• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

2. Hakikat Keterampilan Membaca

Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap individu, karena dengan membaca seseorang akan mendapatkan banyak informasi atau pengetahuan yang dibutuhkan. Dalam pembelajaran bahasa

16

asing proses belajar mengajar tidak lepas dari aktivitas membaca dan membaca merupakan kegiatan yang paling utama untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Adapun demikian banyak sekali definisi-definisi tentang membaca dari para ahli antara lain sebagai berikut di bawah ini.

Menurut Alwi, dkk (2003: 83) membaca adalah (1) melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati, (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, (3) mengucapkan, (4) mengetahui, (5) memperhitungkan atau memahami. Sedangkan menurut Wahyuni dan Ibrahim (2012: 33), membaca adalah proses yang meliputi proses fisik dan psikologis.

Selanjutnya, Hardjono (1988: 49) mengungkapkan membaca merupakan suatu aktivitas komunikatif, di mana ada hubungan timbal balik antara si pembaca dengan isi teks tersebut dan taraf kualitas dan kuantitasnya ditentukan oleh pendidikan pembaca, inteligensi, lingkungan dan kemampuan berbahasa asing. Hal senada juga diungkapkan oleh Subyakto (1993: 164) membaca adalah suatu aktivitas yang rumit atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya.

Nurgiyantoro (2010: 244) membaca adalah aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Definisi serupa juga dikemukakan oleh Somadyo (2011: 1), membaca merupakan kegiatan interaktif untuk memetik dan memahami makna yang terkandung dalam bahan tertulis.

Harjasujana (1996: 5) mendefinisikan membaca adalah kemampuan yang kompleks. Pembaca tidak hanya memandangi lambang-lambang tertulis semata, melainkan berupaya memahami makna lambang-lambang tertulis tersebut.

17

Menurut Carter (dalam Wiryodijoyo, 1989: 1) pengertian membaca adalah proses berpikir, yang termasuk di dalamnya mengartikan, menafsirkan arti, dan menerapkan ide- ide dari lambang. Hal senada juga dikemukakan oleh Lewy (1984: 501), “reading implies the analysis of written symbols of language with the purpose of extracting meaning…” membaca berarti menganalisa simbol-simbol tertulis dalam suatu bahasa dengan tujuan untuk memahami artinya. Ketiga definisi di atas memberi penekanan yang sama yaitu bahasa dan grafis atau tertulis.

Iskandarwassid & Sunendar (2009: 246) menyatakan membaca merupakan kegiatan untuk mendapatkan makna dari apa yang tertulis dalam teks. Untuk keperluan tersebut, selain perlu menguasai bahasa yang digunakan, seorang pembaca perlu mengaktifkan berbagai proses mental dalam kognisinya. Selanjutnya, Götz (2009 : 532) memberikan penafsirannya tentang pengertian membaca, “Lesen ist etwas Geschriebenes ansehen und den Inhalt erfassen”. Adapun maksud dari pernyataan tersebut, membaca adalah melihat sesuatu yang telah dituliskan atau digambarkan dan memahami isinya.

Menurut Nuriadi (2008: 29) membaca adalah proses yang melibatkan aktivitas fisik dan mental. Salah satu aktivitas fisik dalam membaca adalah saat pembaca menggerakkan mata sepanjang baris-baris tulisan dalam sebuah teks bacaan. Membaca melibatkan aktivitas mental yang dapat menjamin pemerolehan pemahaman menjadi maksimal. Membaca bukan hanya sekadar menggerakkan bola mata dari margin kiri ke kanan tetapi jauh dari itu, yakni aktivitas berpikir untuk memahami tulisan demi tulisan.

18

Hodgson (1990: 8) mendefinisikan membaca adalah suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan satu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan agar makna kata- kata secara individual akan dapat diketahui baik secara tersirat maupun tersurat. Hodgson menekankan inti dari kegiatan membaca yang merupakan proses penerimaan sebuah pesan melalui tulisan. Jika pesan itu tidak tersampaikan, maka proses membaca tadi tidak terlaksana dengan baik.

Lado (1976: 132) menyatakan bahwa membaca ialah memahami pola- pola bahasa dari gambaran tertulisnya. Hal tersebut dipahami berdasarkan kesalahan dan kesulitan yng dihadapi siswa saat mempelajari bahasa asing. Lado beranggapan bahwa terkadang terjadi kontradiksi dalam pembelajaran membaca dalam bahasa asing. Bahwa simbol tertulis yang dimiliki oleh bahasa asing atau bahasa kedua belum tentu dapat dimengerti oleh siswa, sehingga memberikan pola pelafalan yang salah. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pola- pola dalam gambaran dianggap penting. Gambaran tertulis yang dimaksud dalam hal ini adalah wacana tertulis yang terdiri dari kumpulan kata dan huruf pembentuk kata.

Dari definisi-definisi tersebut, terdapat beraneka ragam batasan mengenai membaca, semua memberi penekanan yang sama yaitu perihal memahami isi bacaan, sehingga dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan memahami suatu bacaan yang berisi pesan atau informasi tertulis yang disampaikan penulis kepada pembaca dan yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah kemampuan memahami isi, informasi, atau pesan yang terkandung di dalam bacaan.

19

Menurut Wiryodijoyo (1989: 1) membaca merupakan salah satu keterampilan dasar yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Munby (dalam Subyakto, 1988: 45), menyebutkan bahwa keterampilan membaca melibatkan beberapa keterampilan yang lebih kecil diantaranya adalah sebagai berikut.

