ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI
SISWA KELAS XI IPS SMAN 1 BELALAU TAHUN PELAJARAN 2012-2013
Oleh
AKUIN SANDO
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan lingkungan belajar dan minat belajar dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMAN 1 Belalau Tahun Pelajaran 2012-2013. Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMAN 1 belalau sebanyak 77 siswa. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan korelasi product moment. Hasil penelitian: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa, berarti semakin baik lingkungan belajar siswa maka prestasi belajar siswa akan meningkat. (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa, berarti semakin tinggi minat belajar siswa maka akan tinggi prestasi belajar siswa.
DAFTAR ISI
Halaman I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian ... 7
G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 9
1. Pengertian Belajar ... 9
2. Faktor-faktor Belajar ... 9
3. Lingkungan yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 10
4. Minat Belajar ... 16
5. Prestasi Belajar ... 19
B. Skala Pengukuran Instrumen ... 19
C. Kerangka Pikir.. ... 20
D. Hipotesis ... 21
III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
1. Populasi ... 22
2. Sampel... ... 23
C. Variabel Penelitian ... 23
D. Definisi Operasional Variabel ... 24
1. Lingkungan Belajar ... 24
2. Minat Belajar Geografi ... 25
3. Prestasi Belajar ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Teknik Observasi ... 26
2. Teknik Dokumentasi ... 26
2. Uji Reliabilitas ... 28
G. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 30
H. Kriteria Uji Hipotesis ... 30
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMAN 1 Belalau ... 32
2. Profil Sekolah ... 36
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMAN 1 Belalau ... 37
4. Situasi dan Kondisi SMAN 1 Belalau………. 38
5. Sarana dan Prasarana SMAN 1 Belalau………... 38
6. Proses Belajar Mengajar……… ... 39
7. Gambaran Umum Responden………. ... 39
8. Struktur Organisasi Sekolah………. 39
B.Deskripsi Data . ………. 40
1. Data Lingkungan Belajar (X1) ... 40
2. Data Minat Belajar (X2) ... 42
3. Data Prestasi Belajar (Y) ... 44
C.Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 45
1. Hipotesis Pertama ... 46
2. Hipotesis Kedua ... 47
3. Pembahasan ... ... 48
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 54
B. Saran ... ... 55 DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan tolak ukur kemajuan suatu bangsa, dengan pendidikan maka bangsa Indonesia diharapkan mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas secara intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita mampu untuk bersaing dengan negara lain di mana arus globalisasi saat ini yang semakin terasa kehadirannya. Di dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM). Sebagai tempat berlangsungnya KBM, maka di sekolah terjadi proses belajar.
Melalui sekolah, kemampuan individu dapat dikembangkan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Potensi yang dikembangkan melalui bangku persekolahan adalah aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (perbuatan atau kemampuan melakukan sesuatu). Oleh karena itulah, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal harus senantiasa aktif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi.
Tabel 1 Rata-rata nilai Ujian Akhir Semester geografi siswa kelas XI IPS semester ganjil SMAN 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013.
No. Kelas Nilai Jumlah Siswa
≤ 75 ≥ 76
1 XI IPS 1 14 9 23
2 XI IPS 2 16 10 26
3 XI IPS 3 15 13 28
Jumlah 45 32 77
Sumber: Kurikulum dan Data Guru Geografi SMAN 1 Belalau Kabupaten Lampung Barat tahun pelajaran 2012-2013
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hasil nilai ujian siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Belalau pada semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013 dengan jumlah 45 siswa mendapat nilai UAS semester ganjil dibawah nilai KKM.
Menurut Kartini Kartono (1985:1) yaitu ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa: Faktor Intern: kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motif, kesehatan jasmani dan cara belajar. Faktor Ekstern: lingkungan alam, keluarga, masyarakat, sekolah dan peralatan belajar atau sarana prasarana.
Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Keberhasilan proses belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor lingkungan belajar dan minat belajar. Dari kedua faktor tersebut peneliti akan mengkaji apakah lingkungan belajar dan minat belajar geografi mempunyai hubungan dengan prestasi belajar siswa yang belum memenuhi KKM.
baik adalah lingkungan yang kondusif dan strategis untuk melaksanakan proses pembelajaran”. Lingkungan merupakan alam sekitar di luar diri individu atau manusia. Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural.
Lingkungan pendidikan terdiri atas tiga macam yaitu, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pertama dalam proses pendidikan. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di dalam lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah merupakan tempat bekal keahlian dan ilmu pengetahuan. Karena tidak semua pendidikan dilaksanakan oleh keluarga, maka anak dimasukkan ke sekolah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dengan sistem pendidikan persekolahan yang formal. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan tempat tinggal anak.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang sangat menunjang keberhasilan siswa dalam studinya. Lingkungan belajar yang dimaksud ialah keadaan ruang belajar yang bersih, nyaman, segar dan terang serta ventilasi yang cukup menjadikan suasana belajar yang menyenangkan. Sedangkan hubungan siswa dengan guru terjalin dengan baik akan menumbuhkan semangat siswa dalam menerima materi yang diberikan guru.
belajar anak sehingga dapat dikatakan bahwa partisipasi orang tua dalam pendidikan keluarga juga menentukan keberhasilan belajar anak yang terwujud dalam prestasi belajar yang meliputi segala bidang.
Lingkungan sekolah merupakan bagian pendidikan yang sekaligus merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan. Dalam lingkungan sekolah anak didik mendapatkan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk kehidupannya nanti di masyarakat. Sedangkan lingkungan masyarakat merupakan sekelompok orang yang berada di sekitar tempat tinggal anak. Lingkungan masyarakat mempunyai peran yang penting dalam membentuk karakter dan sifat-sifat peserta didik yang merupakan hasil dari proses belajar. Lingkungan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan dan mempunyai moral yang baik, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar begitu juga sebalik.
Hal ini didukung oleh pendapat Slameto (2003:57) yang menyatakan bahwa:
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas lingkungan belajar dan minat belajar geografi yang tinggi, dapat meningkatkan prestasi belajar. Rendahnya minat belajar dapat menimbulkan akibat negatif, antara lain siswa jadi malas belajar sehingga sulit diharapkan untuk mancapai prestasi yang tinggi, oleh sebab itu lingkungan belajar dan minat belajar sangat penting dalam proses belajar. Dari uraian di atas maka peneliti
bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul “Hubungan Antara Lingkungan
Belajar dan Minat Belajar Dengan Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas XI Semester Ganjil SMA Negeri 1 Belalau Tahun Pelajaran 2012-2013”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Belalau Kelas XI IPS.
2. Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa SMA Negeri 1 Belalau Kelas IX IPS.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Adakah hubungan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XI SMAN 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013?
2. Adakah hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XI SMAN 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013?
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui hubungan antara lingkungan belajar geografi dengan prestasi belajar geografi siswa kelas XI SMAN 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013. 2. Untuk mengetahui hubungan antara minat belajar geografi dengan prestasi
belajar geografi siswa kelas XI SMAN 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti mengenai bidang pendidikan, khususnya arti penting akan minat belajar siswa dalam peroses belajar mengajar.
4. Sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenis.
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup objek penelitian adalah hubungan antara lingkungan belajar dan minat belajar geografi siswa dengan prestasi belajar geografi .
2. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 1 Belalau. 3. Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah di SMAN 1 Belalau.
4. Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tahun ajaran 2012-2013.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses atau suatu rangkaian aktivitas yang menuju kepada perubahan-perubahan fungsional, sebagaimana pendapat Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, kemampuan pada seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu berkat pengalamannya dan latihan serta interaksi dengan lingkungannya.
