BAB IV HASIL PENELITIAN
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hak dan Kewajiban Anggota Perempuan
Pengertian Hak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah128:
128
a. Benar
b. Milik; kepunyaan
c. Kewenangan
d. Kekuasaan untuk berbuat sesuatu (krn telah ditentukan
oleh undang undang, aturan, dsb)
e. Kekuasaan yg benar atas sesuatu atau untuk menuntut
sesuatu
f. Derajat atau martabat
g. Wewenang menurut hukum
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita sendiri. Contoh : hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari dosen dan sebagainya.
Pengertian Kewajiban menurut Kamus Besar
BahasaIndonesia129:
a. (Sesuatu) yang diwajibkan; sesuatu yang harus
dilaksanakan; keharusan
b. Pekerjaan; tugas
c. Tugas menurut hukum
d. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan
penuh rasa tanggung jawab. Contoh : melaksanakan tata
129
tertib di kampus, melaksanakan tugas yang diberikan dosen dengan sebaik baiknya dan sebagainya.
Sesuai pengertian hak adalah kewanangan yang dimiliki setiap orang dan kewajiban adalah suatu keharusan terhadap suatu hal yang dijalankan dalam hal ini anggota partai menjalankan AD/ART partai.
Pada dasarnya sesuai yang tertuang pada AD/ART partai PDI-P anggota/kader perempuan maupun laki-laki memiliki hak dan kewajiban yang sama. Hak dan kewajiban tersebut yang menjadi bagian peran perempuan sebagai anggota partai, partai juga memiliki kewajiban memenuhi hak tersebut.
Dalam menjalankan aktivitas komunikasi politik, hak dan kewajiban perempuan dan laki-laki juga sama. Hak dipilih dan memilih pada anggota PDI-P baik perempuan dan laki-laki juga sama, dapat dibuktikan melalui banyaknya anggota perempuan yang menjadi pemimpin atau menjabat jabatan strategis di partai dan di parlemen.
Sesuai AD pasal 14 tentang anggota poin 1 adalah
mendapat perlakuan yang sama di dalam partai. Artinya setiap anggota partai berhak mendapatkan perlakuan yang sama baik anggota laki-laki maupun perempuan.
Soekanto menyatakan bahwa Peran adalah aspek dinamis
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
suatu peran.130 Menurut Poerwadarminta peranan adalah tindakan
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
peristiwa.131
Informan 1 memberikan jawaban yang relevan dengan apa
yang tertuang pada AD partai PDI-P.“Semua partai memiliki
AD/ART disana sudah diatur tentang hak-hak anggota apakah itu laki-laki apakah itu perempuan dalam partai, semua diperlakuan
sama, tidak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan”132
Peran menurut Robbins singkatnya adalah seperangkat pola
perilaku yang diharapkan dikaitkan pada seseorang yang menduduki
suatu posisi tertentu dalam suatu unit sosial.133Hal ini dibuktikan
oleh informan kedua. Informan ke 2 membenarkan pula adanya
kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan melalui
kedudukannya saat ini.“Kalo di PDI-P kita berbicara PDI-P ya, kalo
di PDI-P kuota 30% itu memang kita diutamakan banget. Tapi tidak
ada diskriminasi ataupun perbedaan gitu.”134
Informan ke 3 juga menjelaskan hal senada dengan
informan 1 dan 2, bahwa sesuai partai telah menjalankan sesuai yang tertuang dalam AD/ART:
130
