commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI
PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA
SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN
Oleh:
SITI ROCHANI
K1207032
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI
PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA
SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN
Oleh:
SITI ROCHANI
K1207032
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v
ABSTRAK
Siti Rochani. K1207032. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ILMIAH DENGAN STRATEGI PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS XI IA SMA MUHAMMADIYAH 3 MASARAN SRAGEN. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping); 2) meningkatkan kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind mapping).
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, dan siswa untuk mengatasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Teknik validitas data yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif dan teknik analisis deskripsi komparatif (statistik deskriptif komparatif). Proses penelitian dilaksanakan dalan tiga siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, serta analisis dan refleksi.
Pelaksanaan tindakan penelitian ini dilakukan mulai dari survei awal, kemudian dilanjutkan dalam dua siklus oleh guru kelas sebagai fasilitator pembelajaran serta peneliti sebagai partisipan pasif. Tahap perencanaan tindakan meliputi membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan sarana pembelajaran, mempersiapkan instrumen penilaian, dan mengajukan solusi alternatif berupa penerapan strategi peta pikiran untuk pembelajaran menulis ilmiah. Pada tahap pelaksanaan peneliti mengadakan pengamatan mengenai tindakan yang dilakukan, selain itu, pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data yang nantinya diolah untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Tahap observasi dilakukan untuk mengamati dan menginterpretasikan penggunaan strategi peta pikiran untuk pembelajaran menulis ilmiah, juga untuk mengetahui adanya peningkatan proses dan kemampuan menulis ilmiah. Tahap analisis dan refleksi dilakukan untuk mengolah data hasil observasi dan mencari kekurangan dalam pembelajaran untuk kemudian diperbaiki pada siklus selanjutnya.
commit to user
vi
commit to user
vii
MOTTO
“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada orang tuanya. Ibunnya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua
orang tuamu. Hanya kepada Aku tempatmu kembali” (QS. Al-Luqman:14)
Kirimlah surat-suratmu menjelang subuh, surat yang ditulis dengan tinta air mata,
dengan kertas pipi, dengan perangko pengabulan, dan dengan alamat yang ditujukan
pada sang pemilik Arsy (Allah). Sesudah itu, tunggulah jawaban dan balasan-Nya.
(DR. Aidh Al-Qarni)
Bila kau hendak bahagia satu jam, tidurlah.
Bila kau hendak bahagia satu hari, memancinglah.
Bila kau hendak bahagia satu bulan, menikahlah.
Bila kau hendak bahagia satu tahun, warisilah harta.
Bila kau hendak bahagia seumur hidupmu, bantulah sesama.
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibuku yang sangat aku
sayangi. Terima kasih atas kasih
sayangnya yang tak terbatas
untukku.
2. Kakak-kakakku atas dukungan dan
dorongannya yang diberikan
kepadaku.
3. Keponakan-keponakanku tercinta
Alfian, Fira, Nayla, Melati, Natasha,
Adila, Fanno, dan Nafisa kalian
adalah sumber semangatku.
4. Teman-temanku Haning, Fitri, Narti,
Papah, Salma, dan Rumi
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas kasih dan
karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, guna memenuhi sebagian persyaratan
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan dan kesulitan dapat teratasi
berkat bantuan dari berbagi pihak. Atas segala bentuk bantuannya, peneliti sampaikan
terimakasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan FKIP UNS yang telah
mengizinkan peneliti menyelesaikan skripsi;
2. Drs. Suparno, M.Pd., Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin untuk
penulisan skripsi ini;
3. Drs. Slamet Mulyono, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi ini;
4. Prof. Dr. H.Sarwiji Suwandi, M.Pd., selaku pembimbing I selaku yang telah
memberikan arahan dan nasihat dengan sabar kepada penulis sehingga skripsi
ini dapat penulis selesaikan dengan lancar ;
5. Atikah Anindyarini, SS. M.Hum., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat penulis
selesaikan dengan lancar;
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang
secara tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis selama ini;
7. H. Sukarman, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Masaran
Sragen yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian di sekolah yang beliau pimpin;
8. Ichwan Ibnu Effendy, M.Pd., selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah banyak membantu dalam
commit to user
x
9. Siswa kleas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen yang telah
membantu pelaksanaan penelitian dengan sikap terbuka dan bijaksana;
10.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca.
