• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN RADIO

4.2. Gambaran Umum Radio Komunitas Petani Trisna Alami

4.2.8. Hak, Kewajiban, Tugas, dan Wewenang Dewan

Dewan komunitas mempunyai hak, yakni (a) diangkat dan dipilih menjadi Dewan Komunitas, (b) mengevauasi hasil kerja penanggung jawab lokasi dan operasional. Kewajibannya adalah: (a) menaati prinsip-prinsip Radio Komunitas Petani, (b) mau dan mampu menyebarluaskan visi dan misi Radio Komunitas Petani, (c) menaati aturan yang telah disepakati di radio komunias petani, dan (d) paham dengan visi dan misi radio komunias petani. Tugas yang dijalankan

antara lain: (a) menyelenggarakan rapat anggota komunitas petani, (b) mendokumentasikan segala hal tentang Radio Komunitas Petani, (c) mengambil keputusan yang berkaitan dengan radio komunitas, dan (d) mengordinir rapat anggota, sedangkan wewenang Dewan Komunitas adalah:

(a) mengajukan agenda rapat anggota pengurus lokasi dan pelaksana harian, (b) menilai dan mengawasi operasional Radio Komunitas Petani, dan (c) menolak atau menyetujui laporan pertanggungjawaban pelaksana harian.

4.2.9. Pelaksana Harian

Struktur penanggung jawab Pelaksana Harian meliputi:

a. kordinator operasional adalah sesepetani yang ditunjuk oleh komunitas untuk mengordinir segala proses yang dilakukan Radio Komunitas Petani,

b. teknisi adalah sesepetani yang memiliki keahlian dalam bidang teknis operasional radio komunitas yang diselenggarakan,

c. penyiaran adalah bidang yang melaksanakan kegiatan untuk menyiarkan semua acara dan materi siaran yang menjadi program radio tersebut, d. programming adalah sesepetani yang ditunjuk untuk menyusun program

siaran dari mulai jadwal siaran, penyiar, materi, dan acara yang akan disiarkan,

e. operator adalah sesepetani yang mengoperasionalkan peralatan studio siaran untuk memperlancar program,

f. bagian umum adalah sesepetani yang ditunjuk untuk membantu kelancaran operasionalisasi siaran.

Tugas kordinator pelaksana harian meliputi:

a. melakukan atau memimpin koordinasi pelaksanaan harian, b. melaporkan pertanggugjawaban operasional secara berkala, c. menerima materi siaran dari bagian programming.

Wewenang koordinator pelaksana adalah mengambil keputusan yang kaitannya dengan pelaksanaan operasional harian.

4.2.10.Waktu Siaran, Format, Persentase Program Acara, dan Khalayak Sasaran

Waktu siaran Radio Komunitas Petani Trisna Alami dilakukan setiap hari pukul 19.00 - pukul 00.00 WIB. Format siaran adalah bentuk kepribadian sebuah stasiun penyiaran radio yang terwujud dalam isi, materi, bentuk penyajian, dan gaya para penyiarnya (Darmanto 2009). Berdasarkan fungsi yang dijalankan Radio Komunitas Trisna Petani Alami sebagai media informasi, hiburan, dan ruang publik, format siaran radio meliputi: (a) umum, (b) berita, (c) musik, (d) dakwah, (e) olahraga, dan (f) lainnya. Persentase siaran 100 persen adalah lokal. Golongan acara adalah pembagian program siaran berdasarkan jenis isinya.

Dalam PP No. 51/2005, golongan acara radio komunitas terdiri atas: (a) pendidikan dan kebudayaan, (b) informasi, (c) hiburan dan kesenian, dan

(d) iklan layanan masyarakat. Penggolongan kategori acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami disajikan pada Tabel 4.3.

Penyiaran dilakukan dengan mengacu jadwal penyiaran yang telah ditetapkan oleh bidang penyiaran. Jadwal penyiaran dan program acara dibuat setahun sekali. Jadwal acara bisa berubah setiap waktu jika ada acara penting untuk disisipkan. Program acara masih banyak didominasi oleh hiburan. Informasi-informasi penting biasanya disisipkan pada sela atau jeda pemutaran lagu-lagu.

