• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI HUKUM NEWTON SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI HUKUM NEWTON SKRIPSI"

Copied!
282
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

I F A N I R F I A N D I 1110016300023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2015 M

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada konsep hukum Newton. Penelitian dilakukan di SMA N 1 Gegesik, Cirebon, pada tahun pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen semu dengan nonequivalent control group design. Menggunakan teknik purposive sampling siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Digunakan uji statistik uji-t dengan N = 67 derajat kebebasan (dk) 65 pada taraf signifikansi 5 % didapat nilai t

tabel

1,67, dan nilai t

hitung

1,70. Nilai t

hitung

> t

tabel

, sehingga H

o

ditolak.

Diperoleh hasil, terdapat pengaruh lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa pada konsep hukum Newton. Rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan pembelajaran konvensional. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih unggul pada jenjang kognitif C3 dan C4. Hasil respon siswa terhadap LKS inkuiri pada kategori baik sekali dengan persentase sebesar 86%.

Kata Kunci : Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Terbimbing, Hasil Belajar

(6)

v ABSTRACT

Ifan irfiandi (1110016300023). “The Effect of student worksheet based guided inkuiri to student learning outcomes SMA on Newton Law”. Skripsi of Physics Education Program, Science Education Departement, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

The aim of this research was to know the effect student worksheet based guided inkuiri to student learning outcomes SMA on Newton Law. This research was held at SMAN 1 Gegesik a years 2014/2015. The research method was quasy experiment with nonequivalent control group design and the technique of sampling is purpossive sampling, 1 experiment group and 1 control group. used t- test at a significance level of 5% with N = 67 the data posttest. The result is a value of t

count

= 1,70 while the value t

table

= 1,67. Price of t

count

higer than t

table

. So that the null hypothesis (H

0

) are rejected and hypothesis of research (H

hitung

) is received. The results of this research can be conclude, the implementation of student worksheet based guided inkuiri influence on student learning outcomes in a Newton law concepts. Average student learning result that uses worksheet based guided inkuiri higer than the average student learning result whithout the use of student worksheet based guided inkuiri. Experimental student learning result are superior in improving the ability of Aplaying (C3) and analizing (C4). Learning to use the worksheet based guided inkuiri has the carrying capacity of the learning process in excellent categories in the percentage of 86%.

Keywords: Student Worksheet, Guided Inkuiri, Learning Outcomes.

(7)

vi

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat serta umatnya yang senantiasa berada dalam lindungan-Nya.

Skripsi ini dapat terselesaikan bukan semata-mata karena kemampuan peneliti saja. Atas ridho Allah SWT, penulis dapat menulis skripsi yang berjudul

“Pengaruh Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Konsep Hukum Newton”.

Selama melaksanakan kegiatan penelitian dan menyusun skripsi, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, penulis dengan ketulusan hati menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Iwan Permana Suwarna, M. Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus penasihat akademik.

4. Drs. Hasian Pohan, M. Si, selaku dosen pembimbing I. Terima kasih atas ilmu, didikan, dorongan, semangat, waktu luang yang diberikan untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Devi Solehat, M. Pd, selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas ilmu,

didikan, dorongan, semangat, waktu luang yang diberikan untuk

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(8)

vii

6. Para dosen dan staf jurusan pendidikan IPA, khususnya Program Studi Pendidikan Fisika, yang telah memberikan ilmu yang sangat banyak selama proses perkuliahan.

7. H. Kosnadi A.,S.Pd., M.M. Pd, selaku kepala SMA N 1 Gegesik, Cirebon, yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang bapak pimpin.

8. Kety Rohaeti, S.Pd selaku guru bidang studi fisika SMA N 1 Gegesik, Cirebon yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Ayah dan Ibu tercinta yang kasih sayangnya tak terbatas. Senantiasa menjadi obat dari segala lelah dan pemicu untuk menjadi yang terbaik. Tak lupa untuk adikku tercinta Regi febi afianti, terima kasih atas segala do’a, dan semangat yang diberikan

10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Fisika angkatan 2010 yang telah memberikan bantuan, inspirasi dan motivasi.

11. Teman-teman di GAMMA (Gabungan Mahasiswa Muslim Fisika), ka Kasim, dan adik kelas terimakasih, Do’a, Motivasi dan dukungan yang luar biasa untuk penulis

12. Keluarga di KAHFI Motivator School, yang memberikan motivasi dan dukungan yang luar biasa untuk penulis

Semoga segala bentuk bantuan, dorongan, saran dan bimbingan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini sangat dinantikan.

