• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruh manusia adalah Sebagian dari Ruh Tuhan

Dalam dokumen Rukun Islam Dalam Perspektif Hakikat (Halaman 74-78)

“ Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al Ahzab 33 : 72)

Oleh karena amanat (Rahasia Allah) telah diterima, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Dengan kata lain tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang punya Rahasia. Setelah amanat (Rahasia Allah) diterima oleh manusia (diri Batin/Roh) untuk tujan inilah maka Adam dilahirkan untuk memperbanyak diri, diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu abad ke satu abad, diri satu generasi ke satu generasi yang lain sampai alam ini mengalami KIAMAT DAN RAHASIA ITU KEMBALI KEPADA ALLAH. INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI RAAJIUN. Artinya : Kita berasal dari Allah, dan kembali kepada Allah.

Ruh manusia adalah Sebagian

dari Ruh Tuhan

Hampir sebagaian para alim ulama ataupun terjemahan Al Qur’an yang menjelaskan bahwa RUH yang ada di manusia adalah RUH ciptaan Tuhan dan bukan RUH sebagai bagian dari Tuhan. Apakah memang demikian?, untuk mencari kebenaran akan hal tersebut marilah kita adakan pendekatan secara empiris dengan memperhatikan beberapa cerita berikut ini ;

JAWAB

Dalam diri manusia yang telah disempurnakan Allah sebagai manusia sejati (insan

kamil) terdapat secuil ‘unsur yang sangat mulia,’ yaitu yang dibahasakan dalam Al Qur’an

sebagai ‘Ruhul Quds’. Ruhul Quds bukanlah malaikat Jibril a.s., Jibril disebut sebagai Ruhul

Amin, bukan Ruh Al-Quds. Ruh Al-Quds juga dikenal dengan sebutan Ruh min Amr, atau

Ruh dari Amr Allah (Amr = urusan, tanggung jawab). Dalam agama saudara-saudara dari nasrani, disebut Roh Kudus.

Setiap ciptaan memiliki ruh. Manusia (ruh insani), tanaman (ruh nabati), hewan(ruh

hewani), bahkan benda mati pun memilikinya. Atom-atom dalam benda mati sebenarnya

‘hidup’ dan terus berputar, dan ruh bendawi inilah yang menjadikannya ‘hidup’. Karena itu pula, benda, tumbuhan, hewan, bahkan anggota tubuh kita kelak akan bersaksi mengenai perbuatan kita di dunia ini. Namun demikian, ruh-ruh ini bukanlah ruh dalam martabat tertingginya seperti Ruh Al-Quds.

Ketika Allah berkehendak untuk memperlengkapi diri seorang manusia denganRuh

Al-Quds, maka inilah yang menyebabkan manusia dikatakan lebih mulia dari makhluk manapun

juga.

Sebagai ayat pembanding untuk analisa ayat tentang Ruh berikut ini adalah :

“ Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr 15 : 27)

“ Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (QS. Al Hijr 15 : 29)

“Lalu Ia sempurnakan kejadiannya, Ia tiupkan pada sebagian dari RuhNya dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati tetapi sedikit sekali kamu bersyukur.” (QS. As Sajdah 32 : 9)

“ Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh-Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan sujud kepadanya .” (QS. Shaad 38 : 72)

Dalam 3 (tiga) ayat diatas dikatakan 1. “dan telah meniup kan kedalamnya ruh-Ku”

2. “Ia tiupkan pada sebagian dari RuhNya” 3 “Kutiupkan kepadanya ruh-Ku”

Pada surat 15 (Al-Hijr) ayat 27 dikatakan bahwa jin itu dijadikan, sementara Ruh ditiupkan jelas disini bahwa jin itu dicipta (dibuat) oleh Allah sementara Ruh itu bukan ciptaan tapi

bagian dari Ruh Tuhan, itu sebabnya Ruh itu kekal sebagaimana Allah. Begitupun jasad manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan alam semesta semua ciptaan Allah, hanya Ruh manusia

saja yang bukan ciptaan melainkan bagian dari Ruh Allah, itu sebabnya pada diri manusia terkandung sifat keTuhanan.

7.4 Makna Hakikat Syahadat

Rasul

Diri bathin (rohani) adalah sebenar-benarnya diri yang menyatakan : ..Rahasia Allah...., Untuk menyatakan diri Rahasia Allah Adalah diri zahir manusia. Sedangkan ….. Kata

Muhammad pada syahadat Rasul mengandung arti yaitu diri zahir manusia yang menanggung rahasia Allah.

a. Manusia diciptakan dengan bentuk sebaik-baiknya.

“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.(QS. At Tiin 95 : 4)

b. Kemulyaan manusia karena manusialah yang sanggup menanggung rahasia Allah “..dan dipikullah amanat itu oleh manusia..” (QS. Al Ahzab 33 : 72)

Sehingga dan karena firman Allah dalam surat Al-Ahzab 72 inilah kita, manusia sempurna mengucapkan :

"Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya Allah semata dengan tubuh zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya buat selama-lamanya."

7.5 Intisari Hakikat Syahadat

Dalam khasanah makrifat :

“ Aku menyaksikan (dengan mata hatiku) bahwa tidak ada apa apa (hampa) selain hanya (wujud) Allah saja. Dan Aku menyaksikan (dengan mata kepalaku) bahwa sesungguhnya alam semesta ini (yang diciptakan dari Nur Muhammad) hakikatnya adalah utusan (yang bertugas memperlihatkan sifat, nama, af’al) Allah.

Dalam Wirid Hidayat Jati :

"AKU bersaksi dalam Diri-Ku sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali AKU, dan menyaksikan AKU sesungguhnya Muhammad itu utusan-KU. Sesungguhnya yang bernama Allah itu badan-KU, rasul itu rahsa-KU, Muhammad itu cahaya-KU. AKU lah Yang Hidup tidak bisa mati, AKU lah yang Ingat tidak bisa lupa, AKU lah Yang Kekal tidak bisa berubah dalam keberadaan yang sesungguhnya, AKU lah waskita, tidak ada tersamar pada sesuatu pun. AKU lah yang Berkuasa Berkehendak, Yang Kuasa Bijaksana tidak kurang dalam tindakan, Terang Sempurna jelas terlihat, tidak terasa apa pun, tidak kelihatan apa pun, kecuali hanya AKU yang meliputi alam semua dengan kuasa (kodrat)- KU."

Penjelasan

a. Wejangan ini adalah wejangan penutup, yang merupakan Penyaksian Dzat (Allah) terhadap Diri-Nya sendiri dan terhadap Muhammad, utusan-nya, rahasia-Nya, Cahaya-Nya dan juga terhadap sifat-sifat kesempurnaan-Nya.

b. Mengawinkan badan dan nyawa; Allah yang mengawinkan, Rasul sebagai walinya, Muhammad penghulunya, dan saksi empat orang malaikat. Yakni Aku yang mengawini badanKu sendiri, sepertemuan dengan suksmaKu, dengan rahsaKu, sebagai wali, disyatikan oleh cahayaKu, disaksikan malaikat empat; Jibril ialah pengucapKu, Mikail penciumanKu. Israfil penglihatanKu, dan Izrail pendengaranKu, serta mas kawinnya sempurna karena kodratKu.

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, “ (QS. Al Maa'idah 5 : 48)

“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al Maa'idah 5 : 49)

Dalam dokumen Rukun Islam Dalam Perspektif Hakikat (Halaman 74-78)

Dokumen terkait