• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Muhammad

Dalam dokumen Rukun Islam Dalam Perspektif Hakikat (Halaman 50-55)

b. Mengenal Allah

WAFI AMFUSIKUM AFALA TUBSIRUUN

5. Syahadat Rasul

5.3 Hakikat Muhammad

“ Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad." Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata." (QS. Ash Shaff 61 : 6)

“dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah”.

Dari firman Tuhan yang tertuang dalam Ash Shaff ayat 61 sangatlah jelas bahwa Nabi umat islam bernama Ahmad, tapi kenapa didalam syahadat rasul saat “Muhammad” diartikan dengan “Nabi Muhammad SAW”? (Baca : GELAR MUHAMMAD)

Setelah membaca Isra' Mi'raj Dalam Pandangan Syariat\GELAR MUHAMMAD, barulah kita pahami bahwa Muhammad adalah gelar bagi seorang yang bernama Ahmad. Gelar ini pun didapatkannya setelah membuktikan diri dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagai manusia yang “Rahmatan Lil alamin”, Sehingga pemaknaan dari “Muhammad” pada syahadat Rasul tidak serta merta dinisbatkan kepada satu sosok manusia yang bernama Ahmad dengan gelarnya Muhammad. Kenapa demikian?, karena arti kata dan makna dari “ Muhammad “ adalah Entitas dasar dari sifat terpuji yang diberikan Tuhan kepada manusia. “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk atau rupa kamu, juga tidak kepada harta benda kamu. Akan tetapi, Allah swt memandang kepada hati dan amal perbuatanmu semata.” (HR. Ibn Majah).

Berikut dibawah ini terdapat beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa Muhammad yang dimaksud adalah Entitas dasar dari sifat terpuji yang diberikan Tuhan kepada manusia.

5.3.1 Filosofi Wayang

Wayang dengan segala perangkatnya mengandung makna yang sangat luar biasa dalam memahami sejati-NYA Tuhan dengan segala ciptaannya. Dalam Suluk Gatholoco tertuang bahasan mengenai hal ini. Secara Heirarki atau urutan dari yang paling tua dantara Dalang Wayang, Kêlir (Layar), dan Balencong (pelita yang dinyalakan pada jaman dulu selama pertunjukan wayang kulit digelar) adalah sebagai berikut :

Pertama, Blencong.

Blencong menghasilkan “Cahaya” yang mampu menerangi. Dengan cahaya ini semua akan bergulir, semua akan bergeliat untuk beraktifitas. “Bagaimana kalau tidak ada cahaya?”, jawaban yang pasti adalah “tidak akan ada aktifitas apapun”.

Makna hakikat dari cahaya ini adalah “cahaya terpujinya Tuhan”, yaitu Tuhan sendiri yang bertajali dengan sebutan “Nur Muhammad”. Dengan adanyanya Cahaya Terpuji ini semua menjadi ada. Nur Muhammad ini bukanlah Nur nya Nabi Muhammad seperti yang diyakini banyak pemeluk agama islam. Akan tetapi Nur bagi seluruh di alam semesta dengan segala isinya.

Pada malam Ghaibul Ghaib yaitu dalam keadaan antah-berantah hanya Dzat semata. Belum ada awal dan belum ada akhir, belum ada bulan dan belum ada matahari, belum ada bintang belum ada sesuatupun. Malahan belum ada Tuhan yang bernama Allah, maka dalam keadaan ini, Diri yang punya Dzat tersebut telah mentajalikan Nya untuk memuji diri-Nya.

