• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Islam

Dalam dokumen MENJADI MUSLIM PARIPURNA (Halaman 34-39)

E. Islam, Iman dan Ihsan

1. Hakikat Islam

Islam secara bahasa berasal dari kata salama, aslama,

silmun, sulamun yang mempunyai bermacam-macam arti. Di

antaranya adalah sebagai berikut;

a. Aslama yang artinya menyerah, berserah diri, tunduk,

patuh, dan masuk Islam. dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti agama yang mengajarkan penyerahan diri kepada Allah, tunduk dan taat kepada hukum Allah tanpa tawar menawar. Kata aslama terdapat dalam al-Qur’an surat al-Baqarah: 112, surat Ali Imron: 20

dan 83, surat al-An’am: 14. an-Nisa’: 125

b. Silmun yang artinya keselamatan dan perdamaian.

Dengan makna tersebut berarti Islam adalah agama yang mengajarkan hidup damai, tentram, dan selamat. Kata

silmun terdapat dalam al-Qur’an surat al-Baqarah; 208 dan

surat Muhammad: 35.

c. Sulamun yang artinya tangga, sendi dan kendaraan.

Dengan arti tersebut, Islam berarti agama yang memuat peraturan yang dapat mengangkat derajat kemanusiaan manusia dan mengantarkannya kepada kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat.

d. Salam yang artinya selamat, aman sentosa, dan sejahtera.

Dengan demikian Islam dengan makna tersebut berarti aturan hidup yang dapat menyelamatkan manusia di du- nia dan akhirat. Kata salam terdapat dalam al-Qur’an Surat

al-An’am :45, Surat al-A’raf: 46 dan Surat an-Naml: 32.

dirangkum sebagai berserah diri kepada Allah swt. untuk tunduk dan taat kepada hukum-Nya (aslama) sehingga dirinya siap untuk hidup damai dan menebar perdamaian dalam masyarakat (silmun) dalam rangka untuk menaiki tangga atau kendaraan kemuliaan (sulamun) yang akan membawanya kepada kehidupan sejahtera dunia dan akhirat (salamun).

Sementara secara Istilah, pengertian Islam yang diberikan oleh para ulama dan para cendikiawan muslim sangat bervariasi sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang keilmuan masing-masing. Akan tetapi definisi yang berbeda tersebut saling melengkapi antara satu dengan yang lain. a. Ahmad Abdullah al-Masduqi menyatakan bahwa Islam

adalah satu-satunya aturan hidup yang diwahyukan untuk segenap umat manusia dari zaman ke zaman, dan bentuk terakhir yang sempurna adalah Islam yang ajaranya tersebut di dalam al-Qur’an yang diwahyukan kepada Rasul terakhir, yaitu nabi Muhammad saw.

b. Syaikh Mahmud Syaltut dalam bukunya Al-Islam: Aqidah

wa Syari’ah mendifinisikan Islam sebagai agama Allah

yang ajaran-ajaranya diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dan memberikan penegasan kepada nabi untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya.

c. Majelis Tarjih Muhammadiyah mendifinisikan Islam sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yakni yang diturunkan Allah di dalam al-Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah sahihah, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Allah (agama samawi) yang diwahyukan kepada rasul-rasulNya sejak Nabi adam as. hingga yang terakhir nabi Muhammad saw. agama tersebut mengatur seluruh aspek kehidupan manusia baik keyakinan, ibadah, sosial, hukum, politik, ekonomi, akhlak dan lain sebagainya

maupun pedoman hidup bagi seluruh umat manusia agar dapat tercapai kehidupan yang diridhai Allah swt. dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Antara Islam sebagai agama samawi terakhir dengan agama wahyu sebelumnya jelas mempunyai hubungan yang erat karena keberadaannya merupakan mata rantai terakhir agama Allah. Hanya saja beberapa perbedaan yang menjadi ciri fundamental Islam sebagai wahyu terakhir yang diturun- kan kepada Nabi Muhammad dan Islam sebagai wahyu yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, antara lain:

a. Islam sebagai agama wahyu terakhir merupakan agama universal, yakni agama yang berlaku untuk segenap umat manusia sepanjang masa di seluruh dunia. Sementara agama wahyu sebelum Islam bersifat lokal yang hanya berlaku untuk bangsa tertentu dan untuk waktu tertentu. Universalitas Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad dapat ditemukan dalam al-Qur’an surat al-Anbiya’ (21):