Tabel 4.3 Persentase Kategori Acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami Menurut Jam Siaran di Desa Kaliagung, Tahun 2003

Program Acara Persentase (%)

Berita 5,0

Penerangan atau informasi 10,0

Pendidikan dan kebudayaan 10,0

Agama 5,0

Olahraga 5,0

Hiburan dan musik 60,0 Acara penunjang atau layanan masyarakat 5,0 Total 100,0

Sumber: Data Sekunder Profil Radio Komunitas Petani Trisna Alami 2007

Penyusunan program acara disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik pendengarnya. Program acara disusun sedemikian rupa yang sesuai dengan kelompok usia anak-anak, remaja, dewasa, dan petani tua. Waktu siaran sangat fleksibel yaitu pada malam hari. Dengan mempertimbangkan sebagian besar pendengar radio adalah petani sehingga jam siaran pada malam hari lebih sesuai. Waktu malam adalah waktu istirahat petani sehingga informasi yang disampaikan melalui radio bisa didengar secara menyeluruh oleh pendengar.

Sumber materi siaran berasal dari pemerintah desa, GAPOKTAN dan Kelompok Tani, VHR, JATIROGO, dan lain-lain. Persentase siaran musik meliputi: (a) Indonesia populer (20 %), (b) dangdut (20 %), (c) tradisional atau daerah (50 %), dan (d) keroncong (10 %). Target khalayak radio komunitas adalah warga komunitas itu sendiri. Pertimbangan karakteristik pada radio komunitas berkaitan dengan rancangan program yang dikembangkan berdasarkan kelompok usia. Pada program yang dikembangkan pada usia muda atau anak-anak yang diperhatikan adalah kesukaan sesuatu yang atraktif, dinamis, dan tidak terlalu banyak ceramah. Pada usia tua kecenderungan lebih menyukai irama lembut, pelan, dan banyak wicaranya, sedangkan untuk program perempuan harus dipertimbangkan mengenai perspektif gerakan perempuan.

Radio Komunitas Petani Trisna Alami mengudara setiap hari dengan bermacam-macam mata acara antara lain: Campur Sari, Siraman Rohani, Wayangan, Info Pertanian, Non Stop TA, Aneka Langgam Campur Sari, Gayeng Sari, Persada TA FM, Obrasan, Tepi Kota, Persada Lama Kenangan, Goyang Asoy TA FM, Rujakan TA FM, Mat-Mataan, Campur Sari Dangdut, Dan Persada

Pilihan. Jadwal siaran Radio Komunitas Petani Trisna Alami terlampir (Lampiran 4).

Untuk pengembangan kapasitas dan penguatan jaringan pengelolaan Radio Komunitas Petani Trisna Alami bekerja sama dengan beberapa lembaga antara lain:

1. Kerjasama dengan Lembaga Voice of Human Right (VHR) dalam bentuk supporting materi penyiaran yang berkaitan dengan aspek kemakmuran dan Hak Asasi serta iklan layanan masyarakat yang telah berlangsung sejak tahun 2006 hingga saat ini (2011).

2. Kerjasama dengan Perkumpulan Lestari Mandiri yang memberikan dukungan dalam bentuk pemberian pelatihan berkesinambungan dalam pengelolaan radio komunitas.

3. Kerjasama dengan Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) dalam program sosialisasi mekanisme perizinan dan pelatihan penguatan kapasitas pengelola radio. Selain itu juga, pemberian materi iklan layanan masyarakat mengenai HIV AIDS dan flu burung.

4. Kerjasama dengan Kelembagaan Pemerintahan Desa Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, dalam bentuk penyampaian aneka informasi program pemerintah untuk masyarakat.

5. Kerjasama dengan Gapoktan Desa Kaliagung dalam pemberian materi sebagai narasumber program acara info pertanian.

6. Kerjasama dengan Mobil Hijau dalam sosialisasi Agroforestry/Wanatani lahan pekarangan yang masih kosong se-Kabupaten Kulon Progo.

7. Kerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kulon Progo mengenai sosialisasi pilkada se-Kabupaten Kulon Progo yang berlangsung mulai bulan Mei 2011.