Penulis berharap semoga skripi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASYAH ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis ... 6

1. Hakikat Belajar ... 6

2. Hakikat Lembar Kerja Siswa ... 7

3. Hakikat Inkuiri Terbimbing... 13

4. Hasil Belajar ... 22

5. Hukum Newton ... 26

B. Penelitian Relevan ... 28

C. Kerangka Berpikir ... 30

D. Hipotesis Penelitian ... 33

(10)

ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode Penelitian ... 34

C. Desain Penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Populasi dan Sampel ... 35

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

H. Instrumen Penelitian ... 36

1. Instrumen Tes ……….. ... 37

2. Instrumen Non Tes……… .. 38

I. Kalibrasi Instrumen ... 39

1. Uji Validitas ... 40

2. Uji Reabilitas ... 41

3. Uji Taraf Kesukaran ... 42

4. Daya Pembeda ... 43

J. Teknik Analisis Data Tes ... 45

1. Uji Prasyarat Analisis ... 45

a. Uji Normalitas ... 45

b. Uji Homogenitas... 47

2. Uji Normalitas Gain ... 47

3. Analisis Data ... 48

K. Analisis Data Nontes ... 50

L. Hipotesis Statistik ... 51

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 52

1. Hasil Pretest ... 52

2. Hasil Posttest ... 54

3. Rekapitulasi Data Hasil Pretest dan Posttest ... 55

a. Hasil Pretest dan Posttest ... 55

(11)

x

c. Hasil Uji Hipotesis………. .. 59 5. Hasil Analisis Data Nontes... 60 a. Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa 60 b. Hasil Analisis Data Angket ……… 61 B. Pembahasan Hasil Penelitian... 63

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 15

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 38

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 39

Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 40

Tabel 3.6 Hasil Uji Validasi Instrumen Tes ... 41

Tabel 3.7 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen... 42

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 42

Tabel 3.9 Kategori Tingkat Kesukaran ... 43

Tabel 3.10 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 43

Tabel 3.11 Kategori Daya Pembeda... 44

Tabel 3.12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 44

Tabel 3.13 Kategori N-Gain ... 47

Tabel 3.14 Kriteria Nilai t ... 49

Tabel 3.15 Nilai Pernyataan Positif dan Negatif ... 50

Tabel 3.16 Kriteria Interval ... 50

Tabel 4.1 Ukuran Pemusatan Dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas kontrol dan Kelas eksperimen ... 53

Tabel 4.2 Ukuran pemusatan dan penyebaran data hasil posttest ……... 54

Tabel 4.3 Ukuran pemusatan dan penyebaran data pretest dan posttest ... 55

Tabel 4.4 Hasil perhitungan uji normalitas kai kuadrat pretest dan posttest 58 Tabel 4.5 Hasil perhitungan uji homogenitas pretest dan posstest ... 58

Tabel 4.6 Hasil perhitungan uji hipotesis pretest dan posttest ... 59

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa……… 60

Tabel 4.8 Hasil Angket Respon Siswa Terhadap LKS Berbasis Inkuiri

Terbimbing.………..………... 61

(13)

xii

Gambar 2.2 Mendorong Mobil Dengan Ukuran yang Berbeda ... 27 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 32 Gambar 4.1 Diagram distribusi frekuensi hasil pretest

kelas kontrol dan eksperimen ... 52 Gambar 4.2 Diagram distribusi frekuensi hasil posttest kelas kontrol dan Eksperimen ... 54 Gambar 4.3 Diagram hasil pretest dan posttest kelas kontrol dan kelas

Eksperimen pada jenjang kognitif ... 56

Gambar 4.4 Peningkatan hasil belajar fisika siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen ... 57

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perangkat Pembelajaran ... 69

1. RPP Kelas Eksperimen ... 69

2. RPP Kelas Kontrol ... 87

3. Soal Evaluasi ... 104

4. LKS Kelas Eksperimen ... 114

5. LKS Kelas Kontrol ... 144

Lampiran B Instrumen Penelitian ... 154

1. Instrumen Tes ... 154

a. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 154

b. Instrumen Tes ... 155

2. Analisis Hasil Uji Instrumen ... 182

a. Soal Uji Coba Instrumen Tes ... 182

b. Uji Reliabilitas Soal ... 182

c. Uji Daya Pembeda ... 182

d. Uji Taraf Kesukaran ... 185

e. Uji Validasi Butir Soal ... 185

c. Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar ... 191

d. Soal Instrumen Tes Penelitian ... 192

e. Kisi-kisi Instrumen Nontes ... 199

f. Instrumen Nontes Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 200

g. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 203

h. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 204

i. Lembar Validitas Isi LKS ... 208

(15)

xiv

b. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ... 220

3. Hasil Posttest ... 223

4. Uji Normalitas Hasil Posttest ... 231

c. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ... 231

d. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ... 234

5. Uji Homogenitas Hasil Pretest ... 237

6. Uji Homogenitas Hasil Posttest ... 240

7. Uji Hipotesis Hasil Pretest ... 251

8. Uji Hipotesis Hasil Posttest ... 254

9. Data Hasil Angket Respon Siswa ... 255

Lampiran D Surat-surat Penelitian

1. Surat Permohonan Izin Penelitian

2. Surat Keterangan Penelitian

3. Lembar Uji Referensi

4. Biodata Penulis

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, semakin maju tingkat pendidikan seseorang, maka semakin maju pula tingkat pemikiran dan pemahaman manusia itu sendiri. Oleh karena itu pengembangan dan pembaharuan dalam pendidikan perlu dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Kualitas pendidikan sendiri terkait dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu diperlukan kreativitas dan ide baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Salah satu bentuk kreativitas dan ide baru tersebut dengan mengembangkan perangkat pembelajaran. “Perangkat pembelajaran dapat didefinisikan perangkat yang digunakan dalam proses pembelajaran”.

1

Perangkat pembelajaran yang digunakan di sekolah salah satunya yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). “Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar dan petunjuk pelaksanaan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai”.