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers. Hal 268
131
W. J. S Poerwadarminta. 1995. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta. PT. Balai Pustaka Hal 751
132
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
133
Stephen P Robbins. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Jakarta. Prenhallindo. Hal 249
134
“Sesuai AD/ART ataupun undang-undang urutan hirarkinya ada itu berlaku untuk semua, tidak ada diskriminasi di dalam peraturan undang-undang itu. Termasuk juga AD/ART partai bahwa tidak ada diskriminasi laki-laki memiliki domain hak dan kewajibannya yang berbeda dengan perempuan gak ada.”135
Informan pendukung mengatakan bahwa dalam
praktiknyapun partai telah memberikan hak dan kewajiban, tidak ada perbedaan pula untuk hak dan kewajiban anggota perempuan maupun laki-laki. Informan ahli ke 1 juga membenarkan bahwa seharusnya memang dimanapun tempatnya tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, kemudian semua anggota partai berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Hal ini sudah tertuang dalam AD pasal 14 partai PDI-P tentang anggota:
“Ya kalo hak dan kewajiban itu saya kira sama, mereka
memiliki kedudukan yang sama yang setara dan seimbang dengan anggota yang lain khususnya yang laki-laki. Tidak ada perbedaan peran formal secara mendasar apalagi dalam era sekarang posisi perempuan di partai politik itu sudah jauh lebih baik, tidak hanya dilindungi undang-undang, tapi juga oleh perubahan sosial masyarakat yang turut mendukung terhadap eksistensi kaum perempuan di
partai politik”.136
Poin kedua dalam AD PDI-P pasal 14 tentang anggota
adalah Menghadiri rapat-rapat partai. Informan 1 mengungkapkan bahwa salah satu kegiatan yang wajib dihadiri adalah rapar-rapat: “Kita harus hadir dalam rapat-rapat, harus hadir dalam
135
Wawancara dengan Sri Hartati SH, Tanggal 6 Oktober 2014 Pukul 14.00 WIB
136
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30 WIB
kegiatan, kalau kita tidak hadir kita harus ada hitam diatas putih, izin untuk tidak mengikuti kegiatan”137
.
Informan ke 2 dan ke 3 mengungkapkan bahwa mereka
Hadir dalam rapat internal sesuai AD/ART 2 minggu sekali, rapat fraksi untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.
Menurut Levinson peranan mencakup tiga hal yaitu138:
4. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
5. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
6. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.
Ke 3 peranan di atas jika dikaitkan dengan jawaban
informan 2 dan 3 menunjukan bahwa dengan menghadiri rapat fraksi mereka melakukan peranan individu sebagai sebuah organisasi dalam hal ini sebagai anggota partai politik, yang penting bagi stuktur masyarakat dengan memutuskan suatu kebijakan pemerintah yang pro terhadap rakyat. Peneliti juga melihat pada saat observasi di lapangan bahwa informan ke 2 dan ke 3 melakukan rapat fraksi untuk kepentingan sidang paripurna yang sudah
137
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
138
Sarlito Wirawan Sarjono.2006. Teori-Teori Psikologi Sosial. Edisi Revisi. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Hal .244
dianggedakan oleh masing-masing DPRD dimana informan ke 2 dan 3 bernaung.
