• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Konflik a. Pengertian Konflik

Dalam dokumen HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE (Halaman 48-56)

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Hakikat Novel

3. Hakikat Konflik a. Pengertian Konflik

Kehadiran beberapa tokoh dalam suatu cerita memungkinkan terjadinya interaksi di antara mereka. Interaksi antar tokoh-tokoh tersebut seringkali menimbulkan konflik, yaitu situasi ketika tokoh-tokoh itu mengalami konfrontasi dan benturan dengan faktor-faktor baik yang ada di dalam maupun di luar diri mereka. Dalam suatu cerita fiksi, konflik yang muncul dapat berupa konflik yang timbul antara tokoh utama dengan tokoh lain. Antara tokoh dan lingkungannya,

commit to user

masyarakat, atau nasib, dan konflik antara tokoh lain dengan dirinya sendiri, yang biasanya dapat berupa pertentangan fisik, mental, emosi, atau moral.

Konflik merupakan bagian penting dalam pengembangan cerita. Di dalam teori pengkajian fiksi, konflik diartikan pada sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh cerita dan jika tokoh-tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, tokoh-tokoh itu tidak akan memilih peristiwa itu menimpa dirinya. Seperti yang dikemukakan oleh Stanton yaitu peristiwa dan konflik berkaitan erat dan merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya konflik, sebaliknya karena terjadi konflik, peristiwa lain dapat bermunculan sebagai akibatnya. Konflik demi konflik yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi semakin meningkat (Nurgiyantoro, 2005: 123-124).

Dengan demikian dalam pandangan kehidupan normal orang akan memilih untuk menghindari konflik dan menginginkan kehidupan dengan tenang. Konflik dapat terjadi dalam kehidupan, oleh karena itu keberadaannya dalam sebuah alur cerita merupakan sesuatu yang wajar dan manusiawi. Konflik yang kuat biasanya berkaitan dengan persoalan manusia yang penting dan melibatkan aspek kehidupan. Konflik dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi di luar diri seseorang, baik konflik dengan orang lain, konflik dengan alam, ataupun konflik dengan masyarakat.

2) Sedangkan konflik internal adalah konflik yang muncul dari dalam diri seseorang. Pada umumnya seiring dengan munculnya konflik eksternal, maka muncullah konflik internal.

Konflik akan muncul ketika seseorang berada di bawah tekanan untuk memutuskan dua atau lebih pilihan yang bertentangan datang secara bersamaan. Di dalam ilmu psikologi konflik semacam ini diatur menurut nilai positif dan nilai negatif dari pilihan kita masing-masing. Ketika suatu pilihan mempunyai tujuan yang positif, maka hal tersebut mengarah pada kecenderungan mendekat. Sebaliknya ketika suatu pilihan mempunyai tujuan yang negatif, maka hal tersebut mengarah pada kecenderungan menjauh. Dari uraian di atas dapat ditarik

commit to user

kesimpulan, bahwa konflik dalam karya fiksi dapat muncul dalam berbagai bentuk. Rangkaian konflik-konflik tersebut menarik dan menciptakan keinginan pembaca. Karena hal-hal yang ditampilkan berhubungan dengan manusia dan berbagai permasalahannya.

Nurgiyantoro (2005) mengatakan bahwa “konflik batin adalah konflik yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita” (hlm: 124). Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri atau permasalahan intern seorang manusia, misalnya hal tersebut terjadi karena akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan atau masalah-masalah lainnya. Konflik-konflik tersebut dapat sekaligus terjadi dan dialami oleh seorang tokoh cerita dalam waktu yang sama. Tingkat kompleksitas konflik yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi dalam banyak hal, menentukan kualitas, intensitas, dan ketertarikan karya tersebut. Sebenarnya bahwa kegiatan menulis cerita dapat membangun dan mengembangkan konflik tersebut. Konflik itu sendiri dapat dicari, ditemukan, diimajinasikan, dan dikembangkan berdasarkan konflik yang terdapat di dunia nyata.

Konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang bertentangan menguasai dari individu sehingga mempengaruhi tingkah laku. Konflik memiliki arti ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh). Sedangkan batin, memiliki arti yang terdapat di dalam hati, yang mengenal jiwa (perasaan hati). Jadi konflik batin merupakan pertentangan yang terdapat dalam hati seseorang akibat adanya dua atau lebih gagasan atau keinginan yang menyebabkan pertentangan tersebut dan berpengaruh terhadap perilaku seorang individu.

Berkaitan dengan proses terjadinya konflik batin, Rohadi mengemukakan bahwa jika merujuk pada struktur dan dinamika kepribadian yang dibangun Sigmund Freud, maka munculnya konflik batin ini diakibatkan oleh pertentangan dari unsur-unsur kepribadian id, ego, dan superego. Sebagaimana diuraikan bahwa id berisi dorongan-dorongan insting; ego berisi pikiran-pikiran rasional

commit to user

manusia yang sesuai dengan realitas yang dihadapi; dan superego berisi sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat di mana individu berada. Sepanjang hidup, manusia selalu mengalami konflik dari unsur-unsur kepribadian tersebut. Konflik yang sering terjadi adalah pertentangan antara id dan superego, ego sebagai penengahnya. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki ego lemah akan mengalami konflik batin yang tidak terselesaikan dengan baik. Selanjutnya, konflik batin yang tidak terselesaikan dapat mendorong terjadinya konflik individu dengan individu lainnya (2007).