2. Faktor-Faktor Belajar
Menurut Kartini Kartono (1985:1) yaitu ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa:
1. Faktor Intern: kecerdasan, bakat, minat, perhatian, motif, kesehatan jasmani dan cara belajar
2. Faktor Ekstern: lingkungan alam, keluarga, masyarakat, sekolah dan peralatan belajar atau sarana prasarana
Dari pendapat tersebut, diketahui bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar. Namun dalam penelitian ini faktor yang dibahas adalah faktor keluarga, faktor sekolah, dan minat belajar. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini akan mengkaji apakah ada hubungan antara faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.
3. Lingkungan yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Lingkungan Keluarga
Menurut Ngalim Purwanto (2007:80) pendidikan keluarga sebagai unsur pertama dalam kehidupan masyarakat. Lingkungan keluarga dikatakan lingkungan yang pertama bagi anak, karena dalam keluarga anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan dikatakan lingkungan yang utama adalah karena sebagian besar kehidupan anak berada pada lingkungan keluarga sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah di dalam lingkungan keluarga. Dengan demikian, keluarga memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan kepribadian dan pendidikan anak.
Sedangkan Abu Ahmadi (2007:264) mengemukakan bahwa faktor orang tua merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya. Sebaliknya orang tua yang acuh tak acuh, bahkan tidak memperhatikan sama sekali terhadap pendidikan anaknya, tentu anak tidak akan berhasil dalam belajarnya. Tidak hanya itu, suasana rumah, pendidikan orang tua, keadaan ekonomi keluarga dan hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Martinis (2001:4) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin baik prestasi anak. Termasuk juga sejauh mana keluarga mampu menyediakan fasilitas tertentu untuk anak (televisi, internet, dan buku bacaan).
Dengan demikian, orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam kesuksesan dan keberhasilan belajar anak sehingga dapat dikatakan bahwa partisipasi orang tua dalam pendidikan keluarga juga menentukan keberhasilan belajar anak yang terwujud dalam prestasi belajar yang meliputi segala bidang.
1. Cara orang tua mendidik
Menurut Slameto (2003:60) cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Orang tua yang tidak atau kurang perhatian misalnya keacuhan orang tua tidak menyediakan peralatan sekolah, akan menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar. Dalam mendidik anak hendaknya orang tua harus memberikan kebebasan pada anak untuk belajar sesuai keinginan dan kemampuannya, tetapi juga harus memberikan arahan dan bimbingan. Orang tua dapat menolong anak yang mengalami kesulitan dalam belajar dengan bimbingan tersebut.
2. Relasi antar keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dan anaknya Slameto (2003:62). Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan orang tua dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting bagi keberhasilan belajar anak. Demi kelancaran keberhasilan belajar siswa, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga tersebut. Hubungan yang baik di dalam keluarga akan mensukseskan belajar anak tersebut.
3. Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar Slameto (2003:63). Agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak betah di rumah dan dapat belajar dengan baik.
4. Keadaan ekonomi keluarga
belajar seperti, ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat-alat tulis menulis buku-buku dan lain lain.
Dengan keadaan ekonomi keluarga yang tercukupi maka sarana belajar anak pun juga terpenuhi. Sarana belajar ini dapat berupa sumber belajar (buku ajar, LKS, koran, kliping, majalah dan sebagainya), media belajar (peta, globe,atlas, internet), alat belajar (pena, pensil, penggaris, penghapus, jangka, busur, kertas, dan sebagainya), kepemilikan ruang belajar di rumah, penerangan di ruang belajar di rumah, dan perabotan belajar (meja, kursi, rak buku, ventilasi dan sebagainya).
5. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua (Slameto 2003:64). Biasanya anak kurang bersemangat dalam belajar, di sinilah peran orang tua wajib memberikan pengertian dan dorongan untuk menghadapi masalah di sekolah. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah agar konsentrasi anak tidak terpecah.