2

Berdasarkan survai wawancara yang dilakukan pada tanggal 15-19 Juli 2014 di 3 SMA berakreditasi A di wilayah kabupaten Cirebon, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2013/2014 Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) rata-rata untuk pelajaran fisika adalah 75. Namun hasil belajar siswa masih dibawah nilai KKM. Rendahnya hasil belajar disebabkan beberapa faktor diantaranya pembelajaran masih bersifat konvensional dan sumber belajar yang digunakan kurang inovatif. Adapun sumber balajar yang digunakan di sekolah adalah buku paket, berbantukan LKS. Penulis mendapatkan beberapa kelemahan dari LKS yang dibeli dari penerbit diantara kelemahanya adalah konten materi yang kurang lengkap, kurangnya kegiatan eksperimen dan terlalu banyak soal-

1Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 201.

2Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), h. 204.

(17)

soal. Menurut guru fisika LKS yang baik adalah LKS yang lengkap dari segi materi, soal-soal yang tersedia sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang dipelajari, serta LKS yang didalamnya terdapat eksperimen karena siswa lebih termotivasi untuk belajar dan dapat meningkatkan keterampilan dalam bereksperimen, hanya saja alokasi waktu dan peralatan yang kurang memadai menjadi kendala.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada siswa, diperoleh informasi bahwa dalam belajar siswa mengguankan LKS dan buku paket, serta bahan ajar yang disiapkan guru. Siswa tidak menyukai belajar dengan menggunakan buku paket karena terlalu banyak materi, sehingga siswa sulit untuk mendapatkan inti dari materi yang diajarkan. Siswa senang menggunakan LKS karena LKS menyajikan materi yang lebih sedikit sehingga siswa lebih mudah mendapatkan inti pelajaran.

Merujuk pada hasil observasi dan wawancara di atas, sudah sepatutnya proses pembelajaran di kelas lebih banyak dilakukan eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan di atas adalah strategi pembelajaran inkuiri. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) merupakan rangkaian kerja pembelajaran yang menekankan pada proses belajar secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan dengan cara tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi hiuristik, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu hiuriskein yang berarti saya menemukan.

3

Pembelajaran inkuiri memiliki karakteristik dimana dalam proses pembelajaran siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dalam melakukan aktifitas eksperimen, memungkinkan ide siswa berperan dalam suatu penyelidikan (investigasi) yang akan dilakukan oleh siswa (Henrichsen & Jarrett)

4

. Namun tidak semua siswa mampu melakukan eksperimen secara mandiri menyusun ide-

3Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2011), h. 196

4Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:

Lembaga penelitian UIN, 2009), h. 119

(18)

3

ide serta merumuskan ide tersebut menjadi sebuah konsep. oleh karena itu dibutuhkan bantuan dan bimbingan guru, maka pembelajaran inkuiri yang dianggap tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA adalah guide inquiry (inkuiri terbimbing).

Strategi pembelajaran inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan penemuan, fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang banyak melakukan eksperimen dalan proses pembelajaranya, salah satu materi fisika yang banyak membutuhkan eksperimen adalah materi hukum Newton.

Hukum Newton membahas tentang fenomena gerak benda ditinjau dari penyebab geraknya, pada konsep ini dibutuhkan eksperimen dan demonstrasi sederhana.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin menerapkan penggunaan LKS pada pembelajaran fisika. Karena LKS dapat membuat proses belajar mengajar berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi mandiri. LKS yang digunakan adalah lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hasil belajar tersebut dapat tercapai dengan menggunakan bahan ajar yang materi pelajaran terarah pada percobaan dan eksperimen.

Namun demikian perlu diteliti apakah dengan diterapkannya pembelajaran

menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing dapat berpengaruh terhadap

peningkatan hasil belajar fisika siswa. Untuk mendapatkan jawaban yang telah

diuraikan di atas, maka penulis melakukan penelitian dan menuliskannya dalam

skripsi yang berjudul :“Pengaruh Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri

Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA pada Materi Hukum

Newton”.

(19)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah, yaitu:

1. Nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran fisika konsep hukum Newton masih rendah, yaitu 50,84 (di bawah nilai KKM mata pelajaran Fisika sebesar 75).

2. Pembelajaran fisika masih dengan pembelajaran konvensional.

3. LKS yang digunakan siswa masih memiliki banyak kekurangan, antara lain;

kurang lengkap ditinjau dari segi materi, banyak materi kurang dipahami, banyak rumus, banyak soal-soal, kurang menyajikan eksperimen.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajarn konvensional dalam penelitian ini adalah pembelajaran fisika yang disajikan melalui metode eksperimen dan diskusi kelompok.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam penelitian ini menurut Wina Sanjaya yang meliputi tahap: Orientasi, Perumusan masalah, Merumuskan hipotesis, Mengumpulkan data, Menguji hipotesis, Merumuskan kesimpulan.

3. Hasil belajar yang di ukur dalam penelitian ini hanya mengukur hasil tes kognitif siswa. Ranah kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi bloom yang telah direvisi oleh Lorin. W Anderson dkk, yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan analisis (C4).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh lembar kerja siswa berbasis inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep hukum Newton?

2. Bagaimana respon siswa terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing ?

(20)

5

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mengetahui pengaruh LKS berbasis inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar siswa SMA pada konsep hukum Newton.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran fisika siswa di kelas.

