• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata Cara Thaharah (Bersuci dari Hadas)

Dalam dokumen MENJADI MUSLIM PARIPURNA (Halaman 126-136)

SESUAI TUNTUNAN SYARI’AH

F. Tata Cara Thaharah (Bersuci dari Hadas)

Thaharah adalah isim masdar dari kata thahhara –

yuthahhiru – tathiran – thaharatan, yang berarti suci dan bersih dari kotoran, baik bersifat jasmani maupun ruhani. Menurut istilah syariat, thaharah berarti membersihkan hadats dengan air dan debu sesuai syariat dan menghilangkan najis dan kotoran.

Thaharah ada dua macam; Pertama, mensucikan ruhani dari perbuatan syirik dan ma’shiyat dengan cara bertauhid dan amal shalih. Kesucian ruhani ini lebih utama dari pada kesucian jasmani. Karena tidak mungkin jasmani bisa disucikan sebelum ruhani kita suci dari kotoran syirik dan ma’shiyat. Karena itu, orang muslim harus mensucikan hatinya dari kotoran syirik, ragu-ragu, iri, dengki, sakit hati, dendam, sombong, riya’ dan sum’ah, dengan cara berbuat ikhlas, tauhid dan yakin.

Kedua, mensucikan jasmani dari hadats dengan cara wudlu, mandi dan tayamum, dan dari najis dengan cara membersihkannya pada badan, pakaian dan tempat shalat. Kesucian ini adalah separuh dari iman. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.

.)203/1 ملسم هجرخأ( “ناَمْيِإْلا َرْطَش ُرْوُهَّطلا”

“Bersuci adalah separuh dari iman”.

Ketika seseorang mau melakukan ibadah kepada Allah seperti shalat, maka dia harus bersih dan suci dari hadats dan najis. Hadats adalah sesuatu yang lahir dari dalam diri manusia yang harus disucikan sebelum melaksanakan shalat. Dikatakan demikian karena hadats ini muncul dari dalam diri orang yang bersangkutan, seperti buang air kecil, buang air besar, kentut, tidur nyenyak, keluar wadli dan madhi yang disebut sebagai hadats kecil; dan keluar sperma, mimpi basah, haid, nifas dan bercampur suami-istri disebut sebagai

hadats besar. Agar seseorang dapat melaksanakan shalat, maka dia harus bersuci.

Ada dua alat bersuci yang disyariatkan oleh Islam, yaitu; 1) Air. Semua jenis air, baik yang turun dari langit maupun dikeluarkan oleh bumi pada asalnya adalah suci dan dapat mensucikan hadats dan najis, walaupun berubah rasanya, warnanya dan baunya oleh sesuatu yang suci. Berdasarkan hadits:

,يذمرتلاو دواد وبأ هجرخأ(“ٌءييَش ُهُسِّجَنُي اَل ٌرْوُهَط َءاَمْلا َّنِإ

)16/1 ينابلألا دواد يبأ ننس حيحص :رظناو ,دمحأ هححصو يئاسنلاو

“Sesungguhnya air adalah suci selama tidak ada sesuatu yang membutnya najis”.

Dalam hal ini air digunakan untuk mensucikan diri dari hadats dengan cara wudlu dan mandi; 2) Tanah yang suci. Tanah ini digunakan sebagai pengganti air apabila tidak ada air atau terjadi mudharat bila menggunakan air. Maka dalan hal ini, tanah menempati posisi air sebagai alat bersuci. Tentang cara dan alat bersuci ini disampaikan Allah dalam firman-Nya:

ْمُكَهوُجُو اوُل ِسْغاَف ِةاَلَّصلا ىَلِإ ْمُتْمُق اَذِإ اوُنَمَآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

ِنْيَبْعَكْلا ىَلِإ ْمُكَلُجْرَأَو ْمُكِسوُءُرِب اوُحَسْماَو ِقِفاَرَمْلا ىَلِإ ْمُكَيِدْيَأَو

