• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN"

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI

PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA

SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

Oleh:

SITI ROCHANI

K1207032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI

PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA

SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN

Oleh:

SITI ROCHANI

K1207032

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

(4)

commit to user

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Siti Rochani. K1207032. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping); 2) meningkatkan kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping).

Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif dan teknik analisis deskripsi komparatif (statistik deskriptif komparatif). Proses penelitian dilaksanakan dalan tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, serta analisis dan refleksi.

Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakukan mulai dari survei awal, kemudian dilanjutkan dalam dua siklus oleh guru kelas sebagai fasilitator pembelajaran serta peneliti sebagai partisipan pasif. Tahap perencanaan tindakan meliputi membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan sarana pembelajaran, mempersiapkan instrumen penilaian, dan mengajukan solusi alternatif berupa penerapan strategi peta pikiran untuk pembelajaran menulis ilmiah. Pada tahap pelaksanaan peneliti mengadakan pengamatan mengenai tindakan yang dilakukan, selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap observasi dilakukan untuk mengamati dan menginterpretasikan penggunaan strategi peta pikiran untuk pembelajaran menulis ilmiah, juga untuk mengetahui adanya peningkatan proses dan kemampuan menulis ilmiah. Tahap analisis dan refleksi dilakukan untuk mengolah data hasil observasi dan mencari kekurangan dalam pembelajaran untuk kemudian diperbaiki pada siklus selanjutnya.

(6)

commit to user

vi

(7)

commit to user

vii

MOTTO

“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada orang tuanya. Ibunnya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan

menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua

orang tuamu. Hanya kepada Aku tempatmu kembali” (QS. Al-Luqman:14)

Kirimlah surat-suratmu menjelang subuh, surat yang ditulis dengan tinta air mata,

dengan kertas pipi, dengan perangko pengabulan, dan dengan alamat yang ditujukan

pada sang pemilik Arsy (Allah). Sesudah itu, tunggulah jawaban dan balasan-Nya.

(DR. Aidh Al-Qarni)

Bila kau hendak bahagia satu jam, tidurlah.

Bila kau hendak bahagia satu hari, memancinglah.

Bila kau hendak bahagia satu bulan, menikahlah.

Bila kau hendak bahagia satu tahun, warisilah harta.

Bila kau hendak bahagia seumur hidupmu, bantulah sesama.

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibuku yang sangat aku

sayangi. Terima kasih atas kasih

sayangnya yang tak terbatas

untukku.

2. Kakak-kakakku atas dukungan dan

dorongannya yang diberikan

kepadaku.

3. Keponakan-keponakanku tercinta

Alfian, Fira, Nayla, Melati, Natasha,

Adila, Fanno, dan Nafisa kalian

adalah sumber semangatku.

4. Teman-temanku Haning, Fitri, Narti,

Papah, Salma, dan Rumi

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas kasih dan

karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dan kesulitan dapat teratasi

berkat bantuan dari berbagi pihak. Atas segala bentuk bantuannya, peneliti sampaikan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan FKIP UNS yang telah

mengizinkan peneliti menyelesaikan skripsi;

2. Drs. Suparno, M.Pd., Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk

penulisan skripsi ini;

3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini;

4. Prof. Dr. H.Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku pembimbing I selaku yang telah

memberikan arahan dan nasihat dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi

ini dapat penulis selesaikan dengan lancar ;

5. Atikah Anindyarini, SS. M.Hum., selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat penulis

selesaikan dengan lancar;

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis selama ini;

7. H. Sukarman, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Masaran

Sragen yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan

penelitian di sekolah yang beliau pimpin;

8. Ichwan Ibnu Effendy, M.Pd., selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah banyak membantu dalam

(10)

commit to user

x

9. Siswa kleas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah

membantu pelaksanaan penelitian dengan sikap terbuka dan bijaksana;

10.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

menambah wawasan bagi pembaca.

Surakarta, 2011

(11)

commit to user

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 10

a. Pengertian Menulis Ilmiah... 12

(12)

commit to user

xii

c. Syarat Tulisan Ilmiah ... 14

d.Sistematika Penulisan Laporam Hasil Penelitian/Pengamatan ... 15

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Ilmiah di SMA... 16

a. Pengertian Pembelajaran... 16

b.Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran... 19

c. Penilaian Kemampuan Menulis Ilmiah... 21

4. Hakikat Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping)... 28

a. Pengertian Peta Pikiran... 28

b. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 33

C. Bentuk dan Strategi Penelitian... 40

D. Teknik Pengumpulan Data... 41

E. Teknik Validitas Data... 43

F. Teknik Analisis Data... 43

G. Prosedur Penelitian... 44

H. Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 49

A. Kondisi Awal ... 49

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 52

1. Siklus Pertama... 52

a. Perencanaan Tindakan ... 52

(13)

commit to user

xiii

c. Observasi dan Interpretasi... 59

d. Analisis dan Refleksi... 65

2. Siklus Kedua... 66

a. Perencanaan Tindakan... 66

b. Pelaksanaan Tindakan... 69

c. Observasi dan Interpretasi... 72

d. Analisis dan Refleksi... 76

3. Siklus Ketiga... 77

a. Perencanaan Tindakan... 77

b. Pelaksanaan Tindakan... 80

c. Observasi dan Interpretasi... 83

d. Analisis dan Refleksi... 88

C. Pembahasan... 89

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 95

A. Simpulan... 95

B. Implikasi... 96

C. Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA... 99

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Pratindakan Siswa XI IA ... 2

2. Penilaian Proses Pembelajaran ... 22

3. Penilaian Hasil Pembelajaran... 25

4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 39

5. Indikator Keberhasilan Penelitian... 47

6. Rekap Nilai Menulis Ilmiah Siswa Survei Awal... 52

7. Nilai Proses pada Siklus I... 62

8. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus I dengan Pratindakan... 63

9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II... 74

10. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II dengan Pratindakan dan Siklus I... 75

11. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III... 86

12. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III dengan Pratindakan, Siklus I dan Siklus II... 87

(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir ... 36

2. Model Analisis Interaktif... 43

3. Tahap-tahap Penelitian ... 46

4. Siswa Tampak Tiduran Ketika Pembelajaran Berlangsung... 51

5. Siswa Menuliskan Pendapatnya Tentang Tulisan Ilmiah ke Depan Kelas... 56

6. Siswa Membuat Peta Pikiran Secara Kelompok... 57

7. Siswa Membuat Peta Pikiran... 58

8. Guru Memantau dan Menjawab Pertanyaan dari Siswa... 59

9. Siswa Membuat Peta Pikiran... 70

10. Siswa Saling Bertukar Peta Pikiran... 71

11. Guru Sedang Melakukan Monitoring... 71

12. Siswa Membuat Peta Pikiran... 81

13. Guru Melakukan Monitoring Pada Siswa... 82

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Nilai Proses Pada Siklus I... 62

2. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah Pada Siklus I

dengan Pratindakan... 63

3. Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II... 74

4. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II

dengan Pratindakadan Siklus I... 76

5. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III... 86

6. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III

dengan Pratindakan, Siklus I dan Siklus II... 88

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pratindakan... 102

2. Siklus I ... 117

3. Siklus II... 146

(18)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran menulis sebagai salah satu pembelajaran dalam keterampilan

berbahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan

unsur-unsur maupun kaidah-kaidah kebahasaan secara baik dan benar dalam bentuk

tulisan. Hal ini diperlukan agar para siswa mampu mengungkapkan atau

menginformasikan ide, gagasan, pendapat, ataupun perasaan mereka kepada orang

lain, sehingga apa yang mereka maksudkan dapat dengan mudah dipahami. Untuk itu

diperlukan pengetahuan mengenai unsur dan kaidah kebahasaan agar tulisan yang

dihasilkan sesuai dengan unsur dan kaidah yang berlaku dan mudah dipahami dengan

baik oleh orang yang membacanya.

Akan tetapi, sampai saat ini kemampuan menulis pelajar terutama siswa

sekolah menengah atas (SMA) masih rendah. Bukan rahasia lagi jika menulis

merupakan pekerjaan berat dan menuntut keterampilan yang tinggi. Kegiatan menulis

merupakan kegiatan yang dianggap tidak menyenangkan oleh kebanyakan pelajar.

Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Waluyo (2006:6) bahwa di antara

keempat keterampilan berbahasa menulis paling suram dan paling sulit dikuasai oleh

para siswa, dunia tulis-menulis di Indonesia miskin pengarang produktif yang

menghasilkan karya-karya yang bemutu dan bermanfaat bagi masyarakat.

Oleh karena itu, harus diakui bahwa pembelajaran menulis terutama di SMA

sangat memprihatinkan. Hal terlihat jelas baik dari kualitas ataupun kuantitas

pelajaran menulis di sekolah-sekolah tersebut. Selama ini menulis hanya diajarkan

sebagai pelajaran yang berorientasi pada nilai. Pembelajaran menulis sebagai proses

akhirnya tersisihkan. Pembelajaran bahasa Indonesia masih sering hanya diberikan

(19)

commit to user

berakibat pula pada keterampilan menulis sebagai suatu beban berat. Hal yang

demikian ini terjadi baik pada kemampuan menulis ilmiah maupun nonilmiah.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang paling sulit

untuk dikuasai. Menurut Nurgiyantoro (2001:296) keterampilan menulis lebih sulit

dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa sekalipun. Baik pada tulisan ilmiah maupun

nonilmiah. Kesulitan tersebut disebabkan keterampilan menulis menghendaki

penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan yang akan

menjadi isi karangan.

Permasalahan dalam kemampuan menulis juga terjadi pada siswa kelas XI IA

SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Permasalahan kemampuan menulis

terutama terjadi pada jenis menulis ilmiah. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru

mata pelajaran bahasa Indonesia, diketahui bahwa kemampuan menulis

ilmiahsebagian besar siswa rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini :

No Uraian pencapaian hasil Jumlah

1. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 22 siswa

2. Siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau

sama dengan 65

8 siswa

Melalui data di atas ditunjukkan bahwa hanya sekitar 26% (8siswa) yang

mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 (batas ketuntasan), namun

sebagian besar siswa mendapatakan nilai dibawah 65 atau sekitar 74%(22 siswa).

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut bisa dinyatakan bahwa kemampuan siswa

kelas tersebut dalam menulis masih perlu untuk ditingkatkan.

Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis ilmiah ini menjadi petunjuk

adanya kelemahan sekaligus kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan yang serius dalam menulis ilmiah.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa

(20)

commit to user

menampakkan penalaran berbahasa yang kurang logis, isi gagasan kurang faktual,

pengorganisasian isi yang tidak sistematis, dan banyak terdapat kesalahan bahasa

yang meliputi ejaan, diksi, maupun dalam pembuatan kalimat yang efektif.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang

keterampilan menulis ilmiah timbul karena (1) siswa sering mengalami kesulitan

memunculkan dan mengungkapkan ide untuk tulisan mereka dan tidak tahu harus

menulis apa, (2) jika sudah mendapatkan ide maka sering macet ditengah-tengah, (3)

siswa sering mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data-data untuk mendukung

karangan ilmiah mereka, dan (4) guru belum menggunakan strategi pembelajaran

yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran tersebut.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar di

kelas, guru dalam mengajar menulis ilmiah juga masih menggunakan strategi yang

konvensional. Selama ini guru dalam mengajar menulis ilmiah hanya dengan

menjelaskan materi dari buku LKS, siswa tidak mendapatkan buku pegangan atau

buku paket, hal ini dikarenakan buku paket yang diberi dari dinas pendidikan tidak

mencukupi untuk dibagikan. Setelah selesai menjelaskan siswa diberi penugasan

untuk menulis ilmiah. Setelah selesai maka hasil tulisan siswa dikumpulkan. Guru

selama ini tidak mempergunakan strategi yang menyenangkan dan melibatkan siswa

secara langsung selama pembelajaran menulis ilmiah.

Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

kemampuan menulis ilmiah masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan

perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk aktif dan mampu menulis

ilmiah dengan baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal jika pendekatan atau

strategi yang digunakan tepat.Untuk mengoptimalisasi hasil belajar, terutama

keterampilan menulis ilmiah diperlukan strategi yang tepat. Hal ini bertujuan agar

dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas siswa dalam belajar menulis ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran menulis ilmiah akan berlangsung dengan efektif dan

(21)

commit to user

strategi, serta eveluasi yang tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2007:69)

bahwa terdapat kerelevansian antara metode ataupun strategi mengajar yang

dipergunakan oleh guru dengan prinsip-prinsip belajar yang akan meningkatkan

gairah, minat, serta motivasi anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pernyataan di atas jelaslah bahwa dalam pembelajaran menulis terutama

ilmiah seorang pendidik harus menggunakan strategi yang tepat.

