(Studi Kasus pada Siswa Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
HALIMA TUSADIAH
107013000234
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
Nama : Halima Tusadiah
Tempat/Tanggal lahir : Bekasi, 25 Mei 1989
NIM : 107013000234
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi : Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa
Kelas VIII MTs Islamiyah Ciputat
Dosen Pembimbing : Drs. Cecep Suhendi, M.Pd
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Oktober 2011
Penulis
MINAT MEMBACA BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) ISLAMIYAH CIPUTAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
Halima Tusadiah 107013000234
Di Bawah Bimbingan
Drs. Cecep Suhendi, M.Pd NIP. 196010171987031001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SISWA KELAS VIII MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) ISLAMIYAH CIPUTAT”, yang disusun oleh Halima Tusadiah Nomor Induk Mahasiswa 107013000234 Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Telah melalui bimbingan dinyatakan syah sebagai
karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang
ditetapkan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Jakarta, 20 Oktober 2011
Yang mengesahkan
Pembimbing
pelajaran Bahasa Indonesia.
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Minat juga diartikan sebagai sikap positif terhadap aspek-aspek lingkungan minat membaca perlu ditanamkan dan ditumbuhkan sejak kecil sebab minat membaca tidak akan terbentuk dengan sendirinya, tetapi sangat dipengaruhi oleh stimulus yang diperoleh dari lingkungan tempatnya berinteraksi. Keluarga merupakan lingkungan paling awal dan dominan dalam menanamkan, menumbuhkan dan membina minat membaca. Orang tua perlu menanamkan kesadaran akan pentingnya membaca dalam kehidupan manusia untuk itu orang tua dapat menjadikan dirinya teladan bagi anaknya hal ini agar ada keterkaitan antara penanaman membaca untuk menatap masa depan yang lebih baik.
Pelajaran yang diterapkan adalah pelajaran Bahasa Indonesia dengan subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang terdiri dari 36 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pernyataan-pernyataan berupa angket, yang kemudian diberikan kepada objek penelitian, yaitu siswa-siswi yang peneliti pilih dan menjadi sampel dalam penelitian.
sehingga skripsi dengan judul Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas VIII
MTs Islamiyah Ciputat dapat penulis selesaikan dengan baik.
Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah
membimbing umatnya ke jalan yang diridhoi Allah Swt.
Doa dan dorongan dari berbagai pihak banyak memberikan semangat dalam penulisan
dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Nurlena, P. Hd. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd. sebagai Ketua Jurusan PBSI.
3. Drs. E. Kusnadi sebagai dosen pembimbing akademik
4. Drs. Cecep Suhendi, M.Pd sebagai dosen pembimbing yang telah banyak membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini dan telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan
fikirannya untuk memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah mengajarkan
dan memberikan ilmunya kepada penulis selama proses perkulahan berlangsung. Semoga
Allah memberikan balasan dan pahala berganda atas ilmu yang diberikan dengan ikhlas
kepada kami semua.
6. Kepala MTs. Islamiyah Ciputat beserta jajaran yang telah membantu penulis dengan
memberikan izin untuk mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
7. Ayahanda dan Ibunda yang penulis sayangi dan cintai, yang selalu mendoakan dan
memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil.
8. Imam Hanafi sebagai adik tersayang yang memberikan bantuan dan semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi.
9. Keluarga besar Bapak H. Ilyas dan Bapak Madsari yang selalu mendoakan penulis tetap
11.Keluarga besar SDN Sukakarya 03
12.Keluarga besar SMP dan SMA Madinatul Ilmi Ciputat.
Akhirnya penulis hanya bisa memanjatkan doa kepada Allah Swt semoga budi baik
dan bantuan-bantuan yang tak ternilai dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Amin yaa robbal’alamin.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Besar harapan penulis, semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya. Amin
Jakarta, 20 Oktober 2011
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Pembatasan Masalah ... 9 A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62
B. Sumber Data... 62
C. Populasi dan Sampel ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat .. 67
B. Hasil Analisis Data ... 74
C. Pembahasan... 89
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 90
B. Saran ... 90
Tabel 1 : Kisi-kisi Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 2 : Nama Guru di MTs Islamiyah
Tabel 3 : Jumlah Siswa MTs Islamiyah Ciputat Tahun pada Ajaran 2010-2011
Tabel 4 : Keadaan sarana dan prasarana MTs Islamiyah ciputat
Tabel 5 : Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 6 : Nilai Bahasa Indonesia
Tabel 7 : Berminat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 8 : Sikap Mendapatkan Nilai Bahasa Indonesia Kurang Bagus
Tabel 9 : Sikap Orang Tua Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 10 : Tanggapan Teman Terhadap Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 11 : Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sebelum Pelajaran Dimulai
Tabel 12 : Membeli Buku Pelajaran Bahasa Indonesia di Toko Buku
Tabel 13 : Yang disukai ketika Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 14 : Frekuensi Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 15 : Berdiskusi Kepada Teman Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 16 : Alasan berminat membaca buku pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 17 : Sikap Responden Tentang Teman yang Mengejek Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 18 : Keinginan Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 19 : Kondisi Kelas ketika Belajar Bahasa Indonesia
Tabel 20 : Mengulang Membaca Buku Pelajaran di Rumah
Tabel 21 : Tidak Pernah Bosan Membaca Buku pelajaran Bahasa Indonesia
Tabel 22 : Membaca Buku yang Berkaitan dengan Pelajaran Bahasa Indonesia di Perpustakaan
Tabel 23 : Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Membuang Waktu Saja
Lampiran 3 : Lembar wawancara dengan guru
Lampiran 4 : Surat pengajuan judul proposal skripsi
Lampiran 4 : Surat bimbingan skripsi
Lampiran 5 : Surat permohonan izin observasi
Lampiran 6 : Surat permohonan izin penelitian
Lampiran 7 : Surat keterangan sekolah
Lampiran 8 : Profil sekolah
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tachir di dalam Budinuryanta Y menyatakan bahwa pengajaran bahasa
Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan
pelajaran tentang bahasa. Keterampilan berbahasa yang terdiri dari keterampilan
menyimak, berbicara, membaca dan menulis, semua keterampilan tersebut
disajikan secara terpadu. Sedangkan Samsuri di dalam Budinuryanta Y menyatakan
bahwa tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa
dalam menggunakan bahasa Indonesia.1
Pengajaran membaca sebagai bagian dari pengajaran bahasa yang
mengalami perkembangan dari masa ke masa, terutama di negara yang kondisi
sosial ekonominya sudah mantap, seperti negara-negara Eropa dan Amerika
Serikat. Di sana penelitian telah menghasilkan pemikiran-pemikiran di bidang
komunikasi yang menyebabkan perkembangan di negara-negara tersebut
berpengaruh pula pada belahan bumi lainnya, yaitu di negara-negara berkembang
seperti Indonesia.2
Kata-kata bijak yang mengatakan bahwa buku adalah jendela ilmu
pengetahuan, buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemukan relevansinya
yang semakin kuat dalam abad informasi dewasa ini. Adanya arus global yang
1
Budinuryanta Y, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), h. 11.6.
