• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Peserta didik mengalami kendala dalam sarana dan prasarana pendukung pembelajaran daring berupa jaringan internet dan kuota yang cepat habis.

5. Pendidik belum akrab dengan penggunaan media pembelajaran daring.

6. Orangtua belum sepenuhnya siap dalam memberikan pendampingan pada anak mereka yang sedang menghadapi pembelajaran daring.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas, maka kajian diarahkan untuk mengkaji poin nomor 1,2, dan 3, untuk meng\etahui tingkat stres yang terjadi pada remaja dalam menghadapi pembelajaran daring akibat Pandemi Covid-19.

D. Rumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Seberapa tinggi tingkat stres yang dialami pelajar remaja

SMP dan SMA di Kota Yogyakarta dalam menghadapi pembelajaran daring akibat Pandemi Covid-19?

8

2. Butir-butir item stres mana saja yang capaian skornya terindikasi tinggi pada remaja SMP dan SMA di Kota Yogyakarta yang menghadapi pembelajaran daring akibat Pandemi Covid-19?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan pernyataan penelitian mengenai tingkat stres remaja dalam menghadapi pembelajaran daring, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Memperoleh gambaran mengenai seberapa tinggi tingkat stres yang dialami remaja SMP dan SMA di Kota Yogyakarta dalam menghadapi pembelajaran daring akibat Pandemi Covid-19.

2. Mengidentifikasi butir-butir item stres yang capaiannya teridentifikasi tinggi pada remaja SMP dan SMA di Kota Yogyakarta dalam menghadapi pembelajaran daring akibat Pandemi Covid-19.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai tingkat stres remaja dalam menghadapi pembelajaran daring. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teori

9

Dapat memberikan informasi dan gambaran dalam bidang pendidikan tentang tingkat stres siswa dalam menghadapi pembelajaran daring pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua/ Wali Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada pihak orang tua/ wali siswa dalam mendukung perkembangan anak untuk dapat memanajemen diri dengan baik dalam situasi pembelajaran daring.

b. Bagi Para Tenaga Pendidik

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi pada pihak tenaga pendidik dalam meningkatkan kemampuan menciptakan metode dan cara mengajar yang dapat membuat siswa tidak merasa stres.

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat menambah ilmu pengetahuan baru mengenai kemampuan meminimalisir mengurangi terjadinya stres akibat pembelajaran daring.

G. Batasan Istilah

Beberapa istilah yang muncul dalam judul penelitian ini didefinisikan sebagai berikut :

1. Stres

10

Stres adalah reaksi seseorang terhadap kondisi, baik secara fisik maupun psikologis yang muncul apabila mengalami perubahan dari lingkungan yang mengharuskan untuk menyesuaikan diri.

2. Covid-19

Covid-19 adalah penyakit menular yang dapat menyebar, baik secara langsung ketika berinteraksi dengan orang yang membawa virus Corona (droplet, permukaan yang terkontaminasi, limbah manusia), maupun tidak langsung (udara).

3. Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring adalah proses pembelajaran yang menggunakan akses komputer dan jaringan internet untuk membantu proses interaksi dalam proses pembelajaran.

4. Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang dalam perkembangannya mencakup perubahan biologis, kognitif, afektif dan sosial emosional.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan tentang kajian mengenai teori stres, hakikat remaja beserta dengan karakteristiknya, penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.

A. Stres

1. Pengertian Stres

Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara kondisi biologis dan psikologis dalam menghadapi tuntutan lingkungan dan menimbulkan perasaan tegang dan tidak nyaman Sarafino

& Smith (2010). Beck (dalam Nurmaliyah, 2014) juga mendefinisikan stres adalah dorongan yang muncul dari pikiran bawah sadar yang tiba-tiba muncul karena situasi-situasi yang mempengaruhi ketidaknyamanan pada diri seseorang.