6. Latar belakang kebudayaan
kebudayaan. Apabila semuanya terpenuhi dan berjalan dengan baik maka anak akan berprestasi dalam belajarnya.
b. Lingkungan Sekolah
Perkembangan zaman yang semakin maju membuat persaingan dalam memperoleh pekerjaan untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya semakin ketat, hal ini yang akan menjadi tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap individu. Untuk menjawab tantangan kemajuan zaman tersebut, maka tiap-tiap individu harus memiliki keterampilan atau keahlian tertentu. Oleh karena itu, anak dikirim ke sekolah. Sebab, tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam lingkungan keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan.
Amir Daien Indrakusuma (1973:110) menyatakan bahwa sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Di samping itu, kehidupan di sekolah adalah merupakan jembatan bagi anak, yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak. Wiji Suwarno (2006:42) mengemukakan sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan. Wiji Suwarno (2006:42) membagi tanggung jawab itu menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Tanggung jawab formal. Sesuai dengan fungsinya, lembaga pendidikan bertugas untuk mencapai tujuan pendidikan berdasarkan undang-undang yang berlaku. 2. Tanggung jawab keilmuan. Berdasarkan bentuk, isi, dan tujuan, serta jenjang
pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat.
3. Tanggung jawab fungsional. Tanggung jawab yang diterima sebagai pengelola fungsional pendidikan oleh para pendidik yang pelaksanaannya berdasarkan kurikulum.
memberikan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada anak untuk kehidupannya nanti di masyarakat di bawah asuhan guru-guru. Adapun fungsi dan peranan sekolah yang dikemukakan Hasbullah (2001:49-51) antara lain:
1. Peranan sekolah: membantu lingkungan keluarga dalam mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Anak didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anak didik dengan orang yang bukan guru. Anak didik belajar menaati peraturan sekolah. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
2. Fungsi sekolah: mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan, spesialisasi, efisiensi, sosialisasi, konservasi dan transmisi kultural, transisi dari rumah ke masyarakat.
Lingkungan sekolah yang baik dapat mendukung dan mendorong anak didik untuk belajar dengan baik, sehingga dapat membantu anak didik mencapai prestasi yang baik pula. Martinis (2001:8) mengemukakan untuk menciptakan peserta didik belajar maka perlu diciptakan lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan yang nyaman sehingga anak terdorong untuk belajar peserta didik berprestasi serta membangun pengetahuannya sendiri.
dalam pembuatan kebijakan sekolah, adanya mekanisme tertentu sehingga peserta didik dapat menyampaikan pendapatnya secara terbuka tanpa rasa takut, mempunyai tujuan untuk meningkatkan perilaku prososial seperti berbagi informasi, membantu dan bekerja sama, membangun kerja sama dengan komunitas keluarga dan masyarakat, mengadakan kegiatan untuk mendiskusikan isu-isu menarik dan spesial yang berkaitan dengan peserta didik.
Demikian pentingnya fungsi dan peranan sekolah pada masa sekarang ini, sehingga sekolah perlu menyediakan segala kebutuhan peserta didik untuk mencapai tujuan. Diantara kebutuhan tersebut adalah terciptanya lingkungan sekolah yang mendukung kegiatan belajar.
Dari penjelasan tersebut, lingkungan belajar di sekolah dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar di sekolah merupakan lembaga pendidikan formal bagi anak yang mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap berlangsungnya proses pendidikan bagi anak. Lingkungan sekolah dapat mendorong anak didik untuk belajar dengan baik, sehingga dapat membantu anak didik mencapai prestasi yang baik.
4. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2008:136) yang mendefinisikan bahwa ”Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” Begitu pun dengan Slameto (2003:180) mengatakan bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Hillgard dalam Slameto (2003:57) memberi rumusan tentang minat sebagai berikut Interst is persisting to pay attention to and enjoy some activity or content, yang berarti bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Dari pemaparan para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat adalah ketertarikan dan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan atau terlibat terhadap sesuatu hal karena menyadari pentingnya atau bernilainya hal tersebut. Minat belajar dapat didefinisikan sebagai ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran. Tanpa adanya minat dalam diri siswa terhadap hal yang akan dipelajari, maka ia akan ragu-ragu untuk belajar sehingga tidak menghasilkan hasil belajar yang optimal atau seperti yang diharapkan. Dalam hal pembelajaran pada bidang geografi, apabila seorang siswa mempunyai minat terhadap mata pelajaran tersebut maka siswa tersebut akan merasa senang mempelajararinya, kemudian akan memperhatikan materi pelajaran tersebut.
b. Indikator Minat Belajar
kegiatan-kegiatan yang dilakukan individu atau objek yang disenanginya, karena minat merupakan motif yang dipelajari yang mendorong individu untuk aktif dalam kegiatan tertentu. Dengan demikian untuk menganalisa minat belajar dapat digunakan beberapa indikator minat sebagai berikut:
Menurut Sukartini (Dewi Suhartini, 2001:26) analisa minat dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:
1. Keinginan untuk mengetahui/memiliki sesuatu 2. Objek-objek atau kegiatan yang disenangi
3. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi
4. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau rasa senang terhadap sesuatu
Pendapat tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan Slameto (2003:180), bahwa: Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.
Selain itu menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002:132) mengungkapkan bahwa minat dapat diekpresikan anak didik melalui:
1. Pernyataan lebih menyukai sesuatu daripada yang lainnya 2. Partisipasi dalam aktif dalam suatu kegiatan
3. Memberikan perhatian yang lebih besar yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminatinya tanpa menghiraukan yang lain (fokus).
mereka berikan. Dengan demikian, indikator minat yang digunakan sebagai acuan penelitaian ini adalah indikator-indikator minat sebagaimana diuraikan sebelumnya yakni meliputi keinginan untuk mengetahui sesuatu, kegiatan yang disenangi, jenis kegiatan dan usaha untuk merealisasikannya. Minat yang diungkap melalui penelitian ini adalah minat belajar siswa terhadap mata pelajaran geografi.
5. Prestasi Belajar
Menurut Nana Sudjana (1991:3) prestasi belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2009:276) mengemukakan bahwa nilai prestasi harus mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi.
Dari pemaparan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar mata pelajaran geografi adalah hasil yang dicapai siswa dalam mata pelajaran geografi setelah siswa selesai mengikuti kegiatan proses belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah. Hasil belajar geografi yang telah dicapai siswa akan nampak dalam bentuk nilai nyata, prestasi belajar tersebut diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian selama satu semester, nilai ujian tengah semester, nilai ujian akhir semester. Prestasi belajar tersebut diperoleh dari guru bidang studi geografi kelas XI IPS SMAN 1 Belalau melalui penilaian baik dalam bentuk huruf maupun angka.
B. Skala Pengukuran Instrumen
kuantitatif. Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah sekala likert.
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan (Sugiyono 2006:104).
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a. Selalu b. Sering
c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
Dari jawaban di atas kemudian diberi skor 4 bila menjawab selalu (S), skor 3 bila menjawab sering (SR), skor 2 bila menjawab kadang-kadang (KK) dan skor 1 bila menjawab tidak pernah (TP).
C. Kerangka Pikir
Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
mendorong siswa untuk melakukan gerak atau kegiatan belajar yang seakan–akan menjadi kesenangannya. Bahkan dengan lingkungan yang nyaman dan minat belajar siswa pada pelajaran yang tinggi, maka siswa akan menganggap kegiatan belajar yang dilakukannya merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi di dalam hidupnya, hal ini akan meningkatkan prestasi belajar siswa tersebut. Berdasarkan uraian tersebut karangka pikir dapat diuraikan sebagai berikut:
Keterangan:
Hubungan variabel X1 dengan prestasi belajar (Y), hubungan
variabel X2 dengan prestasi belajar.