2Ibid
melanda dunia dan yang mengandaikan semakin cepatnya arus informasi dari
berbagai belahan dunia hanya dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca,
tetapi ia akan terkunci dari peradaban modern, ditengah lalu lalangnya kehidupan
super modern yang serba teknologis. Dalam bahasa yang sederhana, ia akan
ketinggalan zaman, tidak tahu apa yang terjadi di sekeliling padahal manusia
dibekali pembawaan rasa ingin tahu yang besar.3
Pentingnya budaya membaca juga telah ditegaskan Tufik Ismail. Dalam
tulisannya yang berjudul “Agar Anak Bangsa Tak Rabun Membaca Tak Pincang
Mengarang”.4
Memang penyakit malas membaca sekarang ini terjadi kepada siapa
saja mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Hal ini merupakan suatu keadaan
yang sangat memprihatinkan. Banyak orang yang ingin menguasai ilmu
pengetahuan dan ilmu teknologi dan ingin bersaing dengan negara-negara lain
tetapi kenyataannya penyakit malas itu sulit di hilangkan. Padahal keadaan suatu
bangsa ini lebih di tentukan oleh seberapa besar masyarakat yang mau menjadikan
membaca buku itu hal yang utama.
Secara umum tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa
berikut.
Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan
pengungkapan nilai serta sikap sosial budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian
seseorang.
3
Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 46.
4
Kedua, tujuan instrumental, menyangkut penggunaan bahasa yang
dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. Umpamanya, supaya tahu
memakai alat-alat, memperbaiki kerusakan mesin, mempelajari satu ilmu, dan
melakukan korespondensi komersial.
Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota
suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan
sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling
sedikit membuat orangnya tidak akan dianggap “asing” lagi oleh penutur –penutur
bahasa atau dialek itu.
Keempat, tujuan kebudayaan, terdapat pada orang yang secara ilmiah ingin
mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu kebudayaan atau
masyarakat.
Untuk memenuhi semua tujuan tersebut salah satu cara efektif yang dapat
ditempuh adalah dengan membaca. Dengan membaca dunia berada di tangan.
Artinya, semua informasi dengan mudah dapat kita ketahui lewat membaca.
Mengingat begitu pentingnya membaca, membaca perlu diajarkan kepada setiap
generasi. Hasrat dan minat membaca perlu terus ditumbuhkembangkan pada diri
setiap orang.5
Minat yang telah disadari terhadap bidang pelajaran mungkin sekali akan
menjaga pikiran siswa sehingga dia bisa menguasai pelajarannya. Pada gilirannya,
prestasi yang berhasil akan menambah minatnya, yang bisa berlanjut sepanjang
5
hayatnya. Minat siswa terhadap pelajaran apapun bisa didasarkan kepada bakat
yang nyata dalam bidang khusus. Kalau pelajaran terus-menerus dipelajari dan
dikaji, maka akan diperoleh kecakapan yang lebih besar disertai dengan
bertambahnya minat bukan hanya terhadap lapangan itu sendiri akan tetapi juga
dalam bidang-bidang yang berhubungan. Tidak semua remaja memulai bidang studi
baru karena faktor minatnya. Ada siswa mengembangkan minatnya pada bidang
pelajaran karena pengaruh gurunya, kawan sekelasnya, atau anggota keluarganya.
Bagaimanapun, jika para siswa yang serupa itu mempunyai kemampuan sedang
atau di atas rata-rata, biasanya mereka dapat mengembangkan minat yang kuat
kepada matapelajaran dan mengarahkan tenaga dan usahanya untuk menguasainya
sehingga akan membawa kepada prestasi yang berhasil.
Jika seorang memang sangat menaruh minat kepada suatu proyek khusus
maka mungkin dia akan lebih banyak melakukan tugas pekerjaannya dan juga
dilakukannya dengan baik, sekalipun dalam beberapa hal minatnya bisa
menyebabkan dia bekerja di luar batas-batas kesehatannya. Demikian pula
sebaliknya yang dialami oleh banyak pelajar. Rasa lelah yang agaknya menyertai
belajar seringkali tidak lebih daripada kebosanan belaka disertai keinginan untuk
melakukan kegiatan lain yang sementara atau segera menarik perhatian dan
minatnya. Efisiensi belajar barulah dapat bertambah jika si pelajar menyadari
bahwa nilai dan kebaikan yang akan diperoleh dari studi tersebut lebih besar
daripada memenuhi dengan segera minat yang sementara.
Banyak sekolah, terutama pada tingkat Sekolah Lanjutan faktor minat justru
sekolah yang mempunyai program co-kurikuler yang ekstensif, biasanya dijumpai
bahwa ada beberapa siswa yang ingin ikut-serta dalam banyak kegiatan rekreasi
akan merugikan tugas pekerjaan sekolahnya. Pada sekolah lain yang ekstrim,
murid-murid yang menolak ikut-serta dalam tiap proyek yang diselenggarakan di
luar kelas karena mereka khawatir bisa mengalihkannya dari usaha belajar yang
sungguh-sungguh. Guru-guru itupun perlu kiranya menjaga agar supaya mereka
demikian banyak menaruh minat dan perhatiannya kepada murid-murid dan tugas
sekolahnya sehingga mereka mencurahkan sejumlah waktunya di luar batas waktu
sekolah biasa guna memperhatikan segala kegiatan yang berhubungan dengan
profesinya. Guru-guru dan siswa harus mengatur waktunya yang meliputi pekerjaan
sekolah, keikut-sertaannya dalam kegiatan rumah dan reaksi yang bermanfaat. Jadi,
ada di luar batas yang memang individu tidak boleh dihentikan baik dalam kegiatan
yang meniadakan minatnya maupun dalam memusatkan semua minat dan
kegiatannya kepada satu bidang.6
Yang dapat menumbuhkan minat dan kemampuan anak membaca adalah:
Pertama, hasrat diri sendiri. Minat dan kemampuan membaca tidak bisa
dipaksa-paksa. Ia musti lahir dari diri sendiri. Tugas dari orang tua hanyalah mendorong
akan arti penting aktivitas membaca.
Kedua, dorongan lingkungan. Apabila anak berada dalam lingkungan di mana
orang tua dan lingkungan sekitar rumah yang rendah membaca, dan lebih banyak
menonton tayangan televisi, umpamanya, niscaya anak juga akan meniru kebiasaan
6
tersebut. Ia akan meniru kebiasaan menonton ketimbang membaca. Ketiga,
ketersediaan bahan bacaan. Bagaimana mungkin kita akan menumbuhkan minat
dan kemampuan membaca anak, sementara tidak ada bahan bacaan yang tersedia.
Bahan bacaan pun tidak harus buku-buku baru yang mahal buku-buku atau majalah
lama yang bisa dibeli di toko dengan harga terjangkau, sudah cukup untuk
merangsang anak mau membaca. Yang penting isi, tata letak, bahasa dan
penyajiannya menarik bagi anak.7
Mengembangkan kebiasaan membaca buku, dapat memanfaatkan waktu
luang untuk membaca di mana dan kapan saja. Namun banyak pula orang yang
tidak mau membaca meskipun waktu luang sangat banyak, mereka lebih banyak
berbicara dan membicarakan orang lain dalam keseharian mereka.