Surakarta, 2011
commit to user
BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 10
a. Pengertian Menulis Ilmiah... 12
commit to user
xii
c. Syarat Tulisan Ilmiah ... 14
d.Sistematika Penulisan Laporam Hasil Penelitian/Pengamatan ... 15
3. Hakikat Pembelajaran Menulis Ilmiah di SMA... 16
a. Pengertian Pembelajaran... 16
b.Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran... 19
c. Penilaian Kemampuan Menulis Ilmiah... 21
4. Hakikat Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping)... 28
a. Pengertian Peta Pikiran... 28
b. Langkah-langkah Pembuatan Peta Pikiran... 32
B. Penelitian yang Relevan ... 33
C. Bentuk dan Strategi Penelitian... 40
D. Teknik Pengumpulan Data... 41
E. Teknik Validitas Data... 43
F. Teknik Analisis Data... 43
G. Prosedur Penelitian... 44
H. Indikator Keberhasilan ... 47
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……... 49
A. Kondisi Awal ... 49
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 52
1. Siklus Pertama... 52
a. Perencanaan Tindakan ... 52
commit to user
xiii
c. Observasi dan Interpretasi... 59
d. Analisis dan Refleksi... 65
2. Siklus Kedua... 66
a. Perencanaan Tindakan... 66
b. Pelaksanaan Tindakan... 69
c. Observasi dan Interpretasi... 72
d. Analisis dan Refleksi... 76
3. Siklus Ketiga... 77
a. Perencanaan Tindakan... 77
b. Pelaksanaan Tindakan... 80
c. Observasi dan Interpretasi... 83
d. Analisis dan Refleksi... 88
C. Pembahasan... 89
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 95
A. Simpulan... 95
B. Implikasi... 96
C. Saran... 97
DAFTAR PUSTAKA... 99
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Nilai Pratindakan Siswa XI IA ... 2
2. Penilaian Proses Pembelajaran ... 22
3. Penilaian Hasil Pembelajaran... 25
4. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ... 39
5. Indikator Keberhasilan Penelitian... 47
6. Rekap Nilai Menulis Ilmiah Siswa Survei Awal... 52
7. Nilai Proses pada Siklus I... 62
8. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus I dengan Pratindakan... 63
9. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II... 74
10. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II dengan Pratindakan dan Siklus I... 75
11. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III... 86
12. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III dengan Pratindakan, Siklus I dan Siklus II... 87
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Berpikir ... 36
2. Model Analisis Interaktif... 43
3. Tahap-tahap Penelitian ... 46
4. Siswa Tampak Tiduran Ketika Pembelajaran Berlangsung... 51
5. Siswa Menuliskan Pendapatnya Tentang Tulisan Ilmiah ke Depan Kelas... 56
6. Siswa Membuat Peta Pikiran Secara Kelompok... 57
7. Siswa Membuat Peta Pikiran... 58
8. Guru Memantau dan Menjawab Pertanyaan dari Siswa... 59
9. Siswa Membuat Peta Pikiran... 70
10. Siswa Saling Bertukar Peta Pikiran... 71
11. Guru Sedang Melakukan Monitoring... 71
12. Siswa Membuat Peta Pikiran... 81
13. Guru Melakukan Monitoring Pada Siswa... 82
commit to user
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Nilai Proses Pada Siklus I... 62
2. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah Pada Siklus I
dengan Pratindakan... 63
3. Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II... 74
4. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus II
dengan Pratindakadan Siklus I... 76
5. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III... 86
6. Perbandingan Nilai Pembelajaran Menulis Ilmiah pada Siklus III
dengan Pratindakan, Siklus I dan Siklus II... 88
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pratindakan... 102
2. Siklus I ... 117
3. Siklus II... 146
commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran menulis sebagai salah satu pembelajaran dalam keterampilan
berbahasa bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan
unsur-unsur maupun kaidah-kaidah kebahasaan secara baik dan benar dalam bentuk
tulisan. Hal ini diperlukan agar para siswa mampu mengungkapkan atau
menginformasikan ide, gagasan, pendapat, ataupun perasaan mereka kepada orang
lain, sehingga apa yang mereka maksudkan dapat dengan mudah dipahami. Untuk itu
diperlukan pengetahuan mengenai unsur dan kaidah kebahasaan agar tulisan yang
dihasilkan sesuai dengan unsur dan kaidah yang berlaku dan mudah dipahami dengan
baik oleh orang yang membacanya.
Akan tetapi, sampai saat ini kemampuan menulis pelajar terutama siswa
sekolah menengah atas (SMA) masih rendah. Bukan rahasia lagi jika menulis
merupakan pekerjaan berat dan menuntut keterampilan yang tinggi. Kegiatan menulis
merupakan kegiatan yang dianggap tidak menyenangkan oleh kebanyakan pelajar.
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Waluyo (2006:6) bahwa di antara
keempat keterampilan berbahasa menulis paling suram dan paling sulit dikuasai oleh
para siswa, dunia tulis-menulis di Indonesia miskin pengarang produktif yang
menghasilkan karya-karya yang bemutu dan bermanfaat bagi masyarakat.
Oleh karena itu, harus diakui bahwa pembelajaran menulis terutama di SMA
sangat memprihatinkan. Hal terlihat jelas baik dari kualitas ataupun kuantitas
pelajaran menulis di sekolah-sekolah tersebut. Selama ini menulis hanya diajarkan
sebagai pelajaran yang berorientasi pada nilai. Pembelajaran menulis sebagai proses
akhirnya tersisihkan. Pembelajaran bahasa Indonesia masih sering hanya diberikan
commit to user
berakibat pula pada keterampilan menulis sebagai suatu beban berat. Hal yang
demikian ini terjadi baik pada kemampuan menulis ilmiah maupun nonilmiah.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang paling sulit
untuk dikuasai. Menurut Nurgiyantoro (2001:296) keterampilan menulis lebih sulit
dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa sekalipun. Baik pada tulisan ilmiah maupun
nonilmiah. Kesulitan tersebut disebabkan keterampilan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar kebahasaan yang akan
menjadi isi karangan.
Permasalahan dalam kemampuan menulis juga terjadi pada siswa kelas XI IA
SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen. Permasalahan kemampuan menulis
terutama terjadi pada jenis menulis ilmiah. Berdasarkan data yang diperoleh dari guru
mata pelajaran bahasa Indonesia, diketahui bahwa kemampuan menulis
ilmiahsebagian besar siswa rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel 1 berikut ini :
No Uraian pencapaian hasil Jumlah
1. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 22 siswa
2. Siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau
sama dengan 65
8 siswa
Melalui data di atas ditunjukkan bahwa hanya sekitar 26% (8siswa) yang
mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 65 (batas ketuntasan), namun
sebagian besar siswa mendapatakan nilai dibawah 65 atau sekitar 74%(22 siswa).
Berdasarkan data yang diperoleh tersebut bisa dinyatakan bahwa kemampuan siswa
kelas tersebut dalam menulis masih perlu untuk ditingkatkan.
Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis ilmiah ini menjadi petunjuk
adanya kelemahan sekaligus kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan yang serius dalam menulis ilmiah.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti didapatkan bahwa
commit to user
menampakkan penalaran berbahasa yang kurang logis, isi gagasan kurang faktual,
pengorganisasian isi yang tidak sistematis, dan banyak terdapat kesalahan bahasa
yang meliputi ejaan, diksi, maupun dalam pembuatan kalimat yang efektif.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, permasalahan tentang
keterampilan menulis ilmiah timbul karena (1) siswa sering mengalami kesulitan
memunculkan dan mengungkapkan ide untuk tulisan mereka dan tidak tahu harus
menulis apa, (2) jika sudah mendapatkan ide maka sering macet ditengah-tengah, (3)
siswa sering mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data-data untuk mendukung
karangan ilmiah mereka, dan (4) guru belum menggunakan strategi pembelajaran
yang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan belajar mengajar di
kelas, guru dalam mengajar menulis ilmiah juga masih menggunakan strategi yang
konvensional. Selama ini guru dalam mengajar menulis ilmiah hanya dengan
menjelaskan materi dari buku LKS, siswa tidak mendapatkan buku pegangan atau
buku paket, hal ini dikarenakan buku paket yang diberi dari dinas pendidikan tidak
mencukupi untuk dibagikan. Setelah selesai menjelaskan siswa diberi penugasan
untuk menulis ilmiah. Setelah selesai maka hasil tulisan siswa dikumpulkan. Guru
selama ini tidak mempergunakan strategi yang menyenangkan dan melibatkan siswa
secara langsung selama pembelajaran menulis ilmiah.
