• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

4. Hakikat Belajar

Belajar merupakan proses internal yang komplek yang melibatkan seluruh mental seperti ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 18). Proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang tidak hanya melibatkan ranah kognitif saja, tetapi juga melibatkan ranah afektif dan juga psikomotor. Dengan melibatkan seluruh ranah tersebut maka akan dapat mengasilkan berbagai aspek baik secara kognitif atau cara berpikir seseorang, afektif atau sikap dan psikomotor berupa keterampilan seseorang. Ketiga ranah tersebut bekerja akan dapat bekerja dengan baik dan seimbang. Jadi belajar tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan secara kognitif saja, tetapi afektif dan juga psikomotor. Hal ini didukung oleh Suyono dan Hariyanto (2014: 9) yang mengartikan belajar sebagai sebuah kegiatan yang bertujuan memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku dan sikap serta mengokohkan kepribadian.

Belajar dilaksanakan melalui sebuah proses, dengan berproses maka akan mendapatkan banyak hal. Tidak hanya ilmu pengetahuan tetapi juga keterampilan dan juga pengetahuan tentang sikap. Dengan belajar selain mendapatkan ilmu pengetahuan juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan atau keahlian yang dimiliki. Dengan belajar juga akan memperoleh pengetahuan tentang baik dan buruk, sehingga diharapkan akan dapat memperbaiki perilaku seseorang. Kepribadian seseorang akan terbentuk melalui belajar. Apabila seseorang

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku secara terus menerus maka akan dapat mengkokohkan kepribadian seseorang.

Menurut Aunurrahman (2010: 38), belajar merupakan sebuah aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Aktivitas dalam kegiatan belajar ini berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menghasilkan sebuah pengalaman atau pengetahuan baru. Belajar merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk mendapatkan pengalaman ataupun ilmu pengetahuan baru. Dengan belajar maka seseorang akan mendapatkan banyak pengalaman yang didapatkan selama proses belajar. Pengalaman-pengalaman tersebut akan dijadikan sebagai pelajaran atau pengetahuan baru.

Belajar tidak harus dilakukan di sekolah, belajar dapat dilakukan di mana saja bahkan dari hal terkecil sekalipun. Seseorang dalam hidupnya akan terus belajar dan berproses. Proses dalam belajar akan terus berlangsung terus menerus atau yang disebut dengan sepanjang hayat (life long procces), yaitu selama manusia hidup bahkan sebelum manusia dilahirkan.

Belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku akibat dari pengalaman serta latihan (Djamarah dan Aswan Zain, 2006: 10). Belajar itu sendiri dilakukan melalui pengalaman-pengalaman serta latihan-latihan. Melalui pengalaman dan latihan terus menerus maka diharapkan seseorang dapat mengetahui hal-hal yang baru. Dari hal baru tersebut seseorang akan dapat mengetahui mana yang baik dan juga yang tidak baik sehingga dapat merubah tingkah laku orang tersebut. Perubahan tingkah laku yang diharapkan adalah tingkah laku yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Hal ini di dukung oleh

pendapat dari Slameto (2003: 2), yang menyatakan belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang, dan bertujuan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan sebuah perubahan tingkah laku. Melalui belajar tingkah laku seseorang diharapkan akan menjadi lebih baik lagi daripada sebelumnya. Hal tersebut dikarenakan manusia yang awalnya tidak tahu tentang sesuatu akan menjadi tahu (misalnya tentang mana yang baik dan mana yang tidak baik).

Dari berbagai pengertian tentang belajar, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan segala aktivitas atau kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan serta perubahan perilaku. Melalui belajar seseorang akan memperoleh sebuah pengalaman, sehingga dapat merubah diri seseorang tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dengan kata lain belajar dapat merubah seseorang menjadi lebih baik lagi.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Susunan prinsip-prinsip belajar (Slameto, 2003: 27-28) yaitu: 1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

Dalam kegiatan belajar, diusahakan agar sertiap siswa berpartisipasi secara aktif, serta meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional; belajar juga harus dapat menimbulkan motivasi pada diri siswa sehingga tujuan intruksional dapat tercapai; agar anak dapat mengembangkan kemampuan dalam bereksplorasi dan belajar secara efektif maka diperlukan

lingkungan yang menantang; serta diperlukan interaksi siswa dengan lingkungannya.