“Dari segi linguistik, Anderson menyatakan bahwa membaca adalah suatu
proses penyandian kembali dan pembaca sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembaca sandi adalah menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup
pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna”.8
Bahkan ada pula beberapa penulis yang solah-olah beranggapan bahwa
“membaca” adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta
mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui fonik (Phonics= suatu metode
pengajaran membaca, ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan
Pada masa sekarang ini, pentingnya membaca telah semakin sering
diperbincangkan oleh berbagai kalangan masyarakat dalam berbagai kesempatan
dan forum. Hal ini sudah merupakan tuntutan kehidupan modern yang terasa
semakin mendesak. Kehidupan modern yang salah satu ciri pokoknya adalah
perkembangan ilmu dan teknologiyang semakin menuntut sikap orang mempunyai
ketepatan dan kecepatan yang tinggi untuk menafsirkan dan menyerap berbagai
informasi. Informasi bukan hanya sumber-sumber lisan tetapi yang terutama dari
sumber-sumber yang tertulis. Sekarang ini sumber-sumber tertulis semakin
membudaya sehingga dapat terlihat pentingnya membaca. Untuk memperoleh
kemampuan membaca, maka minat baca tinggi memegang peranan penting. Tanpa
adanya minat membaca maka kehidupan ini akan diwarnai ketertinggalan. Minat
membaca harus dipupuk, dibina dan dibimbing.
Salah satu yang mempengaruhi membaca tersebut adalah minat. Minat baca
adalah merupakan hasrat seseorang atau siswa terhadap bacaan, yang mendorong
munculnya keinginan dan kemampuan untuk membaca, diikuti oleh kegiatan nyata
membaca bacaan yang diminatinya. Minat baca bersifat pribadi dan merupakan
produk belajar.10
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah dengan adanya minat dan
perhatian siswa dalam belajar, minat merupakan suatu daya jiwa yang relative
menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar,
sebab melakukan sesuatu yang diminatinya seperti minat untuk membaca buku
10
pelajaran bahasa Indonesia. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin
melakukan sesuatu. Siswa yang mempunyai minat untuk membaca buku pelajaran
maka ia akan selalu terdorong untuk membaca buku pelajaran, sebaliknya jika ia
tidak suka maka ia tidak akan terdorong untuk membaca buku pelajaran.
Dalam pembelajaran sehari-hari masih banyak kesulitan yang dialami siswa.
Kenyataan dilapangan menunjukan kecenderungan pembelajaran masih kurang.
Banyak siswa yang tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak
tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran
akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Maka dari itu peneliti ingin
mengangkat masalah tentang minat membaca pelajaran khususnya pelajaran
bahasa Indonesia upaya belajar siswa kemampuannya lebih berpotensi dalam
menyumbangkan minat untuk belajar yang lebih baik dan lebih memusatkan
perhatiaannya pada pelajaran.
Berangkat dari penjelasan di atas, Oleh karena itu penulis memilih judul
skripsi :“Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VIII MTs
Islamiyah Ciputat”.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia
sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia di
2. Peran guru untuk meningkatkan minat siswa dalam membaca buku pelajaran
bahasa Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka penulis
membatasi masalah hanya pada minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia
yang meliputi:
1. Meningkatkan minat membaca siswa adalah hal yang sangat penting bagi
seseorang.
2. Keaktifan guru untuk memberi motivasi pada siswa untuk membaca buku
pelajaran bahasa Indonesia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi minat membaca buku pelajaran bahasa
Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui minat siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa Indonesia
di MTs Islamiyah Ciputat.
2. Untuk menambah pengetahuan siswa dalam membaca buku pelajaran bahasa
3. Meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam membaca buku pelajaran di
MTs Islamiyah Ciputat.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian ini menjadi
pengalaman, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik
secara teoritis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut,
dapat diuraikan sebagai berikut.
Manfaat Teoretis
1. Sebagai bahan pembelajaran bagi guru dalam mengetahui kemampuan minat
membaca siswa.
2. Sebagai panduan guru-guru dan pengajar bahasa Indonesia untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa terhadap membaca buku pelajaran bahasa Indonesia.
Manfaat Praktis
1. Bagi para siswa, yang mempelajari bahasa Indonesia agar lebih mengetahui
kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga siswa mengetahui manfaat membaca
untuk dirinya. Serta siswa dapat senang dalam belajar bahasa Indonesia.
2. Bagi guru, untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan berpikir dan sebagai petunjuk untuk pengajaran dan
pengelola pendidikan khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia.
3. Bagi Sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam mengetahui kemampuan
G. Tinjauan Pustaka
Minat merupakan suatu sikap yang sangat diperlukan oleh seseorang terhadap
sesuatu, karena minat seseorang terhadap sasuatu masih perlu ditingkatkan. Untuk
mengetahui perbedaan minat membaca buku pelajaran bahasa Indonesia penulis
membuat sesuatu pernyataan kepada responden. Namun, ada beberapa sumber yang
menjadi pegangan penulis dalam melakukan penelitian ini. Pertama penulis melihat
skripsi Yeti Budiyarti, UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011 jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia dengan judul ”Minat Belajar Siswa Terhadap Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia”, skripsi tersebut berbeda dengan skripsi penulis buat.
Perbedaannya adalah Yety Budiyarti membicarakan tentang seberapa besar minat
belajar siswa terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia dan menggunakan
pengambilan sampel dilakukan secara acak (sampling random) sedangkan penulis
membicarakan tentang minat membaca buku pelajaran dan menggunakan sampel
pertimbangan (sampling purposive). Kedua, penulis melihat skripsi Siti Memah,
dari jurusan KI-Manajemen Pendidikan, yang berjudul ”Minat Siswa Terhadap
Ekstrakurikuler”. Skripsi tersebut membicarakan berbagai kegiatan ekstrakurikuler
dan pembina kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Penulis sendiri membicarakan
skripsi dengan judul ”Minat Membaca Buku Pelajaran Bahasa Indonesia”
berdasarkan semangat, motivasi, dan dorongan dari orang tua maupun guru.
Dengan melihat perbedaan-perbedaan minat membaca buku pelajaran bahasa
Indonesia yang diteliti akan menambah pengetahuan penulis dalam dunia
pendidikan. Oleh karena itu, diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, maka dibuat sistematika
penulisan yang terdiri dari beberapa bab dan bab-bab tersebut memiliki beberapa
sub-bab yaitu:
Bab I Pendahuluan, terdiri atas: latar belakang, identifikasi masalah, pembahasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Teoretis, terdiri atas: hakikat minat, hakikat membaca, dan pengertian buku teks
Bab III Metode Penelitian, terdiri atas: tempat dan waktu penelitian, sumber data, populasi dan sampel, metode penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen
penelitian, dan teknik analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, terdiri atas: gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Islamiyah Ciputat, hasil analisis data, dan pembahasan.
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Hakikat Minat
1. Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu faktor yang cukup penting yang mempengaruhi
kemampuan membaca. Tampubulon mengatakan bahwa minat adalah perpaduan
antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Sebagai
contoh, seseorang mungkin mempunyai minat untuk membaca sebuah buku
bacaan sastra, tetapi karena harganya mahal maka ia tidak melaksanakannya.
