• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

4. Hakikat Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping)

a. Pengertian Peta Pikiran

Buzan (2008:4) menegaskan bahwa peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke luar dari otak, peta pikiran juga merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif,

dan secara harfiah akan “memetakan” hasil dari pikiran. Melalui peta pikiran maka

akan memberikan pandangan yang menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, memungkinkan pengguna membuat alternatif-alternatif, mengumpulkan data dalam jumlah yang besar, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan membuat terobosan-terobosan yang sangat kreatif, dan menyenangkan karena penuh dengan gambar dan warna.

Agak berbeda dengan pendapat di atas Silberman menjelaskan peta pikiran merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide- ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan sebuah penelitian baru. Melalui penggunaan sebuah peta pikiran mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif tentang apa yang telah siswa pelajari dan apa yang akan siswa rencanakan (2007:188).

DePotter dan Hernacki mengemukakan peta pikiran adalah sebuah strategi mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide yang saling berkaitan, seperti peta jalan yang yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, merencanakan sesuatu hal oleh siswa (2007:152).Sarbana mengatakan peta pikiran(mind mapping) adalah proses berpikir dengan model jaringan yang melibatkan keaktifan antara otak sebelah kiri dan otak sebelah kanan, sehingga mempermudah penggunanya untuk mengingat dalam memori otaknya (2005: 100).

commit to user

Syurfah memaparkan peta pikiran (mind mapipng) merupakan teknik pembuatan grafik yang menyediakan kunci-kunci umum untuk mengoptimalkan otak dengan memanfaatkan kata-kata, nomor, logika, irama, warna, dan dimensi yang disajikan dalam bentuk yang sangat unik (2008: ix).Melalui peta pikiran, seseorang dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi.

Cara kerja peta pikiran mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak. Di samping itu, peta pikiran juga memudahkan untuk mengembangkan ide karena bisa mulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan koneksi-koneksi di otak untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci. Melalui hal ini maka seseorang terutama siswa akan dapat mengembangkan potensinya dengan optimal.Peta pikiran dapat digunakan untuk membuat catatan dalam suatu pertemuan, konferensi, ceramah atau pelajaran. Sebagai alat, peta pikiran memetakan secara visual pembicaraan dan membangun pemahaman. Peta pikiran merupakan proses yang baik dalam kerja kelompok dan dalam menata kegiatan urun gagasan. Bila dibandingkan mencatat dengan cara linear, maka mencatat dengan metode peta pikiran (mind mapping) lebih inovatif dan fleksibel.

Menurut Sarbana (2005:99) mencatat linear atau konvensional memiliki beberapa kelemahan antara lain:

1) Saat mencatat, menyusun secara berurutan apa yang disampaikan oleh si pembicara, dalam proses pencatatan tersebut pada suatu waktu akan merasa bingung untuk melihat kaitan antar gagasan.

2) Informasi baru yang disampaikan pembicara untuk menjelaskan poin sebelumnya tidak dapat langsung ditempatkan pada poin tersebut. Karena seringkali terjadi pemisahan antara poin yang telah ditulis dengan poin terakhir yang disampaikan oleh pembicara.

commit to user

3) Penelitian terakhir menunjukkan bahwa mencatat dengan metode konvensional atau linear berlawanan dengan cara kerja otak. Hal ini karena otak tidak digunakan untuk menagkap kesan dari yan kita tulis, sehingga menjadi sulit intuk mengingat kembali poin sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Lestari (2009)yang berjudul Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pada Siswa Kelas IV Seolah Dasar Negeri Mlilir 01 Madiun juga menemukan bahwa peta pikiran (mind mapping) dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Selain itu dengan peta pikiran siswa menjadi termotivasi dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa biasanya akan kesulitan untuk menuangkan ide dan tidak tahu harus memulai cerita dari mana, tetapi dengan peta pikran hal itu dapat diatasi. Dengan demikian maka dari hasil penelitian ini, metode peta pikiran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis cerita pendek di sekolah tersebut.

Teknik ini membantu siswa untuk menghilangkan rasa jenuh pada saat berpikir dan belajar, karena melibatkan keseimbangan kerja otak kiri dan otak kanan melalui peta pikiran (mind mapping) di otak yang diwujudkan dalam bentuk coretan gambar garis dan kata kunci. Penggunaan teknik peta pikiran didapat fakta bahwa siswa lebih mudah mengembangkan imajinasinya.Upaya tersebut dapat memberikan pengalaman pada siswa untuk berpikir kreatif. Jika demikian informasi yang disimpan dalam memori seperti cara kerja otak manusia, maka informasi yang tersimpan dalam proses belajar mengajar akan menjadi labih baik dan berguna untuk mengingat dalam jangka waktu yang lama. Karena itu siswa dapat melahirkan suatu ide-ide yang sangat kreatif dalam belajarnya.