Satu diantara banyak strategi yang dianggap tepat adalah peta pikiran (mind

mapping). Dipilihnya strategi peta pikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

menulis ilmiah karena berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti,

siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen kesulitan dalam

menuangkan ide dan ide para siswa sering macet di tengah-tengah, serta siswa

kesulitan mengumpulkan data untuk mendukung karya ilmiah siswa sehingga untuk

penggunaan strategi peta pikiran sangat tepat karena siswa akan tetap dapat

mengembangkan berbagai ide tetapi masih dalam konteks yang berhubungan dengan

karya tulis ilmiah siswa.

Silberman menjelaskan bahwa peta pikiran merupakan cara kreatif bagi

peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau

merencanakan sebuah penelitian baru. Melalui sebuah peta pikiran siswa akan

menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif

tentang apa yang telah mereka pelajari dan apa yang akan mereka rencanakan

(2007:188).

Peta pikiran (mind mapping) banyak melibatkan siswa untuk beraktivitas

dalam pembelajaran dan akan menciptakan suasana yang menggembirakan sehingga

siswa senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Melalui hal ini digarapkan

kesan yang didapatkan siswa tentang materi yang sedang dipelajari akan lebih kuat,

(22)

commit to user

Melalui pembelajaran dengan peta pikiran, siswa dapat meningkatkan

kemampuan berpikir secara kritis dan holistik. Hal ini diperkuat dengan penelitian

yang dilakukan oleh Mueller, Johnston, dan Bligh (2002:24) yang berjudul Joining

mind mapping and care planning to enhance student critical thinking and achieve

holistic nursing care . Mereka menjelaskansebagai berikut:

By marrying mind mapping with care planning, we have encouraged the use of critical, whole-brained, holistic thinking when applying the nursing process and using nursing diagnoses. Standardized language is still used, but the thinking that occurs has become more important than the language. Whole-brain thinking leads to the development of higher-level critical thinking skills. In order to map out the interconnectedness of all components

of care, students must first make those connections in their minds”.

Melalui penggabungan peta pikiran dengan perencanaan perawatan,

hal tersebut telah mendorong mahasiswa berpikir secara kritis, mereka dapat

berpikir secara holistik ketika menerapkan proses keperawatan dan

menggunakan diagnosa keperawatan melalui peta pikiran. Standar bahasa

masih digunakan, tetapi hasil pikiran dari peta pikiran yang merupakan hasil

diagnosa pasien, lebih penting daripada bahasa.Dalam rangka memetakan

keterkaitan dari semua komponen perawatan, mahasiswa keperawatan di

Philadelphia Amerika Serikat,harus terlebih dahulu membuat koneksi atau

hubungan dalam pikiran mahasiswa tersebut.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah strategi peta pikiran

diterapkan dalam cara mendiagnosa pasien pada siswa keperawatan di Philadelphia

Amerika Serikat, ada reaksi positif dari siswa yang ditunjukkan dengan motivasi dan

minat belajar siswa yang meningkat secara drastis. Strategi peta pikiran (mind

mapping) memungkinkan siswa mengeksplorasi seluruh kemampuan otak untuk

keperluan berpikir dan belajar. Strategi ini membantu siswa untuk menghilangkan

rasa jenuh pada saat berpikir dan belajar, karena melibatkan keseimbangan kerja

otak kiri dan otak kanan melalui peta pikiran di otak yang diwujudkan dalam bentuk

coretan gambar garis dan kata kunci. Melalui penggunaan strategi peta pikian

(23)

commit to user

dimiliknya. Upaya tersebut dapat memberikan pengalaman kepada siswa untuk

menulis ilmiah lebih kreatif dan menyenangkan. Melalui hal ini diharapkan

organisasi tulisan siswa dapat menjadi runtut dan logis serta siswa lebih mudah

mengumpulkan data faktual untuk mendukung karya ilmiahmereka.

Khuraesin (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Peta pikiran

dan Kemampuan Penalaran Berbahasa Dengan Kemampuan Menulis Argumentasi

Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA 2 Bandung” menyebutkan hasil eksperimen proses pembelajaran dengan menggunakan strategi peta pikiran dapat mengaktifkan

siswa di kelas untuk mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Kerjasama yang

baik dapat terjalin melalui kebersamaan dalam mengembangkan kreatifitas, percaya

diri dan keberanian yang selama ini sulit ditumbuhkan ketika pembelajaran menulis

argumentasi dapat teratasi dengan adanya strategi peta pikiran.

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis ilmiah

dengan strategi peta pikiran tersebut, yang harus dipersiapkan adalah kertas kosong

dan spidol beraneka warna. Pertama siswa menulis tema di tengah kertas. Tema

kemudian dijabarkan dalam bentuk ranting-ranting berupa ide-ide yang muncul yang

nantinya dapat berkembang menjadi gagasan utama paragraf, rancangan bahasa, serta

kaidah penulisan untuk memperjelas, mempertegas, dan menarik perhatian pembaca.

Unsur tersebut adalah kata kunci yang ditulis di atas ranting-ranting tersebut yang

dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan sehingga dapat

menyeimbangkan belahan otak kanan dan belahan otak kiri, dengan demikian strategi

ini memberikan kebebasan siswa dalam mengembangkan kreativitasnya dalam

menulis ilmiah sehingga dapat meningkatkan minat dan kemamapuan siswa dalam

menulis ilmiah.

Selain itu, penggunaan strategi peta pikiran dalam pembelajaran juga dapat

merangsang siswa untuk berpikir secara kritis dan komprehensif. Hal ini sejalan

(24)

commit to user

Review on Developing Creative Thinking in Young Children byMind Mapping”.

Mereka mengungkapkan sebagai berikut:

“From the reseach, it is known that mind mapping increases creativity of young children and allows cognition of children can be easily understood. With abundant colors, images, keywords or short sentences, such map integrates functions of right brain and left brain and facilitates thinking, memorizing, analyzing and triggering inspiration and allowing young children to learn via picture.This allows one to find that picture is helpful for young children on learning and interaction….” (Wang, Chieh dan Chu, 2010:7)

Penelitian ini membuktikan bahwa peta pikiran dapat meningkatkan

kreatifitas anak-anak dan memungkinkan kognisi anak-anak dapat dengan

mudah dipahami. Melalui penggunaan warna yang berlimpah, gambar, dan

kalimat pendek, peta pikiran seperti mengintegrasikan fungsi otak kanan dan

otak kiri dan memfasilitasi berpikir, menghafal, menganalisa dan

memunculkan inspirasi dan membiarkan anak-anak muda untuk belajar

melalui gambar. Sehingga anak-anak muda dapat belajar dan berpikir secara

komprehensif. Hal tersebut karena dalam belajar gambar yang sangat siswa

menggunakan banyak gambar yang membantu para siswa untuk belajar dan

berinteraksi dengan temannya.

Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukma (2007:4)

yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Peta Pikiran Pada

Siswa Kelas V SDN Sumbersari III Malangbahwa peta pikiran efektif meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk menulis puisi. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini

dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pemetaan pikiran telah mampu

meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi di SDN Sumbersari III Malang,

dengan hasil berikut.(a) pada tahap pemunculan gagasan, siswa telah mampu

memunculkan gagasan yang akan dijadikan sebagai gagasan pokok, (b) pada tahap

pengembangan gagasan, siswa telah mampu mengembangkan gagasan secara logis,

(25)

commit to user

mengembangkan kata menjadi kalimat, menata kalimat menjadi puisi dengan

memperhatikan kesesuaian isi dengan judul, diksi, imajinasi, serta merevisi puisi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian

tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran

keterampilan menulis ilmiah dengan judul”Peningkatan Kemampuan Menulis Ilmiah

dengan Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas XI IA SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. apakah penerapan strategi peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan

kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?

2. apakah penerapan strategi peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan

kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3

Masaran Sragen?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas tujuan dari

penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan :

1. kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA

Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind

mapping).

2. kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3

(26)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperkaya

khasanah pengetahuan bahasa dan memperluas wawasan tentang

pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas, terutama

pembelajaran menulis ilmiah dengan menerapkan strategi peta pikiran (mind

mapping)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran menulis ilmiah

2. Dengan diterapkan peta pikiran (mind mapping), siswa SMA dilatih

belajar dengan menggunakan kedua belahan otaknya yaitu kiri dan kanan

3. Penerapan strategi peta pikiran (mind mapping)memungkinkan dapat

meningkatkan kemampuan menulis siswa terutama pada kemampuan

menulis ilmiah

b. Bagi Guru

Memberikan satu alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan strategi

yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran

menulis ilmiah. Hasil penelitian ini dapat menjadi pendorong bagi guru

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan

c. Bagi Sekolah

1. Sebagai inovasi pembelajaran yang dilaksanakan guru.

2. Menambah pengalaman pada guru lain untuk menerapkan proses

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dengan strategi peta pikiran

(27)

commit to user

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Menulis

a. Pengertian Menulis

Menurut Akhadiah, dkk. (1996:9) menulis adalah salah satu bentuk

keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Dengan

menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai

maksud dan tujuannya. Hasil dari kegiatan menulis adalah karangan atau tulisan.

Pada hakikatnya dalam menulis diperlukan suatu pengetahuan yang khusus.

Diungkapkan oleh Enre bahwa menulis adalah proses berpikir yang diperlukan suatu

pengetahuan khusus, yaitu cara berpikir tentang cara penulisan yang benar (1988:6).

Tarigan menjelaskan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunukasi secara tidak langsung, dan tidak secara tatap

muka dengan orang lain. Selain itu menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif

dan efektif (2008:3)

Banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang penulis agar dapat

menghasilkan sebuah tulisan yang baik, adapun tulisan yang baik memiliki beberapa

ciri yaitu bermakna, jelas atau lugas yang merupakan kesatuan bulat, singkat dan

padat. Memenuhi kaidah kebahasan, dan tulisan tersebut juga harus bersifat

komunikatif (dalam Ahkadiah, dkk. 1996:2).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah menulis adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang

mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Melalui menulis seseorang dapat

(28)

commit to user

dari kegiatan menulis adalah karangan atau tulisan. Dalam menulis diperlukan suatu

pengetahuan khusus yaitu cara berpikir tentang cara penulisan yang baik dan benar,

menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunukasi

secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain selain itu menulis

merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif.

b. Tahapan Menulis

Dalam menulis sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib,

dan masuk akal. Ada beberapa langkah agar tulisan yang dihasilkan dapat teratur,

tertib dan logis. Menurut Ahkadiah,dkk. (1996:3-5) membagi langkah menulis

menjadi tiga tahap yaitu:

1) Tahap prapenulisan

Tahap ini adalah tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup

beberapa langkah kegiatan. Tahap pertama adalah menentukan topik, yang kedua

adalah membatasi topik, menentukan bahan, langkah selanjutnya adalah membuat

kerangka. Kerangka tersebut harus logis, sistematik, dan konsisten.

2) Tahap penulisan

Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah membahas setiap butir topik yang

ada di dalam kerangka yang telah disusun. Selanjutnya kerangka tersebut

dikembangkan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Dikembangkan menjadi

paragaf-paragraf. Tulisan tersebut harus ditulis dengan bahasa yang baik dan

benar, disamping itu tulisan tersebut harus mematuhi kaidah ejaan yang berlaku.

3) Tahap revisi

Jika tulisan buram telah selesai, maka tulisan tersebut perlu diperbaiki. Pada

tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenal hal-hal apa saja

(29)

commit to user

2. Hakikat Menulis Ilmiah

a. Pengertian Menulis Ilmiah

Kegiatan menulis bisa dituangkan ke dalam bentuk ilmiah dan nonilmiah. Jika

sebuah tulisan dikaitkan dengan sesuatu hal yang ilmiah maka hasil dari organisasi

ide ke dalam tulisan tersebut disebut dengan tulisan ilmiah (dalam Wardani, dkk.

2008:12).

Amir (2007:106) mengemukakan bahwa tulisan ilmiah adalah tulisan ilmu

pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan

yang baik dan benar. Kata-kata yang digunakan kata-kata teknis, ditujukan kepada

masyarakat yang mempunyai pengetahuan teknis tertentu pula.

Senada dengan pendapat di atas Kosasih berpendapat bahwa tulisan ilmiah

ialah karangan yang menyajikan permasalahan atau pengetahuan keilmuan yang

ditulis menurut tata cara penulisan tertentu. Tulisan ilmiah ini tidak bersifat subjektif,

serta emosional, dan prasangka-prasangka tertentu yang belum jelas kebenarannya

(2010:9).

Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf yang menjelaskan bahwa tulisan

ilmiah adalah tulisan yang bersasaran pada rasio, yaitu agar para pembaca

memperoleh pengalaman intelektual atau pengetahuan dengan menyodorkan

fakta-fakta yang terjadi di sekitar (1995:18). Senada dengan pendapat di atas, Hasnun

(2004:24) mengemukakan bahwa hasil dari tulisan ilmiah adalah karangan yang

mengetengahkan pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu, yang

disusun menurut metode tertentu secara sistematis, karya tulis jenis ini dapat

dikatakan juga sebagai tulisan yang membahas masalah tertentu berdasarkan

pengamatan, secara sistematis dan terarah.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis ilmiah

adalah suatu kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan yang didasari dari hasil

pengamatan, penelitian, peninjauan maupun fakta-fakta yang ada di sekitar dan ditulis

(30)

commit to user

menambah pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat pembaca yang

mengetahui teknis tertentu. Tulisan ilmiah ini tidak bersifat subjektif, serta

emosional, dan prasangka-prasangka tertentu yang belum jelas kebenarannya

b. Jenis Tulisan Ilmiah

John (dalam Amir, 2007:41) membagi karya ilmiah menjadi dua macam

yaitu :

1) Karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat tertentu (profesional) yang

bersifat ilmiah tinggi, disebut juga dengan karya ilmiah penelitian

2) Karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat umum, disebut juga dengan

karya ilmiah populer.

Lebih lanjut Jauhari (2009:125) membagi karya ilmiah penelitian menjadi

beberapa macam yaitu:

1) Skripsi adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata satu

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana

2) Tesis adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata dua sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister

3) Laporan penelitian

4) Disertasi karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata tiga sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor.

Kuncoro (2009:51-54) membagi karya ilmiah populer menjadi beberapa

macam yaitu:

1) Artikel adalah tulisan lepas yang berisi pendapat yang mengupas secara

tuntas suatu permasalahan tertentu yangbersifat faktual atau kontroversial

dengan tujuan memberikan informasi, memengaruhi, meyakinkan atau

(31)

commit to user

2) Makalah adalah karya ilmiah yang bersifat resmi tentang suatu pokok

yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dalam suatu

persidangan yang sering disusun untuk diterbitkan.

3) Resensi buku adalah tulisan atau ulasan mengenai sebuah karya atau buku,

tujuan resensi adalah menyampaikan kepada pembaca apakah buku atau

karya itu patut mendapatkan sambutan dari masyarakat atau tidak

4) Paper pengertiannya hampir sama dengan makalah, hal yang

membedakannya adalah unsur dan tujuannya

5) Tajuk rencana yaitu artikel utama dalam surat kabar yang berisi

pandangan atau pendapat redaksi terhadap isu yang sedang berkembang

dalam masyarakat

c. Syarat Tulisan Ilmiah

Ada hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam kegiatan menulis ilmiah.

Hal ini perlu agar tulisan yang dihasilkan bisa dengan mudah dipahami dan

benar-benar bisa memberikan manfaat berupa menyampaikan suatu informasi kepada

pembaca. Kosasih (2010:24-25) mengemukakan syarat-syarat tulisan ilmiah sebagai

berikut :

1) Lugas dan tidak emosional

Karya ilmiah hanya memiliki satu arti, tidak bermakna kias, sehingga

pembaca tidak membuat tafsiran sendiri. Karena itu, perlu ada batasan

operasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabel.

2) Logis

Maksudnya kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan urutan

yang konsisten

3) Efektif

Baik alinea atau subab harus menunjukkan adanya satu kebulatan pikiran, ada

(32)

commit to user

4) Efisien

Tulisan ilmiah hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan

mudah untuk dipahamioleh pembaca

5) Ditulis dengan format yang baku

Penulisan sebuah karya ilmiah harus sesuai dengan tata bahasa Indonesia

yangbaku. Jadi, tidak diperkenankan menggunakan bahasa yang tidak formal

atau tidak baku.

d. Sistematika Penulisan Laporan Hasil Penelitian/Pengamatan

Bentuk tulisan ilmiah penelitin ada berbagai macam jenis, misalnya berbentuk

makalah, esai, artikel, skripsi, tesis, resensi, maupun laporan hasil penelitian atau

pengamatan. Dalam menulis karya ilmiah ada aturan atau sistematika tulisan ilmiah.

Berkaitan dengan ini Syaukah, dkk. (2007: 7-8) menjelaskan sistematika penyajian

tulisan ilmiah berbentuk laporan hasil penelitian atau pengamatan sebagai berikut :

1) Bagian Awal, berisi :

a) Halaman sampul

b) Halaman pengesahan

c) Abstrak

d) Kata pengantar

e) Daftar isi

f) Daftar tabel (jika ada)

g) Daftar gambar (jika ada)

h) Daftar lampiran(jika ada)

2) Bagian inti, berisi:

Bab I Pendahuluan, berisi tentang :

a) Latar belakang masalah

(33)

commit to user

c) Tujuan dan

d) Manfaat penelitian

Bab II Landasan Teori, berisi tentang :

a) Tinjauan pustaka

b) Hipotesis

Bab III Metode Penelitian, berisi :

a) Metode penentuan objek dan subjek penelitian

b) Metode pengumpulan data

c) Analisis data

Bab IV Hasil Penelitian

a) Deskripsi data

b) Pengujian hipotesis

Bab V Penutup

a) Kesimpulan

b) Saran

3) Bagian Akhir

a) Daftar Pustaka

b) Lampiran

3. Hakikat Pembelajaran Menulis Ilmiah di SMA

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi

mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2009: 24). Lebih lanjut Hamalik

mengungkapkan bahwa material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi,

slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan

kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan

(34)

commit to user

Ada lima pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Hamalik (2001:

25), yaitu:

1) Pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/

siswa di sekolah.

2) Pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui

lembaga pendidikan sekolah.

3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan

kondisi belajar bagi peserta didik.

4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi

warga masyarakat yang baik.

5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan

masyarakat sehari-hari.

Suprijono (2009: 11) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan

pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran

terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan bahwa pengajaran

adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara mengajarkan

diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan

pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didiksebagai pihak penerima.

Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak sebagai

„panglima‟, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang

paling mengetahui.

Lebih lanjut, Suprijono (2009: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang

berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan

pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik

belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru

mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif

pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya

(35)

commit to user

adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif,

bukan mekanis seperti halnya pengajaran.

Gino, dkk. (1996: 32-39) memberikan batasan pembelajaran atau instruction

sebagai usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar, yaitu

terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa.

Dengan demikian, ada tiga ciri utama pembelajaran, yaitu: (1) ada aktivitas yang

menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik langsung maupun

tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku

untuk waktu yang lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang

dilakukan secara sadar.

Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa

komponen. Menurut Gino, dkk. (1996: 30) komponen tersebut antara lain sebagai

berikut:

1) Guru

Guru merupakan seseorang yang bertindak sebgai pengelola kegiatan

belajar mengajar yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

2) Siswa

Siswa adalah orang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan pelaksana

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

3) Tujuan

Tujuan adalah perubahan yang diinginkan terjadi pada siswa setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut meliputi

perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif.

4) Isi pelajaran

Isi pelajaran atau materi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta,

(36)

commit to user

5) Metode

Metode merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru

yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

6) Media

Media merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk menyajikan

informasi kepada siswa.

7) Evaluasi

Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan

hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar

mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses

atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi kepada

siswa agar menimbulkan respons yang tepat untuk mencapai tujuan belajar yang

diinginkan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tindakan ke arah yang positif dan menuju

ke pendewasaan seseorang.

b. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran.

Menurut Gino, dkk. (1996: 36-39) faktor yang mempengaruhi keberhasilan

pencapaian tujuan pembelajaran antara lain:

1) Motivasi belajar

Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seorang

secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan

(37)

commit to user

2) Bahan belajar

Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang

digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan

dicapai oleh siswa dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat

dimintai olehnya.

3) Alat bantu belajar

Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan pembelajaran dari

sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Alat bantu belajar merupakan

alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya buku,

komputer, tape recorder, dan lain-lain.

4) Suasana belajar

Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan

tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung

kegiatan pembelajaran yang baik antara lain yaitu: susana kekeluargaan,

suasana sekolah yang nyaman, suasana kelas diatur fleksibel, jumlah siswa

tidak terlalu banyak, dan siswa belajar secara bervariasi.

5) Kondisi siswa

Kondisi siswa merupakan keadaan siswa pada saat kegiatan belajar

mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud bukan hanya keadaan fisik,

melainkan juga keadaan psikis siswa

6) Kemampuan guru

Kemampuan guru maksudnya adalah kemampuan guru dalam

menyampaikan materi, mengelola kelas, serta mangatasi berbagai masalah yang

mungkin terjadi selama proses belajar mengajar. Kriteria yang menunjukkan

kemampuan guru adalah sebagai berikut:

a) Guru menyampaikan materi dengan tepat dan tidak membosankan, namun

(38)

commit to user

b) Guru harus bisa memilih metode dan cara mengajar yang tepat agar dapat

menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran.

c) Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan

memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di

kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun di belakang.

d) Guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegiatan

belajar mengajar.

c. Penilaian Kemampuan Menulis Ilmiah

Hamalik (2001: 157) mengungkapkan bahwa penilaian adalah suatu upaya

untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah

mencapai tujuan belajar dan pembelajaran. Hal ini selaras dengan pendapat Suwandi

(2010:7) bahwa penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui keberhasilan

(proses dan hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria.

Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan dengan objek penelitian

yang dilakukan.

Senada dengan pendapat di atas Sudjana menjelaskan bahwa penilaian adalah

proses memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu

pula. Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi dan diakhiri

dengan judgment atau penghakiman (2008:3).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian

merupakan proses memberi atau menentukan nilai kepada objek tertentu, sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.

Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi dan diakhiri dengan

judgment atau penghakiman.

1). Penilaian Proses Pembelajaran

Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti

(39)

commit to user

terkaitdengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau obyek.

Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang

dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan

yang diinginkan.

Penilaian proses pembelajaran adalah upaya seorang guru memberikan nilai

terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dengan guru dalam

mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sudjana (2008: 56) mengungkapkan bahwa

apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya

melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam

proses mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari

proses belajar yang dialaminya.

Lebih lanjut Suwandi (2010: 80-81) mengungkapkan bahwa secara umum

obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal,

yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan,

semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap

proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.) Berdasarkan hal

tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran

menulis ilmiah adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Penilaian Proses Pembelajaran

(40)

commit to user

(Diadaptasi dariSudjana, 2008:61)

a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria beriku:

1 = sangat kurang 4 = baik

2 = kurang 5 = amat baik

3 = cukup

b).Menghitung nilai

Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....

Skor maksimal (15)

Keterangan diisi dengan kriteria berikut.

(1).Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4). Nilai = 70 – 89 baik

(2). Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik

(3). Nilai = 50 – 69 cukup(dalam Suwandi, 2010:130)

a). Keaktifan selama pembelajaran

Skor 5 :Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama pembelajaran

(merespon setiap stimulus yang diberikan guru saat pembelajaran dengan

baik).

Skor 4 :Jika siswa aktif selama pembelajaran (cukup merespon stimulus yang

diberikan guru saat pembelajaran)

Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat pembelajaran (sesekali merespon

stimulus yang diberikan guru)

Skor 2 :Jika siswa kurang aktif pada saat pembelajaran(sama sekali tidak mau

merespon stimulus yang diberikan guru saat pembelajaran).

Skor 1 :Jika siswa sama sekali tidak aktif (acuh dan tidak mau merespon

stimulus saat pembelajaran).

b). Keaktifan membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiah

Skor 5 :Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya

(41)

commit to user

tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengerjakan (tidak bosan,

tidak mengantuk)

Skor 4 : Jika siswa memmbuat peta pikiran dari kerangka karya tulis

ilmiahnya, tampak bersemangat dan antusias dalam mengerjakan (tidak bosan,

tidak mengantuk).

Skor 3 : Jika siswa membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiahnya

namun kurang bersemangat dan antusias dalam mengerjakan (kurang serius).

Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar membuat peta pikiran dari kerangka karya

tulis ilmiahnya dan terlihat tidak bersemangat dalam mengerjakan

(malas-malasan, meletakkan kepala di meja).

Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau membuat peta pikiran dari

kerangka karya tulis ilmiahnya dan sama sekali tidak bersemangat (tampak

bosan, tertidur).

c). Kerja sama dalam kelompok

Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya aktif dalam kelompok seperti aktif bertanya,

menjawab, bekerja secara kelompok, mengkonstruksi, menemukan,

merefleksi, dan mengerjakan tugas.

Skor 4 : Jika siswa aktif dalam kelompok dan sesekali mau bertanya,

menjawab, serta bekerja secara kelompok, mengkonstruksi, menemukan,

merefleksi, dan mengerjakan tugas.

Skor 3 : Jika siswa hanya bekerja dalam kelompok dan sama sekali tidak mau

bertanya, menjawab, mengkonstruksi, menemukan merefleksi, dan

mengerjakan tugas.