Fakta-fakta di atas menunjukkan kualitas proses dan hasil pembelajaran
kemampuan menulis ilmiah masih kurang optimal. Oleh karena itu, diperlukan
perbaikan yang dapat mendorong seluruh siswa untuk aktif dan mampu menulis
ilmiah dengan baik dan benar. Pembelajaran akan lebih optimal jika pendekatan atau
strategi yang digunakan tepat.Untuk mengoptimalisasi hasil belajar, terutama
keterampilan menulis ilmiah diperlukan strategi yang tepat. Hal ini bertujuan agar
dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas siswa dalam belajar menulis ilmiah.
Pelaksanaan pembelajaran menulis ilmiah akan berlangsung dengan efektif dan
commit to user
strategi, serta eveluasi yang tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2007:69)
bahwa terdapat kerelevansian antara metode ataupun strategi mengajar yang
dipergunakan oleh guru dengan prinsip-prinsip belajar yang akan meningkatkan
gairah, minat, serta motivasi anak didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan di atas jelaslah bahwa dalam pembelajaran menulis terutama
ilmiah seorang pendidik harus menggunakan strategi yang tepat.
Satu diantara banyak strategi yang dianggap tepat adalah peta pikiran (mind
mapping). Dipilihnya strategi peta pikiran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
menulis ilmiah karena berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh peneliti,
siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran Sragen kesulitan dalam
menuangkan ide dan ide para siswa sering macet di tengah-tengah, serta siswa
kesulitan mengumpulkan data untuk mendukung karya ilmiah siswa sehingga untuk
penggunaan strategi peta pikiran sangat tepat karena siswa akan tetap dapat
mengembangkan berbagai ide tetapi masih dalam konteks yang berhubungan dengan
karya tulis ilmiah siswa.
Silberman menjelaskan bahwa peta pikiran merupakan cara kreatif bagi
peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau
merencanakan sebuah penelitian baru. Melalui sebuah peta pikiran siswa akan
menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif
tentang apa yang telah mereka pelajari dan apa yang akan mereka rencanakan
(2007:188).
Peta pikiran (mind mapping) banyak melibatkan siswa untuk beraktivitas
dalam pembelajaran dan akan menciptakan suasana yang menggembirakan sehingga
siswa senang dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Melalui hal ini digarapkan
kesan yang didapatkan siswa tentang materi yang sedang dipelajari akan lebih kuat,
commit to user
Melalui pembelajaran dengan peta pikiran, siswa dapat meningkatkan
kemampuan berpikir secara kritis dan holistik. Hal ini diperkuat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mueller, Johnston, dan Bligh (2002:24) yang berjudul “Joining
mind mapping and care planning to enhance student critical thinking and achieve
holistic nursing care . Mereka menjelaskansebagai berikut:
“ By marrying mind mapping with care planning, we have encouraged the use of critical, whole-brained, holistic thinking when applying the nursing process and using nursing diagnoses. Standardized language is still used, but the thinking that occurs has become more important than the language. Whole-brain thinking leads to the development of higher-level critical thinking skills. In order to map out the interconnectedness of all components
of care, students must first make those connections in their minds”.
Melalui penggabungan peta pikiran dengan perencanaan perawatan,
hal tersebut telah mendorong mahasiswa berpikir secara kritis, mereka dapat
berpikir secara holistik ketika menerapkan proses keperawatan dan
menggunakan diagnosa keperawatan melalui peta pikiran. Standar bahasa
masih digunakan, tetapi hasil pikiran dari peta pikiran yang merupakan hasil
diagnosa pasien, lebih penting daripada bahasa.Dalam rangka memetakan
keterkaitan dari semua komponen perawatan, mahasiswa keperawatan di
Philadelphia Amerika Serikat,harus terlebih dahulu membuat koneksi atau
hubungan dalam pikiran mahasiswa tersebut.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah strategi peta pikiran
diterapkan dalam cara mendiagnosa pasien pada siswa keperawatan di Philadelphia
Amerika Serikat, ada reaksi positif dari siswa yang ditunjukkan dengan motivasi dan
minat belajar siswa yang meningkat secara drastis. Strategi peta pikiran (mind
mapping) memungkinkan siswa mengeksplorasi seluruh kemampuan otak untuk
keperluan berpikir dan belajar. Strategi ini membantu siswa untuk menghilangkan
rasa jenuh pada saat berpikir dan belajar, karena melibatkan keseimbangan kerja
otak kiri dan otak kanan melalui peta pikiran di otak yang diwujudkan dalam bentuk
coretan gambar garis dan kata kunci. Melalui penggunaan strategi peta pikian
commit to user
dimiliknya. Upaya tersebut dapat memberikan pengalaman kepada siswa untuk
menulis ilmiah lebih kreatif dan menyenangkan. Melalui hal ini diharapkan
organisasi tulisan siswa dapat menjadi runtut dan logis serta siswa lebih mudah
mengumpulkan data faktual untuk mendukung karya ilmiahmereka.