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, penelitian terhadap novel Hafalan Shalat Delisa karena di dalam novel tersebut tokoh-tokohnya terutama tokoh utamanya mengalami perkembangan dan perubahan kepribadian secara dinamis. Perkembangan atau perubahan-perubahan kepribadian tokoh-tokoh itu disebabkan adanya konflik-konflik yang rumit. Konflik-konflik yang disebabkan oleh rangkaian peristiwa yang menyedihkan, secara langsung dan tidak langsung ikut memengaruhi atau mengubah kepribadian tokoh. Konflik-konflik yang terjadi pada tokoh itulah yang kemudian ditelusuri dan dipahami dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.

b. Aspek Konflik Manusia dalam Psikologi

Di dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya keadaan kejiwaan, karena manusia senantiasa berpikir dan memperlihatkan perilaku yang beragam. Psikologi itu mempelajari aktivitas-aktivitas individu, pengertian aktivitas dalam arti luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Karakter para tokoh yang berkenaan dengan pengungkapan konflik pada tokoh utama dapat diuraikan melalui psikologi. Oleh karena itu, psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas, di mana tingkah laku dan aktivitas-aktivitas itu sebagai pengaruh hidup kejiwaan. Terlebih di zaman kemajuan teknologi, manusia mengalami konflik kejiwaan yang bermula dari sikap kejiwaan tertentu serta bermuara juga ke permasalahan kejiwaan. Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif

commit to user

yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

Konflik pada manusia dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologi seseorang, seperti yang telah dikemukakan oleh Indirawati yaitu pada umumnya setiap manusia memiliki banyak kebutuhan yang ingin selalu dipenuhinya dalam hidup. Kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Tetapi dalam kehidupan nyata kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak selalu dapat dipenuhi. Keadaan itulah yang sering kali membuat manusia merasa tertekan secara psikologi. Respon dari perasaan tertekan itu dimanifestasikan manusia dalam bentuk perilaku yang bermacam-macam tergantung sejauh mana manusia itu memandang masalah yang sedang dihadapi. Jika masalah yang dihadapinya itu dipandang negatif oleh manusia, maka respon perilakunya pun negatif, seperti yang diperlihatkan dalam bentuk-bentuk perilaku neurotis dan patologis. Sebaliknya, jika persoalan yang dihadapi itu dipandang positif oleh mereka yang mengalami, maka respon perilaku yang ditampilkan pun bisa dalam bentuk penyesuaian diri yang sehat dan cara-cara mengatasi masalah yang konstruktif (2006).

Lewin membedakan beberapa situasi yang menimbulkan konflik pada manusia, yaitu :

1) Approach-Approach Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami oleh individu, karena individu menghadapi dua motif yang sama-sama mengandung nilai positif (menyenangkan) yang dapat menimbulkan respon positif dari individu. Dalam hal ini individu harus mengambil salah satu.

2) Approach Avoidance Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami individu, karena dalam waktu bersamaan individu menghadapi motif positif (menyenangkan) dan negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Dalam hal ini individu harus mengambil keputusan apakah motif tersebut diterima atau ditolak.

3) Avoidance-Avoidance Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat. Dalam hal ini individu harus mengambil salah satu.

commit to user

4) Double Approach Avoidance Conflict yaitu situasi konflik yang dialami individu, karena individu menghadapi dua motif negatif (penolakan) dan dua motif positif (penerimaan) yang sama kuat.

Dalam menghadapi keadaan ini, individu harus mengambil salah satu objek. Bila individu menghadapi bermacam-macam motif ada beberapa kemungkinan respon yang dapat diambil yaitu:

a) Pemilihan atau penolakan

Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi di mana individu arus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi. Jika antara bermacam-macam situasi itu jelas bedanya maka pemilihan yang tegas tidak akan banyak mengalami kesulitan tetapi makin kecil perbedaan antara bermacam-macam objek itu, individu akan semakin sulit dalam mengambil keputusan, sehingga individu akan mengalami konflik.

b) Kompromi

Jika individu menghadapi dua macam situasi, kemungkinan individu dapat mengambil respon yang bersifat kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam situasi tersebut. Tetapi tidak semua respon dapat diambil respon atau keputusan yang kompromi. Dalam hal yang akhir individu harus mengambil pemilihan atau penolakan dengan tegas.

c) Meragu-ragukan atau bimbang

Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek atau situasi mempunyai nilai-nilai yang positif maupun negatif, keduanya mempunyai sifat yang menguntungkan, tetapi juga mempunyai sifat yang merugikan. Kebimbangan dapat menimbulkan perasaan yang mengacaukan. Keadaan ini dapat diatasi dengan cara mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan pemeriksaan yang sangat teliti, segala untung ruginya (Walgito, 1989:155).