Poin ke 3 dalam AD pasal 14 tentang anggota adalah
menyampaikan pendapat dan keinginan kepada partai, baik tertulis maupun lisan. Perempuan dalam hal ini anggota PDI-P yang duduk di kursi parlemen seharusnya memang tidak takut untuk menyampaikan pendapat, menolak jika memang kebijakan-kebijakan yang diambil tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri. Namun, ada juga anggota partai yang hanya diam mengikuti alur yang dibuat oleh anggota dewan lainnya, tidak berani atau bahkan malu untuk membuka dan meberikan suaranya. Hal ini dijelaskan oleh informan ke 3:
“Nah artinya bahwa seorang perempuan jika sudah
memasuki dunia politik pasti juga mereka tidak akan berkarakter menjadi perempuan. Karena apa karena AD/ARTnya saja muatannya untuk laki-laki, kalau toh kita jadi yang lemes-lemes seperti perempuan gak masuk dong, perlunya hal tersebut untuk seorang politisi perempuan. Pasti akan berbeda jadinya jika perempuan di profesi
lain.”139
Informan 2 juga mengatakan bahwa dia menyatakan
pendapat pada rapat fraksi maupun rapat lainnya karena dia adalah seorang pemimpin yang juga harus memutuskan suatu hal atas
kesepakatan bersama: “Pada rapat-rapat fraksi saya menyampaikan
139
pendapat tentunya jika itu berkenaan dengan masyarakat, karena saya adalah pimpinan disini”.140
Poin ke 4 AD pasal 14 tentang anggota yaitu menggunakan
hak suara dalam rapat serta hak memilih dan dipilih untuk jabatan, baik di dalam maupun di luar partai
Informan 2 menjelaskan bahwa dia adalah perempuan
tetapi terpilih menjadi pemimpin, hal ini menjelaskan bahwa perempuan maupun laki-laki dapat mengisi jabatan apapun jika dia mampu dan memiliki kapasitas yang baik:
“Buktinya ibu sekarang ini PDIP di kota Tangerang ini
jadi partai pemenang 10 kursi ya, 10 kursi ada perempuannya 3, laki-lakinya 7, tapi ibu terpilih menjadi pimpinan gitu kenapa gak yang laki? Yakan? Ya itu jadi kita gak ngeliat laki-laki atau gimana gak, tapi ya kalo memang dia perempuan dan dia sanggup dan dia bisa ya kenapa enggak.”141
Informan ke 3 juga mengatakan hal yang sama yaitu hak
dipilih dan memiliki antara laki-laki dan perempuan itu sama: “Ibu
menjadi anggota dewan sudah 3 periode, kemudian menjadi sekertaris internal partai, wakil fraksi di DPRD provinsi. Artinya hak memilih dan dipilihnya sama.”142
Informan ke 1 mencalonkan dirinya 2 periode, namun masih gagal untuk menjadi anggota legislatif dikarenakan kurangnya suara, dan politik di Banten yang transaksional:
140
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB
141
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB
142
“Kebetulan ibu juga belum berhasil udah dua kali tapi gagal ya namanya beum rejeki. Ya kemenangan yang tertundalah gak dijadikan suatu apa kegagalan atau kita pesimis ya lantas kita down gitu ya. Gak usah kita masih
punya kegiatan yang lain.”143
Salah satu implementasi nyata bagi perempuan Indonesia
dalam bidang politik adalah pemilu 1955 dimana perempuan yang memenuhi persyaratan untuk dipilih dan memilih telah ikut serta dalam kegiatan politik yang sangat berarti itu. Sejak saat itu partisipasi perempuan dalam berbagai lembaga pemerintahan dari yang rendah sampai yang tinggi serta berkecimpungnya mereka dalam berbagai organisasi kemasyarakatan dan politik tidak lagi
merupakan hal yang aneh.144
Peneliti melihat hal tersebut sudah dibuktikan oleh ke 3
informan kunci pada penelitian ni, terlepas dari terpilih atau tidaknya informan-informan kunci sebagai anggota legislatif, dan sudah mau dan terjun ke dunia politik saja sudah merupakan hal atau langkah awal yang baik bagi perpolitikan perempuan di Banten. Dan dalam hal ini PDI-P mewadahi para perempuan tersebut untuk mendukung sebagai kendaraan politik dalam pencalonan legislatif.
Poin ke 5 AD pasal 14 tentang anggota ialah memperoleh
perlindungan dan pembelaan dari partai, ke 3 informan menjawab bahwa Partai akan melindungi semua anggotanya, membela tanpa
143
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
144
Isbodoroini Suryanto. 1989. Perkembangan Peranan DPR-RI ; Suatu Tinjauan Budaya Politik. Makalah Seminar AIPI. Yogyakarta.
pandang bulu. Dia laki-laki atau perempuan, kalau tidak melakukan kesalahan yang bersifat melanggar hukum pasti akan di bela. Apalagi anggota yang loyal kepada partai pasti akan dibela seperti dia membela partai itu sendiri.