Gambar 1. Diagram alur lingkungan belajar siswa dan minat belajar geografi siswa dengan prestasi belajar geografi.
D. Hipotesis
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar geografi pada bidang studi geografi siswa kelas XI SMAN 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013.
2. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar dengan prestasi belajar geografi pada bidang studi geografi siswa kelas XI SMAN 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013.
Lingkungan Belajar Siswa(X1)
Minat Belajar Siswa (X2)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2006:2). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:239) penelitian korelasi bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu. Korelasi merupakan penelaah hubungan antara dua variabel pada satu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain.
Dalam penelitian ini yang menjadi pusat perhatiannya yaitu hubungan antara lingkungan belajar dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar geografi di SMAN 1 Belalau.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Sugiyono (2006:89) berpendapat populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Penelitian. Maka populasi dalam penelitian adalah semua siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Belalau Kab. Lampung Barat dengan jumlah siswa 77 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006:90). Sampel merupakan bagian yang menjadi objek sesungguhnya dari suatu penelitian. Dalam penelitian ini tidak menggunakan sampel tetapi menggunakan populasi atau sampel jenuh (sensus). Sampel jenuh (sensus) merupakan bila semua populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2006:95). Jadi dalam penelitian ini populasi siswa kelas XI IPS, yang digunakan dalam penelitian.
C. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono (2006:42)
Variabel Bebas (X)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar (X1) dan minat belajar siswa (X2)
Variabel Terikat (Y)
D. Definisi Operasional Variabel 1. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan unit terkecil yang terdapat dalam masyarakat di dunia yang memiliki peranan penting dalam upaya mendidik anak. Indikator lingkungan keluarga dalam penelitian ini diantaranya:
1. Interaksi siswa dengan keluarga yang meliputi hubungan antara siswa dengan anggota keluarga dan sikap siswa dalam mendukung aktivitas belajar siswa. 2. Sarana belajar geografi di rumah yang meliputi sarana belajar yang ada di tempat
tinggal siswa dalam kegiatan belajar di rumah seperti: buku penunjang geografi, peta, media belajar geografi (media elektronik, media cetak)
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah merupakan tempat bekal keahlian dan ilmu pengetahuan yang menggunakan sistem pendidikan dan pengajaran yang formal. Di dalam penelitian ini indikator untuk lingkungan sekolah adalah:
1. Interaksi siswa dengan guru dan siswa dengan siswa yang meliputi: komunikasi antara siswa dengan guru, hubungan siswa dengan guru, hubungan antara sesama teman di sekolah dan penyelesaian suatu masalah di sekolah.
Dari indikator-indikator tersebut akan dibuat pertanyaan yang kemudian setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata kata sebagai berikut:
1. Selalu (S) skor 4 2. Sering (SR) skor 3
3. Kadang-kadang (KK) skor 2 4. Tidak Pernah (TP) skor 1
Untuk lingkungan belajar dapat diukur dengan menggunakan skor yang diperoleh dari hasil angket pernyataan. Jumlah pertanyaan lingkungan belajar sebanyak 15 dengan ketentuan jika Selalu (S) memperoleh skor 4, bila memilih Sering (SR) memperoleh skor 3, bila memilih Kadang-kadang (KK) memperoleh skor 2, bila Tidak Pernah (TP) memperoleh skor 1.
2. Minat Belajar Geografi
Menurut Joko Sudarsono (2003:8) minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut. Minat siswa pada pelajaran ialah gejala psikis yang ada pada diri siswa untuk merasa tertarik pada pelajaran sehingga ada kecenderungan dalam diri siswa untuk mempelajari mata pelajaran tersebut dan senang hati ikut terlibat dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Jumlah pertanyaan dalam bentuk kuesioner sebanyak 15 buah. Skor yang diberikan pada setiap item adalah skor 4 untuk jawaban yang digolongkan mempunyai minat belajar tinggi, skor 3 untuk jawaban yang digolongkan mempunyai minat belajar sedang dan skor 2 untuk jawaban yang digolongkan minat belajarnya rendah dan skor 1 untuk jawaban yang digolongkan tidak berminat belajar.