(1) mengenal ortografi teks, (2) mengambil kesimpulan mengenai makna kata-kata yang menggunakan butir-butir leksis (kosa kata) yang belum dikenal, (3) memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara eksplisit, (4) memahami informasi yang diberikan dalam bacaan secara implisit, (5) memahami makna koseptual, (6) memahami fungsi komunikatif kalimat dalam bacaan, (7) memahami kaitan-kaitan unsur dalam kalimat, (8) memahami kaitan-kaitan antara bagian-bagian suatu teks melalui strategi kohesi leksis.

Menurut Miller (dalam Wiryodijoyo, 1989: 11), membaca adalah sebuah perkembangan yang belum lama dimajukan dalam sejarah bahasa. Proses membaca secara keseluruhan sangat kompleks. Proses ini melibatkan keseluruhan pribadi pembaca: ingatan, pengalaman, otak, pengetahuan, kemampuan bahasa, keadaan psikologis dan emosional, dan sebagai masukan pancaindera melalui mata.

Nuttal (1988: 5) ”Reading means getting out of the text as nearly as possible the message that the writer put into it” jadi, membaca berarti sedekat mungkin mendapatkan pesan yang diberikan oleh penulis. Dengan kata lain, membaca juga merupakan proses komunikasi antara penulis dan pembaca teks. Penulis mengemukakan ide, gagasan, pemikiran, fakta, dll melalui simbol, lambang, kode, ataupun kata-kata dalam bahasa tertentu (encoding). Kemudian pembaca melalui proses (decoding) memahami teks yang berisi pesan penulis ataupun informasi-informasi yang mereka perlukan.

20

Zints (dalam Wiryodijoyo, 1989: 10-11) mendefinisikan ada empat tahap dalam proses membaca yaitu: (1) persepsi adalah kemampuan membaca kata sebagai satu kesatuan. (2) pemahaman adalah kemampuan untuk memahami arti kata seperti yang terbaca dalam konteks. (3) reaksi adalah tindakan yang ditimbulkan berkenaan dengan apa yang dikatakan oleh penulis. (4) integrasi adalah kemampuan untuk memahami pikiran atau konsep penulis. Keempat tahap ini saling bergantung satu sama lain dalam proses membaca.

Menurut Burns, Roe dan Ross (dalam Wahyuni, 2012: 33) proses kegiatan membaca meliputi: (1) mengamati simbol- simbol tulisan, (2) menginterprestasi apa yang diamati, (3) mengikuti aturan yang bersifat linier baris kata- kata yang tertulis, (4) menghubungkan kata- kata dan makna dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunya, (5) membuat inferensi dan evaluasi materi yang dibaca, (6) membangun asosiasi dan (7) menyikapi secara personal kegiatan atau tugas membaca sesuai dengan interesnya.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses membaca adalah proses interaksi, yang melibatkan keseluruhan pribadi pembaca, yang didukung oleh pancaindera sebagai faktor yang terpenting dalam membaca. Proses membaca juga merupakan proses komunikasi antara pembaca dan penulis, agar ide, gagasan, pemikiran, fakta, pesan-pesan atau informasi-informasi dari penulis dapat dipahami dan tersampaikan maksud serta tujuannya dengan baik.

Subyakto (1988:145) membaca ditujukan untuk memahami isi atau pesan yang terkandung dalam suatu bacaan seefisien mungkin. Selanjutnya, Djiwandono

21

(dalam Wahyuni, 2012: 33) tujuan pokok dari pelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa adalah kemampuan memahami isi bacaan.

Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 289) tujuan pembelajaran membaca bagi peserta didik tingkat pemula, yaitu: (1) mengenali lambang- lambang (simbol- simbol bahasa), (2) mengenali kata dan kalimat, (3) menumukan ide pokok dan kata- kata kunci, (4) menceritakan kembali isi bacaan pendek.

Fowler (dalam Wahyuni: 2012: 33) berpendapat tujuan pembelajaran membaca sebagai berikut.

(1) suatu program pembelajaran membaca bertujuan untuk; (a) menambah kecepatan dan memperbaiki pemahaman, (b) mengajar peserta didik bagaimana mengadaptasi membaca dengan variasi bahan bacaan, (c) memperbaiki pembacaan bagi semua keterampilan berbahasa; (2) suatu latihan membaca untuk dapat mengapresiasi dan memperoleh kesenangan estetis dari karya sastra; (3) program individual yang ditujukan untuk mendorong peserta didik agar membaca sebanyak- banyaknya dan memungkinkan peserta didik untuk dapat mengembangkan diri menjadi pembaca yang teliti sepanjang hayatnya. Subyakto (1993: 113) tujuan utama kegiatan membaca ada tiga butir yang terpenting, yaitu: (1) membaca untuk memperoleh keterangan atau informasi baru (pemahaman isi atau pesan), (2) membaca untuk belajar teknik (atau keterampilan membaca), (3) membaca untuk belajar bahasa, yaitu untuk meningkatkan pengetahuan tentang bahasa dan kemampuan dalam menggunakan bahasa itu.

Berdasarkan uraian tentang tujuan membaca tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan membaca pada dasarnya adalah untuk memahami makna isi bacaan, memperoleh pesan-pesan atau informasi-informasi yang terdapat di dalamnya demi menambah ilmu pengetahuan dan mengambil

22

kesimpulan yang berarti. Dengan demikian, peserta didik di harapkan dapat mengenali lambang- lambang (simbol- simbol bahasa), mengenali kata dan kalimat, menemukan ide pokok atau kata kunci, mampu membuat dan menjawab pertanyaan secara tepat serta dapat menceritakan kembali isi bacaan.