Poin ke 6 sekaligus poin terakhir dalam AD pasal 14
tentang anggota adalah untuk dapat dipilih dan ditetapkan pada jabatan dalam partai, anggota baru harus telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya.
Sesuai dengan AD pasal 14 tentang anggota adalah untuk
dapat dipilih dan ditetapkan pada jabatan dalam partai, anggota baru harus telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya, informan ke 1 menjelaskan bahwa sudah 5 tahun berada di PDI-P, dengan beberapa jabatan yang dijabat. Diantaranya sekertaris PAC dan Plt Ketua PAC:
“2009 saya pensiun muda, kemudian ibu memilih
kendaraan politiknya PDIP, memang sebenarnya PDI itu dari dulu memang bagus. Kemudian saya bermusyawarah, sebenarnya tertarik tidak tertarik, awalnya coba-coba tapi kemudian sampai sekarang.”145
Informan ke 2 juga menjelaskan hal yang sama yaitu:
“Kayak ini ibu mau maju ke DPRD kota kemarin pertama
dinilai dan dilihat dulu, ini dari struktural tingkat apa, kedua sudah pernah di tugaskan sama partai itu apa aja, kemudian kalau ketiga incumbent dia pernah jadi apa,
apakah ketua komisi atau apa itu ada nilainya semua.”146
145
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
146
Informan ke 3 menyampaikan hal yang serupa,
menceritakan pengalamannya yang panjang dalam berpolitik147:
“Perjalanan ibu sudah panjang, ibu terjun dipolitik sudah 3 periode bersama PDI-P. Dari pengurus RT sampai sekarang pegurus di DPD dan menjadi anggota DPRD provinsi dan wakil fraksi PDI-P provinsi Banten.”
Ketiga pernyataan dari key informants tersebut peneliti
melihat dan menarik pandangan bahwa hal tersebut adalah wujud dari untuk dapat dipilih mengisi jabatan penting dan ditetapkan pada jabatan dalam partai baik secara struktural partai maupun legislatif, telah membuktikan kesetiaan, kemampuan, pengabdian, dan disiplinnya. pengabdian mereka terhadap partai karena sudah kurang lebih 5 tahun mereka bersama PDI-P.
Pasal berikutnya yang termasuk dalam pembahasan hak dan kewajiban anggota partai adalah Anggaran Dasar (AD) pasal 15 tentang kewajiban anggota. Kewajiban anggota PDI-P yang pertama adalah memegang teguh asas dan jati diri partai. Peneliti melihat pada saat wawancara berlangsung di kediaman informan ke 1, cat rumah informan pada bagian depan berwarna merah yang melambangkan warna pokok dari PDI-P, kemudian ada papan nama pengurus PAC (Pimpinan Anak Cabang). Hal ini
147
membuktikan bahwa informan memegang teguh asas dan jati diri partai bahkan melibatkannya pada kehidupan sehari-hari.
Kemudian mengenai hal yang sama informan ke 2 menjelaskan bahwa informan memegang asas dan jati diri partai karena kekagumannya kepada bung Karno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia:
“Tentu saja, karena saya mendengar dulu perjuangan d
bung Karno dia kan bapak bangsa, kemudian kalo kita ikut pendidikan kader partai saya merasa sedih mendengar dulu pak Karno itu memperjuangkan kemerdekaan kita itu ternyata susahnya luar biasa.”148
Informan ke 3 menyetujui pernyataan-pernyataan dari informan ke 1 dan ke 2: “Bahwa setiap anggota partai harus menjunjung tinggi asas dan jati diri partai melalui piagam
perjuangan, mukadimah, dan ajaran-ajaran bung Karno”. 149
Poin kedua dalam AD pasal 15 tentang kewajiban anggota adalah melaksanakan tujuan, fungsi, tugas, dan kebijakan partai. Pada hakikatnya dalam organisasi apapun termasuk partai politik dalam hal ini PDI-P, anggota partai akan melakukan kegiatan yang meliputi tujuan, tugas, dan kebijakan partai. Karena itu merupakan sebuah kewajiban seorang anggota sesuai dengan yang sudah tertuang dalam AD/ART PDI-P.