Skor 2 : Jika siswa kurang aktif dalam bekerja sama dalam kelompok dan

sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, mengkonstruksi, menemukan,

merefleksi, dan mengerjakan tugas.

Skor 1 : Jika siswa sama sekali mau bekerja sama dalam kelompok (sibuk

(42)

commit to user

2) . Penilaian Hasil Pembelajaran

Sudjana (2008: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah

proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan

kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil

belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Harfieild (dalam

Nurgiyantoro, 2001:307) menjelaskan salah satu model yang rinci dalam

melakukan penyekoran, yaitu dengan mempergunakan model skala interval untuk

tiap tingkat tertantu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci

dan teliti dalam memberikan skor, dan dapat dipertanggungjawabkan. Model

tersebut adalah penilaian yang banyak digunakan pada progran ESL (English as a

Second Language) yaitu sebagai berikut :

Tabel 3. Penilaian Hasil Pembelajaran

No Aspek Skor Kriteria

1. ISI 27-30 Sangat baik-sempurna : padat informasi,

subtantif, pengembangan tesis tuntas, relevan

dengan permasalahan dan tuntas.

22-26 Cukup – baik : informasi cukup, substantif

cukup, pengembangan tesis cukup, relevan

dengan permasalahan dan cukup lengkap.

17-21 Sedang – cukup : informasi terbatas, substantif

kurang, pengembangan tesis terbatas, cukup

relevan dengan permasalahan tetapi kurang

lengkap.

13-16 Sangat kurang : tidak berisi informasi, tidak

ada substantif, tidak ada pengembangan tesis,

(43)

commit to user

lengkap.

2 ORGANISASI 18-20 Sangat baik-sempurna : pengungkapan

gagasan lancar, gagasan diungkapkan dengan

jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis,

ada kohesif dan koheren.

14-17 Cukup – baik : pengungkapan gagasan kurang

lancar, gagasan kurang terorganisasi tetapi ide

utama terlihat, bahan pendukung terbatas,

urutan logis tatapi tidak lengkap, cukup

kohesif dan koheren

10-13 Sedang – cukup : pengungkapan gagasan tidak

lancer, gagasan kacau terpotong-potong atau

melompat-lompat, urutan logis tatapi tdak

lengkap, kurang kohesif dan koheren

7-9 Sangat kurang : pengungkapan gagasan tidak

komunikatif, gagasan tidak terorganisasi,

tidak koherif dan koheren serta tidak layak

nilai.

3. KOSAKATA 18-20 Sangat baik-sempurna : pemanfaatan potensi

kata sangat baik, pilihan kata dan ungkapan

tepat, menguasai pembentukan kata.

14-17 Cukup – baik : pemanfaatan potensi kata

cukup baik, pilihan kata dan ungkapan kurang

tepat, cukup menguasai pembentukan kata.

10-13 Sedang – cukup : : pemanfaatan potensi kata

terbatas, pilihan kata dan ungkapan kadang

kurang tepat, kurang menguasai pembentukan

(44)

commit to user

7-9 Sangat kurang : : pemanfaatan potensi kata

sangat terbatas, sering terjadi kesalahan

penggunaan kosa kata dan dapat merusak

makna , tidak menguasai pembentukan kata.

4 PENGEMBANGAN 22-25 Sangat baik-sempurna : konstruksi kalimat

lengkap dan efektif, hanya terjadi sedikit

kesalahan penggunaan bentu kebahasaan.

18-21 Cukup – baik : konstruksi kalimat sederhana

tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi

kalimat, tejadi sejumlah kesalahan tetapi

makna tidak kabur.

11-17 Sedang-cukup : terjadi kesalahan serius dalam

rangkaian kalimat, makna membingungkan

atau kabur.

5-10 Sangat kurang : tidak mengasai aturan

sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak

layak nilai.

5 MEKANIK 5 Sangat baik-sempurna : menguasai aturan

penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan

ejaan dan tanda baca, rapi dan bersih.

4 Cukup- baik : kadang-kadang terjadi kesalahan

ejaan dan tanda baca tetapi tidak mengaburkan

makna, cukup rapi dan bersih.

3 Sedang-cukup : sering terjadi kesalahan ejaan

tanda baca, makna membingungkan dan kabur,

kurang rapi dan bersih.

2 Sangat kurang : tidak menguasai aturan

(45)

commit to user

tulisan tidak terbaca, tidak rapi dan bersih,

tidak layak nilai.

4. Hakikat Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping)

a. Pengertian Peta Pikiran

Buzan (2008:4) menegaskan bahwa peta pikiran adalah cara termudah untuk

menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke

luar dari otak, peta pikiran juga merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif,

dan secara harfiah akan “memetakan” hasil dari pikiran. Melalui peta pikiran maka

akan memberikan pandangan yang menyeluruh pokok masalah atau area yang luas,

memungkinkan pengguna membuat alternatif-alternatif, mengumpulkan data dalam

jumlah yang besar, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan membuat

terobosan-terobosan yang sangat kreatif, dan menyenangkan karena penuh dengan

gambar dan warna.

Agak berbeda dengan pendapat di atas Silberman menjelaskan peta pikiran

merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan

ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan sebuah penelitian baru. Melalui

penggunaan sebuah peta pikiran mereka akan menemukan kemudahan untuk

mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif tentang apa yang telah siswa

pelajari dan apa yang akan siswa rencanakan (2007:188).

DePotter dan Hernacki mengemukakan peta pikiran adalah sebuah strategi

mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide

yang saling berkaitan, seperti peta jalan yang yang digunakan untuk belajar,

mengorganisasikan, merencanakan sesuatu hal oleh siswa (2007:152).Sarbana

mengatakan peta pikiran(mind mapping) adalah proses berpikir dengan model

jaringan yang melibatkan keaktifan antara otak sebelah kiri dan otak sebelah kanan,

sehingga mempermudah penggunanya untuk mengingat dalam memori otaknya

(46)

commit to user

Syurfah memaparkan peta pikiran (mind mapipng) merupakan teknik

pembuatan grafik yang menyediakan kunci-kunci umum untuk mengoptimalkan otak

dengan memanfaatkan kata-kata, nomor, logika, irama, warna, dan dimensi yang

disajikan dalam bentuk yang sangat unik (2008: ix).Melalui peta pikiran, seseorang

dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami

konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu

informasi.