ٌدَحَأ َءاَج ْوَأ ٍرَفَس ىَلَع ْوَأ ى َضْرَم ْمُتْنُك ْنِإَو اوُرَّهَّطاَف اًبُنُج ْمُتْنُك ْنِإَو

اوُمَّمَيَتَف ًءاَم اوُدِجَت ْمَلَف َءاَسِّنلا ُمُتْسَماَل ْوَأ ِطِئاَغْلا َنِم ْمُكْنِم

ُهَّللا ُديِرُي اَم ُهْنِم ْمُكيِدْيَأَو ْمُكِهوُجُوِب اوُحَسْماَف اًبِّيَط اًديِعَص

ْمُكْيَلَع ُهَتَمْعِن َّمِتُيِلَو ْمُكَرِّهَطُيِل ُديِرُي ْنِكَلَو ٍجَرَح ْنِم ْمُكْيَلَع َلَعْجَيِل

[6/ةدئاملا] َنوُرُك ْشَت ْمُكَّلَعَل

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak

122 Menjadi Muslim Paripurna

tanganmu sampai siku dan usaplah kepalamu dan basuhlah kakimu hingga kedua mata kaki. Dan jika kalian

junub maka hendaklah mandi. Jika kalian sakit atau dalam

perjalanan atau seseorang di antara kalian selesai buang air atau habis bercampur dengan istrinya, lalu tidak mendapatkan air,

maka bertayamumlah dengan tanah yang suci, maka usaplah

dengannya wajah dan tanganmu. Allah tidak menghendaki kalian mendapatkan kesulitan, tetapi Allah ingin mensucikan kalian dan menyempurnakan nikmat-Nya kepada kalian agar

kalian bersyukur”. (QS. Al-Maidah: 6)

Dengan demikian alat bersuci dari hadats bisa dibagi sebagai berikut:

1. Wudlu; 2. Mandi, dan;

3. Tayammum (sebagai pengganti wudlu dan mandi)

Kecil, seperti :

buang air besar/kecil Cara bersuci Wudlu

kentut, keluar wadi, madzi, tidur nyenyak

Hadats Pengganti Tayamum

Besar, seperti: Keluar sperma, haid,

nifas, mimpi basah Cara bersuci Mandi

bercampur suami-istri

1. Wudlu

Wudlu adalah cara bersuci yang wajib dikerjakan karena melakukan hadats kecil, seperti: buang air kecil, buang air besar, keluar angin (kentut), keluar wadi, madzi dan tidur nyenyak. Wadi adalah air putih hangat yang keluar setelah kencing, sementara madzi adalah air putih kental yang keluar ketika menghayalkan jima’ atau ketika terjadi permainan sebelum jima’.

Cara Berwudlu

a. Membaca bismillahirrahmanirrahim dengan niat ikhlas karena Allah

Sesuai dengan Sabda nabi:

ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق :َلاَق - ُهْنَع ُهَّللا َيِضَر - َةَرْيَرُه يِبَأ ْنَع

َمْسا ْرُكْذَي ْمَل ْنَمِل َءو ُضُو اَلَو ،ُهَل َءو ُضُو اَل ْنَمِل َةاَل َص اَل} :َمَّلَسَو ِهْيَلَع

.)هجام نباو ،دواد وبأو ،دمحأ هاور( {ِهَّللا

“Tidaklah sah shalat seseorang yang tidak berwudlu dan tidak sah wudlu seseorang yang tidak menyebut nama Allah”.

Menurut Syaikh al-Albani, dalam kitabnya “Tamamul

Minnah” juz 1/hlm 89, hadits ini dha’if tapi karena jum- lahnya yang sangat banyak dengan tiga jalan dan syawahid

yang banyak, maka menjadi kuat dan menunjukkan disy- ariatkannya membaca bismilah ketika wudlu.

