• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Berikut merupakan beberapa definisi lembar kerja siswa menurut beberapa ahli :

1) Andi Prastowo mengungkapkan “LKS yaitu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai”.6

2) Diknas (2004) dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar “Lembar Kerja Siswa (Student work sheet) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik”.7

3) Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin mengungkapkan

“Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk dan langkah untuk menyelesaikan suatu tugas”.8

4) Trianto mengungkapkan “Lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.9 5) Yusminar Afifah Noor “LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian

rupa sehingga siswa dapat belajar secara mandiri”.10

6) Menurut Azhar arsyad “Lembar kerja siswa sebagai sumber belajar dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran. LKS termasuk media cetak

6Andi Prastowo, Panduan Kreatif membuat bahan ajar Inovatif, (Yogyakarta: Dipa Press, 2011), h. 204.

7Depertemen Pendidikan Nasional. Panduan pengembangan bahan ajar, (Jakarta:

Depertemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 13

8Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 32.

9Trianto, op.cit., h. 222

10Yusminar Afifah Noor .“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inquiri Terbimbing Untuk Memfasilitasi Pemahaman Konsep Materi Sistem Persamaan Dua Variabel”, Skripsi . Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h.2. tidak dipublikasikan.

visual”.11

Dari beberapa definisi yang diungkap di atas dapat disimpulkan bahwa LKS cetak adalah alat bantu berupa lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang dikerjakan oleh siswa dan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

b. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS disusun dengan materi-materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, mengakibatkan LKS memiliki lima bentuk diantaranya :12

1) LKS yang Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep

LKS jenis ini memuat apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu guru harus merumuskan langkah yang harus dilakukan siswa, kemudian siswa diminta mengamati fenomena hasil kegiatannya. Selanjutnya, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan analisis yang membentu siswa untuk mengaitkan fenomena yang siswa amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam diri siswa.

2) LKS yang Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang telah ditemukan

Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk melakukan diskusi kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab. Maka hal ini telah memberikan sebuah jalan bagi terimplementasikannya nilai-nilai demokratis dalam diri siswa.

11Azhar Arsyad, op. cit., h. 29.

12Andi Prastowo, op. cit., h. 208.

9

3) LKS yang Berfungsi sebagai Penuntun Belajar

LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remidiasi.

4) LKS yang Berfungsi sebagai Penguatan

LKS bentuk ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu.

Materi dalam LKS ini lebih mengarah pada pengalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. Selain sebagai pembelajaran pokok, LKS ini juga cocok untuk pengayaan.

5) LKS yang Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum

LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content) dari LKS.13

Dalam buku pengembangan sumber belajar untuk SMP tercantum dua jenis LKS untuk pembelajaran IPA yaitu:

1) LKS untuk eksperimen berupa petunjuk untuk melaksanakan praktikum yang menggunakan alat-alat dan bahan-bahan.

2) LKS non eksperimen berupa lembar kerja yang memuat teks yang menuntut siswa melakukan kerja diskusi suatu materi pembelajaran.

Setiap LKS memiliki sistematika tersendiri. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sistematika penulisan LKS eksperimen pada umumnya pada umumnya terdiri dari:14

a) Pengantar, berisi uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari melalui Kerja praktikum.

b) Tujuan, memuat tujuan yang ingin dicapai dari hasil kerja praktikum c) Alat dan bahan.

d) Langkah kerja, yaitu instruksi untuk melakukan kerja praktikum.

13Andi Prastowo, op. cit., h. 208-211.

14Popi Kamalia, op. cit., h. 32.

praktikum.

f) Pertanyaan, berupa pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan kesimpulan.

Pada penelitian ini, LKS berbasis inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis LKS eksperimen serta LKS yang bertujuan untuk menemukan konsep tertentu. LKS ini di dalamnya memuat petunjuk untuk menemukan suatu konsep melalui eksperimen. LKS ini diharapkan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika konsep hukum Newton menjadi lebih baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Tujuan Penyusunan LKS

Penyusunan LKS dalam pembelajaran memiliki tujuan tertentu diantaranya:

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian belajar siswa.

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa.15

Tujuan penyusunan LKS berbasis penemuan terbimbing ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui proses penemuan terbimbing.

d. Fungsi LKS

Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar dapat memiliki peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik khususnya pada pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan LKS memiliki fungsi

15Andi Prastowo, op. cit., h. 206.

11

tertentu dalam proses pembelajaran. Fungsi LKS dalam proses belajar mengajar ada dua yaitu:

1) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa.

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.

4) Memudahkan pelaksanaan pembelajaran pada siswa.16

e. Manfaat Penggunaan LKS

Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:17

1) Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

2) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3) Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.

4) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

5) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kerja belajar.

6) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kerja belajar secara sistematis

Berdasarkan penjelasan tentang manfaat serta keuntungan dari penyusunan LKS, penyusunan LKS berbasis inkuiri terbimbing ini akan memberikan manfaat.

Manfaat tersebut diantaranya untuk mengarahkan pengajaran, memperkenalkan suatu kerja tertentu sebagai variasi belajar mengajar, memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kerja penemuan, berusaha membangkitkan minat belajar peserta didik, serta menumbuhkan kemandirian siswa.