2. Menambah wawasan mengenai bahan ajar yang dapat dikembangkan terutama pada pengajaran fisika.

3. Sebagai informasi bagi pihak sekolah dalam memilih sumber belajar yang tepat dan sesuai dengan kemampuan anak didiknya dan situasi serta keadaan lingkungannya.

4. Setakeholder dapat menerapkan, menyebarkan ke masyarakat pendidikan.

(21)

6 1. Hakikat Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap manusia sepanjang hidupnya. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi degan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.

1

Menurut Ernes ER. Hilgard, mendefinisikan belajar sebagai berikut:

“learning is the process by which an activity original or is cargeed throught training procedures ( whether in laboratory or in the natural environments ) as distinguished from changes by factor not attributable to training”. Artinya seseorang dikatakan belajar ketika dapat melakukan sesuatu dengan cara latihan sehingga yang bersangkutan berubah

2

. Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Terlibat proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

3

Gagne menyatakan bahwa belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses pertumbuhan.

4

Bedasarkan gagasan di atas disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang kompleks yang terjadi dalam diri manusia yang disebabkan interaksinya dengan lingkungan sehingga mengalami perubahan tingkah laku. Proses belajar mengajar yang inovatif didukung dengan adanya perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang diperlukan dalam mengelola proses belajar mengajar dapat berupa: silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen evaluasi atau Tes Hasil Belajar (THB), media pembelajaran, serta buku ajar siswa.

5

1Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pres, 2013), h. 1.

2Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 4.

3Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 18

4Yatim Riyanto. Op. cit., h. 5.

5Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2009), h. 201.

(22)

7

2. Hakikat Lembar Kerja Siswa

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

Berikut merupakan beberapa definisi lembar kerja siswa menurut beberapa ahli :

1) Andi Prastowo mengungkapkan “LKS yaitu bahan ajar cetak berupa lembar- lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai”.

6

2) Diknas (2004) dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar “Lembar Kerja Siswa (Student work sheet) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik”.

7

3) Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin mengungkapkan

“Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk dan langkah untuk menyelesaikan suatu tugas”.

8

4) Trianto mengungkapkan “Lembar kerja siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.

9

5) Yusminar Afifah Noor “LKS merupakan materi ajar yang dikemas sedemikian

rupa sehingga siswa dapat belajar secara mandiri”.

10

6) Menurut Azhar arsyad “Lembar kerja siswa sebagai sumber belajar dapat digunakan sebagai alternatif media pembelajaran. LKS termasuk media cetak

6Andi Prastowo, Panduan Kreatif membuat bahan ajar Inovatif, (Yogyakarta: Dipa Press, 2011), h. 204.

7Depertemen Pendidikan Nasional. Panduan pengembangan bahan ajar, (Jakarta:

Depertemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 13

8Poppy Kamalia Devi, Renny Sofiraeni, dan Khairuddin, Pengembangan Perangkat Pembelajaran, (Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA), 2009), h. 32.

9Trianto, op.cit., h. 222

10Yusminar Afifah Noor .“Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inquiri Terbimbing Untuk Memfasilitasi Pemahaman Konsep Materi Sistem Persamaan Dua Variabel”, Skripsi . Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2014, h.2. tidak dipublikasikan.

(23)

visual”.

11

Dari beberapa definisi yang diungkap di atas dapat disimpulkan bahwa LKS cetak adalah alat bantu berupa lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang dikerjakan oleh siswa dan merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

b. Jenis-jenis Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS disusun dengan materi-materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu. Adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi pada masing-masing LKS tersebut, mengakibatkan LKS memiliki lima bentuk diantaranya :

12

1) LKS yang Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep

LKS jenis ini memuat apa yang (harus) dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu guru harus merumuskan langkah yang harus dilakukan siswa, kemudian siswa diminta mengamati fenomena hasil kegiatannya. Selanjutnya, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan analisis yang membentu siswa untuk mengaitkan fenomena yang siswa amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam diri siswa.

2) LKS yang Membantu Siswa Menerapkan dan Mengintegrasikan Berbagai Konsep yang telah ditemukan

Di dalam sebuah pembelajaran, setelah siswa berhasil menemukan konsep, siswa selanjutnya dilatih untuk menerapkan konsep yang telah dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara memberi tugas kepada siswa untuk melakukan diskusi kemudian meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab. Maka hal ini telah memberikan sebuah jalan bagi terimplementasikannya nilai-nilai demokratis dalam diri siswa.

11Azhar Arsyad, op. cit., h. 29.

12Andi Prastowo, op. cit., h. 208.

(24)

9

3) LKS yang Berfungsi sebagai Penuntun Belajar

LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku. LKS ini juga sesuai untuk keperluan remidiasi.

4) LKS yang Berfungsi sebagai Penguatan

LKS bentuk ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu.

Materi dalam LKS ini lebih mengarah pada pengalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. Selain sebagai pembelajaran pokok, LKS ini juga cocok untuk pengayaan.

5) LKS yang Berfungsi sebagai Petunjuk Praktikum

LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content) dari LKS.

13

Dalam buku pengembangan sumber belajar untuk SMP tercantum dua jenis LKS untuk pembelajaran IPA yaitu:

1) LKS untuk eksperimen berupa petunjuk untuk melaksanakan praktikum yang menggunakan alat-alat dan bahan-bahan.