Mengenai lafadz niat wudlu, tidak ada tuntunan apapun dari Nabi dan cerita sahabat. Dengan demikian, melafadzkan niat wudlu merupakan perkara baru yang tidak ada dasarnya dari syari’at. Karena itu, seseorang yang akan berwudlu cukup berniat dalam hati dengan ikhlas kerena Allah semata ketika melafadzkan

bismillahirrahmanirrahim.

b. Membasuh telapak tangan tiga kali

c. Menggosok gigi dengan siwak atau sikat gigi

d. Berkumur dan menghisap air dari hidung dan mengeg- luarkannya dengan telapak tangan sebelah, sebanyak tiga kali

ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص َلَخْدَأ َّمُث} - ِءو ُضُوْلا ِةَف ِص يِف - ٍدْيَز ِنْب ِهَّللا ِدْبَع ْنَع

{اًثاَلَث َكِلَذ ُلَعْفَي ،ٍدِحاَو ٍّفَك ْنِم َق َشْنَتْساَو َضَم ْضَمَف ،ُهَدَي َمَّلَسَو

ِهْيَلَع ٌقَفَّتُم

“Kemudian Nabi memasukkan tangannya, lalu berkumur dan memasukkan air (di hidung) dengan tangan sebelah. Dia mengerjakan itu sebanyak tiga kali”.

e. Membasuh muka tiga kali dengan mengusap sudut-sudut mata, menggosok, menyelai janggut dan melebihkannya f. Membasuh tangan beserta kedua siku dengan digosok

tiga kali, dimulai dari tangan kanan, menyelai jari dan melebihkannya

g. Mengusap kepala atau (ubun dan di atas surban) dengan cara menjalankan kedua telapak tangan dari ujung muka hingga tengkuk kemudian kembali lagi ke muka, lalu mengusap telinga sebelah luar dengan ibu jari dan sebelah dalamnya dengan telunjuk, sebagaimana wudlu Nabi. Mengenai cara mengusap kepala sekaligus telinga berdasarkan hadits:

ىَّتَح ،ِهِسْأَر ِمَّدَقُمِب َأَدَب ،َرَبْدَأَو اَمِهِب َلَبْقَأَف ،ِهْيَدَيِب ُهَسْأَر َحَسَم َّمُث

َلَسَغ َّمُث ،ُهْنِم َأَدَب ىِذَّلا ِناَكَمْلا ىَلِإ اَمُهَّدَر َّمُث ،ُهاَفَق ىَلِإ اَمِهِب َبَهَذ

)233 ص / 1 ج( - ىراخبلا حيحص) ِهْيَلْجِر

“Kemudian (Nabi saw.) mengusap kepalanya dengan kedua tangannya, maka ditariknya dari muka kemudian ke belakang. Beliau bermula dari bagian depan kepalanya lalu ditarik kedua tangannya ke arah belakang (pundak), kemudian menarik kembali ke tempat awal bermula, lalu membasuh kedua kakinya”.

(HR. al-Jama’ah, lafadz milik al-Bukhari)

Sementara cara mengusap telinga, terdapat hadits:

َحَسَمَو ،ِهْيَنُذُأ يِف ِنْيَتَحاَّبَّسلا ِهْيَعَب ْصإ َلَخْدَأَو ،ِهِسْأَرِب َحَسَم َّمُث

ُنْبا ُهَحَّح َصَو. ُّيِئاَسَّنلاَو دُواَد وُبَأ ُهَجَرْخَأ {ِهْيَنُذُأ َرِهاَظ ِهْيَماَهْبِإِب

َةَمْيَزُخ

jari telunjuknya ke dalam dua telinganya dan mengusapkan ibu jari pada bagian luar telinga dan mengusapkan kedua

telunjuknya kepada bagian dalam telinganya”. (HR. Abu

Dawud, al-Nasa’i dan disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah). Sedangkan cara Nabi mengusap kepala dengan hanya mengusup ubun dan di atas surban berdasarkan hadits:

ُهَّنإ} :ِظْفَلِب ِةَريِغُمْلا ِثيِدَح ْنِم ِّيِذِمْرِّتلاَو دُواَد يِبَأَو ٍمِلْسُم َدْنِعَو

{ِةَماَمِعْلا ىَلَعَو ِهِتَي ِصاَنِب َحَسَمَف َأَّضَوَت َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص

“Bahwasanya Nabi SAW.. berwudlu, lalu mengusap ubunnya

dan di atas surbannya”. (HR. Muslim, Abu dawud dan

Tirmidzi dari al-Mughirah).