107, surat al-Furqon: 1, surat al-A’raf: 158, surat Saba’: 28, surat Sad: 87 dan surat al-Fath: 28.

b. Agama Islam yang dibawa oleh nabi Muhammad saw merupakan penyempurna agama Allah yang diwahyukan kepada rasul sebelumnya. Ini berarti bahwa seluruh umat manusia wajib menganut agama Islam yang telah disempurnakan karena agama yang pernah diajarkan oleh para nabi sebelumnya telah diganti kedudukanya oleh agama yang dibawa oleh nabi Muhammad saw. c. Agama Islam sebagai agama wahyu terakhir juga

merupakan pelurus dan peneliti (pengoreksi) terhadap perubahan atau penyimpangan yang terjadi pada agama- agama sebelumnya, terutama dalam bidang aqidah (keyakinan) agar tetap berpedoman kembali kepada kepercayaan bahwa Tuhan itu maha esa (agama tauhid).

Hal ini dapat dilihat dalam QS al-Maidah: 64.

Dari sini jelaslah bahwa siapa saja yang menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah, maka ia seorang muslim, dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan

selain Allah maka ia seorang musyrik, sedangkan seorang yang tidak menyerahkan diri kepada Allah maka ia seorang kafir yang sombong.

Berkaitan dengan Islam sebagai agama, maka tidak dapat terlepas dari adanya unsur-unsur pembentuknya yaitu berupa rukun Islam, yaitu:

a. Membaca dua kalimat Syahadat b. Mendirikan shalat lima waktu c. Menunaikan zakat

d. Puasa Ramadhan

e. Haji ke Baitullah jika mampu. 2. Hakikat iman

Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab- kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir dan beriman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.

Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman me- miliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keimanan kecuali jika seorang hamba telah mampu mewujudkan keislamannya. Iman juga lebih khusus dipan- dang dari segi pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keislaman dan tidak semua pelaku keislaman menjadi pelaku keimanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.

Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal meru- pakan buah keimanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Allah menyebut Iman dan amal shaleh secara beriringan dalam Qur’an surat al-Anfal ayat 2-4 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu

adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan- lah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendiri- kan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada me-reka. Itulah orang-orang yang ber- iman dengan sebenar-benarnya.” (QS. al-Anfal (8): 2-4)

Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Mayoritas ulama memandang keimanan beriringan dengan amal shaleh, sehinga mereka menganggap keimanan akan bertambah dengan bertambahnya amal shaleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.

Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya Iman hingga sempurnanya iman, yaitu:

a. Diyakini dalam hati

b. Diucapkan dengan lisan c. Diamalkan dengan anggota tubuh.

Jika iman adalah suatu keadaan yang bersifat dinamis, maka sesekali didapati kelemahan iman, maka yang harus kita lakukan adalah memperkuat segala lini dari hal-hal yang dapat memperkuat iman kembali. Hal-hal yang dapat dilakukan bisa kita mulai dengan memperkuat aqidah serta ibadah kita, sebab iman bertambah karena taat dan berkurang karena maksiat.

Ketika iman telah mencapai taraf yang diinginkan maka akan dirasakan oleh pemiliknya suatu manisnya iman, sebagaimana hadits Nabi Muhammad saw. yang artinya: “Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya iman: Menjadikan Allah dan RasulNya lebih dicintainya melebihi dari selain

keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Allah, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam aqidah Islam, kewajiban umat Islam untuk beriman itu ada enam perkara, imam kepada Allah, malaikat- malaikatNy, kitab-kitabNya, nabi-nabNya, hari akhir, dan taqdirNya.

Dalam dokumen MENJADI MUSLIM PARIPURNA (Halaman 34-39)