Batin atau hati nurani manusia memiliki hubungan dengan pembentukan kepribadian, karena di dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya batin berfungsi sebagai hakim yang adil, apabila di dalam kehidupan manusia itu mengalami konflik, pertentangan atau keragu-raguan di dalam akan bertindak tentang sesuatu.

commit to user

Berkaitan antara hubungan batin dengan pembentukan kepribadian manusia, Al-Salameh mengemukakan bahwa kecerdasan Interpersonal: kemampuan untuk memahami suasana hati orang lain, perasaan, motivasi, dan niat. Ini termasuk keterampilan seperti menanggapi secara efektif untuk orang lain dengan cara pragmatis, seperti mendapatkan siswa atau rekan untuk berpartisipasi dalam sebuah proyek, kemampuan untuk menemukan dan memahami kondisi psikologis orang lain, motif, keinginan dan perasaan, untuk merespon yang sesuai cara, peka terhadap ekspresi wajah, nada suara dan gerak tubuh (2012).

Selain sebagai alat pengontrol, batin berfungsi sebagai alat pembimbing, untuk membawa pribadi dari keadaan yang biasa ke arah pribadi yang akan mudah sekali dikenal oleh masyarakat. Misalnya pribadi yang bertanggungjawab, berdisiplin, konsekuen, adil dan sebagainya. Kemampuan interpersonal termasuk kemampuan untuk memahami suasana hati orang lain, perasaan, motivasi, dan niat. Ini termasuk keterampilan seperti menanggapi secara efektif untuk orang lain dengan cara pragmatis, seperti kemampuan untuk menemukan dan memahami kondisi psikologis orang lain, motif, keinginan dan perasaan, untuk menanggapi dengan cara yang pantas, peka terhadap ekspresi wajah, suara nada dan gerak tubuh.

c. Aspek Konflik dalam Sastra

Berdasarkan kajian sastra, situasi konflik manusia dapat diketahui melalui sikap dan perilaku tokoh dengan menghubungkan peristiwa yang terjadi. Peristiwa dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan konflik pada hakikatnya merupakan peristiwa. Ada peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dan dengan terjadinya konflik, peristiwa-peristiwa lain juga dapat muncul, sebagai akibatnya. Sebenarnya orang membutuhkan cerita tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan batinnya, memperkaya pengalaman jiwanya. Dalam hal ini, pengarang yang mempunyai sifat peka, reaktif, dan menghayati kehidupan ini secara lebih intensif, menyadari kebutuhan

commit to user

tersebut. Maka, pengarang sengaja mengangkat cerita dengan menampilkan berbagai peristiwa plot yang menarik.

Pembahasan aspek konflik dalam sastra tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Stanton, yaitu bentuk peristiwa dalam sebuah cerita dapat berupa peristiwa fisik maupun batin. Peristiwa fisik melibatkan aktivitas fisik, ada interaksi antara seorang tokoh cerita dengan sesuatu yang di luar dirinya, tokoh lain atau lingkungan. Peristiwa batin adalah sesuatu yang terjadi dalam batin atau hati seorang tokoh. Kedua bentuk peristiwa tersebut saling berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain. Bentuk konflik tersebut sebagai bentuk kejadian yang dibedakan menjadi konflik internal dan konflik eksternal (Nurgiyantoro, 2005:123-124).

Situasi konflik tokoh terdiri dari konflik internal dan konflik eksternal. Situasi konflik yang ditimbulkan manusia dalam sastra dapat dilihat dalam bagan berikut:

Gambar 2.1 Situasi Konflik yang Ditimbulkan Manusia Dalam Sastra

Konflik internal merupakan situasi timbulnya konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi tanpa adanya interaksi dengan sesuatu di luar dirinya, sehingga konflik internal lebih ke arah kondisi pribadi manusia itu sendiri. Konflik internal terjadi dalam seorang individu yang disebabkan oleh dua keinginan yang berbeda yang disebut sebagai konfik kejiwaan atau konflik batin. Konflik tersebut disebabkan oleh dua keinginan yang

Konflik Fisik Konflik Internal Konflik manusia Konflik Eksternal Konflik Sosial

commit to user

saling bertentangan dalam jiwanya atau kekecewaan karena apa yang diharapkan seorang tokoh tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Konflik eksternal merupakan situasi timbulnya konflik yang dialami manusia dengan sesuatu di luar dirinya. Pengaruh lingkungan alam dan manusia dalam kehidupan merupakan wujud konflik eksternal tersebut. Konflik eksternal manusia dibedakan menjadi konflik fisik atau elemental dan konflik sosial. Konflik fisik merupakan situasi timbulnya konflik yang disebabkan adanya pertentangan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya, manusia tidak bisa menguasai atau memanfaatkan serta membudidayakan alam sekitar sebagaimana mestinya konflik sosial merupakan situasi timbulnya konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia.

Dalam dokumen HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE (Halaman 48-56)

Dokumen terkait