3. Prestasi belajar
Prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah rata–rata nilai formatif siswa selama satu semester, Nilai ujian Tengah Semester (UTS) dan Nilai Akhir Semester (UAS) bidang studi geografi kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013 yang diberikan oleh guru bidang studi geografi. Untuk mendapatkan data mengenai prestasi belajar digunakan rumus:
E. Teknik Pengumpulan data 1. Teknik Observasi
Menurut Margono (2000:158) observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik observasi digunakan untuk mendapatkan data minat belajar geografi siswa.
2. Teknik Dokumentasi
Tehnik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data Ujian Akhir Semester (UAS) siswa kelas XI IPS pada sub bidang studi geografi.
3. Teknik Kuesioner
Menurut Sugiyono (2006:158) angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk mendapatkan data tentang lingkungan belajar dan minat belajar.
Dalam penelitian ini, kuesioner dibagikan kepada seluruh responden yaitu siswa kelas XI IPS yang menjadi sampel penelitian. Responden akan memilih salah satu alternatif jawaban yang disediakan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data primer dalam penelitian, yaitu data mengenai lingkungan belajar dan minat belajar geografi.
F. Uji Persyaratan Instrumen 1. Uji Validitas Kuesioner
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N : Banyaknya sampel yang diambil X : Skor butir soal
Y : Skor total (Sugiyono, 2011:357).
Kriteria pengujian apabila rhitung > rtabel dengan α= 0,05 maka item soal tersebut
dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka item soal tersebut
dinyatakan tidak valid. Berdasarkan kriteria tersebut, hasil uji coba kuesioner pada variabel lingkungan belajar kepada 20 responden dari 15 item soal (dapat dilihat pada lampiran ke dua), kemudian dihitung mengunakan perangkat lunak SPSS 16.00. Hasil perhitungan kemudian dicocokkan dengan Tabel r Product Moment dengan 0,05adalah 0.444, maka maka diperoleh 13 item soal dinyatakan valid dan 2 item soal tidak valid. Soal yang tidak valid dalam penelitian ini, soal tersebut didrop. Dengan demikian, kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 13 soal. Sedangkan untuk variabel minat belajar dari 20 responden dengan 15 item pertanyaan diperoleh 14 item soal dinyatakan valid dan 1 item soal tidak valid. Item soal yang tidak valid tersebut didrop. Dengan demikian kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 14 item soal.
2. Uji Reliabilitas Kuesioner
yang mencerminkan seberapa baik item pada suatu rangkaian berhubungan secara positif satu dengan lainnya (Budi Koestoro dan Basrowi, 2006:243).
Teknik penghitungan reliabilitas dengan koefisien alpha sebagai berikut:
Rhitung = 2
2
1
1 t
k k
Keterangan:
Rhitung = reliabilitas yang dicari
k = banyaknya butir soal
∑σi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item Σi2 = varians total
Kriteria uji reliabilitas dengan rumus alpha adalah jika rhitung > rtabel maka alat ukur
tersebut reliabel dan sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka alat ukur tersebut tidak
reliabel.
Jika instrumen itu reliabel, maka kriteria penafsiran indeks korelasinya nilai r sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 = sangat kuat Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = kuat
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup/sedang Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 = sangat rendah (Sugiyono, 2006:207)
Berdasarkan perhitungan SPSS 16.00, diperoleh hasil perhitungan variabel lingkungan belajar rhitung > rtabel, yaitu 0.847 > 0.444 (dapat dilihat pada Lampiran tiga). Hal ini
penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0.847, maka memiliki tingkat reliabel sangat tinggi sedangkan untuk variabel minat belajar hasil perhitungan SPSS 16, diperoleh hasil rhitung > rtabel, yaitu 0.843 > 0.444. Hal ini berarti alat instrumen yang
digunakan adalah reliabel. Jika dilihat pada kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya r = 0.843, maka memiliki tingkat reliabel sangat tinggi.