Harjasujana mengemukakan bahwa ketiadaan minat baca dapat
menimbulkan ketidakmampuan membaca; ketidakmampuan membaca dapat
menimbulkan ketiadaan minat baca. Dalam membaca karya sastra pun dapat terjadi
hal yang serupa; ketidakmampuan minat terhadap karya sastra dapat menimbulkan
ketidakmampuan seseorang membaca karya sastra.
Terdapat tiga batasan minat, yakni (1) suatu sikap yang dapat mengikat
perhatian seseorang ke arah objek tertentu secara selektif, (2) suatu perasaan bahwa
aktivitas dan kegemaran terhadap objek tertentu sangat berharga bagi individu, dan
(3) bagian dari motivasi atau kesiapan yang membawa tingkah laku ke suatu arah
atau tujuan tertentu.
Menurut Hilgard dalam Slameto minat adalah suatu kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati akan diperhatikan terus-menerus dan apabila dilakukan akan disertai rasa
senang. Hal senada dikemukakan oleh Semiawan bahwa minat adalah suatu
keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek
tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan kepadanya. Minat dapat
menimbulkan sikap yang merupakan suatu kesiapan berbuat bila ada stimulasi
khusus sesuai dengan keadaan tersebut. Kesiapan berbuat muncul karena ada
perasaan senang untuk mengetahui dan mempelajari sesuatu. Dengan demikian,
minat dapat dilihat dari aspek perhatian, kesenangan, kegemaran, dan kepuasan
sebagai stimulasi bagi tindakan dan perbuatan seseorang.
Minat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri dan dari luar diri
(lingkungan). Namun, faktor yang paling dominan berpengaruh adalah faktor
lingkungan. Menurut Bloom minat seseorang dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut pendapat ini faktor-faktor yang mempengaruhi minat di antaranya adalah
pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian, dan pengaruh
lingkungan. Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
walaupun besar pengaruhnya sudah pasti tidak akan sama.
Minat akan berkembang membentuk suatu kebiasaan. Dengan kata lain,
minat akan menjadi syarat terbentuknya kebiasaan. Bila kegiatan membaca
dilandasi minat yang tinggi, maka kegiatan itu akan dilakukan secara tetap dan
teratur. Kebiasaan merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang
suka dan senang atau tidak senang terhadap suatu objek, kegiatan, dan gagasan atau
orang yang akan memuaskan kebutuhannya. 11
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan dasar
pembentukan suatu kebiasaan. Kebiasaan akan terbentuk manakala pembaca
memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca. Kegiatan membaca yang
tinggi dan terus-menerus akan membentuk kebiasaan.
Ada banyak penelitian mengenai minat yang dilakukan oleh berbagai ahli
psikologi, seperti ahli psikologi perkembangan, ahli psikologi pendidikan. Apa
yang dikemukakan tampaknya memberikan pengertian yang berbeda-beda
mengenai minat. Namun demikian, secara umum banyak yang mengaitkan minat
dengan motivasi. Minat merupakan aspek penting motivasi yang mempengaruhi
perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi. Untuk lebih jelasnya, Krapp, Hidi, dan
Renninger dalam Pintrich dan Schunk mengemukakan berbagai pengertian minat
sebagai berikut.
1. Minat Pribadi
Minat pribadi memberikan pengertian sebagai suatu ciri pribadi individu
yang merupakan disposisi abadi yang relatife stabil. Minat pribadi ini umumnya
ditujukan pada suatu kegiatan khusus, misalnya minat khusus pada olahraga, ilmu
pengetahuan, musik, tarian, dan komputer. Kebanyakan pemilihan karier seseorang
didasarkan pada minat seseorang terhadap berbagai kegiatan dan karier yang
disukai dan yang akan ditekuninya. Eccles dan Wigfield di dalam Hera
11
mengemukakan mengenai minat intrinsik yang secara konseptual berkaitan sama
dengan minat pribadi. Di lain pihak beberapa peneliti lain mengukur minat pribadi
berdasarkan topik atau kegiatan apa yang lebih dipilih seseorang (misalnya
seseorang lebih memilih matematika dari pada ilmu pengetahuan) atau bisa juga
berdasarkan kesukaan pribadi (misalnya saya senang memecahkan soal-soal
matematika).12
2. Minat situasional
Berbeda dengan pengertian sebelumnya, minat situasional merupakan minat
yang ditimbulkan oleh kondisi atau faktor-faktor lingkungan. Hidi dan Anderson
dalam Hera mengemukakan bahwa minat situasional berbeda dari sekedar
keingintahuan seseorang karena minat ini berkaitan dengan sesuatu yang sangat
spesifik, dan bukan hanya merupakan gambaran struktural dari sesuatu hal,
lingkungan atau topik. Minat situasional ini pun dapat berkembang menjadi minat
pribadi. Misalnya, pengalaman seseorang membaca buku mengenai berbagai
percobaan fisika, membuatnya lama-lama menjadi tertarik pada fisika.13
3. Minat sebagai keadaan psikologis
Minat sebagai keadaan psikologis menggambarkan pandangan yang
interaktif dan berkaitan dengan minat, pada saat pribadi seseorang saling
berinteraksi dengan lingkungan untuk menghasilkan suatu keadaan psikologis dari
minat pada diri seseorang. Misalnya, anak yang memiliki minat pribadi yang kuat
12
Hera Lestari Mikarsa, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 3.4
pada musik,akan memilih kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan dengan musik.
Misalnya, memilih acara atau bacaan yang berkaitan dengan musik di setiap
kesempatan, di rumah maupun di sekolah. Dari contoh ini tampak bahwa secara
psikologi anak memiliki minat yang tinggi pada musik. Ranninger di dalam Hera
telah melakukan berbagai penelitian mengenai hubungan antara nilai dengan minat
sebagai keadaan psikologis. Minat terjadi bila seseorang memiliki penilaian yang
tinggi terhadap suatu kegiatan, dan telah memiliki pengetahuan yang tinggi
terhadap suatu kegiatan tersebut.14
Seseorang akan mengabaikan suatu kegiatan apabila ia kurang memiliki
pengetahuan mengenai kegiatan tersebut atau karena kegiatan tersebut kurang
memiliki nilai atau memiliki nilai yang rendah bagi seseorang. Sementara jika suatu
kegiatan memiliki nilai yang rendah meskipun pengetahuan seseorang terhadap
kegiatan itu cukup tinggi maka dapat dikatakan bahwa orang tersebut tidak
memiliki minat terhadap kegiatan tersebut. Sebaliknya jika nilai terhadap suatu
kegiatan tinggi, namun kurang diimbangi dengan pengetahuan yang memadai maka
kegiatan tersebut hanya merupakan atraksi bagi orang tersebut.
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
minat merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang
menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan pilihan
terhadap suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan
lama-kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan
berkurang maka minat seseorang pun akan berkurang.