Khuraesin (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Peta pikiran
dan Kemampuan Penalaran Berbahasa Dengan Kemampuan Menulis Argumentasi
Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA 2 Bandung” menyebutkan hasil eksperimen proses pembelajaran dengan menggunakan strategi peta pikiran dapat mengaktifkan
siswa di kelas untuk mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Kerjasama yang
baik dapat terjalin melalui kebersamaan dalam mengembangkan kreatifitas, percaya
diri dan keberanian yang selama ini sulit ditumbuhkan ketika pembelajaran menulis
argumentasi dapat teratasi dengan adanya strategi peta pikiran.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis ilmiah
dengan strategi peta pikiran tersebut, yang harus dipersiapkan adalah kertas kosong
dan spidol beraneka warna. Pertama siswa menulis tema di tengah kertas. Tema
kemudian dijabarkan dalam bentuk ranting-ranting berupa ide-ide yang muncul yang
nantinya dapat berkembang menjadi gagasan utama paragraf, rancangan bahasa, serta
kaidah penulisan untuk memperjelas, mempertegas, dan menarik perhatian pembaca.
Unsur tersebut adalah kata kunci yang ditulis di atas ranting-ranting tersebut yang
dilengkapi dengan gambar berwarna yang dipetakan sehingga dapat
menyeimbangkan belahan otak kanan dan belahan otak kiri, dengan demikian strategi
ini memberikan kebebasan siswa dalam mengembangkan kreativitasnya dalam
menulis ilmiah sehingga dapat meningkatkan minat dan kemamapuan siswa dalam
menulis ilmiah.
Selain itu, penggunaan strategi peta pikiran dalam pembelajaran juga dapat
merangsang siswa untuk berpikir secara kritis dan komprehensif. Hal ini sejalan
commit to user
Review on Developing Creative Thinking in Young Children byMind Mapping”.
Mereka mengungkapkan sebagai berikut:
“From the reseach, it is known that mind mapping increases creativity of young children and allows cognition of children can be easily understood. With abundant colors, images, keywords or short sentences, such map integrates functions of right brain and left brain and facilitates thinking, memorizing, analyzing and triggering inspiration and allowing young children to learn via picture.This allows one to find that picture is helpful for young children on learning and interaction….” (Wang, Chieh dan Chu, 2010:7)
Penelitian ini membuktikan bahwa peta pikiran dapat meningkatkan
kreatifitas anak-anak dan memungkinkan kognisi anak-anak dapat dengan
mudah dipahami. Melalui penggunaan warna yang berlimpah, gambar, dan
kalimat pendek, peta pikiran seperti mengintegrasikan fungsi otak kanan dan
otak kiri dan memfasilitasi berpikir, menghafal, menganalisa dan
memunculkan inspirasi dan membiarkan anak-anak muda untuk belajar
melalui gambar. Sehingga anak-anak muda dapat belajar dan berpikir secara
komprehensif. Hal tersebut karena dalam belajar gambar yang sangat siswa
menggunakan banyak gambar yang membantu para siswa untuk belajar dan
berinteraksi dengan temannya.
Hal ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukma (2007:4)
yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Dengan Peta Pikiran Pada
Siswa Kelas V SDN Sumbersari III Malangbahwa peta pikiran efektif meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk menulis puisi. Dari hasil penelitian tindakan kelas ini
dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi pemetaan pikiran telah mampu
meningkatkan kemampuan siswa menulis puisi di SDN Sumbersari III Malang,
dengan hasil berikut.(a) pada tahap pemunculan gagasan, siswa telah mampu
memunculkan gagasan yang akan dijadikan sebagai gagasan pokok, (b) pada tahap
pengembangan gagasan, siswa telah mampu mengembangkan gagasan secara logis,
commit to user
mengembangkan kata menjadi kalimat, menata kalimat menjadi puisi dengan
memperhatikan kesesuaian isi dengan judul, diksi, imajinasi, serta merevisi puisi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk melaksanakan penelitian
tindakan kelas sebagai usaha perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran
keterampilan menulis ilmiah dengan judul”Peningkatan Kemampuan Menulis Ilmiah
dengan Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping) pada Siswa Kelas XI IA SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. apakah penerapan strategi peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen?
2. apakah penerapan strategi peta pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan
kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3
Masaran Sragen?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas tujuan dari
penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan :
1. kualitas proses pembelajaran menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA
Muhammadiyah 3 Masaran Sragen dengan strategi peta pikiran (mind
mapping).
2. kemampuan menulis ilmiah siswa kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3
commit to user
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperkaya
khasanah pengetahuan bahasa dan memperluas wawasan tentang
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas, terutama
pembelajaran menulis ilmiah dengan menerapkan strategi peta pikiran (mind
mapping)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran menulis ilmiah
2. Dengan diterapkan peta pikiran (mind mapping), siswa SMA dilatih
belajar dengan menggunakan kedua belahan otaknya yaitu kiri dan kanan
3. Penerapan strategi peta pikiran (mind mapping)memungkinkan dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa terutama pada kemampuan
menulis ilmiah
b. Bagi Guru
Memberikan satu alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan strategi
yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran
menulis ilmiah. Hasil penelitian ini dapat menjadi pendorong bagi guru
Bahasa dan Sastra Indonesia untuk melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan
c. Bagi Sekolah
1. Sebagai inovasi pembelajaran yang dilaksanakan guru.
2. Menambah pengalaman pada guru lain untuk menerapkan proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dengan strategi peta pikiran
commit to user
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Menulis
a. Pengertian Menulis
Menurut Akhadiah, dkk. (1996:9) menulis adalah salah satu bentuk
keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Dengan
menulis seseorang dapat mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai
maksud dan tujuannya. Hasil dari kegiatan menulis adalah karangan atau tulisan.
Pada hakikatnya dalam menulis diperlukan suatu pengetahuan yang khusus.
Diungkapkan oleh Enre bahwa menulis adalah proses berpikir yang diperlukan suatu
pengetahuan khusus, yaitu cara berpikir tentang cara penulisan yang benar (1988:6).
