• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hak Veto dan implikasinya dalam Dewan Keamanan Perserikatan

BAB I PENDAHULUAN

C. Hak Veto dan implikasinya dalam Dewan Keamanan Perserikatan

Bangsa-Bangsa

Dalam Dewan Keamanan PBB, istilah hak veto sangat sering didengar. Hak veto adalah hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan peraturan dan undang-undang atau oleh lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Negara itu ialah Amerika Serikat, Rusia (dahulu Uni Sovyet), Inggris, Perancis, Republik Rakyat Cina (menggantikan Republik China). Anggota tetap Dewan Keamanan PBB dipilih berdasarkan hasil Perang Dunia II. Kelima negara tersebut adalah pemenang dari Perang Dunia II.75

Tujuan dari pemberian hak veto pada awalnya ialah untuk melindungi kepentingan para pendiri PBB, dimana hal tersebut hanya diperuntukkan bagi negara-negara yang memenangkan Perang Dunia II. Hak Veto melekat pada kelima negara tersebut berdasarkan Pasal 27 Piagam PBB.

Pasal 27

1.Setiap Anggota Dewan Keamanan berhak memberikan satu suara.

2.Keputusan-keputusan Dewan Keamanan mengenai hal-hal prosedural ditetapkan berdasarkan suara setuju dari sembilan anggota.

3.Keputusan-keputusan Dewan Keamanan mengenai hal-hal lain ditetapkan dengan suara setuju dari sembilan anggota termasuk suara anggota-anggota tetap; dengan ketentuan bahwa, dalam keputusan keputusan dibawah yang diambil dalam rangka memberikan suara.76

Dalam kurun waktu 1946-2002, diketahui bahwa negara yang paling banyak menggunakan Hak Veto adalah Uni Sovyet, yaitu sebanyak 122 kali. Kemudian diikuti oleh Amerika Serikat sebanyak 81 kali. Inggris dan Prancis menggunakan Hak Veto sebanyak 32 dan 18 kali. Sedangkan China baru menggunakannya sebanyak 5 kali. Dari 122 hak veto yang digunakan oleh Uni Sovyet dan Rusia, 102 di antaranya digunakan pada 15 tahun pertama PBB berdiri. SedangkanAmerika Serikat baru pertama kali menggunakan hak vetonya pada tahun 1970.Dari sekian banyak penggunaan Hak Veto tersebut, ada beberapa resolusi yang berhubungan dengan Indonesia, yaitu tiga kali ketika perang kemerdekaan Indonesia tahun 1949, dan satu kali saat konfrontasi dengan Malaysia. 3 dari 4 dari kandidat resolusi tersebut diveto oleh Uni Sovyet.Dari 81 veto Amerika Serikat, nyaris setengahnya berhubungan dengan dukungan Amerika Serikat terhadap Israel, yaitu sebanyak 39 veto.

2014) Op.Cit

Dalam konflik Arab-Israel, dari 175 resolusi Dewan Keamanan PBB tentang Israel, 97 menentang Israel, 74 netral dan 4 mendukung Israel. Tentunya ini tidak termasuk resolusi yang diveto Amerika Serikat. Sedangkan pada pemungutan suara pada Majelis Umum, 55642 suara menentang Israel, dan hanya 7938 yang mendukung Israel. Dari data yang tertera diatas terlihat walaupun negara-negara anggota PBB secara umum tidak mendukung apa yang dilakukan Israel, tetapi pada kenyataannya aksi konkret yang dilakukan PBB justru lebih mendukung Israel. Tak bisa dibantah lagi, hak vetolah yang menyebabkan masalah ini.77

Kontroversi muncul, sebab penggunaan Hak Veto belakangan justru dianggap melenceng dari nilai-nilai kebenaran dan keadilan sehingga mencederai hukum PBB sendiri. Misalnya terkait aksi sebuah negara yang dianggap sebagai agresi bagi banyak pihak, namun tidak bagi pemegang Hak Veto. Akibatnya fungsi hak veto yang dimiliki anggota tetap Dewan Keamanan PBB ini menjadi bertentangan dengan keputusan anggota forum PBB lainnya. Karena itu suara yang menyerukan agar hak veto dikaji ulang semakin sering terdengar. Apalagi tidak sedikit yang mempertanyakan motif di balik pemberian hak istimewa ini. Penggunaan sistem veto sejak awal pembentukannya memang digunakan untuk melindungi kepentingan para pendiri PBB, dimana hal tersebut hanya diperuntukan bagi negara-negara yang memenangkan Perang Dunia II. Pada saat pendiriannya di tahun 1948, telah ditentukan bahwa perwakilan dari Inggris, China, Uni Soviet, Amerika Serikat, dan Perancis akan menjadi anggota tetap Dewan Kemanan yang kemudian Hak Veto tersebut melekat padanya berdasarkan Pasal 27 Piagam PBB.