Pada tingkatan terendah dalam hal ini sebagai Pimpinan Anak Cabang (PAC), informan 1 melakukan tujuan, tugas, dan
148
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB
149
kebijakan partai dalam hal yang sederhana: “Melaksanakan rapat -rapat, membantu mensosialisasikan visi dan misi partai, program menolong orang sakit.”150
Selanjutnya informan ke 2 melakukan tujuan, tugas, dan kebijakan partai dalam hal yang lebih kompleks karena sudah masuk dalam tataran sebagai wakil bendahara dan ketua DPRD
kota Tangerang: “Pastinya melaksanakan karena memang itu
kewajiban sebagai anggota partai. Contohnya mensosialisasikan kebijakan partai, dulu partai PDI-P adalah oposisi, sekarang partai pendukung pemerintah.”151
Informan ke 3 melanjutkan penjelasan yang sederhana namun kompleks dalam tataran pemerintahan provinsi Banten, karena perannya sebagai sekertaris internal DPD PDI-P dan wakil
ketua fraksi PDI-P DPRD provinsi Banten: “Masuk dalam DPRD
atas nama partai juga termasuk menjalankan fungsi, dan tugas partai. Kemudian menjalankan tujuan partai yang sudah ada di AD/ART.”152
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional-untuk
150
Wawancara dengan Dra. Hj. Amah Suhamah M.Si, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 08:30 WIB
151
Wawancara dengan Suparmi ST, Tanggal 1 Oktober 2014 Pukul 15.30 WIB
152
melaksanakan programnya.153 Partai politik PDI-P menggunakan kader-kader partainya untuk melaksanakan programnya baik itu yang duduk dalam pemerintahan, maupun kader yang tidak duduk dalam pemerintahan tetap menjalankan hal yang disebutkan pada AD/ART yaitu tentang kewajiban anggota adalah melaksanakan tujuan, fungsi, tugas, dan kebijakan partai.
Poin ke 3 dalam AD pasal 15 tentang kewajiban anggota adalah mentaati peraturan dan keputusan partai, dalam hal ini ke 3 informan kunci sudah menaati peraturan dan keputusan partai, dapat dilihat sampai hari ini mereka masih ada dalam partai dan merupakan kader yang diunggulkan oleh partai.
Sejauh ini tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh informan-informan kunci. Dengan kata lain, ke 3 informan menaati peraturan dan keputusan partai, jika tidak aka nada sanksi atau peringatan dari partai yang dikemukakan oleh informan pendukung:
“Kalau sanksi dilihat dari kesalahan atau pelanggarannya,
disitu kan sudah tertuang jelas dalam AD/ART. Sebelum dikasih sanksi kan di SP dulu, gak semena-mena salah langsung dipecat, klarifikasi dulu kalau memang benr-bener dia salah yaudah ga ada ampun lagi.”154
Akan tetapi fenomena lain juga diungkapkan oleh informan ahli ke 1 tentang sanksi sosial masyarakat terhadap pemenuhan hak
153
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik Edisi Revisi. Jakarta.PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 403
154
dan kewajiban yang dijalankan atau tidak oleh anggota partai yang menjabat sebagai anggota legislatif:
“Agak susah ya bicara sanksi sosial, karena perangkat
sistem nilai masyarakat kita belum terlalu kuat untuk menjustifikasi mereka politisi perempuan yang tidak menjalankan kewajiban. Problemnya adalah politik kita yang terlalu transaksional, sehingga orang tidak melihat kapasitas, melihat apakah dia menjalankan hak dan kewajiban atau tidak. Yang penting pada saat dibutuhkan ya hadir, secara transaksional memenuhi kebutuhan konstituennya. Jadi publik juga gak melihat, kapasitasnya bagaimana, cara bicaranya, kemampuan berkomunikasinya, saya kira dalam konteks Banten umumnya ya fenomenanya begitu.” 155