Tarigan menjelaskan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunukasi secara tidak langsung, dan tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Selain itu menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif
dan efektif (2008:3)
Banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang penulis agar dapat
menghasilkan sebuah tulisan yang baik, adapun tulisan yang baik memiliki beberapa
ciri yaitu bermakna, jelas atau lugas yang merupakan kesatuan bulat, singkat dan
padat. Memenuhi kaidah kebahasan, dan tulisan tersebut juga harus bersifat
komunikatif (dalam Ahkadiah, dkk. 1996:2).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah menulis adalah salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang
mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Melalui menulis seseorang dapat
commit to user
dari kegiatan menulis adalah karangan atau tulisan. Dalam menulis diperlukan suatu
pengetahuan khusus yaitu cara berpikir tentang cara penulisan yang baik dan benar,
menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunukasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain selain itu menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif.
b. Tahapan Menulis
Dalam menulis sebenarnya penulis dilatih untuk berpikir secara teratur, tertib,
dan masuk akal. Ada beberapa langkah agar tulisan yang dihasilkan dapat teratur,
tertib dan logis. Menurut Ahkadiah,dkk. (1996:3-5) membagi langkah menulis
menjadi tiga tahap yaitu:
1) Tahap prapenulisan
Tahap ini adalah tahap perencanaan atau persiapan menulis dan mencakup
beberapa langkah kegiatan. Tahap pertama adalah menentukan topik, yang kedua
adalah membatasi topik, menentukan bahan, langkah selanjutnya adalah membuat
kerangka. Kerangka tersebut harus logis, sistematik, dan konsisten.
2) Tahap penulisan
Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah membahas setiap butir topik yang
ada di dalam kerangka yang telah disusun. Selanjutnya kerangka tersebut
dikembangkan menjadi kalimat-kalimat yang efektif. Dikembangkan menjadi
paragaf-paragraf. Tulisan tersebut harus ditulis dengan bahasa yang baik dan
benar, disamping itu tulisan tersebut harus mematuhi kaidah ejaan yang berlaku.
3) Tahap revisi
Jika tulisan buram telah selesai, maka tulisan tersebut perlu diperbaiki. Pada
tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenal hal-hal apa saja
commit to user
2. Hakikat Menulis Ilmiah
a. Pengertian Menulis Ilmiah
Kegiatan menulis bisa dituangkan ke dalam bentuk ilmiah dan nonilmiah. Jika
sebuah tulisan dikaitkan dengan sesuatu hal yang ilmiah maka hasil dari organisasi
ide ke dalam tulisan tersebut disebut dengan tulisan ilmiah (dalam Wardani, dkk.
2008:12).
Amir (2007:106) mengemukakan bahwa tulisan ilmiah adalah tulisan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan
yang baik dan benar. Kata-kata yang digunakan kata-kata teknis, ditujukan kepada
masyarakat yang mempunyai pengetahuan teknis tertentu pula.
Senada dengan pendapat di atas Kosasih berpendapat bahwa tulisan ilmiah
ialah karangan yang menyajikan permasalahan atau pengetahuan keilmuan yang
ditulis menurut tata cara penulisan tertentu. Tulisan ilmiah ini tidak bersifat subjektif,
serta emosional, dan prasangka-prasangka tertentu yang belum jelas kebenarannya
(2010:9).
Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf yang menjelaskan bahwa tulisan
ilmiah adalah tulisan yang bersasaran pada rasio, yaitu agar para pembaca
memperoleh pengalaman intelektual atau pengetahuan dengan menyodorkan
fakta-fakta yang terjadi di sekitar (1995:18). Senada dengan pendapat di atas, Hasnun
(2004:24) mengemukakan bahwa hasil dari tulisan ilmiah adalah karangan yang
mengetengahkan pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu, yang
disusun menurut metode tertentu secara sistematis, karya tulis jenis ini dapat
dikatakan juga sebagai tulisan yang membahas masalah tertentu berdasarkan
pengamatan, secara sistematis dan terarah.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis ilmiah
adalah suatu kegiatan mengungkapkan ide atau gagasan yang didasari dari hasil
pengamatan, penelitian, peninjauan maupun fakta-fakta yang ada di sekitar dan ditulis
commit to user
menambah pengetahuan dan pengalaman kepada masyarakat pembaca yang
mengetahui teknis tertentu. Tulisan ilmiah ini tidak bersifat subjektif, serta
emosional, dan prasangka-prasangka tertentu yang belum jelas kebenarannya
b. Jenis Tulisan Ilmiah
John (dalam Amir, 2007:41) membagi karya ilmiah menjadi dua macam
yaitu :
1) Karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat tertentu (profesional) yang
bersifat ilmiah tinggi, disebut juga dengan karya ilmiah penelitian
2) Karya ilmiah yang ditujukan kepada masyarakat umum, disebut juga dengan
karya ilmiah populer.
Lebih lanjut Jauhari (2009:125) membagi karya ilmiah penelitian menjadi
beberapa macam yaitu:
1) Skripsi adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata satu
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana
2) Tesis adalah karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata dua sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar magister
3) Laporan penelitian
4) Disertasi karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa strata tiga sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar doktor.
Kuncoro (2009:51-54) membagi karya ilmiah populer menjadi beberapa
macam yaitu:
1) Artikel adalah tulisan lepas yang berisi pendapat yang mengupas secara
tuntas suatu permasalahan tertentu yangbersifat faktual atau kontroversial
dengan tujuan memberikan informasi, memengaruhi, meyakinkan atau
commit to user
2) Makalah adalah karya ilmiah yang bersifat resmi tentang suatu pokok
yang dimaksudkan untuk dibacakan di muka umum dalam suatu
persidangan yang sering disusun untuk diterbitkan.
3) Resensi buku adalah tulisan atau ulasan mengenai sebuah karya atau buku,
tujuan resensi adalah menyampaikan kepada pembaca apakah buku atau
karya itu patut mendapatkan sambutan dari masyarakat atau tidak
4) Paper pengertiannya hampir sama dengan makalah, hal yang
membedakannya adalah unsur dan tujuannya
5) Tajuk rencana yaitu artikel utama dalam surat kabar yang berisi
pandangan atau pendapat redaksi terhadap isu yang sedang berkembang
dalam masyarakat
c. Syarat Tulisan Ilmiah
Ada hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam kegiatan menulis ilmiah.