Kekuatan Hak Veto anggota tetap Dewan Keamanan PBB dimulai dari masa perang dunia. Perang Dunia II juga dianggap sebagai salah satu faktor utama munculnya hak yang kemudian diperkuat melalui Pasal 27 Piagam PBB. Fakta negara-negara pemenang peranglah yang memiliki Hak Veto menimbulkan kritik yang menilai ada ambisi tersendiri di balik penetapannya. Mulai dari melanggengkan kekuatan hingga lebih jauh lagi mengendalikan jalannya dunia.78

Di sisi lain, para perwakilan negara-negara di PBB juga acapkali mengungkapkan bahwa di antara anggota tetap selalu saling mengancam untuk menggunakan Hak Veto-nya dalam suatu forum konsultasi tertutup agar kepentingan mereka masing-masing dapat terpenuhi tanpa sama sekali memperdulikan ada-tidaknya anggota tidak tetap lainnya. Praktek inilah yang

Hingga saat ini, problematika hak veto selalu membayangi legitimasi dari Dewan Kemanan PBB. Dengan “mengantongi” Hak Veto, maka anggota tetap setiap saat dapat mempengaruhi terjadinya perubahan substansi secara besar- besaran dari suatu resolusi. Bahkan, hak veto mampu mengancam terbitnya resolusi yang dianggap tidak menguntungkan negara maupun sekutunya. Sebagai contoh, Amerika Serikat telah menggunakan Hak Vetonya lebih dari anggota tetap lainnya sejak tahun 1972, khususnya terhadap resolusi yang ditujukan bagi Israel. Terlebih lagi sejak 26 Juli 2002, negara adidaya tersebut mengumandangkan doktrin Negroponte, dimana menyatakan bahwa Amerika Serikat akan selalu siap menentang setiap resolusi Dewan Kemanan yang berusaha untuk menghukum Israel. Inilah salah satu kesalahan fatal dari penyalahgunaan sistem Hak Veto.

biasa disebut dengan istilah “closet veto”. Oleh karena itu, banyak kalangan menilai bahwa sistem dan struktur yang ada pada Dewan Keamanan saat ini haruslah segera direformasi. Sejak pertengahan 90-an, The Non-Aligned

Movement telah berungkali menegaskan ketidaksetujuannya terhadap penggunaan

Hak Veto, sebab hal itu sama saja memberikan jaminan atas ekslusifitas dan dominasi peran negara angota tetap Dewan Keamanan. 79

Pada saat ini opini yang berkembang di media-media internasional menyebutkan keberadaan lima negara anggota tetap dan Hak Veto ditinjau kembali karena perkembangan dunia yang semakin kompleks serta sering Walaupun anggota tetap mengakui bahwa Hak Veto seharusnya merupakan upaya terakhir, tetapi faktanya mereka menggunakan Hak Veto tersembunyi secara berulang kali. Penyalahgunaan hak istimewa tersebut pada akhirnya justru menimbulkan kekacauan sistem di dalam tubuh Dewan Keamanan, membuat semakin tidak demokratis, jauh dari sebuah arti legitimasi, dan seringkali efektivitasnya dirasakan sangat menyedihkan. Oleh karenanya, salah satu tuntutan reformasi tersebut yaitu berupaya untuk menghilangkan pemberian Hak Veto yang dianggap sebagai akar permasalahan utama dari ketidakefektifan Dewan Keamanan selama ini. Namun hambatan utamanya adalah dapat dipastikan bahwa negara anggota tetap akan senantiasa melakukan penolakan setiap adanya keinginan reformasi dari sistem pengambilan suara yang telah ada, sebab memenuhi tuntutan reformasi tersebut sama saja melempar posisi mereka jauh menjadi tidak diperhitungkan lagi dalam percaturan politik global.

dianggap membuat berlarut larutnya masalah internasional yang membawa akibat pada masalah kemanusiaan akibat digunakannya hak ini oleh negara-negara besar yang dianggap membawa kepentingannya sendiri dan juga kelompok

Karena keberadaanya merupakan waris dari negara-negara kuat pemenang perang, banyak suara-suara dari tokoh tokoh internasional agar PBB dirombak atau direformasi agar dapat mengakomodasi perkembangan dunia internasional khususnya negara-negara antara tokoh tokoh yang menyarankan perlunya reformasi pada PBB khususnya Dewan Keamanan di antaranya adalah Preside

kemudian Dr80

Mantan Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengusulkan agar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) menghapus hak veto bagi kelima negara anggota tetap. Ahmadinejad menilai bahwa penerapan hak istimewa itu merupakan penghinaan bagi negara-negara lain, yang telah memiliki sikap yang sama atas suatu isu. Ahmadinejad mengecam sikap Amerika Serikat (AS) yang menggunakan Hak Veto untuk membatalkan pengesahan rancangan resolusi Dewan Keamanan-PBB, yang isinya mengencam dan menentang proyek pembangunan Israel di wilayah Palestina.81

Mahmoud Ahmadinejad merujuk kepada situasi di sidang Dewan Keamanan PBB di New York, Jumat 18 Februari 2011. Saat itu, 14 negara sudah mendukung rancangan resolusi untuk mengecam Israel atas pembangunan

