• Tidak ada hasil yang ditemukan

Minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Islamiyah Ciputat: studi kasus pada siswa Kelas VII MTs Islamiyah Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Islamiyah Ciputat: studi kasus pada siswa Kelas VII MTs Islamiyah Ciputat"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

HALIMA TUSADIAH

107013000234

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Nama : Halima Tusadiah

Tempat/Tanggal lahir : Bekasi, 25 Mei 1989

NIM : 107013000234

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa

Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat

Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi, M.Pd

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai

dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Oktober 2011

Penulis

(3)

MINAT MEMBACA BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) ISLAMIYAH CIPUTAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Halima Tusadiah 107013000234

Di Bawah Bimbingan

Drs. Cecep Suhendi, M.Pd NIP. 196010171987031001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(4)

SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) ISLAMIYAH CIPUTAT”, yang disusun oleh Halima Tusadiah Nomor Induk Mahasiswa 107013000234 Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai

karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang

ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Jakarta, 20 Oktober 2011

Yang mengesahkan

Pembimbing

(5)

pelajaran Bahasa Indonesia.

Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek lingkungan minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak kecil sebab minat membaca tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diperoleh dari lingkungan tempatnya berinteraksi. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca. Orang tua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan manusia untuk itu orang tua dapat menjadikan dirinya teladan bagi anaknya hal ini agar ada keterkaitan antara penanaman membaca untuk menatap masa depan yang lebih baik.

Pelajaran yang diterapkan adalah pelajaran Bahasa Indonesia dengan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan berupa angket, yang kemudian diberikan kepada objek penelitian, yaitu siswa-siswi yang peneliti pilih dan menjadi sampel dalam penelitian.

(6)

sehingga skripsi dengan judul Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII

MTs Islamiyah Ciputat dapat penulis selesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah

membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah Swt.

Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan semangat dalam penulisan

dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Nurlena, P. Hd. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan PBSI.

3. Drs. E. Kusnadi sebagai dosen pembimbing akademik

4. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan

fikirannya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan

dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkulahan berlangsung. Semoga

Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang diberikan dengan ikhlas

kepada kami semua.

6. Kepala MTs. Islamiyah Ciputat beserta jajaran yang telah membantu penulis dengan

memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

7. Ayahanda dan Ibunda yang penulis sayangi dan cintai, yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil.

8. Imam Hanafi sebagai adik tersayang yang memberikan bantuan dan semangat kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi.

9. Keluarga besar Bapak H. Ilyas dan Bapak Madsari yang selalu mendoakan penulis tetap

(7)

11.Keluarga besar SDN Sukakarya 03

12.Keluarga besar SMP dan SMA Madinatul Ilmi Ciputat.

Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga budi baik

dan bantuan-bantuan yang tak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin yaa robbal’alamin.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan penulis, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amin

Jakarta, 20 Oktober 2011

Penulis

(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9 A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62

B. Sumber Data... 62

C. Populasi dan Sampel ... 62

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat .. 67

B. Hasil Analisis Data ... 74

C. Pembahasan... 89

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 90

B. Saran ... 90

(10)

Tabel 1 : Kisi-kisi Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 2 : Nama Guru di MTs Islamiyah

Tabel 3 : Jumlah Siswa MTs Islamiyah Ciputat Tahun pada Ajaran 2010-2011

Tabel 4 : Keadaan sarana dan prasarana MTs Islamiyah ciputat

Tabel 5 : Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 6 : Nilai Bahasa Indonesia

Tabel 7 : Berminat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 8 : Sikap Mendapatkan Nilai Bahasa Indonesia Kurang Bagus

Tabel 9 : Sikap Orang Tua Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 10 : Tanggapan Teman Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 11 : Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sebelum Pelajaran Dimulai

Tabel 12 : Membeli Buku Pelajaran Bahasa Indonesia di Toko Buku

Tabel 13 : Yang disukai ketika Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 14 : Frekuensi Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 15 : Berdiskusi Kepada Teman Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 16 : Alasan berminat membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 17 : Sikap Responden Tentang Teman yang Mengejek Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 18 : Keinginan Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 19 : Kondisi Kelas ketika Belajar Bahasa Indonesia

Tabel 20 : Mengulang Membaca Buku Pelajaran di Rumah

Tabel 21 : Tidak Pernah Bosan Membaca Buku pelajaran Bahasa Indonesia

Tabel 22 : Membaca Buku yang Berkaitan dengan Pelajaran Bahasa Indonesia di Perpustakaan

Tabel 23 : Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Membuang Waktu Saja

(11)

Lampiran 3 : Lembar wawancara dengan guru

Lampiran 4 : Surat pengajuan judul proposal skripsi

Lampiran 4 : Surat bimbingan skripsi

Lampiran 5 : Surat permohonan izin observasi

Lampiran 6 : Surat permohonan izin penelitian

Lampiran 7 : Surat keterangan sekolah

Lampiran 8 : Profil sekolah

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tachir di dalam Budinuryanta Y menyatakan bahwa pengajaran bahasa

Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan

pelajaran tentang bahasa. Keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan

menyimak, berbicara, membaca dan menulis, semua keterampilan tersebut

disajikan secara terpadu. Sedangkan Samsuri di dalam Budinuryanta Y menyatakan

bahwa tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa

dalam menggunakan bahasa Indonesia.1

Pengajaran membaca sebagai bagian dari pengajaran bahasa yang

mengalami perkembangan dari masa ke masa, terutama di negara yang kondisi

sosial ekonominya sudah mantap, seperti negara-negara Eropa dan Amerika

Serikat. Di sana penelitian telah menghasilkan pemikiran-pemikiran di bidang

komunikasi yang menyebabkan perkembangan di negara-negara tersebut

berpengaruh pula pada belahan bumi lainnya, yaitu di negara-negara berkembang

seperti Indonesia.2

Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu

pengetahuan, buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemukan relevansinya

yang semakin kuat dalam abad informasi dewasa ini. Adanya arus global yang

1

Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 11.6.

2Ibid

(13)

melanda dunia dan yang mengandaikan semakin cepatnya arus informasi dari

berbagai belahan dunia hanya dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca,

tetapi ia akan terkunci dari peradaban modern, ditengah lalu lalangnya kehidupan

super modern yang serba teknologis. Dalam bahasa yang sederhana, ia akan

ketinggalan zaman, tidak tahu apa yang terjadi di sekeliling padahal manusia

dibekali pembawaan rasa ingin tahu yang besar.3

Pentingnya budaya membaca juga telah ditegaskan Tufik Ismail. Dalam

tulisannya yang berjudul “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang

Mengarang”.4

Memang penyakit malas membaca sekarang ini terjadi kepada siapa

saja mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Hal ini merupakan suatu keadaan

yang sangat memprihatinkan. Banyak orang yang ingin menguasai ilmu

pengetahuan dan ilmu teknologi dan ingin bersaing dengan negara-negara lain

tetapi kenyataannya penyakit malas itu sulit di hilangkan. Padahal keadaan suatu

bangsa ini lebih di tentukan oleh seberapa besar masyarakat yang mau menjadikan

membaca buku itu hal yang utama.

Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa

berikut.

Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan

pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian

seseorang.

3

Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 46.

4

(14)

Kedua, tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang

dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. Umpamanya, supaya tahu

memakai alat-alat, memperbaiki kerusakan mesin, mempelajari satu ilmu, dan

melakukan korespondensi komersial.

Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota

suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan

sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling

sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap “asing” lagi oleh penutur –penutur

bahasa atau dialek itu.

Keempat, tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin

mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau

masyarakat.

Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat

ditempuh adalah dengan membaca. Dengan membaca dunia berada di tangan.

Artinya, semua informasi dengan mudah dapat kita ketahui lewat membaca.

Mengingat begitu pentingnya membaca, membaca perlu diajarkan kepada setiap

generasi. Hasrat dan minat membaca perlu terus ditumbuhkembangkan pada diri

setiap orang.5

Minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran mungkin sekali akan

menjaga pikiran siswa sehingga dia bisa menguasai pelajarannya. Pada gilirannya,

prestasi yang berhasil akan menambah minatnya, yang bisa berlanjut sepanjang

5

(15)

hayatnya. Minat siswa terhadap pelajaran apapun bisa didasarkan kepada bakat

yang nyata dalam bidang khusus. Kalau pelajaran terus-menerus dipelajari dan

dikaji, maka akan diperoleh kecakapan yang lebih besar disertai dengan

bertambahnya minat bukan hanya terhadap lapangan itu sendiri akan tetapi juga

dalam bidang-bidang yang berhubungan. Tidak semua remaja memulai bidang studi

baru karena faktor minatnya. Ada siswa mengembangkan minatnya pada bidang

pelajaran karena pengaruh gurunya, kawan sekelasnya, atau anggota keluarganya.

Bagaimanapun, jika para siswa yang serupa itu mempunyai kemampuan sedang

atau di atas rata-rata, biasanya mereka dapat mengembangkan minat yang kuat

kepada matapelajaran dan mengarahkan tenaga dan usahanya untuk menguasainya

sehingga akan membawa kepada prestasi yang berhasil.

Jika seorang memang sangat menaruh minat kepada suatu proyek khusus

maka mungkin dia akan lebih banyak melakukan tugas pekerjaannya dan juga

dilakukannya dengan baik, sekalipun dalam beberapa hal minatnya bisa

menyebabkan dia bekerja di luar batas-batas kesehatannya. Demikian pula

sebaliknya yang dialami oleh banyak pelajar. Rasa lelah yang agaknya menyertai

belajar seringkali tidak lebih daripada kebosanan belaka disertai keinginan untuk

melakukan kegiatan lain yang sementara atau segera menarik perhatian dan

minatnya. Efisiensi belajar barulah dapat bertambah jika si pelajar menyadari

bahwa nilai dan kebaikan yang akan diperoleh dari studi tersebut lebih besar

daripada memenuhi dengan segera minat yang sementara.

Banyak sekolah, terutama pada tingkat Sekolah Lanjutan faktor minat justru

(16)

sekolah yang mempunyai program co-kurikuler yang ekstensif, biasanya dijumpai

bahwa ada beberapa siswa yang ingin ikut-serta dalam banyak kegiatan rekreasi

akan merugikan tugas pekerjaan sekolahnya. Pada sekolah lain yang ekstrim,

murid-murid yang menolak ikut-serta dalam tiap proyek yang diselenggarakan di

luar kelas karena mereka khawatir bisa mengalihkannya dari usaha belajar yang

sungguh-sungguh. Guru-guru itupun perlu kiranya menjaga agar supaya mereka

demikian banyak menaruh minat dan perhatiannya kepada murid-murid dan tugas

sekolahnya sehingga mereka mencurahkan sejumlah waktunya di luar batas waktu

sekolah biasa guna memperhatikan segala kegiatan yang berhubungan dengan

profesinya. Guru-guru dan siswa harus mengatur waktunya yang meliputi pekerjaan

sekolah, keikut-sertaannya dalam kegiatan rumah dan reaksi yang bermanfaat. Jadi,

ada di luar batas yang memang individu tidak boleh dihentikan baik dalam kegiatan

yang meniadakan minatnya maupun dalam memusatkan semua minat dan

kegiatannya kepada satu bidang.6

Yang dapat menumbuhkan minat dan kemampuan anak membaca adalah:

Pertama, hasrat diri sendiri. Minat dan kemampuan membaca tidak bisa

dipaksa-paksa. Ia musti lahir dari diri sendiri. Tugas dari orang tua hanyalah mendorong

akan arti penting aktivitas membaca.

Kedua, dorongan lingkungan. Apabila anak berada dalam lingkungan di mana

orang tua dan lingkungan sekitar rumah yang rendah membaca, dan lebih banyak

menonton tayangan televisi, umpamanya, niscaya anak juga akan meniru kebiasaan

6

(17)

tersebut. Ia akan meniru kebiasaan menonton ketimbang membaca. Ketiga,

ketersediaan bahan bacaan. Bagaimana mungkin kita akan menumbuhkan minat

dan kemampuan membaca anak, sementara tidak ada bahan bacaan yang tersedia.

Bahan bacaan pun tidak harus buku-buku baru yang mahal buku-buku atau majalah

lama yang bisa dibeli di toko dengan harga terjangkau, sudah cukup untuk

merangsang anak mau membaca. Yang penting isi, tata letak, bahasa dan

penyajiannya menarik bagi anak.7

Mengembangkan kebiasaan membaca buku, dapat memanfaatkan waktu

luang untuk membaca di mana dan kapan saja. Namun banyak pula orang yang

tidak mau membaca meskipun waktu luang sangat banyak, mereka lebih banyak

berbicara dan membicarakan orang lain dalam keseharian mereka.