Menurut Ibnu al-Qayyim, “berdasarkan hadits ini, maka tidak syah riwayat yang disandarkan pada nabi yang membatasi mengusap sebagian rambut semata. Karena itu, ketika seseorang mengusap ubun-ubunya maka hendaklah menyempurnakan dengan di atas surbannya pula. (Nailul Authar: Juz 1. Hlm 401)

Hal ini berarti ada dua alternatif cara mengusap kepala:

1) Mengusap seluruh kepala apabila dalam kondisi normal dan tidak bersurban

2) Mengusap ubun dan surbannya apabila dia tidak ingin melepas surbannya. Ini juga berlaku bagi perempuan yang memakai jilbab.

h. Membasuh kaki beserta dua mata kaki dengan digosok tiga kali, menyelai jari-jarinya, dimulai dari kanan dan melebihkannya

i. Mengusap atas kedua khuf (sepatu) sebagai ganti membasuh dua kaki, yang berlaku 1 hari bila di rumah

dan 3 hari bila dalam perjalanan

ُهُدْبَع اًدَّمَحُم َّنَأ ُدَهْشَأَو ،ُهَل َكيِرَش اَل ُهَدْحَو ُهَّللا اَّلإ َهَلإ اَل ْنَأ ُدَهْشَأ

ُهُلوُسَرَو

Doa wudlu ini berdasarkan hadits:

:َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّل َص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ُهْنَع ُهَّللا َيِضَر َرَمُع ْنَع

ُدَهْشَأ :ُلوُقَي َّمُث ،َءو ُضُوْلا ُغِبْسُيَف ،ُأَّضَوَتَي ٍدَحَأ ْنِم ْمُكْنِم اَم}

ُهُدْبَع اًدَّمَحُم َّنَأ ُدَهْشَأَو ،ُهَل َكيِرَش اَل ُهَدْحَو ُهَّللا اَّلإ َهَلإ اَل ْنَأ

اَهُّيَأ ْنِم ُلُخْدَي ،ِةَيِناَمثلا ِةَّ

َّنَجْلا ُباَوْبَأ ُهَل ْتَحِتُف اَّلإ ،ُهُلوُسَرَو

ُّيِذِمْرِّتلاَو ،ْهَجاَم ُنْباَو ،دُواَد وُبَأَو ،ٌمِلْسُم ُهَجَرْخَأ {َءاَش

“Dari Umar RA. Berkata: Rasulullah saw. Bersabda: “Siapapun dari kalian berwudlu lalu menyempurnakan wudlunya kemudian berdo’a; ‘aku bersaksi tidak ada tuhan kecuali Allah yang maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhamamd adalah hamba dan rasulnya’ maka akan dibuka baginya 8 pintu surga, dia bisa masuk dari manapun yang dikehendakinya”.

Sedangkan tambahan doa:

َنيِرِّهَطَتُمْلا ْنِم يِنْلَعْجاَو َنيِباَّوَّتلا ْنِم يِنْلَعْجا َّمُهَّللا

adalah tambahan dari al-Tirmidzi, tapi mulanya berasal dari al-Bazzar dan at-Thabrani dalam kitab “al-Ausath” dari jalan Tsauban. Doa yang ditambahkan pada wudlu tersebut terdapat “idltirab” (keguncangan), sehingga sebagian ulama mencukupkan do’a wudlu hanya dengan

syahadatain (Subulus Salam/1/163)