16Ibid., h.205-206

17Manfaat, tujuan dan Jenis LKS, diakses pada tanggal 29 Maret 2015,

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2270772-manfaat-tujuan-dan-jenis-lks/)

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis 1992 : 41-46).

1) Syarat- syarat didaktik

Mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kerja siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

2) Syarat konstruksi

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu siswa.

3) Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS

Sedangkan menurut Diknas (2004) terdapat langkah-langkah dalam penyusunan LKS adalah sebagai berikut:18

1) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS.

Langkah yang dimaksud untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi pokok yang diajarkan.

18Andi Prastowo, Op. cit., h. 212.

13

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat skuensi atau urutan LKS. Skuensi LKS sangat dubutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.

3) Menetukan Judul LKS

Perlu kita ketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi pokok, atau penglaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak telalu besar.

4) Penulisan LKS

Dalam penulisan LKS, langkah-langkah yang dilakukan diantaranya, merumuskan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian, menyusun materi dan memperhaikan struktur LKS.

3. Hakikat Inkuiri Terbimbing a. Pengertian Inkuiri Terbimbing

Menurut Zulfiani, model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme atau pengajaran meliputi sumber belajar, subjek pembelajar, lingkungan belajar dan kurikulum.19 Arends mengemukakan bahwa “Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran yang digunakan dalam pengelolaan kelas”.20 Sedangkan menurut Trianto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mengembangkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.21 Setiap guru dapat menggunakan model pembelajaran yang berbeda, model pembelajaran yang dipilih tentunya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta sesuai dengan karakteristik siswa.

19Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet, 1, h. 117.

20Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka), Cet. 1., h .4.

21Ibid., h. 2

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.22 Menurut Burner dalam Trianto, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.23 Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.24

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa berperan secara langsung dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman melalui sintak yang sesuai dengan model pembelajaran inkuiri. Sehingga siswa dapat mengingat lebih lama dibandingkan dengan yang tidak mengalami langsung proses pembelajaran tersebut.

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran di sekolah bagi guru dan siswa, Ada beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran inkuiri yaitu:25

Pertama, model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

Kedua, seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

Ketiga, tujuan dari inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan pemikiran sebagai bagian dari proses mental.

22Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Kencana Prenanda Media Grup, 2011), h.119

23Trianto., op.cit., h.26.

24Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung: Fajar Intrepratama Offset, 2006), Cet, 6. h. 194.

25Ibid., h.194-195.

15

c. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Trianto, Tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari enam fase. Secara ringkas kerja guru dan siswa selama proses pembelajaran model inkuiri dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri26

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan

memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan 4. Melakukan percobaan untuk

memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

5. Megumpulkan dan menganilisis data

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

26 Trianto, op. cit., h. 172.

Model pembelajaran inkuiri sangat dianjurkan karena memiliki banyak kelabihan diantaranya;

1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

2) Dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar sendiri dengan cara belajar mereka.

3) Model ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dikarenakan adanya pengalaman.

4) Model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan-kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan lemah belajar.

Disamping memiliki keunggulan, model pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan, diantaranya sebagai berikut;

1) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2) Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering kesulitan menyesuaikan dengan waktu yang telah disesuaikan.

3) Selama inkuiri digunakan maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan pembelajaran.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar mengajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan setiap guru.

17

e. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Moh. Amien jenis-jenis model pembelajaran inkuiri terdiri dari tujuh jenis, diantaranya yaitu:

1) Guided Inquiry Lab . Lesson

Pada model inkuiri jenis ini sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan masalah.

2) Modified Inquiry

Guru hanya memberikan masalah dan biasanya menyediakan bahan atau alat-alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.

3) Free Inquiry

Kegiatan free inkuiri dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti bagaimana memecahkan suatu masalah dan telah memperoleh pengetahuan yang cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified inkuiri.

4) Invitation Into Inquiry

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist, melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, membuat grafik.

5) Inquiry Role Approach

Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim yang masing-masing terdiri atas empat anggota untuk memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut koodinator tim, penasihat teknis, pencatat data dan evaluator proses.

Pendekatan dengan menggunakan Pictorial Riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan-peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kreatif dan kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle.

7) Synectics Lesson

Pada dasarnya synectics memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.

e. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) 1) Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan salah satu inkuiri dimana guru menyediakan materi dan bahan serta permasalahan untuk penyelidikan.

Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru juga memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka lebih lanjut.

Irfan Naufal Umar dan Sajap Maswan mendefinisikan inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta siswa membuat generalisasi, guru bertindak sebagai fasilitator yang mencetuskan persoalan-persoalan

19

untuk merangsang siswa.27 Istilah “guided inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan inkuiri guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

2) Tingkatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Wina Sanjaya menguraikan tentang tahap pembelajaran inkuiri terbimbing yang diikuti sebagai berikut :28

a) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam strategi pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

i. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

ii. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

iii. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

27Irfan Naufal Umar dan Sajap Maswan, Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran Berdasarkan Web, Pusat Teknologi Pengajaran dan Multimedia, Universiti Sains Malaysia, h. 3

28Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 202-205.

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:

i. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.

ii. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.

iii. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung dalam rumusan masalah.

21

c) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu

Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu

Dokumen terkait