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Ulpa, 2015) stres adalah suatu kondisi terjadinya transaksi antara individu dan lingkungannya yang mengarahkan individu mempersepsikan adanya kesenjangan antara tuntutan fisik atau psikologis dari suatu situasi tertentu dengan sumber daya biologis, psikologis dan sosial yang dimiliki individu. Sedangkan menurut Santrock (dalam Barseli dkk., 2017) stres merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres (stressor), yang mengancam dan mengganggu kemampuan untuk menanganinya.

12

Pengertian stres dirumuskan pula oleh Hardjana (1994) yang mengatakan bahwa stres adalah keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang mengalami stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak nyata, antara keadaan atau kondisi dan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial yang ada padanya.

Berdasarkan definisi- definisi dari para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa stres adalah respon individu yang memandang tuntutan, keadaan, dan sumber daya yang ada pada diri tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, masa ini perlu perhatian khusus untuk menaggulangi stres yang mungkin dirasakan atau dengan kata lain perlu adanya upaya menurunkan stressor yang muncul.

2. Pengertian Stres Menghadapi Pembelajaran Daring

Covid-19 ternyata juga berdampak bagi bidang pendidikan. Sektor pendidikan terpaksa menerapkan mekanisme pembelajaran daring untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19). Pembelajaran daring yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang menggunakan media-media yang terkoneksi dengan int Hardjana, ernet.

Media pembelajaran ini merupakan perantara penyampaian pembelajaran dari pendidik ke peserta didik.

13

Menurut Budiyati & Eka Oktavianto (2020) pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring yang diterapkan dalam masa pandemi ini membutuhkan adaptasi dari pelajar remaja, karena selama ini mereka bertemu dengan tatap muka di sekolah dan dapat berinteraksi dengan leluasa, namun saat pembelajaran daring mereka memerlukan adaptasi dengan perubahan juga pengaruh pada kemampuan memahami materi serta pembelajaran. Hal-hal ini tentunya menimbulkan stres tersendiri bagi remaja.

Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut sebagai stres akademik. Menurut Riyadi (dalam Palupi, 2020) stres akademik adalah suatu keadaan atau kondisi berupa gangguan fisik, mental atau emosional yang disebabkan ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani dengan berbagai tekanan dan tuntutan di sekolah. Stres rentan dialami oleh pelajar yang umumnya adalah anak atau remaja yang berada dalam tahap perkembangan fisik maupun psikologis yang masih labil. Stres pada pelajar akan muncul ketika harapan untuk pencapaiaan prestasi akademik meningkat, tugas yang tidak sesuai dengan kapasitas siswa, bermasalah dengan teman dan bosan dengan pelajaran.

Akibat Pandemi Covid-19 memaksa peserta didik untuk dapat beradaptasi dengan kebiasaan baru proses belajar mengajar di sekolah.

Meskipun pemerintah telah merancangkan sedemikian rupa program belajar di rumah atau pembelajaran daring, proses adaptasi tersebut masih saja

14

menimbulkan tekanan tersendiri pada siswa. Pendapat Barseli (2017) mengatakan bahwa, stres akademik adalah stres yang muncul karena adanya tekanan-tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Agista (dalam Palupi, 2020) berpendapat stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa stres akademik adalah respon individu terhadap keadaan yang memicu munculnya stres yang mengancam, sehingga individu merasa tertekan. Reaksi stres yang muncul dapat secara fisiologis ataupun psikologis.

3. Aspek- Aspek Stres

Pelajar yang sedang mengalami stres dapat dilihat dari beberapa aspek. Aspek- aspek stres menurut Sarafino & Smith (2010) yaitu :

a. Aspek Biologis

Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang berlebih. Selain itu gejala fisik lainnya juga

15

ditandai dengan adanya otot-otot tegang, pernafasan dan jantung tidak teratur, gugup, cemas, gelisah, perubahan nafsu makan, maag, dan lain sebagainya.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis stres yaitu berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain:

1) Gejala kognisi (pikiran) kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian, dan konsentrasi. Selain itu gejala kognisi ditandai juga dengan adanya harga diri yang rendah, takut gagal, mudah bertindak memalukan, cemas akan masa depan dan emosi labil.