2) Sesuai hakikat belajar

Belajar merupakan proses yang berkelanjutan, dilakukan tahap demi tahap sesuai dengan perkembangannya; belajar merupakan sebuah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery; dan belajar itu sendiri merupakan proses kontinguitas yaitu saling berhubungan antara pengertian yang satu dengan yang lain, sehingga akan mendapatkan pengertian yang diharapkan (stimulus yang diberikan akan memberikan respon yang diharapkan).

3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari

Belajar bersifat keseluruhan dan materi dalam belajar harus berstruktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa akan mudah dalam memahaminya dan belajar juga harus dapat mengambangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan intruksional yang akan dicapai.

4) Sesuai keberhasilan siswa

Diperlukan sarana prasarana yang cukup dalam belajar dan repitisi, yaitu latihan berkali-kali sehingga pengertian/ keterampilan/ atau sikap akan tertanam mendalam pada diri siswa.

Prinsip-prinsip belajar merupakan pedoman yang digunakan dalam belajar agar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Pedoman-pedoman tersebut harus dilaksanakan dengan baik agar dalam belajar dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dengan memperoleh hasil yang maksimal maka tujuan dari pembelajaran akan dapat tercapai. Dalam belajar itu sendiri harus memenuhi

prasyarat yang ditentukan dalam belajar, misalnya adalah mengaktifkan siswa, dapat mengembangkan motivasi dan kemampuan dalam bereksplorasi. Prinsip yang lain adalah bertahap sesuai dengan perkembangannya, hal tersebut sesuai dengan hakikat belajar itu sendiri. Materi yang diberikan haruslah bertahap sesuai dengan perkembangan siswa, sehingga siswa akan dapat belajar dengan baik. Selain itu agar siswa dapat belajar dengan nyaman maka dalam belajar harus ada sarana prasarana yang memadai.

Dengan terpenuhinya prinsip-prinsip belajar maka siswa akan dapat belajar dengan baik dan dapat mencapai hasil yang diharapkan secara maksimal. c. Langkah Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD)

Sebagai guru hendaknya harus memahami karakteristik masing-masing siswa. Misalnya dalam pembelajaran matematika, guru harus memahami bahwa kemampuan siswanya itu berbeda-beda, ada yang langsung mengerti dengan penjelasan guru dan ada yang perlu dibimbing. Minat siswa terhadap pelajaran matematika juga berbeda-beda, tidak semua siswa menyukai pelajaran matematika. Menurut Heruman (2013: 2-3), konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep),yaitu ketika siswa belajar

konsep baru matematika dan dalam kegiatan ini media atau alat peraga dapat digunakan untuk membantu siswa memahami konsep.

2) Pemahaman konsep, merupakan lanjutan dari penanaman konsep dan kegiatan

3) Pembinaan keterampilan, kegiatan ini bertujuan agar siswa terampil menggunakan berbagai konsep dalam pembelajaran matematika.

Ketiga kelompok tersebut harus dilalui siswa agar siswa secara bertahap, dimulai dari penanaman konsep baru terlebih dahulu, dalam penanaman konsep baru ini sebaiknya guru menggunakan media atau alat bantu. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami konsep tersebut. Setelah konsep tersebut tertanam maka dilanjutkan dengan pemahaman konsep, agar siswa benar-benar paham dengan konsep tersebut. Selanjutnya adalah pembinaan keterampilan, siswa dibina agar terampil dalam menggunakan konsep matematika tersebut. Melalui kegiatan penanaman konsep baru, pemahaman konsep dan pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa terampil menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

5. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Siswa sekolah dasar merupakan siswa yang masih berpikir secara konkret atau nyata. Mereka akan mudah memahami hal-hal yang berkaitan dengan benda- benda yang ada di sekitar mereka. Menurut Kardi dalam Pitadjeng (2006: 10-12), sifat siswa SD kelompok umur 9-12 tahun (siswa SD tingkat tinggi), diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Sifat fisik, yaitu siswa sudah dapat menggunakan alat-alat dan benda-benda berukuran kecil. Hal ini dikarenakan mereka telah menguasai dengan baik koordinasi otot-otot halus.

b. Sifat sosial, yaitu mulai dipengaruhi oleh tingkah laku kelompok, bahkan norma-norma yang dipakai dalam kelompok dapat menggantikan norma yang telah diperoleh dari guru dan orang tua.

c. Sifat emosional, yaitu mulai timbulnya pertentangan antara norma kelompok dengan norma orang dewasa. Oleh karena itu untuk membuat sebuah peraturan kelas harus mengikutsertakan mereka.

d. Sifat mental, yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang lebih tinggi, lebih kritis, mempunyai rasa percaya diri yang berlebihan dan ingin bebas.