14Ibid
Minat berperan penting dalam kehidupan seseorang dan berpengaruh besar
pada tingkah laku dan sikap seseorang. Menurut Hurlock (1989) ada empat cara
mengenai minat anak pada sekolah yang mempengaruhi perkembangan anak, yaitu
sebagai berikut ini.
a. Minat dapat mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi
Jika nilai mulai memikirkan tentang masa depan maka anak akan mencoba
menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai dan dilakukan jika ia bertambah
besar. Misalnya, anak perempuan yang berminat pada kesehatan, peran dokter atau
juru rawat maka ia akan bercita-cita menjadi dokter. Anak laki-laki yang berminat
pada film perang dan pesawat, akan bercita-cita menjadi penerbang.
b. Minat dapat sebagai pendorong
Anak yang berminat pada suatu kegiatan (apakah bermain atau belajar) akan
lebih berusaha untuk melakukan kegiatan dengan lebih baik daripada anak yang
berminat untuk mandiri dan menjadi pemimpin, tentu ia akan berusaha agar dapat
diterima kelompoknya sehingga lama kelamaan diharapkan ia menjadi pemimpin.
c. Minat berpengaruh pada prestasi
Anak yang berminat pada suatu pelajaran, akan belajar dan berusaha supaya
mendapat nilai yang lebih baik. Minat dapat menimbulkan rasa senang pada setiap
kegiatan yang dipilih. Jika anak berminat pada suatu kegiatan maka pengalaman
terasa akan lebih menyenangkan. Sebaliknya, jika anak gagal mengalami sesuatu
tersebut. Hal ini, kadangkala membuat prestasi lebih rendah dari kapasitas atau
potensi yang dimiliki. Akibatnya, timbul rasa salah dan malu pada diri anak
tersebut.
d. Minat yang berkembang pada masa kanak-kanak dapat menjadi minat selamanya
Anak yang selalu melakukan kegiatan yang berkaitan dengan minatnya,
lama-kelamaan akan timbul kebiasaan dan akan terus bertahan menjadi minat
selamanya. Misalnya, anak yang sedari kecil senang menggambar dan ia terlibat
secara intensif dalam kegiatan ini dan hal ini juga didukung oleh orang tua dan
lingkungannya, pada akhirnya akan menjadi minat yang menetap dalam diri anak.15
Berdasarkan uraian di atas maka, dapat disimpulkan bahwa minat
merupakan dorongan dari dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan
ketertarikan atau perhatian secara selektif, yang menyebabkan pilihan terhadap
suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan dan lama-kelamaan
akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Di lain pihak jika kepuasan berkurang
maka minat seseorang pun akan berkurang. Kebiasaan akan terbentuk jika pembaca
memiliki minat yang tinggi terhadap kegiatan membaca.
2. Perkembangan Minat
Seorang anak tidak lahir dengan minat tertentu. Teori tabula rasa
menunjukkan bahwa anak yang lahir laksana kertas putih yang kosong, yang belum
diisi berbagai hal. Dengan demikian, minat tidak ada dari lahir karena minat
15
berkembang melalui pengalaman belajar. Sejalan dengan makin meluasnya
cakrawala mental anak maka minatpun akan berkembang. Minat dapat dipelajari
melalui berbagai macam cara yaitu:
a. Trial and Error (Coba Ralat)
Dengan mencoba-coba secara tidak langsung akan timbul minat terhadap
sesuatu, seperti anak yang baru belajar sepeda. Jika ia sudah mahir, ia akan gemar
bersepeda. Kegemaran atau minat bermain sepeda akan lebih kuat jika mendapat
bimbingan dari lingkungan (khususnya melalui arahan dari orang-orang yang
berarti bagi anak). Tumbuhnya minat pada anak akan lebih baik dan dapat bertahan
lebih lama.
b. Proses identifikasi pada orang yang dicintai (misalnya, Ayah atau Ibu)
Anak yang menyukai atau berminat membaca sangat mungkin dikarenakan
ia melihat ayah dan ibunya senang membaca. Ibu yang senang menonton sinetron
di televisi tanpa sengaja dapat menjadi model atau contoh yang kuat bagi anak
untuk juga turut berminat menonton sinetron. Pengaruh tokoh identifikasi ini makin
lama semakin berkurang begitu anak menginjak usia dewasa karena bukan hanya
keluarga yang berpengaruh pada anak tetapi juga peran kelompok teman sebaya.
Jika hal ini terjadi pada anak, tidak jarang akan menimbulkan konflik dalam diri
Dari berbagai penelitian mengenai perkembangan dan perbedaan individu
dalam minat. Renninger menyimpulkan sebagai berikut.
1. Jika ditinjau dari sudut pandang perkembangan, pada usia prasekolah, yaitu usia
3-4 tahun umumnya anak-anak memiliki minat yang secara relatife stabil dan
minat mereka berhubungan dengan pemilihan kegiatan dan belajar mereka.
2. Minat berperan besar dalam mengarahkan dan membimbing tingkah laku pada
masa kanak-kanak akhir dan dewasa. Pada anak yang lebih tua dan memasuki
masa dewasa, umumnya menyelesaikan tugas yang tidak terlalu diminati dan
kebanyakan mereka tidak mempunyai pilihan terhadap tugas-tugas ini (misalnya
tugas di lingkungan sekolah atau lingkungan pekerjaan). Dalam hal ini minat
mempunyai pengaruh diferensial tergantung dari tugas dan isinya.
3. Jika ditinjau dari perbedaan perkembangan minat, menunjukkan bahwa minat
anak pada sekolah dan tugas sekolah akan berkurang sejalan dengan usia
mereka. Minat pada matematika dan ilmu pengetahuan akan berkurang.
Sayangnya, penelitian semacam ini belum dikembangkan di Indonesia. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut khususnya mengenai
perkembangan dan perbedaan individu dalam minat terhadap belajar dan
perkembangan.
Perkembangan minat memegang peranan penting dalam pengembangan
kepribadian. Minat merupakan aspek kepribadian yang menyangkut rasa senang
atau tidak senang terhadap suatu objek dalam mencapai suatu tujuan. Minat yang
tujuan. Dalam dunia psikologi pendidikan dikenal ada tiga macam minat dalam
diri anak, yaitu minat volunter, minat involunter, dan minat non-volunter.
a. Minat volunter adalah minat yang tumbuh dengan sendirinya dalam diri anak.
b. Minat involunter adalah minat yang ditimbulkan oleh guru melalui berbagai
upaya penciptaan situasi yang kondusif.
c. minat non-volunter adalah minat yang timbul dengan dipaksakan. Dengan minat
yang kuat, anak akan melakukan suatu tindakan dengan motivasi yang lebih
tinggi disertai kepuasaan tertentu.
Minat-minat dan aktivitas yang banyak berkembang selama masa ini adalah
berikut ini.
1. Permainan konstruktif (construktive plays), yaitu berbagai jenis permainan yang
bersifat membentuk atau menghasilkan bentuk-bentuk tertentu.
2. Mengumpulkan (collecting), yaitu kegiatan untuk mengumpulkan suatu yang
disukainya, seperti gambar, perangko, buku, dan alat mainan.
3. Permainan dan olahraga
4. Aktivitas yang memberikan hiburan, seperti membaca, menonton film,
mendengarkan radio, menonton tv, dan video games.