Hal ini perlu agar tulisan yang dihasilkan bisa dengan mudah dipahami dan
benar-benar bisa memberikan manfaat berupa menyampaikan suatu informasi kepada
pembaca. Kosasih (2010:24-25) mengemukakan syarat-syarat tulisan ilmiah sebagai
berikut :
1) Lugas dan tidak emosional
Karya ilmiah hanya memiliki satu arti, tidak bermakna kias, sehingga
pembaca tidak membuat tafsiran sendiri. Karena itu, perlu ada batasan
operasional pengertian suatu istilah, konsep, atau variabel.
2) Logis
Maksudnya kalimat, alinea, subbab, subsubbab, disusun berdasarkan urutan
yang konsisten
3) Efektif
Baik alinea atau subab harus menunjukkan adanya satu kebulatan pikiran, ada
commit to user
4) Efisien
Tulisan ilmiah hanya menggunakan kata atau kalimat yang penting dan
mudah untuk dipahamioleh pembaca
5) Ditulis dengan format yang baku
Penulisan sebuah karya ilmiah harus sesuai dengan tata bahasa Indonesia
yangbaku. Jadi, tidak diperkenankan menggunakan bahasa yang tidak formal
atau tidak baku.
d. Sistematika Penulisan Laporan Hasil Penelitian/Pengamatan
Bentuk tulisan ilmiah penelitin ada berbagai macam jenis, misalnya berbentuk
makalah, esai, artikel, skripsi, tesis, resensi, maupun laporan hasil penelitian atau
pengamatan. Dalam menulis karya ilmiah ada aturan atau sistematika tulisan ilmiah.
Berkaitan dengan ini Syaukah, dkk. (2007: 7-8) menjelaskan sistematika penyajian
tulisan ilmiah berbentuk laporan hasil penelitian atau pengamatan sebagai berikut :
1) Bagian Awal, berisi :
a) Halaman sampul
b) Halaman pengesahan
c) Abstrak
d) Kata pengantar
e) Daftar isi
f) Daftar tabel (jika ada)
g) Daftar gambar (jika ada)
h) Daftar lampiran(jika ada)
2) Bagian inti, berisi:
Bab I Pendahuluan, berisi tentang :
a) Latar belakang masalah
commit to user
c) Tujuan dan
d) Manfaat penelitian
Bab II Landasan Teori, berisi tentang :
a) Tinjauan pustaka
b) Hipotesis
Bab III Metode Penelitian, berisi :
a) Metode penentuan objek dan subjek penelitian
b) Metode pengumpulan data
c) Analisis data
Bab IV Hasil Penelitian
a) Deskripsi data
b) Pengujian hipotesis
Bab V Penutup
a) Kesimpulan
b) Saran
3) Bagian Akhir
a) Daftar Pustaka
b) Lampiran
3. Hakikat Pembelajaran Menulis Ilmiah di SMA
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi
mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2009: 24). Lebih lanjut Hamalik
mengungkapkan bahwa material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi,
slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan
kelas, perlengkapan audio visual, dan komputer. Prosedur meliputi jadwal dan
commit to user
Ada lima pengertian pengajaran dan pembelajaran menurut Hamalik (2001:
25), yaitu:
1) Pengajaran ialah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/
siswa di sekolah.
2) Pengajaran adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah.
3) Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik.
4) Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi
warga masyarakat yang baik.
5) Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa mengahadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Suprijono (2009: 11) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan
pembelajaran. Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning dan pengajaran
terjemahan dari teaching. Lebih lanjut, Suprijono mengungkapkan bahwa pengajaran
adalah proses perbuatan, cara mengajarkan. Perbuatan atau cara mengajarkan
diterjemahkan sebagai kegiatan guru mengajari peserta didik, guru menyampaikan
pengetahuan kepada peserta didik dan peserta didiksebagai pihak penerima.
Pengajaran seperti ini merupakan proses instruktif. Guru bertindak sebagai
„panglima‟, guru dianggap paling dominan, dan guru dipandang sebagai orang yang
paling mengetahui.
Lebih lanjut, Suprijono (2009: 13) menjelaskan tentang pembelajaran yang
berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Perbedaan esensial istilah ini dengan
pengajaran adalah pada tindak ajar. Pada pengajaran guru mengajar, peserta didik
belajar, sedangkan pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar dalam perspektif
pembelajaran adalah guru yang menyediakan fasilitas belajar bagi anak didiknya
commit to user
adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif,
bukan mekanis seperti halnya pengajaran.
Gino, dkk. (1996: 32-39) memberikan batasan pembelajaran atau instruction
sebagai usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa.
Dengan demikian, ada tiga ciri utama pembelajaran, yaitu: (1) ada aktivitas yang
menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri pembelajar baik langsung maupun
tidak langsung, (2) perubahan itu berupa diperolehnya kemampuan baru dan berlaku
untuk waktu yang lama, dan (3) perubahan itu terjadi karena suatu usaha yang
dilakukan secara sadar.
Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa
komponen. Menurut Gino, dkk. (1996: 30) komponen tersebut antara lain sebagai
berikut:
1) Guru
Guru merupakan seseorang yang bertindak sebgai pengelola kegiatan
belajar mengajar yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
2) Siswa
Siswa adalah orang yang berperan sebagai pencari, penerima, dan pelaksana
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3) Tujuan
Tujuan adalah perubahan yang diinginkan terjadi pada siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut meliputi
perubahan kognitif, psikomotor, dan afektif.
4) Isi pelajaran
Isi pelajaran atau materi pelajaran adalah segala informasi berupa fakta,
commit to user
5) Metode
Metode merupakan suatu strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru
yang meliputi seluruh kegiatan penyajian bahan pelajaran kepada siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
6) Media
Media merupakan bahan pengajaran yang digunakan untuk menyajikan
informasi kepada siswa.
7) Evaluasi
Evaluasi merupakan cara yang digunakan untuk menilai suatu proses dan
hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar
mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses
atau usaha untuk menjadikan siswa belajar dengan memberikan stimulasi kepada
siswa agar menimbulkan respons yang tepat untuk mencapai tujuan belajar yang
diinginkan. Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan tindakan ke arah yang positif dan menuju
ke pendewasaan seseorang.
b. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan Pembelajaran
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil tidaknya pembelajaran.
