• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS

B. Hakikat Membaca

Dalam kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri. Ada beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca antara lain: kegiatan membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat memperkuat suatu kayakinan/kepercayaan pembaca, sebagai suatu pelatihan, memberi pengalaman astetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan sebagainya.

Beberapa definisi membaca yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut. W.J.S. Poerwodarminto mengatakan bahwa membaca yaitu melihat sambil melisankan sesuatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Dr. Henry Guntur Tarigan mengungkapkan membaca yaitu suatu pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. A.S. Broto mengatakan bahwa membaca yaitu mengucapkan lambang bunyi. Anderson

23

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (dalam Perspektif Islam), (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 263-268.

mengatakan bahwa membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung didalam kata-kata yang tertulis. Finochiaro and Bonomo secara

singkat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting

meaning from-printed or written material”, memetik serta memahami arti

atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.24

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, para pelajar harus dibantu untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda yang sama yang telah mereka tanggapi sebelum itu.

Berdasarkan hakikat membaca, ternyata membaca merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Pada saat membaca, anak harus mampu:

a. Merasakan perangkat simbol pada teks bacaannya (aspek sensoris)

b. Menginterpretasikan apa yang dilihatnya (aspek perceptual)

c. Mengikuti pola-pola linier, logika,dan tata bahasa kata-kata yang ditulis

(aspek urutan)

d. Menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman-pengalaman

langsung agar bisa memberi makna pada kata-kata yang ada (aspek pengalaman)

e. Melakukan inferensi dan mengevaluasi materi (aspek berpikir)

f. Berhubungan dengan minat dan sikap yang mempengaruhi tugas membaca

(aspek afektif)

24

Lebih sederhana, hakekat pembelajaran membaca merupakan proses memperoleh kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang berupa fisik dan psikologis.25

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses membaca oleh pembaca adalah sebagai berikut:

a) Tulisan, yang berfungsi sebagai input grafis, yaitu yang tercetak atau terlihat

b)Bagaimana bahasa itu bekerja dan bagaimana bahasa itu digunakan oleh

pembaca. Misalnya pemilihan kata atau diksi

c) Seberapa banyak pengetahuan dan pengalaman pembaca yang digunakan untuk

merekonstruksi makna yang dituangkan pengarang, misalnya perbedaan profesi

d)Sistem perseptual yang termasuk dalam membaca.26

2. Tujuan Membaca

Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Dengan melakukan kegiatan membaca tersebut, tentu dengan tujuan yang berbeda-beda. Dengan demikian, orang membaca dengan berbagai tujuan:

a. Untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta atau informasi yang

dibutuhkan.

b. Untuk memperoleh ide pertama dari apa yang dibacanya

c. Untuk menyimpulkan dari apa yang dibacanya itu

d. Untuk memperoleh kesenangan,

e. Mengisi waktu luang atau mencari hiburan.

25

Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12. 26Ibid

f. Kepentingan studi (secara akademik).

g. Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan.

h. Memperkaya perbendaharaan kosakata.27

i. Memahami isi wacana sehingga mampu menangkap dan memahami isi bacaan

secara benar.28

j. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah

dibuat oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apayang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memperoleh perincian-perincian atau

fakta-fakta (reading for details or facts).

k. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan, dan kejadian buat dramalisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahuiurutan atau susunan, organisasi cerita.

l. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh,dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuan. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh ide-ide utama.29

27

Supriyadi, Pendidikan Bahasa Indonesia 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 13. 28

Euis Honiatri dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 69.

29

Henry Guntur Tarigan, Membaca, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1983), h. 9.

Berkaitan dengan tujuan membaca, Rivers dan Temperly mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca:

a) Untuk memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran

tentang suatu topik.

b) Untuk memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas

bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja alat-alat rumah tangga)

c) Untuk berakting dalam sebuah drama,bermain game, menyelesaikan teka-teki

d) Untuk berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk

memahami surat-surat bisnis

e) Untuk mengetahui kapan dan dimana sesuatu akan terjadi atau apa yang

tersedia

f) Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi

g) Untuk memperoleh kesenangan atau hiburan30

h) Membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis; misalnya

cara membuat masakan, cara membuat topi, dan sebagainya.

i) Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit

tertentu.

j) Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang, misalnya membaca untuk

tujuan mendapat sensasi-sensasi baru melalui penikmatan emosional bahan

bacaan (buku cerita, novel, roman, dan sebagainya). 31

30

Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12. 31

Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan), (Malang: Sinar Baru Algensindo, 2005), h. 136.