2. Mandi

Mandi adalah cara bersuci yang wajib dilakukan karena melakukan hadats besar, seperti junub (keluar sperma, mimpi

basah, bercampur suami-istri), haid, nifas, atau ketika hari jum’ah atau hari raya dan seseorang yang masuk Islam. Tata Cara Mandi

a. Mencuci kedua tangan dengan niat ikhlas karena Allah b. Membasuh kemaluan dengan tangan kiri

c. Berwudlu secara sempurna (seperti wudlu untuk shalat) d. Memasukkan jari-jari ke pangkal rambut dengan wangi-

wangian

e. Menuangkan air ke kepala dimulai sebelah kanan kemudian yang kiri hingga rata di badan

f. Membasuh kaki dengan mendahulukan yang kanan Berdasarkan hadits Aisyah RA:

َنِم َلَسَتْغااَذِا َناَك َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص َّىِبَّنلا َّنَا َةَشِئاَع نع

ِهِلاَمِش ىَلَع ِهِنْيِمَيِب ُغِرْفَي َّمُث ِهيَدَي ُلِسْغَيَف ُأَدْبَي ِةَباَنَجلا

َلِخْدُيَو َءاَملا ُذُخْأَي َّمُث ِةَالَّصلِل ُهَئو ُضُو ُأ

َّضَوَتَي َّمُث ُهَجْرَف ُلَسَتْغَيَف

ىَلَع َنَفَح َأَرْبَتْسا ْدَق ْنَا ىَاَر اَذِا ىَّتَح ِرْعشلا ِلو ُصُا ىِف ُهَعِبا َصَاَّ

.ِهيَلْجِر َلَسَغ َّمُث ِهِدَسَج ِرِئاَس ىَلَع َضاَفَا َّمُث ٍتاَيَثَح َثَالَث ِهِسْأَر

.ٌمِلْسُم َو ُّىِراَخُبلا هَجَرْخَا

“Dari ’Aisyah r.a. bahwa Nabi saw. apabila mandi karena junub, ia mulai membasuh kedua tangannya, kemudian menuangkan dengan kanannya pada kirinya, lalu mencuci kemaluannya, lalu berwudlu sebagai wudlunya untuk shalat; kemudian mengambil air dan memasukkan jarijarinya di pangkal rambutnya sehingga apabila ia merasa bahwa sudah merata, ia siramkan air untuk kepalanya tiga tuangan, lalu meratakan seluruh badannya;

kemudian membasuh kedua kakinya”. (Diriwayatkan oleh

3. Tayamum

Tayamum adalah cara bersuci yang boleh dilakukan dengan mengunakan tanah/debu sebagai pengganti wudlu dan mandi, karena tidak ada air atau tidak memungkinkan menggunakan air, seperti kemarau panjang, di atas pesaw..at, atau tidak bisa menggunakan air karena sedang dalam kondisi berbahaya bila menggunakan air, seperti sakit tetanus, cacar air, luka bakar atau dalam perjalanan.

Tata Cara Tayamum

a. Meletakkan tangan ke tanah kemudian meniupnya dengan ikhlas karena Allah sambil berdo’a bismillahirrahmanirrahim

b. Mengusap muka

c. Mengusap tangan (hanya sampai pergelangan, bukan siku) sebelah menyebelah, yaitu tangan kiri diusapkan pada punggung telapak tangan kanan dan tangan kanan diusapkan pada punggung telapak tangan kiri

ُهَّللا ىَّلَص ُّيِبَّنلا يِنَثَعَب :َلاَق اَمُهْنَع ُهَّللا َيِضَر ٍرِساَي ِنْب ِراَّمَع ْنَع

ِديِعَّصلا يِف تْغَّرَمَتَف َءاَمْلا ْدِجَأ ْمَلَف ،تْبَنْجَأَف ٍةَجاَح يِف َمَّلَسَو ِهْيَلَع