Lantas tajalilah Nur Allah dan kemudian tajali pula Nur Muhammad (Insan Kamil), yang pada peringkat ini dinamakan Anta Ana, (Kamu, Aku) , (Aku,Kamu),Ana Anta. Maka yang punya Dzat bertanya kepada Nur Muhammad dan sekalian Roh untuk menentukan kedudukan dan taraf hamba. Lantas ditanyakan kepada Nur Muhammad, Aku ini Tuhanmu? Maka dijawablah Nur Muhammad yang mewakili seluruh Roh, Ya…Engkau Tuhanku. Persaksian ini dijelaskan dalam firman-NYA berikut ini :

"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (QS. Al-Araf 7 : 172)

Selepas pengakuan atau persumpahan Roh itu dilaksanakan, maka bermulalah era baru di dalam perwujudan Allah SWT. Firman Allah dalam Hadits Qudsi yang artinya :“Aku suka mengenal diriku, lalu aku jadikan mahkluk ini dan aku perkenalkan diriku.

Apa yang dimaksud dengan mahkluk ini ialah : Nur Muhammad sebab seluruh kejadian alam maya ini dijadikan daripada Nur Muhammad tujuan yang punya Dzat mentajalikan Nur Muhammad adalah untuk memperkenalkan diri-nya sendiri dengan diri Rahasianya sendiri. Maka diri Rahasianya itu adalah ditanggung dan diakui amanahnya oleh suatu kejadian yang bernama : Insan yang bertubuh diri bathin (Roh) dan diri bathin itulah diri manusia, atau Rohani.

Firman Allah dalam hadist qudsi : “AL-INSAANU SIRRI WA-ANA SIRRUHU”, Artinya : Manusia itu RahasiaKu dan Akulah yang menjadi Rahasianya. Jadi yang dinamakan manusia itu ialah karena ia mengenal Rahasia. Dengan perkataan lain manusia itu mengandung Rahasia Allah.

Karena manusia menanggung Rahasia Allah maka manusia harus berusaha mengenal dirinya, dan dengan mengenal dirinya manusia akan dapat mengenal Tuhannya, sehingga lebih mudah kembali menyerahkan dirinya kepada Yang Punya Diri pada waktu dipanggil oleh Allah SWT. Yaitu tatkala berpisah Roh dengan jasad. Kembali kepada Allah harus selalu dilakukan semasa hidup, atau dalam istilah orang perjalanan spiritual dengan ‘mati sebelum mati / mati sajroning urip mati ’. (Baca : Mati Selagi Hidup )

“ Sesunggunya Allah memerintahkan kamu supaya memulangkan amanah kepada yang berhak menerimanya. (Allah).” (QS. An-Nisa 4:58)

Hal tersebut diatas dipertegas lagi oleh Allah dalam hadist qudsi : MAN ARAFA NAFSAHU, FAQAT ARAFA RABAHU. Artinya : Barang siapa mengenal dirinya maka ia akan

mengenal Tuhannya.

Dalam menawarkan tugas yang sangat berat ini, pernah ditawarkan Rahasia-nya itu kepada Langit, Bumi dan Gunung-gunung tetapi semuanya tidak sanggup menerimanya.

“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,” (Al Ahzab 33 : 72)

Oleh karena amanat (Rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang punya Rahasia.

Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri Batin/Roh) untuk tujuan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu abad ke satu abad, diri satu generasi ke satu generasi yang lain sampai alam ini mengalami KIAMAT DAN RAHASIA ITU KEMBALI KEPADA ALLAH. (Baca : Asal Kejadian & Hakikat Nur Muhammad)

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN

Artinya : Kita berasal dari Allah, dan kembali kepada Allah.

Kedua, Kelir (layar)

Kelir (layar) merupakan sifat dari “WUJUD” Tuhan. Manakala Balencong sudah dinyalakan, menyala- nyala terlihat terang, Kêlir (Layar) akan tampak, dimana arah bawah dan arah atas, dimana kanan dan dimana kiri, serta bagaimana wujud dari setiap jenis Wayang.

“ Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[548]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al A'raaf 7 : 54)

WUJUD artinya ada, bukti adanya nafas, ada nafas tentu saja ada hidup, setiap ada hidup sudah pasti, ada Allah, sebab sifatnya hidup dari Dzat-Nya Sifat-Nya Allah Ta’ala. Keimanan seseorang akan membuatnya dapat berpikir dengan akal sehat bahwa jagat kabir dan jagat shagir ada, karena adanya Allah yang menciptakannya

Ketiga, Dalang Wayang

Ki Dalang duduk dibawah pelita, mampu memilah dan memilih, menimbang besar kecilnya, terhadap setiap jenis, dari perwatakan tiap Wayang, sehingga mampu menyesuaikan ucapannya (dengan tiap karakter wayang kulit), sebab mendapat petunjuk, dari Balencong yang menerangi, oleh karenanya Balencong yang lebih tua. Sedangkan bunyi gamêlan, mengiringi gerakan Wayang, Dalang hanya sekedar mengucapkan, dari suara tiap jenis Wayang, sedang tinggi atau rendah, menurut kehendak Dalang, berhentinya gamêlan, Ki Dalang yang berkuasa, akan tetapi sesungguhnya Dalang

hanya sekedar mengucapkan dan menggerakkan Wayang sesuai dengan kisah yang telah ditentukan.

Kisah yang digelar dikehendaki oleh orang yang mengundang, yang dinamakan Kyai Sêpi, kata Sêpi berarti Tidak Ada, akan tetapi Keberadaan-Nya sesungguhnya tergelar, langgeng tak berubah, tak bisa berkurang dan tak bisa ditambah, tanpa kehendak tanpa sifat, akan tetapi ada yang lebih berkuasa, diatas gerakan Wayang dan ucapan Ki Dalang.

Yang membuat semua bisa bergerak, bergerak melakukan perbuatan jelek maupun baik, dari yang melihat hingga yang mengundang, yaitu Kyai Urip (Kyai Hidup), manakala pelita telah padam, semua jadi kosong, tidak ada apa-apa, bagaikan Ingsun (Aku) ketika belum

terlahirkan, tetap kosong tidak ada apapun juga.

Layar itu sesungguhnya adalah Raga ini, Wayang sesungguhnya Suksma Sejati, Dalang sesungguhnya Rasul Muhammad, Balencong adalah Percikan Hidup, bagaikan Hyang Widdhi sendiri, Cahaya Hidup tersebut, merata didalam tubuhmu, diluar didalam diatas dan dibawah, Wujudmu tak lain adalah Wujud Allah Yang Kuasa. Jikalau pertunjukan Wayang telah selesai, Wayang beserta Kêlir (Layar), disimpan didalam

kotak, Balencong berpisah dengan Kêlir (Layar), Dalang berpisah dengan Wayang, kemanakan perginya, sirnanya Balencong dan Wayang? Carilah hingga ketemu, apabila tidak mengetahui hal itu hidupmu bagaikan arca batu semata. (Baca : Bima dan Dewaruci (Serat Dewa Ruci))

5.3.2 Wirid Hidayat Jati

Dalam Wirid Hidayat Jati, makrifat yang di diajarkan adalah wejangan yang berasal dari delapan wali dari tanah Jawa, yang sudah dikumpulkan menjadi satu. Isinya bersumber dari intisari firman Allah SWT yang dijelaskan dalan hadis Nabi Muhammad SAW kepada Sayyidina Ali r.a melalui telinga kirinya.

Yang disebut Muhammad itu, apakah Kakiki (Hakiki : Intisari Gaib) atau yang Majaji (Maujudi : yang berwujud nyata), maka jawablah, yang dinamakan Muhammad itu adalah seorang Nabi, tapi hakekatnya yang disebut Muhammad itu, tak lain adalah Dzatullah illapi (Dzatullahullahi A- Idhofi : Dzat Allah Yang menambah kekuatan bagi semesta atau energi illahi) Muhammad yang Hakiki dan Maujud, kedua- duanya adalah tunggal juga, semuanya ada didiri kalian (seluruh makhluk)

6. Rasulullah (utusan Allah)

Dalam dokumen Rukun Islam Dalam Perspektif Hakikat (Halaman 50-55)

Dokumen terkait