Melalui strategi peta pikiran (mind mapping) siswa akan menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, baik dalam individu maupun dalam kelompok. Strategi peta pikiran akan dapat mengaktifkan siswa dalam bekerja sama dalam kelompok. Hal ini ditegaskan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Näykki, dan

commit to user

Järvelä (2008:14) yang berjudul How Pictorial Knowledge Representations Mediate Collaborative Knowledge Construction In Groups”. Mereka memadukan antara pembelajaran kolaborasi dan penggunaaan peta pikiran dalam kelompok. Näykki dan Järvelä menegaskan bahwa

The results of this study encourage teachers and students to use cognitive tools for distributing visual knowledge representations for collaborative learning. There are at least three useful perspectives to be pointed out: Visual representations as cognitive tools can help researchers to better understand student's learning process, they can help teachers evaluate students' learning, and visual representations can help students' self- regulated learning by externalizing what they are themselves thinking and to see what others are thinking and when possible, to then continue their own

and others' flow of thinking.”

Hasil penelitian ini mendorong para guru dan siswa untuk menggunakan alat- alat kognitif penyebaran pengetahuan representasi visual untuk pembelajaran kolaboratif. Setidaknya ada tiga perspektif berguna untuk ditunjukkan representasi visual sebagai alat kognitif dapat membantu para peneliti untuk lebih memahami proses belajar siswa, mereka dapat membantu para guru mengevaluasi belajar siswa, dan visual representasi dapat membantu siswa belajar sendiri maupun kelompok. Sehingga peta pikiran dapat membantu siswa belajar secara aktif baik dalam belajar mandiri maupun belajar secara kelompok.Karena peta pikiran sangat berguna ketika para anggota kelompok belajar saling bertukar pikiran.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peta pikiran(mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke luar dari otak, peta pikiran juga merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif, dan secara harfiah akan

“memetakan” hasil dari pikiran-pikiran, peta pikiran juga merupakan cara kreatif bagi

peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan sebuah penelitian baru. Selain itu peta pikiran merupakan strategi mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide yang saling berkaitan, seperti peta jalan yang yang digunakan untuk belajar,

commit to user

mengorganisasikan, merencanakan sesuatu hal. Melalui pembuatan sebuah peta pikiran siswa akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif tentang apa yang telah siswa pelajari dan apa yang akan siswa rencanakan.

b. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran

Melalui berbagai hal menunjukkan bahwa otak tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang- cabang pohon. Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila manusia juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.

Peta pikiran (mind mapping) mampu mengubah cara belajar yang konvensional, yang hanya memanfaatkan cara kerja otak kiri. Melalui pembuatan gambar, simbol, dan warna yang beraneka ragam maka dapat menyeimbang cara kerja otak antara belahan kiri dan belahan kanan. Selain itu metode peta pikiran (mind mapping) dapat terus berkembang sesuai dengan keinginan penulisnya.

Sebelum pembuatan peta pikiran (mind mappng) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dintaranya bahan-bahan untuk pembuatan peta pikiran (mind mapping) yaitu: kertas kosong, pena, dan pensil warna. Menurut Buzan (2008:15-16) ada beberapa langkah untuk membuat peta pikiran (mind mapping), adapun langkah- langkah tersebut adalah:

1) Mulailah dari bagian tengah kertas yang kosong yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Karena memulai dari tengah memberikan kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dengan lebih bebas dan alami.

commit to user

2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral. Karena sebuah gambar dapat bermakba ribuan kata dan membantu untuk menggunakan dan mengembangkan imajinasi.

3) Gunakan berbagai warna. Karena bagi otak, wrna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada

pemikiran yang sangat kreatif, dan sekali lagi “menyenangkan”.

4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan selanjutnya hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Hal ini dikarenakan otak kita bekerja menurut asosiasi. Otak senang mengaitkan antara hal satu dengan hal yang lainnya. Bila menghubungkan cabang-cabang tersebut akan lebih mudah memahami dan mengingatnya.

5) Buatlah hubungan garis melengkung, bukan garis lurus. Karena garis lurus akan membosankan.

6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap satu garis. Karena kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada peta pikiran.

7) Gunakan gambar. Karena seperti gambar sentral, setiap gambar dapat bermakna ribuan kata.

Dokumen terkait