Menurut Gino, dkk. (1996: 36-39) faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pencapaian tujuan pembelajaran antara lain:
1) Motivasi belajar
Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan yang timbul pada diri seorang
secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai tujuan
commit to user
2) Bahan belajar
Bahan belajar merupakan isi dalam pembelajaran. Bahan atau materi yang
digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan yang akan
dicapai oleh siswa dan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa agar dapat
dimintai olehnya.
3) Alat bantu belajar
Alat bantu belajar adalah semua alat yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan pembelajaran dari
sumber belajar (guru) kepada penerima (siswa). Alat bantu belajar merupakan
alat yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya buku,
komputer, tape recorder, dan lain-lain.
4) Suasana belajar
Suasana belajar merupakan situasi dan kondisi yang ada dalam lingkungan
tempat proses pembelajaran berlangsung. Suasana yang dapat mendukung
kegiatan pembelajaran yang baik antara lain yaitu: susana kekeluargaan,
suasana sekolah yang nyaman, suasana kelas diatur fleksibel, jumlah siswa
tidak terlalu banyak, dan siswa belajar secara bervariasi.
5) Kondisi siswa
Kondisi siswa merupakan keadaan siswa pada saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Kondisi yang dimaksud bukan hanya keadaan fisik,
melainkan juga keadaan psikis siswa
6) Kemampuan guru
Kemampuan guru maksudnya adalah kemampuan guru dalam
menyampaikan materi, mengelola kelas, serta mangatasi berbagai masalah yang
mungkin terjadi selama proses belajar mengajar. Kriteria yang menunjukkan
kemampuan guru adalah sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan materi dengan tepat dan tidak membosankan, namun
commit to user
b) Guru harus bisa memilih metode dan cara mengajar yang tepat agar dapat
menarik perhatian siswa untuk mengikuti pelajaran.
c) Guru harus mampu mengelola kelas dengan baik, misalnya dengan
memberikan perhatian yang merata kepada seluruh siswa yang ada di
kelas tersebut, baik yang ada di depan maupun di belakang.
d) Guru harus mampu memotivasi siswa agar mau aktif dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Penilaian Kemampuan Menulis Ilmiah
Hamalik (2001: 157) mengungkapkan bahwa penilaian adalah suatu upaya
untuk memeriksa sejauh mana siswa telah mengalami kemajuan belajar atau telah
mencapai tujuan belajar dan pembelajaran. Hal ini selaras dengan pendapat Suwandi
(2010:7) bahwa penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui keberhasilan
(proses dan hasil) dari suatu pogram kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria.
Teknik penilaian yang tepat memerlukan data yang berkaitan dengan objek penelitian
yang dilakukan.
Senada dengan pendapat di atas Sudjana menjelaskan bahwa penilaian adalah
proses memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu
pula. Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi dan diakhiri
dengan judgment atau penghakiman (2008:3).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian
merupakan proses memberi atau menentukan nilai kepada objek tertentu, sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran.
Proses penilaian tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi dan diakhiri dengan
judgment atau penghakiman.
1). Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti
commit to user
terkaitdengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau obyek.
Sikap juga merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang
dimiliki seseorang. Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan
yang diinginkan.
Penilaian proses pembelajaran adalah upaya seorang guru memberikan nilai
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa dengan guru dalam
mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sudjana (2008: 56) mengungkapkan bahwa
apa yang dicapai oleh siswa merupakan akibat dari proses yang ditempuhnya
melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
proses mengajar. Ini berarti bahwa hasil (prestasi) belajar siswa tidak terlepas dari
proses belajar yang dialaminya.
Lebih lanjut Suwandi (2010: 80-81) mengungkapkan bahwa secara umum
obyek/sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal,
yakni sikap terhadap materi pelajaran (motivasi mengikuti pelajaran, keseriusan,
semangat); sikap terhadap guru/pengajar (interaksi, respon); dan sikap terhadap
proses pembelajaran (perhatian, kerjasama, konsentrasi, dsb.) Berdasarkan hal
tersebut maka pedoman penilaian proses yang digunakan dalam pembelajaran
menulis ilmiah adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Penilaian Proses Pembelajaran
commit to user
(Diadaptasi dariSudjana, 2008:61)
a) Kolom penilaian sikap diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria beriku:
1 = sangat kurang 4 = baik
2 = kurang 5 = amat baik
3 = cukup
b).Menghitung nilai
Nilai = Skor perolehan siswa x 100 = ....
Skor maksimal (15)
Keterangan diisi dengan kriteria berikut.
(1).Nilai = 10 – 29 sangat kurang (4). Nilai = 70 – 89 baik
(2). Nilai = 30 – 49 kurang (5). Nilai = 90 – 100 sangat baik
(3). Nilai = 50 – 69 cukup(dalam Suwandi, 2010:130)
a). Keaktifan selama pembelajaran
Skor 5 :Jika siswa sepenuhnya atau sangat aktif selama pembelajaran
(merespon setiap stimulus yang diberikan guru saat pembelajaran dengan
baik).
Skor 4 :Jika siswa aktif selama pembelajaran (cukup merespon stimulus yang
diberikan guru saat pembelajaran)
Skor 3 : Jika siswa cukup aktif pada saat pembelajaran (sesekali merespon
stimulus yang diberikan guru)
Skor 2 :Jika siswa kurang aktif pada saat pembelajaran(sama sekali tidak mau
merespon stimulus yang diberikan guru saat pembelajaran).
Skor 1 :Jika siswa sama sekali tidak aktif (acuh dan tidak mau merespon
stimulus saat pembelajaran).
b). Keaktifan membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiah
Skor 5 :Jika siswa tampak bersungguh-sungguh dan menunjukkan adanya
commit to user
tampak antusias, senang serta bersemangat dalam mengerjakan (tidak bosan,
tidak mengantuk)
Skor 4 : Jika siswa memmbuat peta pikiran dari kerangka karya tulis
ilmiahnya, tampak bersemangat dan antusias dalam mengerjakan (tidak bosan,
tidak mengantuk).
Skor 3 : Jika siswa membuat peta pikiran dari kerangka karya tulis ilmiahnya
namun kurang bersemangat dan antusias dalam mengerjakan (kurang serius).