3. Mengembangkan Keterampilan Membaca

Pembelajaran membaca memang benar-benar mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman keindonesiaan pada anak didik. Selain itu, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreativitas anak didik.

Ada beberapa fase perkembangan membaca, yaitu :

1. Fase pramembaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari

perbedaan huruf dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis

2. Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan

tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita.

3. Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata

yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan.

4. Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan

mengenal maksud penulis dalam bacaan.

5. Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat

Mikulecky membagi keterampilan membaca atas jenis-jenis yang lebih kecil. Jenis-jenis keterampilan membaca tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Kemampuan melakukan decoding secara otomatis. Termasuk dalam jenis

keterampilan ini, yaitu kemampuan mengenal atau menyadari sebuah kata dengan sangat cepat, yaitu dengan sekilas lirik.

b. Kemampuanmelakukan previewing (aktivitas prabaca) dan predicting

(memprediksi). Dengan demikian, pembaca dapat menebak isi bahan bacaan yang disajikan berikutnya.

c. Kemampuan menentukan tujuan secara spesifik dalam membaca, yaitu

memahami mengapa suatu teks perlu dibaca.

d. Kemampuan mengidentifikasi genre tulisan sehingga dapat memprediksi bentuk

dan kemungkinan isi bahan bacaan.

e. Kemampuan mengajukan pertanyaan terhadap isi bacaan sehingga pembaca

dapat melakukan dialog dalam hati dengan penulis selama membaca.

f. Kemampuan melakukan scanning, yaitu membaca teks dengan sangat cepat

guna memperoleh suatu informasi spesifik.

g. Kemampuan mengenal topik yang disajikan dalam teks.

h. Kemampuan menentukan ide pokok dan ide-ide penunjang.

i. Kemampuan menentukan letak kalimat topik (kalimat utama).

j. Kemampuan menentuka ide pokok pada sebuah kalimat dan paragraf.

k. Kemampuan menentukan bentuk-bentuk hubungan antaride dalam keseluruhan

l. Kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan kata-kata yang menandai relasi-relasi antara unsur-unsur teks.

m. Kemampuan menarik kesimpulan mengenai ide pokok berdasarkan

penggunaan bentuk-bentuk bahasa dan petunjuk-petunjuk lain.

n. Kemampuan mengenal dan menggunakan unsur-unsur kata ganti (pronouns),

kata-kata penunjuk (referents), dan unsur leksikal lainnya sebagai penanda

kohesi.

o. Kemampuan menebak arti kata-kata yang masih asing bagi pembaca melalui

konteks.

p. Kemampuan melakukan skimming, yaitu kemampuan memperoleh kesan

umum secara cepat terhadap keseluruhan bahan bacaan, suatu bab atau buku.

q. Kemampuan melakukan parafrase, yaitu kemampuan mengemukakan isi teks

dengan menggunakan kata-kata sendiri guna memonitor pemahaman yang telah diperoleh pembaca.

r. Kemampuan meringkas isi bacaan, yaitu mengemukakan kembali ide-ide

pokok yang terdapat dalam keseluruhan bahan bacaan.

s. Kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan informasi dari

beberapa bagian bahan bacaan dan ide-ide tambahan dari pembaca sendiri.

t. Kemampuan mengemukakan inferensi dengan menggunakan bukti-bukti.

Dalam hal ini, dengan membaca kalimat-kalimat tertulis dan dengan menggunakan bukti-bukti yang terkandung dalam teks, pembaca dapat mengetahui hal-hal yang tersirat atau yang tidak tertulis.

u. Kemampuan memvisualkan isi bacaan, antara lain dalam wujud kemampuan membuat diagram mengenai isi teks.

v. Kemampuan membaca secara kritis, antara lain kemampuan menentukan

keakuratan bahan bacaan dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, dan dapat membedakan antara fakta dan opini.

w. Kemampuan membaca dengan kecepatan yang sesuai guna memungkinkan

otak memproses masukan yang diperoleh dari bahan bacaan.

x. Kemampuan menggunakan strategi membaca yang tepat, disesuaikan dengan

bahan bacaan dan tujuan membaca.32

4. Masalah membaca

Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan pikiran dan perasaan, serta membina persatuan dankesatuan bangsa.

