambu tali (gigantochloa apus) tanpa diperlakukan

Penyebaran spora anthrax dapat melalui kontak langsung/melalui kulit, melalui saluran pernpasan, dan melalui per oral atau saluran pencernaan, hal ini dapat menyebabkan

Karena itu perlu dilakukan dengan Vendor Performance Indicator (VPI) merupakan suatu sistem manajemen pengukuran kinerja supplier yang dilakukan secara komprehensif dan

Peserta yang berbadan Usaha harus memiliki Surat Izin Usaha (SIUP) Non Kecil/menengah yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang dan bergerak pada bidang/sub bidang bibit

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tentang fenomena poligami serta

inklusi dan melaksanakan praktik inklusi ( Indek Inklusi yang dikeluarkan oleh CSIE : 2003).Sekolah reguler belum siap melaksanakan pendidikan inklusif, hal ini

suatu langkah preamplifier analog yang diikuti oleh langkah output analog (tergantung jenis

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Komunikasi dan