G. Pengujian Hipotesis
Analisa data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ini adalah analisa data korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y
n = jumlah responden/sampel
= Skor rata-rata dari X dan Y = jumlah skor item X
= jumlah skor total (item) Y (Sugiyono, 2006:206)
Setelah diproses besarnya r, maka untuk menguji signifikansi koefesien korelasi dihitung dengan menggunakan uji t. Rumus untuk uji t yaitu sebagai berikut:
H. Kriteria Uji Hipotesis
a. Ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi tidak sama dengan 0 (nol) atau (rxy ≠ 0) dan tidak ada hubungan jika rxy sama dengan 0 (nol) atau
b. Jika nilai koefisien korelasi (rxy) positif maka hubungan antara X dan Y
bersifat positif, dan jika nilai koefisien korelasi (rxy) negatif maka hubungan
antara X dan Y bersifat negatif.
c. Untuk mengetahui kategori keeratan hubungan antara X dan Y dapat diketahui setelah nilai r yang diperoleh, dikonsultasikan pada tabel interpretasi nilai r.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS semester ganjil di SMA Negeri 1 Belalau tahun pelajaran 2012-2013, artinya semakin baik lingkungan belajar siswa maka prestasi belajar siswa akan meningkat.
B. Saran
a. Para siswa perlu terus mempertahankan minat belajar, khususnya minat belajar geografi dengan menambah intensitas belajar dan latihan soal geografi agar mendapat prestasi yang diinginkan.
b. Orang tua hendaknya mampu menciptakan lingkungan yang harmonis antara sesama anggota keluarga di rumah, sehingga dapat membuat anak merasa betah dalam belajar di rumah bisa konsentrasi dalam belajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2007. Sosiologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Amir Daein Indrakesuma. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis Filosofis. Ilmu Pendidikan FKIP Malang. Malang.
Baharuddin dan Esa. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar Ruzz Media. Yogyakarta.
Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Renika Cipta. Jakarta.
Dewi Suhartini. 2001. Minat Siswa Terhadap Topik-topik Mata Pelajaran Sejarah dan Beberapa Faktor yang Melatarbelakanginya. Tesis. Bandung Program Pascasarjana UPI. M. Bandung.
Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Ibadurrahman. Lingkungan Belajar yang Baik. Http://Blogspot.Com 2010-12
html. Diakses Tanggal 2 Juli 2013 Jam 12.26 wib
Joko Sudarsono. 2003. Tentang Pendidikan Nasional 2003. Rineka Cipta. Jakarta. Budi Koestoro dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Yayasan Kampusina. Surabaya.
Mardalis. 2010. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara. Jakarta.
Margono. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Martinis. Lingkungan Belajar Berkualitas. Http://Wordpress.com 2011- 02-04.
Diakses Tanggal 1 Juli 2013 Jam 15.40 wib
Muhammad Surya. 2007. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Pustaka Bani Quraisy. Bandung.
Nana Sudjana. 1991. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. FEUI. Jakarta. Ngalim Purwanto. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Rosda
Karya. Bandung.
Nursid Sumaatmadja. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara. Jakarta.
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik-Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung. Rusman, Teddy. 2011. Aplikasi Statistik Penelitian dengan SPSS. Pendidikan
Ekonomi Universitas Lampung. Bandar Lampung
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R dan D. Alfabeta. Bandung.
---. 2011. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
---. 2007. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Renika Cipta. Jakarta.
---. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Sumadi Suryabrata. 1998. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Tatang. 2012. Ilmu Pendidikan. Pustaka Setia. Bandung.