Masalah yang dihadapi anak dalam membaca, yaitu:

a. Kurang mengenali huruf

b. Membaca kata demi kata yang seringkali disebabkan oleh gagal menguasai

keterampilan memecahkan kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar membaca

c. Memparafrasekan yang salah

d. Miskin pelafalan atau penghilangan

e. Pengulangan

32

Yeti Mulyati, dkk. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 9.4-9.6.

f. Pembalikan

g. Penyisipan

h. Penggantian

i. Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk, dan menggerakkan kepala

j. Kesulitan konsonan, kesulitan kluster, diftong dan digraph

k. Kesulitan menganalisis struktur kata

l. Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.33

Sebagian besar anak belajar membaca pada usia enam atau tujuh tahun, dan dengan berkembangnya kemampuan mental di usia dewasa, anak bahkan mampu mengatasi tantangan-tantangan yang lebih besar. Ada yang menganggap dari berbagai mitos bahwa membaca itu sulit, membaca tidak boleh menggunakan jari ketika membaca, membaca harus dilakukan dengan mengeja kata per kata, dan membaca perlahan-lahan supaya dapat memahami isinya. Anggapan itu kita gantikan dengan gagasan-gagasan baru yang merupakan langkah pertama dalam menciptakan keterampilan baru membaca menjadi, membaca itu mudah, tidak ada salahnya membaca dengan menggunakan jari sebagai petunjuk, kita boleh membaca banyak kata secara sekaligus, dan kita juga boleh membaca dengan cepat

dan tetap memahami isi bacaan.34

33

Isah Cahyani, Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 101.

34

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki. Quantum Learning, (Bandung: KAIFA, 2005), h. 252-253.

5. Strategi meningkatkan kemampuan membaca

Tiga pokok yang perlu diperhatikan guru dalam pengajaran membaca, yaitu:

a. Pengembangan aspek sosial anak, yakni: kemampuan bekerja sama, percaya diri,

kestabilan emosi, dan rasa tanggung jawab

b. Pengembangan fisik, yakni: pengaturan gerak motorik

c. Perkembangan kognitif,yakni: membedakan bunyi, huruf, menghubungkan kata

dan makna

Strategi meningkatkan kemampuan membaca yaitu:

1. Pemilihan bahan ajar membaca

Secara garis besar bahan ajar membaca dapat dipilah menjadi dua macam, yaitu: pramembaca dan membaca. Pengajaran pramembaca anak diperkenalkan pada tata cara membaca yang baik, misalnya, duduk yang wajar dan baik, cara meletakan buku, memegang buku dengan baik.

2. Metode pengajaran membaca

Pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran membaca yang didasarkan pada kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang harus dikuasai siswa.

Rubin mengemukakan beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengajaran membaca yaitu:

a. Peningkatan ucapan: kegiatan difokuskan pada peningkatan kemampuan siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa

b. Kesadaran fonemik bunyi: difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna

c. Hubungan antar bunyi-huruf: pengetahuan tentang hubungan bunyi-huruf merupakan prasyarat untuk dapat membaca

d. Membedakan bunyi-bunyi: yang merupakan hal penting dalam memperolah bahasa, khususnya bahasa

e. Kemampuan mengenal huruf

f. Orientasi membaca dari kiri ke kanan

g. Keterampilan pemahaman

h. Penguasaan kosakata

3. Strategi pengucapan: ada beberapa strategi yang digunakan untuk mengenali

cara mengucapkan suatu kata yaitu: analisis dan fonik, teknik pengenalan kata, meminta seseorang untuk mengucapkan satu kata untuk anda, unsurekonteks,

SAS (StructuralAnalysis dan Synthetis) dan melihat pengucapan dalam kamus.

4. Strategi pengenalan makna kata

Dalam pendekatan komunikatif,pengajaran bentuk bahasa sebaiknya tidak dilepaskan dari makna. Untuk mengajarkan makna kata dapat digunakan beberapa strategi berikut:

a) Strategi 1: konteks memanfaatkan konteks untuk memakai kata

b) Strategi 2: SAS untuk makna

d) Strategi 4: memanfaatkan kamus.35

Dokumen terkait