BAB V

KARAKTERISTIK PETANI, KETERLIBATAN PETANI

DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

PETANI TRISNA ALAMI, ACARA YANG DIDENGARKAN,

PERILAKU KOMUNIKASI, DAN PEMAHAMAN FUNGSI

RADIO KOMUNITAS

5.1. Karakteristik Petani

Karakteristik petani dalam penelitian meliputi, jenis kelamin, umur, pendidikan formal, pekerjaan sampingan, pendapatan usaha tani, luas lahan, pengalaman bertani, luas tanah dan bangunan, serta kepemilikan media massa (radio, televisi, dan koran). Sebaran karakteristik petani disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Sebaran Karakteristik Petani Menurut Jumlah dan Persentasenya di

Desa Kaliagung, Tahun 2011

Karakteristik Petani Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 36 90,0

Perempuan 4 10,0

Umur < 47 tahun 21 52,5

≥ 47 tahun 19 47,5

Pendidikan Formal < Tamat SLTP 23 57,5

≥ Tamat SLTP 17 42,5 Pekerjaan Sampingan Buruh Tani 15 37,5 Peternak 13 32,5 Pedagang 2 5,0 Lainnya 10 25,0

Pendapatan Usaha Tani < 507.107 28 70,0

≥ 507.107 12 30,0

Luas Lahan

0 Ha 6 15,0

0,1 - 0,25 Ha 22 55,0

0, 26 - 1 Ha 12 30,0

Pengalaman Bertani < 20 tahun 17 42,5

20 tahun 23 57,5

Luas Tanah dan Bangunan < 2138 m

2 28 70,0

≥ 2138 m2 12 30,0

Kepemilikan Media Massa

Radio 38 95,0

Televisi 38 95,0

Radio dan Televisi 36 90,0

Surat Kabar 18 45,0

Surat kabar dan Radio 18 45,0 Surat kabar dan Televisi 17 42,5 Surat kabar, radio, dan televisi 17 42,5

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar petani adalah laki-laki (90 persen). Hal ini dimungkinkan karena laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan bertanggungjawab penuh terhadap setiap kegiatan di dalam rumah tangga, sehingga nama-nama yang tercantum dalam daftar kelompok tani adalah laki-laki. Adapun sebagian kecil perempuan yang terdapat dalam daftar kelompok tani itu adalah mereka yang suaminya mempunyai pekerjaan lain di luar desa, sehingga memungkinkan bagi istri untuk berperan aktif mengelola rumah tangga dan usaha tani.

Secara garis besar rata-rata usia petani adalah 47 tahun yang masuk pada golongan usia produktif. Dimana umur minimal berada pada usia 27 tahun, dan usia maksimal berada pada 70 tahun. Petani lebih banyak didominasi golongan usia produktif. Tingkat pendidikan petani didominasi pada tingkat pendidikan terakhir tamat SLTP sebesar 57,5 persen dan sebesar 42,5 persen pendidikan terakhir tamat SLTA dan perguruan tinggi. Selain bertani, petani memiliki pekerjaan sampingan atau pekerjaan di luar pekerjaan utama untuk menambah pendapatan. Pekerjaan sampingan penduduk sebagai buruh tani sebesar 37,5 persen, sedangkan sisanya sebagai peternak sebesar 32,5 persen, pedagang sebesar lima persen, dan lainnya sebesar 25 persen.

Rata–rata pengalaman bertani adalah 20 tahun. Dimana lama minimal bertani adalah dua tahun dan lama maksimal 52 tahun. Sebanyak 42,5 persen memiliki pengalaman bertani kurang dari 20 tahun, sedangkan 57,5 persen lainnya memiliki pengalaman bertani yang cukup lama lebih dari sama dengan 20 tahun. Pengalaman bertani diperoleh dari keseharian dan kebiasaan petani dalam mengelola pertanian khususnya padi sawah. Pengalaman bertani berbanding lurus dengan usia. Semakin tinggi usia petani, pengalaman bertaninya juga semakin lama.

Luas tanah dan bangunan yang dimiliki petani rata-rata tergolong sempit yaitu kurang dari 2138 m2 sebanyak 70 persen. Petani yang memiliki luas tanah dan bangunan lebih dari sama dengan 2138 m2 sebanyak 30 persen. Tanah dan bangunan yang dimiliki terdiri dari rumah, pekarangan, kandang, atau halaman di sekitar rumah petani. Kepemilikan media massa dinyatakan dalam media massa yang biasa digunakan untuk mencari atau memperoleh informasi yang mereka

perlukan. Sebanyak 90 persen sudah mempunyai pesawat radio dan televisi. Petani yang memiliki radio dan surat kabar sebesar 45 persen, yang memiliki televisi dan surat kabar sebesar 42,5 persen, sedangkan sebanyak 42,5 persen memiliki radio, televisi, dan surat kabar. Petani sudah terdedah media massa (radio, televisi, dan surat kabar) untuk mencari informasi yang berkaitan dengan berbagai hal kehidupannya. Hampir semua petani memiliki radio untuk memenuhi kebutuhan hiburan, mencari informasi, mengisi waktu luang, dan sebagai sarana pendidikan umum serta agama.