“Dari segi linguistik, Anderson menyatakan bahwa membaca adalah suatu

proses penyandian kembali dan pembaca sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembaca sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup

pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna”.8

Bahkan ada pula beberapa penulis yang solah-olah beranggapan bahwa

“membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta

mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (Phonics= suatu metode

pengajaran membaca, ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan

(18)

Pada masa sekarang ini, pentingnya membaca telah semakin sering

diperbincangkan oleh berbagai kalangan masyarakat dalam berbagai kesempatan

dan forum. Hal ini sudah merupakan tuntutan kehidupan modern yang terasa

semakin mendesak. Kehidupan modern yang salah satu ciri pokoknya adalah

perkembangan ilmu dan teknologiyang semakin menuntut sikap orang mempunyai

ketepatan dan kecepatan yang tinggi untuk menafsirkan dan menyerap berbagai

informasi. Informasi bukan hanya sumber-sumber lisan tetapi yang terutama dari

sumber-sumber yang tertulis. Sekarang ini sumber-sumber tertulis semakin

membudaya sehingga dapat terlihat pentingnya membaca. Untuk memperoleh

kemampuan membaca, maka minat baca tinggi memegang peranan penting. Tanpa

adanya minat membaca maka kehidupan ini akan diwarnai ketertinggalan. Minat

membaca harus dipupuk, dibina dan dibimbing.

Salah satu yang mempengaruhi membaca tersebut adalah minat. Minat baca

adalah merupakan hasrat seseorang atau siswa terhadap bacaan, yang mendorong

munculnya keinginan dan kemampuan untuk membaca, diikuti oleh kegiatan nyata

membaca bacaan yang diminatinya. Minat baca bersifat pribadi dan merupakan

produk belajar.10

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah dengan adanya minat dan

perhatian siswa dalam belajar, minat merupakan suatu daya jiwa yang relative

menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar,

sebab melakukan sesuatu yang diminatinya seperti minat untuk membaca buku

10

(19)

pelajaran bahasa Indonesia. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin

melakukan sesuatu. Siswa yang mempunyai minat untuk membaca buku pelajaran

maka ia akan selalu terdorong untuk membaca buku pelajaran, sebaliknya jika ia

tidak suka maka ia tidak akan terdorong untuk membaca buku pelajaran.

Dalam pembelajaran sehari-hari masih banyak kesulitan yang dialami siswa.

Kenyataan dilapangan menunjukan kecenderungan pembelajaran masih kurang.

Banyak siswa yang tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak

tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran

akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Maka dari itu peneliti ingin

mengangkat masalah tentang minat membaca pelajaran khususnya pelajaran

bahasa Indonesia upaya belajar siswa kemampuannya lebih berpotensi dalam

menyumbangkan minat untuk belajar yang lebih baik dan lebih memusatkan

perhatiaannya pada pelajaran.

Berangkat dari penjelasan di atas, Oleh karena itu penulis memilih judul

skripsi :“Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII MTs

Islamiyah Ciputat”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah yang berkaitan dengan minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia

sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia di

(20)

2. Peran guru untuk meningkatkan minat siswa dalam membaca buku pelajaran

bahasa Indonesia.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka penulis

membatasi masalah hanya pada minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia

yang meliputi:

1. Meningkatkan minat membaca siswa adalah hal yang sangat penting bagi

seseorang.

2. Keaktifan guru untuk memberi motivasi pada siswa untuk membaca buku

pelajaran bahasa Indonesia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat membaca buku pelajaran bahasa

Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia

di MTs Islamiyah Ciputat.

2. Untuk menambah pengetahuan siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa

(21)

3. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam membaca buku pelajaran di

MTs Islamiyah Ciputat.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian ini menjadi

pengalaman, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik

secara teoritis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut,

dapat diuraikan sebagai berikut.

Manfaat Teoretis

1. Sebagai bahan pembelajaran bagi guru dalam mengetahui kemampuan minat

membaca siswa.

2. Sebagai panduan guru-guru dan pengajar bahasa Indonesia untuk mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap membaca buku pelajaran bahasa Indonesia.

Manfaat Praktis

1. Bagi para siswa, yang mempelajari bahasa Indonesia agar lebih mengetahui

kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga siswa mengetahui manfaat membaca

untuk dirinya. Serta siswa dapat senang dalam belajar bahasa Indonesia.

2. Bagi guru, untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan berpikir dan sebagai petunjuk untuk pengajaran dan

pengelola pendidikan khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia.

3. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui kemampuan

(22)

G. Tinjauan Pustaka

Minat merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh seseorang terhadap

sesuatu, karena minat seseorang terhadap sasuatu masih perlu ditingkatkan. Untuk

mengetahui perbedaan minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia penulis

membuat sesuatu pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber yang

menjadi pegangan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama penulis melihat

skripsi Yeti Budiyarti, UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011 jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia dengan judul ”Minat Belajar Siswa Terhadap Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia”, skripsi tersebut berbeda dengan skripsi penulis buat.

Perbedaannya adalah Yety Budiyarti membicarakan tentang seberapa besar minat

belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan menggunakan

pengambilan sampel dilakukan secara acak (sampling random) sedangkan penulis

membicarakan tentang minat membaca buku pelajaran dan menggunakan sampel

pertimbangan (sampling purposive). Kedua, penulis melihat skripsi Siti Memah,

dari jurusan KI-Manajemen Pendidikan, yang berjudul ”Minat Siswa Terhadap

Ekstrakurikuler”. Skripsi tersebut membicarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler

dan pembina kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Penulis sendiri membicarakan

skripsi dengan judul ”Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia

berdasarkan semangat, motivasi, dan dorongan dari orang tua maupun guru.

Dengan melihat perbedaan-perbedaan minat membaca buku pelajaran bahasa

Indonesia yang diteliti akan menambah pengetahuan penulis dalam dunia

pendidikan. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat

(23)

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuat sistematika

penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki beberapa

sub-bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, terdiri atas: latar belakang, identifikasi masalah, pembahasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Teoretis, terdiri atas: hakikat minat, hakikat membaca, dan pengertian buku teks

Bab III Metode Penelitian, terdiri atas: tempat dan waktu penelitian, sumber data, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian, terdiri atas: gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat, hasil analisis data, dan pembahasan.

(24)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Minat

1. Pengertian Minat

Minat merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang mempengaruhi

kemampuan membaca. Tampubulon mengatakan bahwa minat adalah perpaduan

antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Sebagai

contoh, seseorang mungkin mempunyai minat untuk membaca sebuah buku

bacaan sastra, tetapi karena harganya mahal maka ia tidak melaksanakannya.

Harjasujana mengemukakan bahwa ketiadaan minat baca dapat

menimbulkan ketidakmampuan membaca; ketidakmampuan membaca dapat

menimbulkan ketiadaan minat baca. Dalam membaca karya sastra pun dapat terjadi

hal yang serupa; ketidakmampuan minat terhadap karya sastra dapat menimbulkan

ketidakmampuan seseorang membaca karya sastra.

Terdapat tiga batasan minat, yakni (1) suatu sikap yang dapat mengikat

perhatian seseorang ke arah objek tertentu secara selektif, (2) suatu perasaan bahwa

aktivitas dan kegemaran terhadap objek tertentu sangat berharga bagi individu, dan

(3) bagian dari motivasi atau kesiapan yang membawa tingkah laku ke suatu arah

atau tujuan tertentu.