Sifat siswa SD adalah senang dan dapat menggunakan benda-benda yang berukuran kecil, berkelompok, rasa ingin tahu yang tinggi, kritis serta ingin bebas. Melalui alat peraga maka pembelajaran akan terasa menyenangkan dan mengaktifkan siswa karena siswa akan berusaha untuk menjawab rasa ingin tahu mereka dengan menggunakan alat peraga tersebut dalam memecahkan masalah atau persoalan mereka.

Menurut Heruman (2013: 1) pada usia perkembangan kognitif, siswa SD masih terikat dengan objek yang bersifat konkret dan dapat ditangkap oleh panca indra. Dalam pembelajaran matematika yang bersifat abstrak, maka diperlukan alat bantu yang digunakan untuk merubah konsep abstrak menjadi lebih konkret atau nyata sehingga dapat ditangkap oleh panca indra siswa. Alat bantu tersebut dapat berupa alat peraga yang berfungsi membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dari apa yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa karakter siswa SD adalah berpikir secara konkret yang mudah ditangkap dengan panca indra

mereka dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi serta cenderung berkelompok. Dengan belajar memahami karakteristik siswa SD diharapkan guru akan lebih mengetahui bagaimana karakter siswa SD secara umum dan bagaimana cara membelajarkannya. Meskipun begitu perlu diingat oleh guru bahwa karakteristik anak berbeda-beda.

6. Hasil Belajar

Dalam kegiatan pembelajaran akan membuahkan sebuah hasil yang dinamakan dengan hasil belajar. Hasil dari suatu interaksi kegiatan belajar dan kegiatan mengajar disebut dengan hasil belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 3). Hasil belajar ini berasal dari interaksi pada saat proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan hasil dari apa yang telah dipelajari selama mengikuti proses pembelajaran. Misalnya dalam pembelajaran, apabila siswa sudah dapat mengerjakan apa yang telah dipelajari dan hasilnya baik, berarti siswa sudah memahami apa yang disampaiakan oleh guru. Namun jika hasilnya masih kurang berarti siswa masih kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Hasil belajar sangat penting dalam pendidikan. Hasil belajar itu sendiri akan digunakan oleh guru dalam melakukan proses penilaian. Guru akan menilai siswa dari hasil belajar yang diperoleh oleh siswa selama mengikuti pendidikan. Hasil belajar tersebut nantinya akan dilaporkan kepada orang tua siswa agar.

Sedangkan menurut Purwanto (2011: 54), hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi setelah kegiatan pembelajaran dan sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Melalui kegiatan belajar mengajar diharapkan dapat merubah tingkah laku seseorang. Perubahan tingkah laku

tersebut diharapkan sesuai dengan tujuan dari pendidikan. Hasil belajar di sini lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku atau perilaku yang sesuai dengan tujuan dari pendidikan. Dengan kegiatan kegiatan pembelajaran tersebut diharapkan dapat menghasilkan siswa-siswa dengan tingkah laku atau perilaku yang lebih baik dari yang sebelumnya.

Pendapat dari Brown dan Knight (Bundu, 2006: 14), changes in knowladge, understanding, skills, and attitudes brought about experience and

reflection upon that experience. Hasil dari belajar adalah perubahan

pengetahuan,pemahaman, keterampilan, dan sikap yang diperoleh dari sebuah pengalaman dan refleksi penglaman. Perubahan hasil belajar tidak tingkah laku atau sikap saja, tetapi juga perubahan pengetahuan, pemahaman serta keterampilan. Perubahan-perubahan tersebut diperoleh melalui sebuah pengalaman dalam belajar.

Berdasarkan dari uraian-urain yang telah dikemukakan maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar mengajar yang dapat merubah seseorang baik aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) maupun keterampilan (psikomotor). Hasil belajar tersebut didapatkan melalui proses belajar mengajar. Melalui hasil belajar tersebut diharapkan dapat merubah seseorang menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.

7. Hakikat Matematika

Dokumen terkait