5.2. Keterlibatan dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami

Keterlibatan dalam penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami adalah keikutsertaan petani dalam perencanaan, penyusunan, pengisi materi siaran dalam penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami diukur dengan banyaknya kegiatan yang diikuti oleh petani. Keterlibatan petani yang paling banyak diikuti adalah membantu operasional radio komunitas berupa membayar iuran (65 %), sedangkan keterlibatan petani paling sedikit adalah mengisi program acara radio komunitas (12,5 %). Distribusi keterlibatan petani dalam penyelenggaraan radio komunitas disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2 Sebaran Keterlibatan Petani Menurut Jumlah dan Persentase dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Petani Trisna Alami di Desa Kaliagung, Tahun 2011

Kegiatan Jumlah (n) Persentase (%) Membantu operasional radio berupa membayar iuran 26 65,0 Rapat pembentukan Radio Komunitas Petani Trisna

Alami 14 35,0

Mengirimkan sms/telepon permintaan lagu-lagu dan

mengirim salam ke warga lain 14 35,0

Ikut musyawarah pembentukan pengurus 10 25,0

Ikut musyawarah penentuan lokasi 9 22,5

Menyumbang ide atau gagasan nama radio 7 17,5

Memberi usulan waktu siaran 7 17,5

Ikut terlibat dalam menyusun program siaran radio 6 15,0

Mengisi program acara radio 5 12,5

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2011

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebanyak 35 persen petani terlibat rapat dalam pembentukan Radio Komunitas Petani Trisna Alami dan mengirimkan sms

untuk meminta lagu dan mengirim salam ke petani pendengar radio komunitas. Keterlibatan petani dalam menyumbang ide nama radio dan memberi usul waktu siaran masing-masing sebanyak 17,5 persen petani. Berdasarkan data di lapangan, pendirian dan pembentukan radio komunitas tidak sepenuhnya melibatkan warga setempat dibantu oleh Jaringan Petani Kulon Progo (JATIROGO) dan didampingi Lestari Mandiri (Lesman). Salah sepetani informan, mengatakan:

“radio komunitas didirikan atas dasar tiga hal, yaitu: (1) inisiatif lurah, lokasi stasiun radio di kantor desa dengan alasan listrik dibiayai desa, (2) segelintir pengurus radio komunitas yang hobi dengan radio, dan (3) lembaga lain yang mempunyai dana untuk mengembangkan radio komunitas. Hampir tidak ada pendirian radio komunitas yang murni dari inisiatif warga komunitasnya (RMT, 37 tahun).

Masduki (2007) mengatakan bahwa, tolok ukur keberhasilan pengelolaan radio komunitas adalah partisipasi warga dalam berbagai bentuk. Partisipasi tidak hanya berupa dana, tetapi bisa pemikiran, kebijakan atau keterlibatan langsung dalam proses siaran. Lesman sebagai fasilitator menawarkan program pertanian organik dengan strategi pendirian Radio Komunitas Petani. Masyarakat khususnya petani melakukan pertemuan untuk membahas kebutuhan yang paling penting dalam penyebaran informasi. Dengan demikian, kebutuhan dan program sesuai dengan kebutuhan petani. Lesman menyerahkan sepenuhnya pengelolaan radio kepada pengurus yang telah bersedia menjalankan penyelenggaraan radio. 5.3. Acara yang Didengarkan

Acara yang didengar adalah pilihan acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang didengarkan oleh petani selama satu minggu terakhir dikategorikan menjadi dua, yaitu: tidak pernah dan sering. Berdasarkan data di lapang hiburan musik pada Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang tidak pernah didengarkan oleh petani adalah Tembang Pilihan Koplo Kita (Tepi Kota). Petani lebih senang mendengarkan Campur Sari, Langgam, dan Uyon-uyon yang sesuai dengan kebutuhan komunitas di daerah Jawa, sedangkan Wayangan TA FM sering didengarkan sebagian besar petani (70 %). Distribusi acara yang didengarkan petani disajikan dalam Tabel 5.3.