Menurut Hilgard dalam Slameto minat adalah suatu kecenderungan yang

tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang

(25)

diminati akan diperhatikan terus-menerus dan apabila dilakukan akan disertai rasa

senang. Hal senada dikemukakan oleh Semiawan bahwa minat adalah suatu

keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek

tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya. Minat dapat

menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi

khusus sesuai dengan keadaan tersebut. Kesiapan berbuat muncul karena ada

perasaan senang untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu. Dengan demikian,

minat dapat dilihat dari aspek perhatian, kesenangan, kegemaran, dan kepuasan

sebagai stimulasi bagi tindakan dan perbuatan seseorang.

Minat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri dan dari luar diri

(lingkungan). Namun, faktor yang paling dominan berpengaruh adalah faktor

lingkungan. Menurut Bloom minat seseorang dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut pendapat ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat di antaranya adalah

pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian, dan pengaruh

lingkungan. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi

walaupun besar pengaruhnya sudah pasti tidak akan sama.

Minat akan berkembang membentuk suatu kebiasaan. Dengan kata lain,

minat akan menjadi syarat terbentuknya kebiasaan. Bila kegiatan membaca

dilandasi minat yang tinggi, maka kegiatan itu akan dilakukan secara tetap dan

teratur. Kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang

(26)

suka dan senang atau tidak senang terhadap suatu objek, kegiatan, dan gagasan atau

orang yang akan memuaskan kebutuhannya. 11

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dasar

pembentukan suatu kebiasaan. Kebiasaan akan terbentuk manakala pembaca

memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca. Kegiatan membaca yang

tinggi dan terus-menerus akan membentuk kebiasaan.

Ada banyak penelitian mengenai minat yang dilakukan oleh berbagai ahli

psikologi, seperti ahli psikologi perkembangan, ahli psikologi pendidikan. Apa

yang dikemukakan tampaknya memberikan pengertian yang berbeda-beda

mengenai minat. Namun demikian, secara umum banyak yang mengaitkan minat

dengan motivasi. Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi

perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi. Untuk lebih jelasnya, Krapp, Hidi, dan

Renninger dalam Pintrich dan Schunk mengemukakan berbagai pengertian minat

sebagai berikut.

1. Minat Pribadi

Minat pribadi memberikan pengertian sebagai suatu ciri pribadi individu

yang merupakan disposisi abadi yang relatife stabil. Minat pribadi ini umumnya

ditujukan pada suatu kegiatan khusus, misalnya minat khusus pada olahraga, ilmu

pengetahuan, musik, tarian, dan komputer. Kebanyakan pemilihan karier seseorang

didasarkan pada minat seseorang terhadap berbagai kegiatan dan karier yang

disukai dan yang akan ditekuninya. Eccles dan Wigfield di dalam Hera

11

(27)

mengemukakan mengenai minat intrinsik yang secara konseptual berkaitan sama

dengan minat pribadi. Di lain pihak beberapa peneliti lain mengukur minat pribadi

berdasarkan topik atau kegiatan apa yang lebih dipilih seseorang (misalnya

seseorang lebih memilih matematika dari pada ilmu pengetahuan) atau bisa juga

berdasarkan kesukaan pribadi (misalnya saya senang memecahkan soal-soal

matematika).12

2. Minat situasional

Berbeda dengan pengertian sebelumnya, minat situasional merupakan minat

yang ditimbulkan oleh kondisi atau faktor-faktor lingkungan. Hidi dan Anderson

dalam Hera mengemukakan bahwa minat situasional berbeda dari sekedar

keingintahuan seseorang karena minat ini berkaitan dengan sesuatu yang sangat

spesifik, dan bukan hanya merupakan gambaran struktural dari sesuatu hal,

lingkungan atau topik. Minat situasional ini pun dapat berkembang menjadi minat

pribadi. Misalnya, pengalaman seseorang membaca buku mengenai berbagai

percobaan fisika, membuatnya lama-lama menjadi tertarik pada fisika.13

3. Minat sebagai keadaan psikologis

Minat sebagai keadaan psikologis menggambarkan pandangan yang

interaktif dan berkaitan dengan minat, pada saat pribadi seseorang saling

berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan suatu keadaan psikologis dari

minat pada diri seseorang. Misalnya, anak yang memiliki minat pribadi yang kuat

12

Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.4

(28)

pada musik,akan memilih kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan musik.

Misalnya, memilih acara atau bacaan yang berkaitan dengan musik di setiap

kesempatan, di rumah maupun di sekolah. Dari contoh ini tampak bahwa secara

psikologi anak memiliki minat yang tinggi pada musik. Ranninger di dalam Hera

telah melakukan berbagai penelitian mengenai hubungan antara nilai dengan minat

sebagai keadaan psikologis. Minat terjadi bila seseorang memiliki penilaian yang

tinggi terhadap suatu kegiatan, dan telah memiliki pengetahuan yang tinggi

terhadap suatu kegiatan tersebut.14

Seseorang akan mengabaikan suatu kegiatan apabila ia kurang memiliki

pengetahuan mengenai kegiatan tersebut atau karena kegiatan tersebut kurang

memiliki nilai atau memiliki nilai yang rendah bagi seseorang. Sementara jika suatu

kegiatan memiliki nilai yang rendah meskipun pengetahuan seseorang terhadap

kegiatan itu cukup tinggi maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut tidak

memiliki minat terhadap kegiatan tersebut. Sebaliknya jika nilai terhadap suatu

kegiatan tinggi, namun kurang diimbangi dengan pengetahuan yang memadai maka

kegiatan tersebut hanya merupakan atraksi bagi orang tersebut.

Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang

menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan pilihan

terhadap suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan

lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan

berkurang maka minat seseorang pun akan berkurang.