(diakses tanggal 23 maret 2014)

pemukiman di Tepi Barat, Palestina, dan meminta negara itu menghentikan proyek mereka. Namun, kendati sudah didukung 130 anggota PBB - termasuk 14 negara di Dewan Keamanan - rancangan resolusi itu gagal disahkan setelah AS menggunakan Hak Veto. Sebagai satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, AS memiliki keistimewaan berupa Hak Veto, yaitu bisa memblokir rancangan keputusan yang sudah dibahas di sidang. Selain AS, negara-negara pemilik Hak Veto di Dewan Keamanan-PBB adalah Inggris, China, Prancis, dan Rusia. Namun, dalam sidang pekan lalu, hanya AS yang menerapkan Hak Veto. Langkah AS itu membuat sikap Dewan Keamanan PBB atas proyek pembangunan Israel tidak bisa disahkan. Kecaman pun bermunculan, terutama dari Palestina.

Pemerintahan Prancis mendesak lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk tidak menggunakan Hak Vetonya terhadap setiap resolusi yang berkaitan dengan kasus "kejahatan massal".Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengatakan hal tersebut berkaitan dengan buntunya perundingan di Dewan Keamanan mengenai perang saudara di Suriah -- di mana tiga resolusi telah ditolak oleh Rusia.

Fabius sendiri tidak menyebut Rusia dalam komentar yang dipublikasikan oleh The New York Times, Le Monde dan beberapa surat kabar lainnya itu. Namun dia mengatakan bahwa "Dewan Keamanan tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan tragedi di Suriah.Kepada mereka yang berharap kepada PBB untuk turut bertanggung jawab melindungi umat manusia, situasi ini memang patut

untuk dikecam yang menginstruksikan penghancuran persenjataan kimia Suriah, merupakan yang pertama disepakati oleh semua anggota tetap Dewan Keamanan.

Prancis mengusulkan jika Dewan Keamanan harus membuat keputusan terkait kasus kejahatan massal, maka anggota tetap harus sepakat untuk tidak menggunakan hak vetonya.Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat-- yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan sejak pembentukan PBB pada 1946--mempunyai Hak Veto untuk menolak setiap resolusi yang telah disetujui oleh 15 negara anggota lain.

Sejak tahun 2000, Amerika Serikat telah menggunakan hak vetonya sebanyak 11 kali. Sebagian besar untuk menghentikan resolusi yang hendak menyerang sekutunya Israel.Sementara Rusia menggunakannya tujuh kali--tiga di antaranya untuk menghentikan upaya negara Barat menjatuhkan Presiden Bashar

al Assad.China memveto resolusi lima kali dengan tiga di antaranya untuk

resolusi kasus Suriah.Dua negara anggota tetap Dewan Keamanan yang lain, Prancis dan Inggris, belum pernah menggunakan Hak Veto sejak 1989.lima negara untuk "secara suka rela mengatur penggunaan Hak Veto" ketika umat manusia sedang menghadapi ancaman besar.Di sisi lain, dia berpendapat bahwa Piagam PBB tidak memerlukan perubahan.

Usulan Prancis adalah jika 50 negara anggota PBB meminta Dewan Keamanan untuk membuat resolusi, maka Sekretaris Jenderal akan menentukan apakah "kejahatan massal" telah dilakukan. Pada saat itulah tindakan sukarela dari lima negara diperlukan.Mekanisme akan membuat "kredibilitas fundamental" Dewan Keamanan dapat terjaga.Namun demikian, dia menambahkan bahwa

untuk dapat direalisasikan, aturan ini tidak akan berlaku pada kasus di mana kepentingan nasional anggota tetap sedang terancam.82

Selama tahun tahun pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah sering diperdebatkan bahwa efektifitas Dewan Keamanan sedang rusak oleh penggunaan Hak Veto yang berlebihan oleh anggota tetap PBB. Dalam banyak kejadian Dewan keamanan masih belum dapat mengambil suatu keputusan yang oleh banyak negara dianggap kurang responsif. Oleh pihak pihak yang berkepentingan, ketidakefektifan relatif Dewan Keamanan ini di dalam melaksanakan tanggungjawabnya merupakan sumber perhatian yang utama bagi negara-negara anggota dan bagi seluruh rakyat yang berkepentingan didalamnya. Tanpa tujuan umum dan alat yang dimufakati, Dewan Keamanan sering kali tidak lebih dari sebuah organ diskusi belaka, karena pada dasarnya keputusan akhirnya kebanyakan ditentukan oleh Hak Veto yang melekat pada anggota-anggota tetap PBB.

Maka dari hal itu perlu pembenahan dalam hal pengambilan keputusan dalam lingkungan Dewan Keamanan PBB khususnya Hak Veto dalam hal ini baik pembatasan dalam penggunaan Hak Veto sampai pada penghapusan Hak Veto tersebut yang dalam hal ini dirasa berdasarkan implikasinya dapat menghambat restrukturisasi dalam Dewan Keamanan PBB.