Dalam masa anak-anak, telah terbentuk minat-minat tertentu, antara lain
minat terhadap penampilan (unjuk diri). Pakaian, nama, agama, kesehatan, jenis
kelamin, sekolah, dan karierdi masadepan. Perkembangan emosional dalam masa
ini ikut berpengaruh dalam pembentukan konsep diri dan pembentukan ideal selfy,
dengan makin luasnya cakrawala lingkungan sosial anak. Beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan konsep diri anak, antara lain kondisi fisik, bentuk
tubuh, nama, status sosial ekonomi, lingkungan, sekolah, penerimaan sosial,
pengalaman sukses atau gagal , dan kecerdasan.
3. Aspek kognitif dan afektif
Untuk mengetahui bagaimana minat seseorang berkembang, perlu diketahui
aspek-aspek minat, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Aspek kognitif
didasarkan pada konsep anak yang berkembang mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan minat. Aspek kognitif dari minat anak pada sekolah didasari
pada konsep anak tentang sekolah. Jika dikatakan sekolah sebagai tempat
mempelajari sesuatu, tempat untuk meningkatkan rasa ingin tahu, tempat untuk
dapat mengadakan hubungan dengan kelompok teman sebaya maka akibatnya
minat setiap anak pada sekolah akan berbeda-beda. Hal ini berbeda jika sekolah
lebih ditekankan pada hal-hal yang menimbulkan frustrasi atau menekan karena
berbagai aturan sekolah dan tugas-tugas yang berat.
Konsep kognitif berkaitan dengan pengalaman seseorang. Pengalaman yang
telah diperoleh dari rumah, sekolah, masyarakat, dan media massa berbeda. Dari
semua pengalaman inilah anak belajar apa yang dapat dan tidak memuaskannya.16
16
Menurut Piaget, pada garis besarnya perkembangan kognitif berlangsung
melalui empat tahapan utama, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap Sensorimotor, sejak lahir sampai usia 2 tahun.
Dalam tahapan ini pola kognitif anak masih bersifat biologis yang berpusat pada
fungsi-fungsi alat indra dan gerak, kemudian secara bertahap berkembang
menjadi kemampuan berinteraksi dengan lingkungan secara lebih tepat.
b. Tahap Praoperasional dibagi:
1. Tahapan prakonseptual atau simbolik, 2-4 tahun
2. Tahap intuitif atau preseptual, 4-7 tahun
Dalam tahapan ini pola berpikir anak sudah mulai berkembang kepada
pola-pola berpikir tertentu.Anak sudah mampu membuat logika sendiri meskipun
masih bersifat primitif dan kurang rasional .Anak sudah mampu membuat
suatu kesimpulan dengan logika sendiri.
c. Tahap konkret operasional, usia 7-12 tahun
Pada masa ini anak telah mampu menggunakan pola berpikir operasional secara
konkret dalam arti masih memerlukan dukungan objek-objek konkret.Pada masa
ini anak telah memahami konsep yang berhubungan dengan ukuran kuantitas,
seperti panjang, lebar, luas, volume, dan berat.
d. Tahap formal operasionalusia 12-15 tahun
Beberapa fenomena yang tampak pada tahap ini.
1. Tingkat berpikir formal yang lebih bersifat abstrak dan logis tanpa kehadiran
objek-objek konkret.
3. Jalan pikiran anak adalah proporsional, artinya anak mampu berpikir secara
menyeluruh dengan kemampuan memberikan argumentasi secara bebas.
4. Bentuk berpikirnya berpolakan pengombanisasian, artinya anak secara efektif
dapat berpikir sistematis dengan memisah-misahkan semua variabel yang
mungkin ada dari suatu masalah dan mencoba mengombinasikandengan
pemecahan masalahnya.17
Aspek afektif atau yang berkaitan dengan suasana hati, merupakan konsep
yang diekspresikan dalam sikap orang-orang di sekitarnya. Bagi seorang anak,
pengalaman yang menyenangkan dengan guru akan menumbuhkan sikap positif
pada sekolah.
Baik aspek kognitif maupun aspek afektif berperan dalam menentukan
kegiatan yang akan dilakukan atau tidak dilakukan maupun tipe penyesuaian diri
pada lingkungan. Dalam beberapa hal aspek afektif lebih penting daripada aspek
kognitif, khususnya dalam memotivasi diri agar minat lebih bertahan.
Dari bahasan yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa minat
berkembang melalui proses belajar. Perkembangan minat memiliki
karakteristik-karakteristik tertentu, sebagai berikut.
a. Minat berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental
b. Minat sangat bergantung pada kesiapan belajar (misalnya anak tidak akan
berminat pada bermain lompat tali apabila anak belum dapat
mengkordinasikan gerak otot-ototnya).
17
c. Minat bergantung pada kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk
belajar bergantung pada lingkungan serta minat dari anak maupun orang
dewasa di sekitarnya.
d. Perkembangan minat mungkin saja terbatas, tergantung dari kemampuan
fisik, mental serta pengalaman sosial anak.
e. Minat dipengaruhi oleh budaya karena anak belajar dan memperoleh
pengalaman melalui keluarga, guru, dan orang dewasa lain yang tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh budaya.
f. Minat dipengaruhi oleh faktor emosi atau suasana hati. Jika suasana hati kita
sedang gundah, minat pada suatu juga berkurang, demikian pula sebaliknya.
g. Minat bersifat egosentris, hal ini dapat dilihat pada masa kanak-kanak.18
Menurut M. Alisuf Sabri minat yang paling penting dan paling universal
pada masa kini dapat dikategorikan sebagi berikut:
a). Minat pribadi dan sosial; minat pada diri sendiri merupakan minat yang
terkuat pada masa anak. Karena mereka sadar bahwa dukungan
sosial/penilaian teman-temannya sangat dipengaruhi oleh penampilan dan
benda-beda yang dimiliki. Selain itu anak juga mempunyai minat sosial
ingin populer dalam kelompok. Tetapi minat sosial ini tergantung pada
kesempatan yang dimiliki oleh si anak. Sehingga anak yang kaya akan
dapat melaksanakan minat sosialnya dengan lebih baik, sedangkan anak
yang tidak populer akan mempunyai minat sosial yang terbatas.
18
b). Minat terhadap pekerjaan, terutama terdapat pada anak-anak SMA; mereka
mulai bersungguh-sungguh memikirkan masa depan mereka.
c). Minat pada simbol status. Simbol status merupakan simbol prestise yang
menunjukan bahwa orang yang memilikinya lebih tinggi statusnya dalam
kelompok. Simbol status pada anak ini dapat bersumber dari status sosial
ekonomi atau dari perolehan prestasi yang bergengsi, atau termasuk dalam
tim sekolah.19
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar hubungannya.20
Jadi, minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya. Minat tidak dibawa
sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Baca
a. Faktor intern siswa
Yang dimaksud dengan faktor intern siswa ialah faktor-faktor yang terdapat
atau bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri.
b. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa artinya segala faktor yang mempengaruhi perkembangan
tingkah laku siswa termasuk minatnya yang bersumber dari luar siswa yang
19
M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum & Perkembangan. (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2006), h. 163-164.
20
bersangkutan. Misalnya yang berasal dari lingkungan keluarganya, teman,
masyarakat disekitarnya, dan guru dis ekolahnya.21
Chauhan juga menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah:
1. Perkembangan fisik, merupakan hal yang sangat penting dalam memutuskan
perkembangan minat. Seseorang secara fisik mengalami kebutaan atau
kecacatan pada matanya akan berpengaruh pada ketertarikannya pada aktivitas
membaca.