ُهَل تْرَكَذَف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص َّيِبَّنلا تْيَتَأ َّمُث ،ُةَّباَّدلا ُغَّرَمَتَت اَمَك

ِهْيَدَيِب َبَرَض َّمُث اَذَكَه كْيَدَيِب َلوُقَت ْنَأ كيِفْكَي اَمَّنإ} :َلاَقَف .َكِلَذ

ِهْيَّفَك َرِهاَظَو ،ِنيِمَيْلا ىَلَع َلاَمِّشلا َحَسَم َّمُث ،ًةَدِحاَو ًةَبْرَض َضْرَأْلا

.ٍمِلْسُمِل

ُظْفَّللاَو . ِهْيَلَع ٌقَفَّتُم {ُهَهْجَوَو

Rasulullah saw. Bersabda: “Engkau hanya cukup melakukan dengan tanganmu seperti ini, kemudian Nabi menupuk tanah dengan sekali tepukan kemudian tangan kiri mengusap yang kanan, pada (punggung) telapak tangannya dan wajahnya”. Ini merupakan lafadz dari Muslim yang mendahulukan tangan dari

pada wajah. Sementara riwayat al-Bukhari mendahulukan

َحَسَم َّمُث ،اَمِهيِف َخَفَنَو ، َضْرَأْلا ِهْيَّفَكِب َبَرَضَو} :ِّيِراَخُبْلِل ٍةَياَوِر يِفَو

.{ِهْيَّفَكَو ُهَهْجَو اَمِهِب

“Nabi menepuk tanah dengan kedua telapak tangannya, dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah dan kedua (punggung) telapak tangannya”.

Dari kedua hadits tersebut nampak bahwa tayamum yang benar dilakukan dengan cara menepukkan telapak tangan dengan satu tepukan lalu mengusap wajah dan kedua punggung telapak tangan, bukan dengan cara menepuk dua tepukan dan mengusap tangan hingga kedua siku. Memang ada riwayat yang menyebutkan itu tapi lemah. Berikut riwayat tersebut:

ِهْيَلَع ُهَّللا ىَّلَص ِهَّللا ُلوُسَر َلاَق :َلاَق اَمُهْنَع ُهَّللا َيِضَر َرَمُع ِنْبا ْنَعَو

ىَلإ ِنْيَدَيْلِل ٌةَبْرَضَو ،ِهْجَوْلِل ٌةَبْرَض

:ِناَتَبْرَض ُمُّمَيَّتلا}

َمَّلَسَو

ُةَّدِع ُهاَنْعَم يِفَو ُهَفْقَو ُةَّمِئَأْلا َحَّحَصَو ،ُّيِنْطُقَراَّدلا ُهاَوَر {ِنْيَقَفْرِمْلا

ُةَدْمُعْلاَف ٌةَفيِع َض ْوَأ ،ٌةَفوُقْوَم اَّمإ ْلَب ؛ٍةَحيِح َص ُرْيَغ اَهُّلُك ٍتاَياَوِر

ِمُّمَيَّتلا ُباَب» :َلاَقَف ،ِهِحيِح َص يِف ُّيِراَخُبْلا َمَزَج ِهِبَو ،ٍراَّمَع ُثيِدَح

«ِنْيَّفَكْلاَو ِهْجَوْلِل

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah bersabda: “tayamum itu dua tepukan; pertama untuk wajah dan kedua untuk kedua tangan hingga dua siku”. (HR. al-Daruquthni, dan para imam hadits membenarkan bahwa hadits ini mauquf. Ini berarti bahwa beberapa riwayat yang semakna semuanya tidak sahih, bahkan maukuf atau dla’if. Karena itu, yang bisa dijadikan pegangan adalah hadits Ammar di atas. Karena itulah al-Bukhari dalam kitab sahihnya menegaskan dengan judul “Bab Tayamum untuk

wajah dan kedua telapak tangan”). (Subulus Salam/Juz 1/

Dalam dokumen MENJADI MUSLIM PARIPURNA (Halaman 126-136)