14Ibid

(29)

Minat berperan penting dalam kehidupan seseorang dan berpengaruh besar

pada tingkah laku dan sikap seseorang. Menurut Hurlock (1989) ada empat cara

mengenai minat anak pada sekolah yang mempengaruhi perkembangan anak, yaitu

sebagai berikut ini.

a. Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi

Jika nilai mulai memikirkan tentang masa depan maka anak akan mencoba

menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dan dilakukan jika ia bertambah

besar. Misalnya, anak perempuan yang berminat pada kesehatan, peran dokter atau

juru rawat maka ia akan bercita-cita menjadi dokter. Anak laki-laki yang berminat

pada film perang dan pesawat, akan bercita-cita menjadi penerbang.

b. Minat dapat sebagai pendorong

Anak yang berminat pada suatu kegiatan (apakah bermain atau belajar) akan

lebih berusaha untuk melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada anak yang

berminat untuk mandiri dan menjadi pemimpin, tentu ia akan berusaha agar dapat

diterima kelompoknya sehingga lama kelamaan diharapkan ia menjadi pemimpin.

c. Minat berpengaruh pada prestasi

Anak yang berminat pada suatu pelajaran, akan belajar dan berusaha supaya

mendapat nilai yang lebih baik. Minat dapat menimbulkan rasa senang pada setiap

kegiatan yang dipilih. Jika anak berminat pada suatu kegiatan maka pengalaman

terasa akan lebih menyenangkan. Sebaliknya, jika anak gagal mengalami sesuatu

(30)

tersebut. Hal ini, kadangkala membuat prestasi lebih rendah dari kapasitas atau

potensi yang dimiliki. Akibatnya, timbul rasa salah dan malu pada diri anak

tersebut.

d. Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak dapat menjadi minat selamanya

Anak yang selalu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya,

lama-kelamaan akan timbul kebiasaan dan akan terus bertahan menjadi minat

selamanya. Misalnya, anak yang sedari kecil senang menggambar dan ia terlibat

secara intensif dalam kegiatan ini dan hal ini juga didukung oleh orang tua dan

lingkungannya, pada akhirnya akan menjadi minat yang menetap dalam diri anak.15

Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa minat

merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan

ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan pilihan terhadap

suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan

akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang

maka minat seseorang pun akan berkurang. Kebiasaan akan terbentuk jika pembaca

memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca.

2. Perkembangan Minat

Seorang anak tidak lahir dengan minat tertentu. Teori tabula rasa

menunjukkan bahwa anak yang lahir laksana kertas putih yang kosong, yang belum

diisi berbagai hal. Dengan demikian, minat tidak ada dari lahir karena minat

15

(31)

berkembang melalui pengalaman belajar. Sejalan dengan makin meluasnya

cakrawala mental anak maka minatpun akan berkembang. Minat dapat dipelajari

melalui berbagai macam cara yaitu:

a. Trial and Error (Coba Ralat)

Dengan mencoba-coba secara tidak langsung akan timbul minat terhadap

sesuatu, seperti anak yang baru belajar sepeda. Jika ia sudah mahir, ia akan gemar

bersepeda. Kegemaran atau minat bermain sepeda akan lebih kuat jika mendapat

bimbingan dari lingkungan (khususnya melalui arahan dari orang-orang yang

berarti bagi anak). Tumbuhnya minat pada anak akan lebih baik dan dapat bertahan

lebih lama.

b. Proses identifikasi pada orang yang dicintai (misalnya, Ayah atau Ibu)

Anak yang menyukai atau berminat membaca sangat mungkin dikarenakan

ia melihat ayah dan ibunya senang membaca. Ibu yang senang menonton sinetron

di televisi tanpa sengaja dapat menjadi model atau contoh yang kuat bagi anak

untuk juga turut berminat menonton sinetron. Pengaruh tokoh identifikasi ini makin

lama semakin berkurang begitu anak menginjak usia dewasa karena bukan hanya

keluarga yang berpengaruh pada anak tetapi juga peran kelompok teman sebaya.

Jika hal ini terjadi pada anak, tidak jarang akan menimbulkan konflik dalam diri

(32)

Dari berbagai penelitian mengenai perkembangan dan perbedaan individu

dalam minat. Renninger menyimpulkan sebagai berikut.

1. Jika ditinjau dari sudut pandang perkembangan, pada usia prasekolah, yaitu usia

3-4 tahun umumnya anak-anak memiliki minat yang secara relatife stabil dan

minat mereka berhubungan dengan pemilihan kegiatan dan belajar mereka.

2. Minat berperan besar dalam mengarahkan dan membimbing tingkah laku pada

masa kanak-kanak akhir dan dewasa. Pada anak yang lebih tua dan memasuki

masa dewasa, umumnya menyelesaikan tugas yang tidak terlalu diminati dan

kebanyakan mereka tidak mempunyai pilihan terhadap tugas-tugas ini (misalnya

tugas di lingkungan sekolah atau lingkungan pekerjaan). Dalam hal ini minat

mempunyai pengaruh diferensial tergantung dari tugas dan isinya.

3. Jika ditinjau dari perbedaan perkembangan minat, menunjukkan bahwa minat

anak pada sekolah dan tugas sekolah akan berkurang sejalan dengan usia

mereka. Minat pada matematika dan ilmu pengetahuan akan berkurang.

Sayangnya, penelitian semacam ini belum dikembangkan di Indonesia. Oleh

karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai

perkembangan dan perbedaan individu dalam minat terhadap belajar dan

perkembangan.

Perkembangan minat memegang peranan penting dalam pengembangan

kepribadian. Minat merupakan aspek kepribadian yang menyangkut rasa senang

atau tidak senang terhadap suatu objek dalam mencapai suatu tujuan. Minat yang

(33)

tujuan. Dalam dunia psikologi pendidikan dikenal ada tiga macam minat dalam

diri anak, yaitu minat volunter, minat involunter, dan minat non-volunter.

a. Minat volunter adalah minat yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak.

b. Minat involunter adalah minat yang ditimbulkan oleh guru melalui berbagai

upaya penciptaan situasi yang kondusif.

c. minat non-volunter adalah minat yang timbul dengan dipaksakan. Dengan minat

yang kuat, anak akan melakukan suatu tindakan dengan motivasi yang lebih

tinggi disertai kepuasaan tertentu.

Minat-minat dan aktivitas yang banyak berkembang selama masa ini adalah

berikut ini.

1. Permainan konstruktif (construktive plays), yaitu berbagai jenis permainan yang

bersifat membentuk atau menghasilkan bentuk-bentuk tertentu.

2. Mengumpulkan (collecting), yaitu kegiatan untuk mengumpulkan suatu yang

disukainya, seperti gambar, perangko, buku, dan alat mainan.

3. Permainan dan olahraga

4. Aktivitas yang memberikan hiburan, seperti membaca, menonton film,

mendengarkan radio, menonton tv, dan video games.

Dalam masa anak-anak, telah terbentuk minat-minat tertentu, antara lain

minat terhadap penampilan (unjuk diri). Pakaian, nama, agama, kesehatan, jenis

kelamin, sekolah, dan karierdi masadepan. Perkembangan emosional dalam masa

ini ikut berpengaruh dalam pembentukan konsep diri dan pembentukan ideal selfy,

(34)

dengan makin luasnya cakrawala lingkungan sosial anak. Beberapa faktor yang

mempengaruhi pembentukan konsep diri anak, antara lain kondisi fisik, bentuk

tubuh, nama, status sosial ekonomi, lingkungan, sekolah, penerimaan sosial,

pengalaman sukses atau gagal , dan kecerdasan.