Kemudian pembahasan hak dan kewajiban anggota partai poin akhir adalah menjaga nama baik dan kehormatan partai Informan ke 1 dan 2 dengan kompak menjawab hal yang sama yaitu sesuai yang di AD/ART, jadi harus dijalankan. Informan ketiga menjelaskan bahwa dia melakukan hal-hal tertentu untuk
upayanya menjaga nama baik partai: “Pasti harus menjaga nama
baik dan kehormatan partai, lewat cara-cara tidak korupsi dan mengedepankan, memperjuangkan hak rakyat.”156
Semua poin yang tertuang dalam AD/ ART PDI-P adalah sebuah patokan yang kuat untuk menuntun anggota perempuan maupun laki-laki PDI-P tentang hak dan kewajiban mereka sebagai anggota partai. Dan peneliti melihat bahwa hak dan kewajiban yang sudah tertuang dalam rangkaian AD/ART tersebut telah dilaksanakan dan dipenuhi oleh
155
Wawancara dengan Gandung Ismanto,S.Sos., MM, Tanggal 30 September 2014 Pukul 09:30 WIB
156
informan-informan kunci, dan pada kenyataanya tidak ada perbedaan baik secara hak dan kewajiban. Semua sama dan tidak ada diskriminasi di PDI-P mengenai hak dan kewajiban sebagai anggota partai.
Berbicara peran perempuan di kancah politik atau perempuan dan partisipasi politik ada Keserasian dan keadilan jender dapat dicapai dengan berbagai ikhtiar pemberdayaan politik perempuan. Pertama, melakukan
ikhtiar-ikhtiar penguatan institusi (institutional building). Kehadiran
“Wanita Persatuan”, misalnya, sebagai salah satu instrumen partai tidak hanya menjadi institusi “pemanis”, tetapi gerakan perempuan harus menunjukan dirinya sebagai institusi yang secara substansial dapat memberikan bobot demokrasi bagi ikhtiar-ikhtiar komunikasidan agregasi politik perempuan.
Kedua, yang dapat dilakukan oleh gerakan perempuan adalah melakukan penguatan kapasitas dan kapabilitas politisi perempuan (capacity building) sehingga kader perempuan partai dapat secara aktif dan
kompetitif ikut dalam proses rekrutmen kader, baik dalam struktur kepengurusan partai maupun pada lembaga legislatif. Proses itu dapat dicapai dengan penguatan kapasitas politisi perempuan di lingkungan organisasi atau partai politik. Penguatan kualitas kader partai dan politisi perempuan disebuah partai politik dapat diarahkan pada kematangan visi
perjuangan partai, kemampuan untuk memimpin secara baik,
dan kemauan untuk menghadapi tantangan, disamping kemampuannya
untuk memelihara kredibilitas.157
Berdasarkan hasil observasi pada saat wawancara berlangsung peneliti melihat adanya ikhtiar-ikhtiar tersebut yaitu berupa penguatan
institusi (institutional building) dalam keseharian mereka memegang teguh
nilai-nilai institusi yang manaungi mereka yaitu PDI-P lewat jawaban-jawaban diplomatis yang mengarah kepada nila-nilai yang diajarkan oleh PDI-P.
Kemudian mereka juga melakukan melakukan penguatan
kapasitas dan kapabilitas politisi perempuan (capacity building) seperti
ikut dalam kegiatan-kegiatan partai yang bersifat politis untuk memenuhi kebtuhan politik individu, mengikuti pengkaderan-pengkaderan yang diadakan PDI-P dan lembaga yang menaungi aktivitas politik mereka seperti lembaga legislatif.
Berikut adalah gambaran peran sesuai dengan posisi informan-informan