• Tidak ada hasil yang ditemukan

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence memiliki arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional dan fisik menurut Hurlock (dalam Jannah, 2016).

Masa remaja menurut Hurlock (dalam Jannah, 2016) diartikan sebagai suatu masa transisi atau peralihan, yaitu periode dimana individu secara fisik maupun psikis berubah dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

24 2. Ciri-Ciri Remaja

Kehidupan masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode dengan sebelumnya atau sesudahnya.

Berikut merupakan ciri-ciri remaja Hurlock (1993):

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada fase ini, remaja bukan lagi sebagai seorang anak dan bukan menjadi orang dewasa. Kalau individu berperilaku layaknya seperti anak-anak, maka ia akan diajari untuk bertindak sesuai dengan umunya. Kalau remaja bertindak sebagai layaknya orang dewasa, maka ia akan dituduh dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa.

Di lain pihak, status remaja ini juga menguntungkan karena status memberi waktu pada individu untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Pada awal masa remaja, ketika

25

perubahan fisik terjadi secara pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Jika perubahan fisik menurun, maka perubahan perilaku dan sikap juga menurun.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan memiliki masalahnya masing-masing, namun masalah remaja sering menjadi permasalahan yang sulit diatasi oleh remaja putra dan putri. Ketidakmampuan mereka mengatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaian tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa pencarian identitas

Pada awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan/stereotype budaya bahwa bertindak “semau gue”, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dari bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

26

Individu remaja melihat dirinya sebagaimana yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita dan harapan. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini tidak hanya bagi dirinya saja. Melainkan bagi keluarga dan teman-temannya.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Berpakaian dan bertindak sebagai orang dewasa belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa yang merokok, minum-minuman keras, seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan cerita yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.

3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun kelompok.

d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

27

e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri.

4. Emosi Remaja

Menurut Poerbakawatja (dalam Asrori, 2005) emosi merupakan suatu respon terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasannya mengandung kemungkinan untuk meletus. Respon demikian terjadi baik terhadap perangsang-perangsang eksternal maupun internal. Dengan demikian semakin jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan, bahkan di sini tampak jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari emosi. Bentuk-bentuk emosi menurut Goleman (dalam Asrori, 2005) antara lain amarah, kesedihan, rasa takut, kenikmatan, cinta, terkejut, dan malu.

Melalui teori kecerdasan emosional yang dikembangkan oleh Goleman (1995) mengemukakan sejumlah ciri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan perasaan penting dalam pola berpikir maupun tingkah laku. Adapun ciri utama pikiran emosional adalah sebagai berikut:

a. Respon yang Cepat Tetapi Ceroboh

Pikiran emosional itu ternyata jauh lebih cepat daripada pikiran yang rasional karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa

28

mempertimbangkan apapun yang akan dilakukannya. Karena kecepatannya itu sehingga sikap hati-hati dan proses analitis dalam berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh.

b. Mendahulukan Perasaan Kemudian Pikiran

Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama dibandingkan dengan pikiran emosional sehingga dorongan yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, kemudian dorongan pikiran.

Dalam urutan respon yang cepat, perasaan mendahului atau minimal berjalan serempak dengan pikiran. Keputusan model ini menyiapkan individu dalam sekejap untuk siaga menghadapi keadaan darurat.

c. Memperlakukan Realitas sebagai Realitas Simbolik

Logika pikiran emosional yang disebut juga logika hati bersifat asosiatif. Artinya, memandang unsur-unsur yang melambungkan suatu realitas itu sama dengan realitas itu sendiri.

d. Masa Lampau Diposisikan sebagai Masa Sekarang

Pikiran emosional bereaksi terhadap keadaan sekarang, seolah-olah keadaan itu adalah masa lampau. Kesulitannya adalah terutama apabila penilaian terhadap masa lampau itu cepat dan otomatis, barangkali kita tindak menyadari bahwa

29

yang dulu memang begitu, ternyata sekarang sudah tidak lagi.

e. Realitas yang Ditentukan oleh Keadaan

Pikiran emosional individu banyak ditentukan oleh keadaan dan didiktekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu. Cara seseorang berpikir dan bertindak pada saat merasa senang dan romantis akan sangat berbeda dengan perilakunya ketika sedang dalam keadaan sedih, marah, atau cemas.

Individu remaja baik laki-laki maupun perempuan dapat dikatakan sudah mencapai kematangan emosi apabila individu remaja menilai situasi secara kritis terlebih dulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak matang. Akhirnya remaja yang emosinya matang memberikan reaksi emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau suasana hati ke suasana hati yang lain, seperti dalam periode sebelumnya.

Dokumen terkait