2) LKS non eksperimen berupa lembar kerja yang memuat teks yang menuntut siswa melakukan kerja diskusi suatu materi pembelajaran.

Setiap LKS memiliki sistematika tersendiri. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sistematika penulisan LKS eksperimen pada umumnya pada umumnya terdiri dari:

14

a) Pengantar, berisi uraian singkat tentang materi yang akan dipelajari melalui Kerja praktikum.

b) Tujuan, memuat tujuan yang ingin dicapai dari hasil kerja praktikum c) Alat dan bahan.

d) Langkah kerja, yaitu instruksi untuk melakukan kerja praktikum.

13Andi Prastowo, op. cit., h. 208-211.

14Popi Kamalia, op. cit., h. 32.

(25)

praktikum.

f) Pertanyaan, berupa pertanyaan yang dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan kesimpulan.

Pada penelitian ini, LKS berbasis inkuiri terbimbing adalah salah satu jenis LKS eksperimen serta LKS yang bertujuan untuk menemukan konsep tertentu. LKS ini di dalamnya memuat petunjuk untuk menemukan suatu konsep melalui eksperimen. LKS ini diharapkan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika konsep hukum Newton menjadi lebih baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Tujuan Penyusunan LKS

Penyusunan LKS dalam pembelajaran memiliki tujuan tertentu diantaranya:

1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.

2) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

3) Melatih kemandirian belajar siswa.

4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa.

15

Tujuan penyusunan LKS berbasis penemuan terbimbing ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika melalui proses penemuan terbimbing.

d. Fungsi LKS

Penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar dapat memiliki peluang yang lebih besar kepada siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik khususnya pada pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan LKS memiliki fungsi

15Andi Prastowo, op. cit., h. 206.

(26)

11

tertentu dalam proses pembelajaran. Fungsi LKS dalam proses belajar mengajar ada dua yaitu:

1) Sebagai bahan ajar yang dapat meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa.

2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.

3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih.

4) Memudahkan pelaksanaan pembelajaran pada siswa.

16

e. Manfaat Penggunaan LKS

Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

17

1) Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.

2) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

3) Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.

4) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.

5) Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kerja belajar.

6) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kerja belajar secara sistematis

Berdasarkan penjelasan tentang manfaat serta keuntungan dari penyusunan LKS, penyusunan LKS berbasis inkuiri terbimbing ini akan memberikan manfaat.

Manfaat tersebut diantaranya untuk mengarahkan pengajaran, memperkenalkan suatu kerja tertentu sebagai variasi belajar mengajar, memberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kerja penemuan, berusaha membangkitkan minat belajar peserta didik, serta menumbuhkan kemandirian siswa.

16Ibid., h.205-206

17Manfaat, tujuan dan Jenis LKS,

diakses pada tanggal 29 Maret 2015,

(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2270772-manfaat-tujuan-dan-jenis-lks/)

(27)

Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis 1992 : 41-46).

1) Syarat- syarat didaktik

Mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kerja siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.

2) Syarat konstruksi

Syarat-syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu siswa.

3) Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS

Sedangkan menurut Diknas (2004) terdapat langkah-langkah dalam penyusunan LKS adalah sebagai berikut:

18

1) Melakukan Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum merupakan langkah pertama dalam penyusunan LKS.

Langkah yang dimaksud untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisisnya dilakukan dengan cara melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi pokok yang diajarkan.

18Andi Prastowo, Op. cit., h. 212.

(28)

13

2) Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis serta melihat skuensi atau urutan LKS. Skuensi LKS sangat dubutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan.

3) Menetukan Judul LKS

Perlu kita ketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi- kompetensi dasar, materi pokok, atau penglaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu kompetensi dasar dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi tersebut tidak telalu besar.

4) Penulisan LKS

Dalam penulisan LKS, langkah-langkah yang dilakukan diantaranya, merumuskan kompetensi dasar, menentukan alat penilaian, menyusun materi dan memperhaikan struktur LKS.

3. Hakikat Inkuiri Terbimbing a. Pengertian Inkuiri Terbimbing

Menurut Zulfiani, model adalah rencana atau pola yang dapat dipakai untuk merancang mekanisme atau pengajaran meliputi sumber belajar, subjek pembelajar, lingkungan belajar dan kurikulum.

19

Arends mengemukakan bahwa “Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam pembelajaran yang digunakan dalam pengelolaan kelas”.

20

Sedangkan menurut Trianto model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mengembangkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

21

Setiap guru dapat menggunakan model pembelajaran yang berbeda, model pembelajaran yang dipilih tentunya harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta sesuai dengan karakteristik siswa.

19Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), Cet, 1, h. 117.

20Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka), Cet. 1., h .4.

21Ibid., h. 2

(29)

penemuan melalui proses berpikir secara sistematis.

22

Menurut Burner dalam Trianto, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik.

23

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

24

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa berperan secara langsung dalam menemukan pengetahuan atau pemahaman melalui sintak yang sesuai dengan model pembelajaran inkuiri. Sehingga siswa dapat mengingat lebih lama dibandingkan dengan yang tidak mengalami langsung proses pembelajaran tersebut.

b. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri memiliki peranan yang penting dalam proses pembelajaran di sekolah bagi guru dan siswa, Ada beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran inkuiri yaitu:

25

Pertama, model pembelajaran inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

Kedua, seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

Ketiga, tujuan dari inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan pemikiran sebagai bagian dari proses mental.

22Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Kencana Prenanda Media Grup, 2011), h.119

23Trianto., op.cit., h.26.

24Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Bandung: Fajar Intrepratama Offset, 2006), Cet, 6. h. 194.

25Ibid., h.194-195.

(30)

15

c. Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Trianto, Tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari enam fase. Secara ringkas kerja guru dan siswa selama proses pembelajaran model inkuiri dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1. Tahap Pembelajaran Inkuiri

26

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan atau masalah

Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan di papan. Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan

memproiritaskan hipotesis mana yang menjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan 4. Melakukan percobaan untuk

memperoleh informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan informasi melalui percobaan

5. Megumpulkan dan menganilisis data

Guru memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan.

26 Trianto, op. cit., h. 172.

(31)

Model pembelajaran inkuiri sangat dianjurkan karena memiliki banyak kelabihan diantaranya;

1) Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna.

2) Dapat memberi ruang kepada siswa untuk belajar sendiri dengan cara belajar mereka.

3) Model ini dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku dikarenakan adanya pengalaman.

4) Model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan-kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan lemah belajar.

Disamping memiliki keunggulan, model pembelajaran inkuiri juga memiliki kelemahan, diantaranya sebagai berikut;

1) Sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

2) Memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering kesulitan menyesuaikan dengan waktu yang telah disesuaikan.

3) Selama inkuiri digunakan maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan pembelajaran.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar mengajar ditentukan oleh kemampuan

siswa menguasai materi pembelajaran, maka SPI akan sulit diimplementasikan

setiap guru.

(32)

17

e. Jenis-jenis Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Moh. Amien jenis-jenis model pembelajaran inkuiri terdiri dari tujuh jenis, diantaranya yaitu:

1) Guided Inquiry Lab . Lesson

Pada model inkuiri jenis ini sebagian perencanaan dibuat oleh guru. Guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak merumuskan masalah.

2) Modified Inquiry

Guru hanya memberikan masalah dan biasanya menyediakan bahan atau alat-alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut.

3) Free Inquiry

Kegiatan free inkuiri dilakukan setelah siswa mempelajari dan mengerti bagaimana memecahkan suatu masalah dan telah memperoleh pengetahuan yang cukup tentang bidang studi tertentu serta telah melakukan modified inkuiri.

4) Invitation Into Inquiry

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah sebagaimana cara-cara yang lazim diikuti scientist, melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua kegiatan sebagai berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis, menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, membuat grafik.

5) Inquiry Role Approach

Inquiry Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan

siswa dalam tim yang masing-masing terdiri atas empat anggota untuk

memecahkan invitation into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas

suatu peranan yang berbeda-beda sebagai berikut koodinator tim, penasihat

teknis, pencatat data dan evaluator proses.

(33)

Pendekatan dengan menggunakan Pictorial Riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar atau peragaan- peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kreatif dan kreatif siswa. Suatu riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan riddle.

7) Synectics Lesson

Pada dasarnya synectics memusatkan pada keterlibatan siswa untuk membuat berbagai macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksanakan karena metafora dapat membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.

e. Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) 1) Definisi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan salah satu inkuiri dimana guru menyediakan materi dan bahan serta permasalahan untuk penyelidikan.

Siswa merencanakan prosedurnya sendiri untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru kepada siswa. Guru juga memfasilitasi penyelidikan dan mendorong siswa mengungkapkan atau membuat pertanyaan-pertanyaan yang membimbing mereka lebih lanjut.

Irfan Naufal Umar dan Sajap Maswan mendefinisikan inkuiri terbimbing

adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas

dalam satu pelajaran dan kemudian meminta siswa membuat generalisasi, guru

bertindak sebagai fasilitator yang mencetuskan persoalan-persoalan

(34)

19

untuk merangsang siswa.

27

Istilah “guided inquiry” digunakan apabila di dalam kegiatan inkuiri guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa.

2) Tingkatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Wina Sanjaya menguraikan tentang tahap pembelajaran inkuiri terbimbing yang diikuti sebagai berikut :

28

a) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Berbeda dengan tahapan preparation dalam Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE) sebagai langkah untuk mengondisikan agar siswa siap menerima pelajaran, pada langkah orientasi dalam strategi pembelajaran inkuiri, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini adalah:

i. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.

ii. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

iii. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan motivasi belajar siswa.

27Irfan Naufal Umar dan Sajap Maswan, Aplikasi Pendekatan Inkuiri Dalam Persekitaran Pembelajaran Berdasarkan Web, Pusat Teknologi Pengajaran dan Multimedia, Universiti Sains Malaysia, h. 3

28Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 202-205.