Cara kerja peta pikiran mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak. Di

samping itu, peta pikiran juga memudahkan untuk mengembangkan ide karena bisa

mulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan koneksi-koneksi di otak

untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci. Melalui hal ini maka seseorang

terutama siswa akan dapat mengembangkan potensinya dengan optimal.Peta pikiran

dapat digunakan untuk membuat catatan dalam suatu pertemuan, konferensi, ceramah

atau pelajaran. Sebagai alat, peta pikiran memetakan secara visual pembicaraan dan

membangun pemahaman. Peta pikiran merupakan proses yang baik dalam kerja

kelompok dan dalam menata kegiatan urun gagasan. Bila dibandingkan mencatat

dengan cara linear, maka mencatat dengan metode peta pikiran (mind mapping) lebih

inovatif dan fleksibel.

Menurut Sarbana (2005:99) mencatat linear atau konvensional memiliki

beberapa kelemahan antara lain:

1) Saat mencatat, menyusun secara berurutan apa yang disampaikan oleh si

pembicara, dalam proses pencatatan tersebut pada suatu waktu akan merasa

bingung untuk melihat kaitan antar gagasan.

2) Informasi baru yang disampaikan pembicara untuk menjelaskan poin

sebelumnya tidak dapat langsung ditempatkan pada poin tersebut. Karena

seringkali terjadi pemisahan antara poin yang telah ditulis dengan poin

(47)

commit to user

3) Penelitian terakhir menunjukkan bahwa mencatat dengan metode

konvensional atau linear berlawanan dengan cara kerja otak. Hal ini karena

otak tidak digunakan untuk menagkap kesan dari yan kita tulis, sehingga

menjadi sulit intuk mengingat kembali poin sebelumnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Lestari (2009)yang

berjudul Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pada Siswa Kelas IV

Seolah Dasar Negeri Mlilir 01 Madiun juga menemukan bahwa peta pikiran (mind

mapping) dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam

pembelajaran menulis cerpen. Selain itu dengan peta pikiran siswa menjadi

termotivasi dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa biasanya akan kesulitan untuk

menuangkan ide dan tidak tahu harus memulai cerita dari mana, tetapi dengan peta

pikran hal itu dapat diatasi. Dengan demikian maka dari hasil penelitian ini, metode

peta pikiran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis

cerita pendek di sekolah tersebut.

Teknik ini membantu siswa untuk menghilangkan rasa jenuh pada saat

berpikir dan belajar, karena melibatkan keseimbangan kerja otak kiri dan otak kanan

melalui peta pikiran (mind mapping) di otak yang diwujudkan dalam bentuk coretan

gambar garis dan kata kunci. Penggunaan teknik peta pikiran didapat fakta bahwa

siswa lebih mudah mengembangkan imajinasinya.Upaya tersebut dapat memberikan

pengalaman pada siswa untuk berpikir kreatif. Jika demikian informasi yang

disimpan dalam memori seperti cara kerja otak manusia, maka informasi yang

tersimpan dalam proses belajar mengajar akan menjadi labih baik dan berguna untuk

mengingat dalam jangka waktu yang lama. Karena itu siswa dapat melahirkan suatu

ide-ide yang sangat kreatif dalam belajarnya.

Melalui strategi peta pikiran (mind mapping) siswa akan menjadi lebih aktif

dalam kegiatan belajar mengajar, baik dalam individu maupun dalam kelompok.

Strategi peta pikiran akan dapat mengaktifkan siswa dalam bekerja sama dalam

(48)

commit to user

Järvelä (2008:14) yang berjudul How Pictorial Knowledge Representations Mediate

Collaborative Knowledge Construction In Groups”. Mereka memadukan antara

pembelajaran kolaborasi dan penggunaaan peta pikiran dalam kelompok. Näykki dan

Järvelä menegaskan bahwa

The results of this study encourage teachers and students to use cognitive tools for distributing visual knowledge representations for collaborative learning. There are at least three useful perspectives to be pointed out: Visual representations as cognitive tools can help researchers to better understand student's learning process, they can help teachers evaluate students' learning, and visual representations can help students' self-regulated learning by externalizing what they are themselves thinking and to see what others are thinking and when possible, to then continue their own

and others' flow of thinking.”

Hasil penelitian ini mendorong para guru dan siswa untuk menggunakan

alat-alat kognitif penyebaran pengetahuan representasi visual untuk pembelajaran

kolaboratif. Setidaknya ada tiga perspektif berguna untuk ditunjukkan representasi

visual sebagai alat kognitif dapat membantu para peneliti untuk lebih memahami

proses belajar siswa, mereka dapat membantu para guru mengevaluasi belajar siswa,

dan visual representasi dapat membantu siswa belajar sendiri maupun kelompok.

Sehingga peta pikiran dapat membantu siswa belajar secara aktif baik dalam belajar

mandiri maupun belajar secara kelompok.Karena peta pikiran sangat berguna ketika

para anggota kelompok belajar saling bertukar pikiran.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peta

pikiran(mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam

otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke luar dari otak, peta pikiran juga

merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif, dan secara harfiah akan

“memetakan” hasil dari pikiran-pikiran, peta pikiran juga merupakan cara kreatif bagi

peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau

merencanakan sebuah penelitian baru. Selain itu peta pikiran merupakan strategi

mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide

Gambar

Tabel 3. Penilaian Hasil Pembelajaran
gambar. Warna membuat peta pikiran lebih hidup, menambah energi kepada
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Tabel 4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat kompetensi indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal yang tercantum pada kompetensi dasar maupun kompetensi inti dan dapat dikembangkan hingga ke tingkat yang

Penyebab ROA tidak berpengaruh terhadap return saham yaitu pihak manajemen kurang efisien dalam menggunakan aktiva sebagai sumber dana bank dalam kegiatan

tidak menjadi masalah begitu besar karena di lihat dari data sarana dan prasarana cukup memadai untuk menunjang kegiatan belajar pendidikan jasmani, hal ini dapat di

Beyond The Symbols Jejak Antropologis Pemikiran Dan Gerakan Gus Dur (Bandung: PT.. 35 Dari sini tampak bahwa adalah suatu kepantasan apabila Gus Dur tetap konsisten membuat

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan suatu rancangan sistem pengukuran kinerja yang efektif dan efisien

1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3, 9, 12, 14 dinyatakan bahwa dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Setelah dirasa mampu, peserta diminta untuk membuat karya puisi secara mandiri pada langkah berikutnya (un- juk kerja mandiri). Langkah terakhir adalah melakukan

TGF-β merupakan sitokin yang memodulasi proliferasi, diferensiasi dan berperan dalam produksi matriks ekstraselular, TGF-β memiliki asosiasi dengan kadar eosinofil, aktivasi