2. Perbedaan seks (identitas kelamin). Ada perbedaan besar antara minat membaca
pada perempuan dan laki-laki. Perbedaan tersebut disebabkan perbedaan
fisiologis dan pengaruh budaya, level pendidikan, dan kondisi lingkungan.
3. Lingkungan, menentukan aturan penting dalam memutuskan minat membaca
seseorang, misalnya saja lingkungan rumah yang kondusif dan memberikan
banyak contoh dan stimulus sehingga seseorang akan memiliki kebiasaan
membaca.
4. Status sosial ekonomi, kondisi keluarga juga menentukan dalam pembentukan
minat membaca pada seseorang. Seseorang yang berasal dari keluarga dengan
status ekonomi menengah ke atas akan dapat memberikan fasilitas dan stimulus
bahan-bahan bacaan yang merangsang minat membaca pada anak. 22
21
Muchlisoh, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia 3, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 296.
22
Jika kita akui secara jujur, rasanya masih sedikit sekali masyarakat
Indonesia yang bisa mengisi waktu senggang mereka untuk membaca. Berbeda
sekali dengan masyarakat Jepang misalnya, di mana dan kapan saja selama tidak
melakukan pekerjaan lain mereka tidak pernah lepas dari buku. Mereka membaca
dan membaca terus. Banyak masyarakat kita masih terdapat anggapan bahwa
membaca adalah pekerjaan guru atau pekerjaan lainnya. Inilah yang menjadi
pokok permasalahan sebagai penyebab utama rendahnya minat siswa untuk
membaca.
Crow and Crow berpendapat ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat,
yaitu:
a. Dorongan dari dalam diri individu, misalnya dorongan untuk makan, ingin tahu
seks. Dorongan untuk makan akan membangkitkan minat untuk bekerja atau
mencari penghasilan, minat terhadap produksi makanan dan lain-lain. Dorongan
ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk membaca,
belajar, menuntut ilmu, dan lain-lain. Dorongan seks akan membangkitkan minat
untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, minat terhadap pakaian dan
lain-lain.
b. Motif sosial, dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan
suatu aktivitas tertentu. Misalnya minat terhadap pakaian timbul karena ingin
mendapat persetujan atau perhatian dari orang lain. Minat untuk belajar atau
menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan dari
c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila
seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan
senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut,
sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.
5. Macam-Macam Minat
Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, ini tergantung pada sudut
pandang dan cara penggolongan misalnya berdasarkan timbulnya minat,
berdasarkan arahnya minat, dan berdasarkan cara mendapatkan atau
mengungkapkan minat itu sendiri.
a. Witherington di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab
mengatakan bahwa berdasarkan timbulnya, minat dan dapat dibedakan
menjadi minat primitif dan minat kilturil. Minat primitif adalah minat yang
timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. Minat kultural atau minat sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Sebagai contoh: minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti yang sangat penting bagi harga dirinya.
b. Joner di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab mengatakan
bahwa berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi minat intrinsik
dan ekstrinsik. Minat intrinsik adalah minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh: seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian. Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Dalam minat ekstrinsik ada usaha untuk melanjutkan aktivitas sehingga tujuan akan menjadi menurun atau hilang.
c. Super & Crites di dalam Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab
dibedakan menjadi empat yaitu: Expressed interest, manifest interest, tested interest, inventoried interest.
1. Expressed interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subyek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatan-kegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabannya dapatlah diketahui minatnya.
2. Manifest interest: adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subyek atau dengan mengetahui hobinya.
3. Tested interest: adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut.
4. Inventoried interest: adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat yang sudah distandardisasikan, di mana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek
yang ditanyakan.23
B.Hakikat Membaca 1. Pengertian Membaca
Dalam kehidupan sehari-hari peranan membaca tidak dapat dipungkiri. Ada
beberapa peranan yang dapat disumbangkan oleh kegiatan membaca antara lain:
kegiatan membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat memperkuat
suatu kayakinan/kepercayaan pembaca, sebagai suatu pelatihan, memberi
pengalaman astetis, meningkatkan prestasi, memperluas pengetahuan dan
sebagainya.
Beberapa definisi membaca yang dikemukakan oleh para ahli, sebagai berikut. W.J.S. Poerwodarminto mengatakan bahwa membaca yaitu melihat sambil melisankan sesuatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Dr. Henry Guntur Tarigan mengungkapkan membaca yaitu suatu pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan. A.S. Broto mengatakan bahwa membaca yaitu mengucapkan lambang bunyi. Anderson
23
mengatakan bahwa membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung didalam kata-kata yang tertulis. Finochiaro and Bonomo secara
singkat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaning to and getting
meaning from-printed or written material”, memetik serta memahami arti
atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis.24
Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membaca adalah suatu proses
yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu, para pelajar harus dibantu
untuk menanggapi atau memberi respon terhadap lambang-lambang visual yang
menggambarkan tanda-tanda yang sama yang telah mereka tanggapi sebelum
itu.
Berdasarkan hakikat membaca, ternyata membaca merupakan suatu proses
yang sangat kompleks. Pada saat membaca, anak harus mampu:
a. Merasakan perangkat simbol pada teks bacaannya (aspek sensoris)
b. Menginterpretasikan apa yang dilihatnya (aspek perceptual)
c. Mengikuti pola-pola linier, logika,dan tata bahasa kata-kata yang ditulis
(aspek urutan)
d. Menghubungkan kata-kata kembali kepada pengalaman-pengalaman
langsung agar bisa memberi makna pada kata-kata yang ada (aspek
pengalaman)
e. Melakukan inferensi dan mengevaluasi materi (aspek berpikir)
f. Berhubungan dengan minat dan sikap yang mempengaruhi tugas membaca
(aspek afektif)
24
Lebih sederhana, hakekat pembelajaran membaca merupakan proses
memperoleh kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang berupa fisik dan
psikologis.25
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses membaca oleh pembaca
adalah sebagai berikut:
a) Tulisan, yang berfungsi sebagai input grafis, yaitu yang tercetak atau terlihat
b)Bagaimana bahasa itu bekerja dan bagaimana bahasa itu digunakan oleh
pembaca. Misalnya pemilihan kata atau diksi
c) Seberapa banyak pengetahuan dan pengalaman pembaca yang digunakan untuk
merekonstruksi makna yang dituangkan pengarang, misalnya perbedaan profesi
d)Sistem perseptual yang termasuk dalam membaca.26
2. Tujuan Membaca
Setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Dengan melakukan
kegiatan membaca tersebut, tentu dengan tujuan yang berbeda-beda. Dengan
demikian, orang membaca dengan berbagai tujuan:
a. Untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta atau informasi yang
dibutuhkan.
b. Untuk memperoleh ide pertama dari apa yang dibacanya
c. Untuk menyimpulkan dari apa yang dibacanya itu
d. Untuk memperoleh kesenangan,
e. Mengisi waktu luang atau mencari hiburan.