3. Aspek kognitif dan afektif

Untuk mengetahui bagaimana minat seseorang berkembang, perlu diketahui

aspek-aspek minat, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif

didasarkan pada konsep anak yang berkembang mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan minat. Aspek kognitif dari minat anak pada sekolah didasari

pada konsep anak tentang sekolah. Jika dikatakan sekolah sebagai tempat

mempelajari sesuatu, tempat untuk meningkatkan rasa ingin tahu, tempat untuk

dapat mengadakan hubungan dengan kelompok teman sebaya maka akibatnya

minat setiap anak pada sekolah akan berbeda-beda. Hal ini berbeda jika sekolah

lebih ditekankan pada hal-hal yang menimbulkan frustrasi atau menekan karena

berbagai aturan sekolah dan tugas-tugas yang berat.

Konsep kognitif berkaitan dengan pengalaman seseorang. Pengalaman yang

telah diperoleh dari rumah, sekolah, masyarakat, dan media massa berbeda. Dari

semua pengalaman inilah anak belajar apa yang dapat dan tidak memuaskannya.16

16

(35)

Menurut Piaget, pada garis besarnya perkembangan kognitif berlangsung

melalui empat tahapan utama, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap Sensorimotor, sejak lahir sampai usia 2 tahun.

Dalam tahapan ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada

fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang

menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.

b. Tahap Praoperasional dibagi:

1. Tahapan prakonseptual atau simbolik, 2-4 tahun

2. Tahap intuitif atau preseptual, 4-7 tahun

Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada

pola-pola berpikir tertentu.Anak sudah mampu membuat logika sendiri meskipun

masih bersifat primitif dan kurang rasional .Anak sudah mampu membuat

suatu kesimpulan dengan logika sendiri.

c. Tahap konkret operasional, usia 7-12 tahun

Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir operasional secara

konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret.Pada masa

ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas,

seperti panjang, lebar, luas, volume, dan berat.

d. Tahap formal operasionalusia 12-15 tahun

Beberapa fenomena yang tampak pada tahap ini.

1. Tingkat berpikir formal yang lebih bersifat abstrak dan logis tanpa kehadiran

objek-objek konkret.

(36)

3. Jalan pikiran anak adalah proporsional, artinya anak mampu berpikir secara

menyeluruh dengan kemampuan memberikan argumentasi secara bebas.

4. Bentuk berpikirnya berpolakan pengombanisasian, artinya anak secara efektif

dapat berpikir sistematis dengan memisah-misahkan semua variabel yang

mungkin ada dari suatu masalah dan mencoba mengombinasikandengan

pemecahan masalahnya.17

Aspek afektif atau yang berkaitan dengan suasana hati, merupakan konsep

yang diekspresikan dalam sikap orang-orang di sekitarnya. Bagi seorang anak,

pengalaman yang menyenangkan dengan guru akan menumbuhkan sikap positif

pada sekolah.

Baik aspek kognitif maupun aspek afektif berperan dalam menentukan

kegiatan yang akan dilakukan atau tidak dilakukan maupun tipe penyesuaian diri

pada lingkungan. Dalam beberapa hal aspek afektif lebih penting daripada aspek

kognitif, khususnya dalam memotivasi diri agar minat lebih bertahan.

Dari bahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa minat

berkembang melalui proses belajar. Perkembangan minat memiliki

karakteristik-karakteristik tertentu, sebagai berikut.

a. Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental

b. Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar (misalnya anak tidak akan

berminat pada bermain lompat tali apabila anak belum dapat

mengkordinasikan gerak otot-ototnya).

17

(37)

c. Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk

belajar bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang

dewasa di sekitarnya.

d. Perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari kemampuan

fisik, mental serta pengalaman sosial anak.

e. Minat dipengaruhi oleh budaya karena anak belajar dan memperoleh

pengalaman melalui keluarga, guru, dan orang dewasa lain yang tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh budaya.

f. Minat dipengaruhi oleh faktor emosi atau suasana hati. Jika suasana hati kita

sedang gundah, minat pada suatu juga berkurang, demikian pula sebaliknya.

g. Minat bersifat egosentris, hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak.18

Menurut M. Alisuf Sabri minat yang paling penting dan paling universal

pada masa kini dapat dikategorikan sebagi berikut:

a). Minat pribadi dan sosial; minat pada diri sendiri merupakan minat yang

terkuat pada masa anak. Karena mereka sadar bahwa dukungan

sosial/penilaian teman-temannya sangat dipengaruhi oleh penampilan dan

benda-beda yang dimiliki. Selain itu anak juga mempunyai minat sosial

ingin populer dalam kelompok. Tetapi minat sosial ini tergantung pada

kesempatan yang dimiliki oleh si anak. Sehingga anak yang kaya akan

dapat melaksanakan minat sosialnya dengan lebih baik, sedangkan anak

yang tidak populer akan mempunyai minat sosial yang terbatas.

18

(38)

b). Minat terhadap pekerjaan, terutama terdapat pada anak-anak SMA; mereka

mulai bersungguh-sungguh memikirkan masa depan mereka.

c). Minat pada simbol status. Simbol status merupakan simbol prestise yang

menunjukan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi statusnya dalam

kelompok. Simbol status pada anak ini dapat bersumber dari status sosial

ekonomi atau dari perolehan prestasi yang bergengsi, atau termasuk dalam

tim sekolah.19

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,

semakin besar hubungannya.20

Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan

bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Minat tidak dibawa

sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca

a. Faktor intern siswa

Yang dimaksud dengan faktor intern siswa ialah faktor-faktor yang terdapat

atau bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.

b. Faktor ekstern siswa

Faktor ekstern siswa artinya segala faktor yang mempengaruhi perkembangan

tingkah laku siswa termasuk minatnya yang bersumber dari luar siswa yang

19

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2006), h. 163-164.

20

(39)

bersangkutan. Misalnya yang berasal dari lingkungan keluarganya, teman,

masyarakat disekitarnya, dan guru dis ekolahnya.21

Chauhan juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah:

1. Perkembangan fisik, merupakan hal yang sangat penting dalam memutuskan

perkembangan minat. Seseorang secara fisik mengalami kebutaan atau

kecacatan pada matanya akan berpengaruh pada ketertarikannya pada aktivitas

membaca.

2. Perbedaan seks (identitas kelamin). Ada perbedaan besar antara minat membaca

pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan

fisiologis dan pengaruh budaya, level pendidikan, dan kondisi lingkungan.

3. Lingkungan, menentukan aturan penting dalam memutuskan minat membaca

seseorang, misalnya saja lingkungan rumah yang kondusif dan memberikan

banyak contoh dan stimulus sehingga seseorang akan memiliki kebiasaan

membaca.