2) Gejala emosi, kondisi stres dapat menggunakan kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebih terhadap segala sesuatu, merasa sedih, dan depresi.

3) Gejala tingkah laku, kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan interpersonal. Gejala tingkah laku yang muncul adalah sulit bekerjasama, kehilangan minat, tidak mampu rileks, mudah terkejut atau

16

kaget, kebutuhan seks, obat-obatan, alkohol, dan merokok cenderung meningkat.

4. Gejala Stres

Menurut Hardjana (1994) gejala stres dibagi menjadi empat bagian antara lain yaitu :

a. Gejala Fisik

Sakit kepala, tidur tidak teratur, sakit punggung, sulit buang air besar, gatal-gatal pada kulit, urat tegang terutama pada leher dan bahu, tekanan darah, sering berkeringat, berubah selera makan, lelah atau kehilangan daya energi.

b. Gejala Emosional

Gelisah atau cemas, sedih, mudah menangis, mood berubah-ubah, mudah panas atau marah, gugup, merasa tidak aman, mudah tersinggung, gampang menyerang atau bermusuhan.

c. Gejala Intelektual

Susah berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat menurun, melamun secara berlebihan, hilang rasa humor, prestasi kerja menurun, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja, dalam kerja bertambah jumlah kekeliruan yang dibuat.

17 d. Gejala Interpersonal

Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah mempersalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari kesalahan orang lain, mengambil sikap untuk membentengi diri, mendiamkan orang lain, menyerang orang lain dengan kata-kata.

5. Faktor-Faktor Penyebab Stres

Hardjana (1994) menyatakan bahwa terdapat dua sumber stres yaitu, sumber stres bisa ada pada orang orang yang terkena stres sendiri (internal sources), misalnya stres akibat menderita suatu penyakit (illness) dan pertentangan (conflict) internal dan sumber stres yang berasal dari lingkungan luar (eksternal sources), yang bisa ada pada keluarga dan lingkungan, baik lingkungan kerja maupun lingkungan sekeliling.

Menurut Hardjana (1994), ada dua faktor yang mempengaruhi stres yaitu :

a. Faktor pribadi, meliputi unsur intelektual, motivasi, dan kepribadian.

1) Unsur intelektual berkaitan dengan sistem berfikir. Individu yang condong berfikir negatif dan pesimis, dan berkeyakinan irasional lebih mudah terkena stres daripada orang yang berfikiran positif, optimis dan berkeyakinan rasional.

18

2) Unsur motivasi, jika peristiwa yang mendatangkan stres itu mengancam cita-cita hidup, individu yang menghadapi peristiwa tersebut akan menghadapi stres lebih berat.

3) Unsur kepribadian, salah satu yang paling penting adalah harga diri (self esteem). Orang yang memiliki harga diri rendah, mudah merasa tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi stres yang datang kepadanya. Sebaliknya, orang yang memiliki harga diri tinggi lebih tahan terhadap stres.

b. Faktor situasi, dapat tampil dalam beberapa bentuk:

1) Bila hal, peristiwa, orang, dan keadaan itu mengandung tuntutan berat dan mendesak.

2) Bila hal itu berhubungan dengan perubahan hidup, seperti mulai masuk kerja, menikah, menjadi orangtua, dengan kelahiran anak pertama, pensiun, kematian pasangan, dan peristiwa lain terjadi terlalu cepat atau lambat. Karenanya, dianggap aneh dan dinilai tidak wajar. Misalnya, pensiun dipercepat.

3) Ketidakjelasan (ambiguity) dalam situasi. Misalnya, di tempat kerja fungsi tidak jelas, tugas kabur, ukuran penilaian kerja tidak ada.

4) Tingkat diinginkannya suatu hal (desirability). Hal yang diinginkan kurang mendatangkan stres daripada hal yang diinginkan. Misalnya, di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).

19

5) Kemampuan orang mengendalikan hal yang membawa stres (controllability). Orang yang mampu mengendalikan, pada umumnya kurang terkena stres daripada orang yang kurang mampu mengendalikan hal yang penuh stres.

Dokumen terkait