Berdasarkan penggolongan acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami didominasi oleh hiburan dan musik sehingga jadwal mata acara yang disiarkan lebih banyak berisi hiburan dan musik lokal. Selain itu juga menyiarkan informasi pertanian yang disampaikan oleh perwakilan Gapoktan Desa Kaliagung setiap Selasa pukul 20.00 WIB. Program acara yang disiarkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan komunitas untuk melayani kepentingan warga, baik kebutuhan akan informasi, pendidikan, maupun hiburan.

Tabel 5.3 Sebaran Program Acara Radio Komunitas Petani Trisna Alami yang Didengarkan Petani di Desa Kaliagung, Tahun 2011

Acara yang didengarkan Tidak pernah (%) Sering (%) Total (%)

Campur Sari 35,0 65,0 100,0

Siraman Rohani 37,5 62,5 100,0

Wayangan TA FM 30,0 70,0 100,0

Campur Sari Dangdut 65,0 35,0 100,0

Info Pertanian 70,0 30,0 100,0

Gayeng Sari I 87,5 12,5 100,0

Aneka Langgam Campur Sari 60,0 40,0 100,0

Non Stop TA 97,5 2,5 100,0

Persada Lama Kenangan 75,0 25,0 100,0

Persada TA FM 97,5 2,5 100,0 Goyang Asoy TA FM 92,5 7,5 100,0 Persada Pilihan 97,5 2,5 100,0 Rujakan TA FM 97,5 2,5 100,0 Obrasan 97,5 2,5 100,0 TEPI KOTA 100,0 0 100,0

Mat-matan (uyon-uyon) dan atau Dagelan 80,0 20,0 100,0

Sumber: Data Primer Hasil Penelitian, 2011

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa Wayangan adalah mata acara yang paling sering didengarkan oleh petani. Program acara Wayangan yang diputar secara langsung maupun dengan pemutaran DVD, disiarkan setiap Minggu mulai pukul 21.00 – 05.00 WIB. Program acara ini berbeda dengan program acara lainnya karena disiarkan kurang lebih selama delapan jam. Pengelola Radio Komunitas Petani Trisna Alami sering menyiarkan Wayangan secara langsung atas permintaan warga yang mempunyai hajat untuk disiarkan secara langsung di Radio Komunitas Petani Trisna Alami.

Nama-nama mata acara Radio Komunitas Petani Trisna belum sepenuhnya diketahui dan dipahami oleh petani pendengar radio komunitas. Misalnya, TEPI

KOTA, Rujakan TA FM, Obrasan, Persada Pilihan, Persada TA FM, dan Non Stop TA hampir sebagian besar petani pendengar radio komunitas tidak mengerti dan mengetahui nama mata acara tersebut. Darmanto (2009), penentuan nama acara radio komunitas harus singkat dan mudah diingat, menarik dan menimbulkan gairah, sesuai dengan jenis program, dan sesuai kondisi sosial budaya di lingkungan komunitas.

Berbeda halnya dengan penelitian Hapsari (2008) menemukan Radio Pertanian Ciawi (RPC) telah menjalankan berbagai program acara berupa penyajian informasi dan hiburan yang dikemas dengan maksud untuk menarik dan mempertahankan pendengarnya. Program acara andalan RPC yang merupakan program pendidikan, penyuluhan dan informasi pertanian sebagai upaya pengembangan masyarakat antara lain: Teropong Desa, Jumpa Petani, Bincang Siang, Acara Karedok, Pasar Kiat, Wacana, dan Siaran Langsung (Off Air).

5.4. Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi adalah tindakan atau tingkah laku pendengar dalam mendengarkan radio siaran. Peubah ini dapat diukur dengan lima indikator, yaitu tingkat keterdedahan dengan saluran komunikasi interpersonal, kekosmopolitan, frekuensi bertemu dengan penyuluh, keterdedahan media massa lain, serta keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Uraian secara rinci mengenai peubah perilaku komunikasi disajikan pada Tabel 5.4.