(35)

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir. Dengan demikian, teka-teki yang menjadi masalah dalam berinkuiri adalah teka-teki yang mengandung konsep yang jelas yang harus dicari dan ditemukan. Ini penting dalam pembelajaran inkuiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, diantaranya:

i. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam merumuskan masalah yang hendak dikaji. Dengan demikian, guru sebaiknya tidak merumuskan sendiri masalah pembelajaran, guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana rumusan masalah yang sesuai dengan topik yang telah ditentukan sebaiknya diserahkan kepada siswa.

ii. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara pasti.

iii. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui

terlebih dahulu oleh siswa. Artinya, sebelum masalah itu dikaji lebih jauh

melalui proses inkuiri, guru perlu yakin terlebih dahulu bahwa siswa sudah

memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan

masalah. Jangan harapkan siswa dapat melakukan tahapan inkuiri

selanjutnya, manakala ia belum paham konsep-konsep yang terkandung

dalam rumusan masalah.

(36)

21

c) Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Manakala individu dapat membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu, potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus dibina. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu sendiri akan sangat dipengaruhi oleh kedalaman wawasan yang dimiliki serta keluasan pengalaman.

Dengan demikian, setiap individu yang kurang mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional dan logis.

d) Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran

inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan

motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan

kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran

guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Sering

terjadi kemacetan berinkuiri adalah ketika siswa tidak apresiatif terhadap pokok

permasalahan. Tidak apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala

(37)

semacam ini, maka guru hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui penyuguhan berbagai jenis pertanyaan secara merata kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.

e) Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan f) Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan akhir dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, oleh karena banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

4. Hakikat Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman.

29

Proses pembelajaran bertujuan mendapatkan hasil belajar yang optimal.

29Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), Cet 6. h. 1.

(38)

23

Benyamin S. Bloom mengklasifikasikan hasil belajar dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Sedangkan ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Dan yang terakhir ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dalam kemampuan bertindak.

30

Bagian dari hasil belajar tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Kognitif

Hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar kelimuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan kegiatan mental/otak. Pada tahun 2001 Lorin W.

Anderson dan David R. Karthwol merevisi taksonomi Bloom menjadi (1) remember, (2) understand, (3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, dan (6) create.

31

Jenjang kemampuan yang lebih tinggi sifatnya lebih kompleks, dan merupakan peningkatan dari jenjang kemampuan yang lebih rendah, penjelasannya adalah sebagai berikut:

a) Remember (mengingat/C1)

Jenjang ini didefinisikan sebagai proses mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya, mencakup fakta, rumus, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Kategori ini mencakup dua proses kognitif yaitu: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

b) Understand (memahami/C2)

Pada jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajarinya, misalnya menafsirkan bagan, diagram atau grafik, menerjemahkan suatu pernyataan verbal ke dalam rumusan matematis,

30Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 22-23.

31Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 14.

(39)

menjelaskan informasi yang diterima dengan kata-kata sendiri.kategori ini mrncakup tujuh proses kognitif yaitu: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

c) Apply (menerapkan/C3)

Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mnggunakan materi prinsip, aturan, atau metode yang telah dipelajari dalam situasi konkrit yang baru, seperti melakukan percobaan, membuat peta, membuat model, menghitung kebutuhan, dan merancang strategi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (Implementing).

d) Analyze (menganalisis/C4)

Jenjang ini didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menguraikan suatu materi ke dalam bagian-bagiannya, atau menguraikan suatu informasi yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur informasi serta hubungan antara komponen informasi tersebut menjadi jelas. Terdapat tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan (diferentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing).

e) Evaluate (evaluasi/C5)

Jenjang ini didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu materi (pernyataan, uraian, pekerjaan) berdasarkan kriteria tertentu yang ditetapkan. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini yaitu: memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing)

f) Create (mencipta/C6)

Jenjang ini didefiniskan sebgai kemampuan menggabungkan beberapa unsur

menjadi suatu kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam

kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan (planning),

memproduksi (producing).

(40)

25

2) Psikomotorik

Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar. Dave dalam Uzer Usman, mengklasifikasikan domain psikomotor ke dalam lima kategori, yaitu: peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan.

32

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah hasil belajar fisika yang terbatas pada ranah kognitif meliputi C1 sampai dengan C4.

3) Afektif

Hasil belajar proses yang berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan pemilihan kecakapan proses dan metode. Tipe hasil belajar afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

33

Menurut Moh. Uzer Usman, hasil belajar afektif terbagi dalam lima kategori yaitu penerimaan, pemberian respon, penilaian, pengorganisasian dan karakterisasi.

34

Unutk menilai aspek atau mengukur hasil belajar ini dapat digunakan instrumen yang bersifat nontes, misalnya: kuisioner dan observasi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Secara umum, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar di bedakan menjadi 3 diantarnya:

35

1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi keadaan lingkungan disekitar siswa.

32Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009). h. 36-37

33Nana Sudjana, Op. cit., h. 30.

34Moh Uzer Usman, Loc. Cit.

35Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h.132

(41)

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

5. Hukum Newton

Hukum Newton salah satu kajian ilmu fisika yang mempelajari tentang gerak suatu benda, mengkaji tentang penyebab benda bergerak. Konsep hukum Newton dapat diuraikan sesuai peta konsep berikut:

a. Hukum I Newton

Pada hukum pertamanya ini Newton menjelaskan keadaan benda jika tidak dipengaruhi gaya. Menurut Newton benda dapat mempertahankan keadaan jika tidak dipengaruhi gaya. Mempertahankan keadaan berarti benda yang diam akan tetap diam dan benda bergerak dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap. Sikap mempertahankan keadaan ini disebut dengan inersia atau lembam. Oleh karena itu hukum I Newton ini dinamakan juga hukum inersia atau hukum kelembaman. dapat dirumuskan seperti berikut.

