• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCABUTAN HAK MEMILIH DAN DIPILIH SEBAGAI PIDANA TAMBAHAN DALAM PEMBERANTASAN TINDAK

TINJAUAN UMUM

2. Pidana Tambahan

1.5 Hak Memilih Dan Dipilih Dalam HAM

Hak Asasi Manusia adalah hak yang bersifat mendasar (grounded), pokok

atau prinsipil.30 HAM menyatakan bahwa manusia memiliki hak yang bersifat

mendasar. Adanya hak pada seseorang berarti bahwa ia mempunyai suatu

keistimewaan yang membuka kemungkinan baginya untuk diperlakukan sesuai

dengan keistimewaan yang dimilikinya. Sebaliknya juga, adanya suatu kewajiban

pada seseorang berarti bahwa diminta darinya suatu sikap yang sesuai dengan

keistimewaan yang ada pada orang lain.

28

Departemen Pendidikan Nasional, 2012, Op. Cit., h.474-475.

29

Ibid., h. 474.

30

Pius A Pratanto dan M. Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya, h. 48.

undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia jo.,

Undang-undang No. 26 Tahun 2000 Tentang Peradilan Hak Asasi Manusia, disebutkan bahwa

Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan

manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang

wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan

setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Berdasarkan pengertian HAM dalam definisi ahli dan dalam rumusan

undang-undang di atas, jelas bahwa HAM di Indonesia memiliki karakteristik tersendiri, yaitu

memiliki sisi teologis yang cukup kuat. Pernyataan bahwa HAM adalah anugerah dari

Tuhan yang Maha Esa menunjukkan bahwa HAM adalah suatu pemberian Tuhan

yang kemudian melekat pada tiap diri manusia.

Hak asasi manusia merupakan suatu hak yang melekat dalam diri manusia

karena nilai humanitasnya. Hak asasi manusia pada dasarnya dapat dibagi menjadi

tiga, yaitu hak klasik berupa hak sipil-politik, hak ekonomi, dan hak sosial-budaya.

Satjipto Raharjo membagi generasi HAM menjadi tiga, yaitu generasi pertama yang

meliputi hak sipil dan politik, generasi kedua yang meliputi hak sosial, ekonomi dan

budaya dan generasi ketiga yang memuat sejumlah hak-hak kolektif.31

31

Muladi, 2005, Hak Asasi Manusia, Hakikat, Konsep dan Implikasinya dalam Perspektif Hukum dan Masyarakat, Refika Aditama (cetakan pertama), Bandung (selanjutnya disebut Muladi II), h. 219-220.

Hak memilih dan dipilih merupakan hak yang diatur dalam hak sipil-politik.

Hak sipil politik merupakan hak yang dimiliki warga negara ketika berhadapan

dengan entitas negara yang memiliki kedaulatan, hak-hak yang dimiliki warga negara

sebagai warga sipil dalam sebuah negara dan juga hak politik warga yang memiliki

kedudukan sama dalam pandangan negara, tidak ada diskriminasi dan sebagainya

dalam kedudukannya sebagai warga negara maupun sebagai subjek hukum. Vierdag

mengkategorikan hak sipil dan politik ini sebagai hak negatif (negative right) karena

untuk merealisasikannya negara harus diam, tidak melakukan tindakan (pasif),

sehingga perumusannya menggunakan freedom from (bebas dari).32

Pengaturan mengenai hak memilih dan dipilih dalam perspektif Hak Asasi

Manusia Indonesia telah mendapat landasan hukum dalam International Covenant on

Civil and Political Rights (ICCPR) berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Konvenan Internasional Hak-hak Sipil dan Politik dan

Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Pasal 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 menyatakan:

1. Dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan bangsa dan keberadaannya, yang telah diumumkan secara resmi, negara-negara pihak kovenan ini dapat mengambil langkah-langkah yang mengurangi kewajiban-kewajiban mereka berdasarkan kovenan ini sejauh memang sangat diperlukan dalam situasi darurat tersebut, sepanjang langkah-langkah tersebut tidak bertentangan dengan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan hukum internasional dan tidak mengandung

32Krisdyatmiko, “Konsep Dasar, Sejarah dan Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Hak-Hak

Warga Negara”, makalah disampaikan dalam workshop 11, Penguatan Hukum Adat, HAM dan Pluralisme, Hotel Mahkota Plaza, SOE-NTT tanggal 27-28 Februari 2004.

diskriminasi semata-mata berdasarkan atas ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama atau asal-usul sosial.

2. Pengurangan kewajiban atas pasal-pasal 6, 7, 8 (ayat 1 dan 2), 11, 15, 16, 18 sama sekali tidak dapat dibenarkan berdasarkan ketentuan ini. 3. Setiap negara pihak kovenan ini yang menggunakan hak untuk

melakukan pengurangan tersebut harus segera memberitahukannya kepada Negara-negara pihak lainnya melalui perantaraan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa, mengenai ketentuan-ketentuan yang dikuranginya dan mengenai alasan-alasan pemberlakuannya. Pemberitahuan lebih lanjut, harus dilakukan melalui perantara yang sama pada berakhirnya pengurangan tersebut.

Pasal 5 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 menyatakan:

1. Bahwa tidak ada satu ketentuan pun dalam Kovenan ini yang dapat ditafsirkan sebagai memberi hak kepada negara, kelompok, atau seseorang untuk melibatkan diri dalam kegiatan atau melakukan tindakan yang bertujuan menghancurkan hak atau kebebasan mana pun yang diakui dalam Kovenan ini atau membatasinya lebih daripada yang ditetapkan dalam Kovenan ini.

2. Tidak diperkenankan adanya suatu pembatasan atau penyimpangan HAM mendasar yang diakui atau yang berlaku di negara pihak berdasarkan hukum, konvensi, peraturan, atau kebiasaan, dengan dalih bahwa Kovenan ini tidak mengakui hak tersebut atau mengakuinya tetapi secara lebih sempit.

Pasal 25 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 menyatakan: Hak setiap warga negara untuk ikut serta dalam penyelenggaraan urusan publik, untuk memilih dan dipilih, serta mempunyai akses berdasarkan persyaratan umum yang sama pada jabatan publik di negaranya.

Hal ini juga dikuatkan dengan Undang-undang No. 39 Tahun 1999 Tentang

Hak Asasi Manusia pada Pasal 23 ayat (1), Pasal 26 ayat (2), Pasal 73 dan 74 yang

Pasal 23 ayat (1): setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan politiknya.

Pasal 26 ayat (2): setiap orang bebas memilih kewarganegaraannya dan tanpa diskriminasi berhak menikmati hak-hak yang bersumber dan melekat pada kewarganegaraannya serta wajib melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 43 ayat (1) Setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 73: hak dan kebebasan yang diatur dalam undang-undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan berdasarkan undang-undang semata untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia serta kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, ketertiban umum dan kepentingan bangsa.

Pasal 74: tidak satu ketentuan pun dalam undang-undang ini boleh diartikan bahwa Pemerintah, partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak, atau menghapuskan hak asasi manusia atau kebebasan dasar yang diatur dalam undang-undang.

Dokumen terkait