5.4.1. Keterdedahan Saluran Komunikasi Interpersonal

Keterdedahan saluran komunikasi interpersonal adalah frekuensi petani terlibat dengan petani lain untuk membicarakan masalah radio komunitas atau masalah sosial lainnya dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu: rendah (1 – 4 kali) dan tinggi (5 – 7 kali). Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tingkat keterdedahan saluran komunikasi interpersonal yang tergolong rendah sebesar 45 persen petani dan yang tergolong tinggi 55 persen.

Tabel 5.4 Sebaran Peubah Perilaku Komunikasi Menurut Jumlah dan Persentase di Desa Kaliagung, Tahun 2011

Peubah Perilaku Komunikasi Kategori Jumlah (n) Persentase (%) Tingkat Keterdedahan saluran

komunikasi interpersonal

Rendah 18 45,0

Tinggi 22 55,0

Kekosmopolitan Lokalit 16 40,0

Kosmopolit 24 60,0 Frekuensi Bertemu Penyuluh Tidak Pernah 19 47,5

Pernah 21 52,5

Tingkat Keterdedahan Media Massa Televisi

Frekuensi Tidak Pernah 3 7,5

Pernah 37 92,5

Lama < 1 jam 24 60,0

2 – 3 jam 16 40,0

Radio selain radio komunitas

Frekuensi Tidak Pernah 15 37,5

Pernah 25 62,5

Lama < 0,5 jam 27 67,5

0,6 – 1 jam 13 32,5

Koran

Frekuensi Tidak Pernah 24 60,0

Pernah 16 40,0

Lama < 0,5 jam 29 72,5

0,6 – 1 jam 11 27,5

Radio Komunitas Petani Trisna Alami

Frekuensi Rendah 16 40,0

Tinggi 24 60,0

Lama < 2,25 jam 25 62,5

2,26 – 4 jam 15 37,5

Sumber: Data Olahan Hasil Penelitian, 2011

5.4.2. Kekosmopolitan

Kekosmopolitan adalah kemampuan dan keterbukaan petani dalam menerima dan mencari informasi atau ide-ide baru yang berhubungan dengan berbagai sumber informasi dari berbagai hal kehidupannya ataupun mengenai radio komunitas di dalam maupun di luar sistemnya dalam satu bulan terakhir pada saat penelitian. Peubah ini diukur dengan frekuensi petani bepergian ke luar desa untuk mencari informasi mengeni radio komunitas dikategorikan menjadi dua, yaitu lokalit dan kosmopolit. Berdasarkan Tabel 5.4 sebanyak 40 persen petani tergolong lokalit dan 60 persen tergolong kosmopolit. Keperluan petani pergi ke luar desa tidak hanya memiliki satu keperluan saja. Keperluan petani pergi ke luar desa antara lain: berdagang, membeli barang-barang kebutuhan,

mengunjungi saudara dan petani tua, ke tempat hajatan, takjiah, dan lainnya. Tempat tujuan petani pergi ke luar desa antara lain: pergi ke pasar Sentolo, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan luar provinsi D.I Yogyakarta.

5.4.3. Frekuensi Bertemu Penyuluh

Frekuensi bertemu dengan penyuluh adalah jumlah (kali) petani bertemu dengan penyuluh untuk mendapatkan informasi mengenai pertanian dan atau radio komunitas dikategorikan menjadi dua, yaitu: tidak pernah dan pernah (≥ 1 kali). Sebanyak 47,5 persen petani tidak pernah bertemu dengan penyuluh dan 52,5 persen pernah bertemu dengan penyuluh. Interaksi yang dilakukan antara petani satu sama lainnya maupun dengan penyuluh lebih sering membicarakan tentang pertanian dan peternakan tidak ada yang membahas mengenai Radio Komunitas Petani Trisna Alami. Misalnya, berbicara tentang masalah panen, hasil panen padi, hama penyakit, arisan, dan perbaikan jalan desa.