25
Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12. 26Ibid
f. Kepentingan studi (secara akademik).
g. Mencari informasi, menambah ilmu pengetahuan.
h. Memperkaya perbendaharaan kosakata.27
i. Memahami isi wacana sehingga mampu menangkap dan memahami isi bacaan
secara benar.28
j. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah
dibuat oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apayang
telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memperoleh perincian-perincian atau
fakta-fakta (reading for details or facts).
k. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan seterusnya. Setiap
tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan, dan kejadian
buat dramalisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahuiurutan atau susunan,
organisasi cerita.
l. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan
menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang
dialami sang tokoh,dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh
untuk mencapai tujuan. Membaca seperti ini disebut membaca untuk
memperoleh ide-ide utama.29
27
Supriyadi, Pendidikan Bahasa Indonesia 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995), h. 13. 28
Euis Honiatri dan E. Kosasih, Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 69.
29
Berkaitan dengan tujuan membaca, Rivers dan Temperly mengajukan tujuh
tujuan utama dalam membaca:
a) Untuk memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran
tentang suatu topik.
b) Untuk memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas
bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari (misalnya, mengetahui cara kerja
alat-alat rumah tangga)
c) Untuk berakting dalam sebuah drama,bermain game, menyelesaikan teka-teki
d) Untuk berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk
memahami surat-surat bisnis
e) Untuk mengetahui kapan dan dimana sesuatu akan terjadi atau apa yang
tersedia
f) Untuk mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi
g) Untuk memperoleh kesenangan atau hiburan30
h) Membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis; misalnya
cara membuat masakan, cara membuat topi, dan sebagainya.
i) Membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit
tertentu.
j) Mengganti pengalaman estetik yang sudah usang, misalnya membaca untuk
tujuan mendapat sensasi-sensasi baru melalui penikmatan emosional bahan
bacaan (buku cerita, novel, roman, dan sebagainya). 31
30
Jauharoti Alfin, Bahasa Indonesia 1, (Surabaya: LAPIS PGMI, 2008), h. 12. 31
3. Mengembangkan Keterampilan Membaca
Pembelajaran membaca memang benar-benar mempunyai peranan yang
sangat penting. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana-wacana
yang memudahkan penanaman keindonesiaan pada anak didik. Selain itu, guru
dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreativitas anak
didik.
Ada beberapa fase perkembangan membaca, yaitu :
1. Fase pramembaca (3-6 tahun) anak-anak mengenal huruf dan mempelajari
perbedaan huruf dan angka. Kebanyakan anak akan mengenal nama jika ditulis
2. Fase ke-1 (7-8 tahun) kira-kira kelas dua, anak-anak memperoleh pengetahuan
tentang huruf, suku kata, dan kata sederhana melalui cerita.
3. Fase ke-2 kira-kira kelas tiga dan empat anak-anak dapat menganalisis kata-kata
yang tidak diketahuinya menggunakan pola tulisan.
4. Fase ke-4 pada akhir SMP sampai SMA anak mampu menyimpulkan dan
mengenal maksud penulis dalam bacaan.
5. Fase ke-5 pada tingkat perguruan tinggi dan seterusnya, orang dewasa dapat
Mikulecky membagi keterampilan membaca atas jenis-jenis yang lebih
kecil. Jenis-jenis keterampilan membaca tersebut, antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan melakukan decoding secara otomatis. Termasuk dalam jenis
keterampilan ini, yaitu kemampuan mengenal atau menyadari sebuah kata
dengan sangat cepat, yaitu dengan sekilas lirik.
b. Kemampuanmelakukan previewing (aktivitas prabaca) dan predicting
(memprediksi). Dengan demikian, pembaca dapat menebak isi bahan bacaan
yang disajikan berikutnya.
c. Kemampuan menentukan tujuan secara spesifik dalam membaca, yaitu
memahami mengapa suatu teks perlu dibaca.
d. Kemampuan mengidentifikasi genre tulisan sehingga dapat memprediksi bentuk
dan kemungkinan isi bahan bacaan.
e. Kemampuan mengajukan pertanyaan terhadap isi bacaan sehingga pembaca
dapat melakukan dialog dalam hati dengan penulis selama membaca.
f. Kemampuan melakukan scanning, yaitu membaca teks dengan sangat cepat
guna memperoleh suatu informasi spesifik.
g. Kemampuan mengenal topik yang disajikan dalam teks.
h. Kemampuan menentukan ide pokok dan ide-ide penunjang.
i. Kemampuan menentukan letak kalimat topik (kalimat utama).
j. Kemampuan menentuka ide pokok pada sebuah kalimat dan paragraf.
k. Kemampuan menentukan bentuk-bentuk hubungan antaride dalam keseluruhan
l. Kemampuan mengidentifikasi dan menggunakan kata-kata yang menandai
relasi-relasi antara unsur-unsur teks.
m. Kemampuan menarik kesimpulan mengenai ide pokok berdasarkan
penggunaan bentuk-bentuk bahasa dan petunjuk-petunjuk lain.
n. Kemampuan mengenal dan menggunakan unsur-unsur kata ganti (pronouns),
kata-kata penunjuk (referents), dan unsur leksikal lainnya sebagai penanda
kohesi.
o. Kemampuan menebak arti kata-kata yang masih asing bagi pembaca melalui
konteks.
p. Kemampuan melakukan skimming, yaitu kemampuan memperoleh kesan
umum secara cepat terhadap keseluruhan bahan bacaan, suatu bab atau buku.
q. Kemampuan melakukan parafrase, yaitu kemampuan mengemukakan isi teks
dengan menggunakan kata-kata sendiri guna memonitor pemahaman yang
telah diperoleh pembaca.
r. Kemampuan meringkas isi bacaan, yaitu mengemukakan kembali ide-ide
pokok yang terdapat dalam keseluruhan bahan bacaan.
s. Kemampuan menarik kesimpulan dengan menggunakan informasi dari
beberapa bagian bahan bacaan dan ide-ide tambahan dari pembaca sendiri.
t. Kemampuan mengemukakan inferensi dengan menggunakan bukti-bukti.
Dalam hal ini, dengan membaca kalimat-kalimat tertulis dan dengan
menggunakan bukti-bukti yang terkandung dalam teks, pembaca dapat
u. Kemampuan memvisualkan isi bacaan, antara lain dalam wujud kemampuan
membuat diagram mengenai isi teks.
v. Kemampuan membaca secara kritis, antara lain kemampuan menentukan
keakuratan bahan bacaan dengan menggunakan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya, dan dapat membedakan antara fakta dan opini.
w. Kemampuan membaca dengan kecepatan yang sesuai guna memungkinkan
otak memproses masukan yang diperoleh dari bahan bacaan.
x. Kemampuan menggunakan strategi membaca yang tepat, disesuaikan dengan
bahan bacaan dan tujuan membaca.32
4. Masalah membaca
Secara keseluruhan mata pelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan bernalar, berkomunikasi, dan mengungkapkan
pikiran dan perasaan, serta membina persatuan dankesatuan bangsa.
Masalah yang dihadapi anak dalam membaca, yaitu:
a. Kurang mengenali huruf
b. Membaca kata demi kata yang seringkali disebabkan oleh gagal menguasai
keterampilan memecahkan kode, gagal memahami makna kata, kurang lancar
membaca
c. Memparafrasekan yang salah
d. Miskin pelafalan atau penghilangan
e. Pengulangan
32