ΣF = 0 …………. 2.1 Keterangan :

F = Gaya (N)

Gambar 2.1. Peta Konsep Hukum Newton Hukum Newton

Hukum I Newton Hukum II Newton Hukum III Newton

Rumusan:

ΣF = 0 Rumusan:

ΣF = m.a Rumusan:

-Faksi = Freaksi

(42)

27

b. Hukum II Newton

Hukum II Newton membahas tentang hubungan antara massa yang dimiliki sebuah objek/benda dengan percepatan yang dialaminya ketika dikenakan resultan gaya yang tidak sama dengan nol. Percepatan sendiri dapat didefinisikan sebagai perubahan kecepatan yang dialami banda tiap satuan waktunya. Contoh kongkrit dari adanya percepatan dijelaskan oleh gambar 2.2, ketika mobil mula- mula diam artinya tidak memiliki kecepatan didorong hingga mulai bergerak sedikit demi sedikit hal ini menunjukan adanya perubahan kecepatan yang tadinya diam (v = 0) ahirnya mulai bergerak kecepatan berubah, hal ini menunjukan adanya percepatan yang dilakukan akibat adanya resultan gaya yang tidak sama dengan nol yang diberikan siswa terhadap mobil.

Hubungan ini selanjutnya dikenal sebagai Hukum II Newton, yang bunyinya sebagai berikut: Percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan gayatotal yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya.

Hukum II Newton tersebut dirumuskan secara matematis dalam persamaan:

𝑎 =

Σ𝑚 𝐹

𝑎𝑡𝑎𝑢 Σ 𝐹 = 𝑚. 𝑎 ……….. 2.2 Keterangan :

F = Gaya (N) m = Massa (kg) a = Percepatan (m.s

-2

)

c. Hukum III Newton

Newton berpendapat bahwa kedua benda tersebut harus dipandang sama.

Ketika kita mendorong sebuah meja, tangan memberikan gaya pada meja, dan meja memberikan gaya balik kepada tangan, gaya bekerja dalam arah yang berlawana. Inti dari Hukum III Newton, yaitu: Ketika suatu benda memberikan

Gambar.2.2 Mendorong Mobil Dengan Ukuran yang Berbeda

(43)

tetapi berlawanan arah terhadap benda pertama.

36

F

aksi

= - F

reaksi ………… 2.3

B. Penelitian Relevan

1. Rehulina dalam penelitiannya yang berjudul. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inquiry Untuk Pembelajaran Biologi SMA Kelas XII Semester I”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Juli 2013 Penelitian menunjukan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan

menggunakan LKS berbasis inkuiri lebih tinggi dari pada siswa yang dibelajarkan tanpa menggunakan produk LKS yang dikembangkan.

37

2. Juli Sukimarwati, Widha Sunarno, Sugiyarto, dalam penelitian yang berjudul:

“ Pembelajaran Biologi dengan Guide Inquiry model Menggunakan LKS Terbimbing dan LKS Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa”.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran biologi dengan Guided Inquiry Model menggunakan LKS terbimbing dan LKS bebas termodifikasi, kreativitas, motivasi berprestasi siswa, serta interaksinya terhadap prestasi belajar siswa.

Data dianalisis menggunakan anava tiga jalan, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: guided inquiry model menggunakan LKS terbimbing dan LKS bebas termodifikasi memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik.

38

3. Riska pridamaulia dalam tulisanya yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Experimen Berorientasi Inkuiri Terbimbing Pada Materi Laju Reaksi”. Penelitian yang bertujuan mengembangkan dan menghasilkan LKS berorientasi terbimbing pada materi laju reaksi dan mengetahui tanggapan

36Agus Tranggono, Sains Fisika, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hal. 120-130.

37Rehulina. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Inquiry Untuk Pembelajaran Biologi SMA Kelas XII Semester I”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Medan, Juli 2013. Tidak dipublikasikan. h 1

38Juli Sukimarwati, Widha Sunarno, Sugiyarto, “ Pembelajaran Biologi dengan Guide Inquiry model Menggunakan LKS Terbimbing dan LKS Bebas Termodifikasi Ditinjau Dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa.Jurnal, Vol 2, No 2, Tahun 2013. h. 1

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengembangan yang dilakukan untuk saat ini, ditambahkan beberapa fungsi yang belum ada pada sistem sebelumnya, yaitu penambahan denah atau peta yang menginformasikan

[r]

[r]

PEMERI NTAH KABUPATEN ACEH SELATAN UNI T LAYANAN PENGADAAN. BARANG DAN JASA

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem informasi perpustakaan berbasis web yang dibangun menggunakan perangkat lunak PHP dan MySQL, dapat bekerja dalam jaringan

The hyper-temporal NDVI and landscape-ecological maps were validated with the help of reported crop statistics for two and three cropping rice land use systems

1) Pikeun pihak pamaréntah, utamana Dinas Pendidikan Jawa Barat kudu mikaweruh kana kapamalian-kapamalian anu masih kénéh tumuwuh sarta dipaké kénéh ku masarakat, ulah

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh metode pengeringan terhadap kualitas gizi dan kandungan fenol daun bangun-bangun ( Coleus amboinicus, L ). Penelitian ini