5.4.4. Keterdedahan Media Massa Lain

Keterdedahan media massa adalah frekuensi dan lama menggunakan media massa (televisi, radio selain radio komunitas, koran, dan Radio Komunitas Petani Trisna Alami) pada satu minggu terakhir saat penelitian. Tabel 5.4 menunjukkan frekuensi menonton televisi tergolong pernah sebanyak 97,5 persen petani dengan lama rata-rata menonton televisi selama kurang dari satu jam sebanyak 60 persen. Frekuensi mendengarkan radio lain tergolong pernah sebanyak 62,5 persen petani dengan lama rata-rata kurang dari 0,5 jam sebanyak 67,5 persen. Sebanyak 40 persen petani pernah membaca koran dengan lama rata- rata membaca selama kurang dari 0,5 jam sebanyak 72,5 persen, sedangkan frekuensi mendengarkan Radio Komunitas Petani Trisna Alami tergolong tinggi sebanyak 60 persen petani dengan lama mendengarkan kurang dari 2,25 jam sebanyak 62,5 persen.

Stasiun televisi yang paling banyak ditonton oleh petani adalah stasiun RCTI (40 %). Sedangkan stasiun televisi yang paling sedikit ditonton oleh responden adalah stasiun TVRI dan Yogya TV masing-masing 5 persen. Responden lainnya menonton stasuin An Teve (37,5 %), Tv One (20 %), Metro

TV (12,5 %), SCTV (20 %), MNC TV (7,5 %), dan Trans TV (15 %). Acara televisi yang sering ditonton oleh responden adalah sepak bola dan berita masing- masing sebanyak 32,5 persen. Acara televisi lainnya, yaitu sinetron (22,5 %) dan film kartun (5 %). Waktu menonton responden paling sering pada malam hari sebanyak 72,5 persen.

Stasiun radio selain radio komunitas yang paling sering didengarkan oleh petani adalah Redjo Buntung FM sebanyak 20 persen dan yang paling sedikit didengar petani adalah radio Best FM sebanyak 2,5 persen, dan sisanya mendengarkan radio Konco Tani (17,5 %), Yogya FM (15 %), GCD (10 %), Kedaulatan Rakyat (7,5 %), dan RRI (5 %). Program acara yang sering didengarkan petani adalah lagu-lagu sebanyak 20 persen. Dan sisanya pengajian (10 %), siraman rohani (5 %), berita (10 %), info pertanian (2,5 %), budaya (10 %), dan bangun desa (5 %). Waktu mendengarkan selain radio komunitas yang paling sering didengarkan oleh petani adalah pada malam hari sebanyak 25 persen.

Surat kabar yang paling banyak dibaca oleh petani adalah Kedaulatan Rakyat (37,5 %). Surat kabar lain yang dibaca oleh petani, antara lain: Merapi (5 %), Berita Nasional (2,5 %), Kompas (2,5 %), Harja (2,5 %), dan Bola (2,5 %). Rubrik yang sering dibaca petani adalah rubrik berita sebanyak 17,5 persen. Rubrik lain yang dibaca, yaitu pertanian (10 %), peternakan (2,5 %), iklan (5 %), dan olahraga (7,5 %). Waktu yang paling sering digunakan petani untuk membaca koran adalah sore hari sebanyak 17,5 persen.

5.4.5. Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami

Keterdedahan dengan Radio Komunitas Petani Trisna Alami terdiri dari frekuensi dan lama mendnegarkan radio komunitas. Frekuensi mendengarkan radio komunitas adalah jumlah (kali) petani mendengarkan radio komunitas dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah (1 – 3 kali) dan tinggi (4 – 7 kali) dalam seminggu. Lama mendengarkan radio komunitas adalah jumlah rata-rata waktu (menit/hari) petani mendengarkan radio komunitas dalam satu minggu terakhir pada saat penelitian dikategorikan menjadi dua, yaitu rendah (< 2,25 jam) dan tinggi (2,26 – 4 jam). Berdasarkan Tabel 5.4

sebagian besar frekuensi petani dalam mendengarkan radio komunitas tergolong tinggi (60 %) dan lama rata-rata mendengarkan radio komunitas selama kurang dari 2,25 jam sebesar 62,5 persen petani.

5.5. Pemahaman terhadap Fungsi Radio Komunitas

Pemahaman petani terhadap fungsi radio komunitas dibagi menjadi tiga, yaitu fungsi komunikasi internal, sarana pendidikan umum dan agama, serta ruang publik. Sebaran pemahaman petani terhadap fungsi Radio Komunitas Trisna Alami disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Sebaran Pemahaman Fungsi Radio Komunitas Trisna Alami Menurut

Dokumen terkait