4. Status sosial ekonomi, kondisi keluarga juga menentukan dalam pembentukan

minat membaca pada seseorang. Seseorang yang berasal dari keluarga dengan

status ekonomi menengah ke atas akan dapat memberikan fasilitas dan stimulus

bahan-bahan bacaan yang merangsang minat membaca pada anak. 22

21

Muchlisoh, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia 3, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 296.

22

(40)

Jika kita akui secara jujur, rasanya masih sedikit sekali masyarakat

Indonesia yang bisa mengisi waktu senggang mereka untuk membaca. Berbeda

sekali dengan masyarakat Jepang misalnya, di mana dan kapan saja selama tidak

melakukan pekerjaan lain mereka tidak pernah lepas dari buku. Mereka membaca

dan membaca terus. Banyak masyarakat kita masih terdapat anggapan bahwa

membaca adalah pekerjaan guru atau pekerjaan lainnya. Inilah yang menjadi

pokok permasalahan sebagai penyebab utama rendahnya minat siswa untuk

membaca.

Crow and Crow berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat,

yaitu:

a. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan, ingin tahu

seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau

mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain. Dorongan

ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca,

belajar, menuntut ilmu, dan lain-lain. Dorongan seks akan membangkitkan minat

untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan

lain-lain.

b. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan

suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin

mendapat persetujan atau perhatian dari orang lain. Minat untuk belajar atau

menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari

(41)

c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila

seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan

senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut,

sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.

5. Macam-Macam Minat

Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini tergantung pada sudut

pandang dan cara penggolongan misalnya berdasarkan timbulnya minat,

berdasarkan arahnya minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau

mengungkapkan minat itu sendiri.

a. Witherington di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab

mengatakan bahwa berdasarkan timbulnya, minat dan dapat dibedakan

menjadi minat primitif dan minat kilturil. Minat primitif adalah minat yang

timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Sebagai contoh: minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.

b. Joner di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab mengatakan

bahwa berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik

dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh: seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Dalam minat ekstrinsik ada usaha untuk melanjutkan aktivitas sehingga tujuan akan menjadi menurun atau hilang.

c. Super & Crites di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab

(42)

dibedakan menjadi empat yaitu: Expressed interest, manifest interest, tested interest, inventoried interest.

1. Expressed interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.

2. Manifest interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan mengetahui hobinya.

3. Tested interest: adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.

4. Inventoried interest: adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat yang sudah distandardisasikan, di mana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek

yang ditanyakan.23

B.Hakikat Membaca 1. Pengertian Membaca

Dalam kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri. Ada

beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca antara lain:

kegiatan membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat memperkuat

suatu kayakinan/kepercayaan pembaca, sebagai suatu pelatihan, memberi

pengalaman astetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan

sebagainya.

Beberapa definisi membaca yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut. W.J.S. Poerwodarminto mengatakan bahwa membaca yaitu melihat sambil melisankan sesuatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Dr. Henry Guntur Tarigan mengungkapkan membaca yaitu suatu pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. A.S. Broto mengatakan bahwa membaca yaitu mengucapkan lambang bunyi. Anderson

23

(43)

mengatakan bahwa membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung didalam kata-kata yang tertulis. Finochiaro and Bonomo secara

singkat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting

meaning from-printed or written material”, memetik serta memahami arti

atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.24

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membaca adalah suatu proses

yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, para pelajar harus dibantu

untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang visual yang

menggambarkan tanda-tanda yang sama yang telah mereka tanggapi sebelum

itu.

Berdasarkan hakikat membaca, ternyata membaca merupakan suatu proses

yang sangat kompleks. Pada saat membaca, anak harus mampu:

a. Merasakan perangkat simbol pada teks bacaannya (aspek sensoris)

b. Menginterpretasikan apa yang dilihatnya (aspek perceptual)

c. Mengikuti pola-pola linier, logika,dan tata bahasa kata-kata yang ditulis

(aspek urutan)

d. Menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman-pengalaman

langsung agar bisa memberi makna pada kata-kata yang ada (aspek

pengalaman)

e. Melakukan inferensi dan mengevaluasi materi (aspek berpikir)

f. Berhubungan dengan minat dan sikap yang mempengaruhi tugas membaca

(aspek afektif)

24

(44)

Lebih sederhana, hakekat pembelajaran membaca merupakan proses

memperoleh kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang berupa fisik dan

psikologis.25

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses membaca oleh pembaca

adalah sebagai berikut:

a) Tulisan, yang berfungsi sebagai input grafis, yaitu yang tercetak atau terlihat

b)Bagaimana bahasa itu bekerja dan bagaimana bahasa itu digunakan oleh

pembaca. Misalnya pemilihan kata atau diksi

c) Seberapa banyak pengetahuan dan pengalaman pembaca yang digunakan untuk

merekonstruksi makna yang dituangkan pengarang, misalnya perbedaan profesi

d)Sistem perseptual yang termasuk dalam membaca.26

2. Tujuan Membaca

Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Dengan melakukan

kegiatan membaca tersebut, tentu dengan tujuan yang berbeda-beda. Dengan

demikian, orang membaca dengan berbagai tujuan:

a. Untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta atau informasi yang

dibutuhkan.

b. Untuk memperoleh ide pertama dari apa yang dibacanya

c. Untuk menyimpulkan dari apa yang dibacanya itu

d. Untuk memperoleh kesenangan,

e. Mengisi waktu luang atau mencari hiburan.

25

Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12. 26Ibid

(45)

f. Kepentingan studi (secara akademik).

g. Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan.

h. Memperkaya perbendaharaan kosakata.27

i. Memahami isi wacana sehingga mampu menangkap dan memahami isi bacaan

secara benar.28

j. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah

dibuat oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apayang

telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memperoleh perincian-perincian atau

fakta-fakta (reading for details or facts).

k. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap

bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya. Setiap

tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan, dan kejadian

buat dramalisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahuiurutan atau susunan,

organisasi cerita.

l. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang

dialami sang tokoh,dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh

untuk mencapai tujuan. Membaca seperti ini disebut membaca untuk

memperoleh ide-ide utama.29

27

Supriyadi, Pendidikan Bahasa Indonesia 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 13. 28

Euis Honiatri dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 69.

29

(46)

Berkaitan dengan tujuan membaca, Rivers dan Temperly mengajukan tujuh

tujuan utama dalam membaca:

a) Untuk memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran

tentang suatu topik.

b) Untuk memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas

bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja

alat-alat rumah tangga)

c) Untuk berakting dalam sebuah drama,bermain game, menyelesaikan teka-teki

d) Untuk berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk

memahami surat-surat bisnis

e) Untuk mengetahui kapan dan dimana sesuatu akan terjadi atau apa yang

tersedia

f) Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi

g) Untuk memperoleh kesenangan atau hiburan30

h) Membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis; misalnya

cara membuat masakan, cara membuat topi, dan sebagainya.

i) Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit

tertentu.

j) Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang, misalnya membaca untuk

tujuan mendapat sensasi-sensasi baru melalui penikmatan emosional bahan

bacaan (buku cerita, novel, roman, dan sebagainya). 31

30

Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12. 31

(47)

3. Mengembangkan Keterampilan Membaca

Pembelajaran membaca memang benar-benar mempunyai peranan yang

sangat penting. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana-wacana

yang memudahkan penanaman keindonesiaan pada anak didik. Selain itu, guru

dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreativitas anak

didik.

Ada beberapa fase perkembangan membaca, yaitu :

1. Fase pramembaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari

perbedaan huruf dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis

2. Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan

tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita.

3. Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata

yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan.

4. Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan

mengenal maksud penulis dalam bacaan.

5. Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat

(48)

Mikulecky membagi keterampilan membaca atas jenis-jenis yang lebih

kecil. Jenis-jenis keterampilan membaca tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Kemampuan melakukan decoding secara otomatis. Termasuk dalam jenis

keterampilan ini, yaitu kemampuan mengenal atau menyadari sebuah kata

dengan sangat cepat, yaitu dengan sekilas lirik.

b. Kemampuanmelakukan previewing (aktivitas prabaca) dan predicting

(memprediksi). Dengan demikian, pembaca dapat menebak isi bahan bacaan

yang disajikan berikutnya.

c. Kemampuan menentukan tujuan secara spesifik dalam membaca, yaitu

memahami mengapa suatu teks perlu dibaca.

d. Kemampuan mengidentifikasi genre tulisan sehingga dapat memprediksi bentuk

dan kemungkinan isi bahan bacaan.

e. Kemampuan mengajukan pertanyaan terhadap isi bacaan sehingga pembaca

dapat melakukan dialog dalam hati dengan penulis selama membaca.

f. Kemampuan melakukan scanning, yaitu membaca teks dengan sangat cepat

guna memperoleh suatu informasi spesifik.

g. Kemampuan mengenal topik yang disajikan dalam teks.

h. Kemampuan menentukan ide pokok dan ide-ide penunjang.

i. Kemampuan menentukan letak kalimat topik (kalimat utama).

j. Kemampuan menentuka ide pokok pada sebuah kalimat dan paragraf.

k. Kemampuan menentukan bentuk-bentuk hubungan antaride dalam keseluruhan

(49)

l. Kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan kata-kata yang menandai

relasi-relasi antara unsur-unsur teks.

m. Kemampuan menarik kesimpulan mengenai ide pokok berdasarkan

penggunaan bentuk-bentuk bahasa dan petunjuk-petunjuk lain.

n. Kemampuan mengenal dan menggunakan unsur-unsur kata ganti (pronouns),

kata-kata penunjuk (referents), dan unsur leksikal lainnya sebagai penanda

kohesi.

o. Kemampuan menebak arti kata-kata yang masih asing bagi pembaca melalui

konteks.

p. Kemampuan melakukan skimming, yaitu kemampuan memperoleh kesan

umum secara cepat terhadap keseluruhan bahan bacaan, suatu bab atau buku.

q. Kemampuan melakukan parafrase, yaitu kemampuan mengemukakan isi teks

dengan menggunakan kata-kata sendiri guna memonitor pemahaman yang

telah diperoleh pembaca.

r. Kemampuan meringkas isi bacaan, yaitu mengemukakan kembali ide-ide

pokok yang terdapat dalam keseluruhan bahan bacaan.

s. Kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan informasi dari

beberapa bagian bahan bacaan dan ide-ide tambahan dari pembaca sendiri.

t. Kemampuan mengemukakan inferensi dengan menggunakan bukti-bukti.

Dalam hal ini, dengan membaca kalimat-kalimat tertulis dan dengan

menggunakan bukti-bukti yang terkandung dalam teks, pembaca dapat

(50)

u. Kemampuan memvisualkan isi bacaan, antara lain dalam wujud kemampuan

membuat diagram mengenai isi teks.

v. Kemampuan membaca secara kritis, antara lain kemampuan menentukan

keakuratan bahan bacaan dengan menggunakan pengetahuan yang telah

dimiliki sebelumnya, dan dapat membedakan antara fakta dan opini.

w. Kemampuan membaca dengan kecepatan yang sesuai guna memungkinkan

otak memproses masukan yang diperoleh dari bahan bacaan.

x. Kemampuan menggunakan strategi membaca yang tepat, disesuaikan dengan

bahan bacaan dan tujuan membaca.32

4. Masalah membaca

Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan

pikiran dan perasaan, serta membina persatuan dankesatuan bangsa.

Masalah yang dihadapi anak dalam membaca, yaitu:

a. Kurang mengenali huruf

b. Membaca kata demi kata yang seringkali disebabkan oleh gagal menguasai

keterampilan memecahkan kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar

membaca

c. Memparafrasekan yang salah

d. Miskin pelafalan atau penghilangan

e. Pengulangan

32

Gambar

Tabel 1 Kisi-kisi Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 2 Nama Guru di MTs. Islamiyah
  Tabel 3 Jumlah Siswa MTs. Islamiyah Ciputat
Tabel4 Keadaan sarana dan prasarana MTs. Islamiyah ciputat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan dan mengetahui pengaruh minat membaca, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar pelajaran

Bahkan dengan lingkungan yang nyaman dan minat belajar siswa pada pelajaran yang tinggi, maka siswa akan menganggap kegiatan belajar yang dilakukannya merupakan suatu

Hasil penelitian ini menunjukkan hasil belajar siswa, minat belajar siswa, kompetensi guru kewirausahaan dan lingkungan masyarakat siswa SMK keahlian bisnis dan

Maka dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Metode Kerja kelompok terhadap Minat Belajar siswa Kelas VII-1 SMP Negeri 22 Medan terdapat pengaruh yang kuat atau tinggi...

Pengaruh Minat Belajar dan Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Membaca Al-Qur’an Siswa di Madrasah Diniyah Al-Qur’an Al-Ihsan Kepatihan Ponorogo Tahun Pelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi minat baca, kondisi kecerdasan emosional, kondisi hasil belajar Akhlak, pengaruh minat baca terhadap hasil belajar Akhlak,

Penilaian Kompetensi Dasar Materi Pokok Indikator Pengalaman Belajar Jenis Tagihan Bentuk Instrumen Contoh Instrumen Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Apabila sedang mengerjakan tugas matematika apakah subjek termasuk tipe siswa yang belajar dengan cara menulis, menghafal tanpa harus ditulis atau dengan melihat saja