Skor 2 : Jika siswa hanya sekedar membuat peta pikiran dari kerangka karya
tulis ilmiahnya dan terlihat tidak bersemangat dalam mengerjakan
(malas-malasan, meletakkan kepala di meja).
Skor 1 : Jika siswa sama sekali tidak mau membuat peta pikiran dari
kerangka karya tulis ilmiahnya dan sama sekali tidak bersemangat (tampak
bosan, tertidur).
c). Kerja sama dalam kelompok
Skor 5 : Jika siswa sepenuhnya aktif dalam kelompok seperti aktif bertanya,
menjawab, bekerja secara kelompok, mengkonstruksi, menemukan,
merefleksi, dan mengerjakan tugas.
Skor 4 : Jika siswa aktif dalam kelompok dan sesekali mau bertanya,
menjawab, serta bekerja secara kelompok, mengkonstruksi, menemukan,
merefleksi, dan mengerjakan tugas.
Skor 3 : Jika siswa hanya bekerja dalam kelompok dan sama sekali tidak mau
bertanya, menjawab, mengkonstruksi, menemukan merefleksi, dan
mengerjakan tugas.
Skor 2 : Jika siswa kurang aktif dalam bekerja sama dalam kelompok dan
sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, mengkonstruksi, menemukan,
merefleksi, dan mengerjakan tugas.
Skor 1 : Jika siswa sama sekali mau bekerja sama dalam kelompok (sibuk
commit to user
2) . Penilaian Hasil Pembelajaran
Sudjana (2008: 3) mengungkapkan bahwa penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan
kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil
belajar siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Harfieild (dalam
Nurgiyantoro, 2001:307) menjelaskan salah satu model yang rinci dalam
melakukan penyekoran, yaitu dengan mempergunakan model skala interval untuk
tiap tingkat tertantu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci
dan teliti dalam memberikan skor, dan dapat dipertanggungjawabkan. Model
tersebut adalah penilaian yang banyak digunakan pada progran ESL (English as a
Second Language) yaitu sebagai berikut :
Tabel 3. Penilaian Hasil Pembelajaran
No Aspek Skor Kriteria
1. ISI 27-30 Sangat baik-sempurna : padat informasi,
subtantif, pengembangan tesis tuntas, relevan
dengan permasalahan dan tuntas.
22-26 Cukup – baik : informasi cukup, substantif
cukup, pengembangan tesis cukup, relevan
dengan permasalahan dan cukup lengkap.
17-21 Sedang – cukup : informasi terbatas, substantif
kurang, pengembangan tesis terbatas, cukup
relevan dengan permasalahan tetapi kurang
lengkap.
13-16 Sangat kurang : tidak berisi informasi, tidak
ada substantif, tidak ada pengembangan tesis,
commit to user
lengkap.
2 ORGANISASI 18-20 Sangat baik-sempurna : pengungkapan
gagasan lancar, gagasan diungkapkan dengan
jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis,
ada kohesif dan koheren.
14-17 Cukup – baik : pengungkapan gagasan kurang
lancar, gagasan kurang terorganisasi tetapi ide
utama terlihat, bahan pendukung terbatas,
urutan logis tatapi tidak lengkap, cukup
kohesif dan koheren
10-13 Sedang – cukup : pengungkapan gagasan tidak
lancer, gagasan kacau terpotong-potong atau
melompat-lompat, urutan logis tatapi tdak
lengkap, kurang kohesif dan koheren
7-9 Sangat kurang : pengungkapan gagasan tidak
komunikatif, gagasan tidak terorganisasi,
tidak koherif dan koheren serta tidak layak
nilai.
3. KOSAKATA 18-20 Sangat baik-sempurna : pemanfaatan potensi
kata sangat baik, pilihan kata dan ungkapan
tepat, menguasai pembentukan kata.
14-17 Cukup – baik : pemanfaatan potensi kata
cukup baik, pilihan kata dan ungkapan kurang
tepat, cukup menguasai pembentukan kata.
10-13 Sedang – cukup : : pemanfaatan potensi kata
terbatas, pilihan kata dan ungkapan kadang
kurang tepat, kurang menguasai pembentukan
commit to user
7-9 Sangat kurang : : pemanfaatan potensi kata
sangat terbatas, sering terjadi kesalahan
penggunaan kosa kata dan dapat merusak
makna , tidak menguasai pembentukan kata.
4 PENGEMBANGAN 22-25 Sangat baik-sempurna : konstruksi kalimat
lengkap dan efektif, hanya terjadi sedikit
kesalahan penggunaan bentu kebahasaan.
18-21 Cukup – baik : konstruksi kalimat sederhana
tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi
kalimat, tejadi sejumlah kesalahan tetapi
makna tidak kabur.
11-17 Sedang-cukup : terjadi kesalahan serius dalam
rangkaian kalimat, makna membingungkan
atau kabur.
5-10 Sangat kurang : tidak mengasai aturan
sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak
layak nilai.
5 MEKANIK 5 Sangat baik-sempurna : menguasai aturan
penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan
ejaan dan tanda baca, rapi dan bersih.
4 Cukup- baik : kadang-kadang terjadi kesalahan
ejaan dan tanda baca tetapi tidak mengaburkan
makna, cukup rapi dan bersih.
3 Sedang-cukup : sering terjadi kesalahan ejaan
tanda baca, makna membingungkan dan kabur,
kurang rapi dan bersih.
2 Sangat kurang : tidak menguasai aturan
commit to user
tulisan tidak terbaca, tidak rapi dan bersih,
tidak layak nilai.
4. Hakikat Strategi Peta Pikiran (Mind Mapping)
a. Pengertian Peta Pikiran
Buzan (2008:4) menegaskan bahwa peta pikiran adalah cara termudah untuk
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke
luar dari otak, peta pikiran juga merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif,
dan secara harfiah akan “memetakan” hasil dari pikiran. Melalui peta pikiran maka
akan memberikan pandangan yang menyeluruh pokok masalah atau area yang luas,
memungkinkan pengguna membuat alternatif-alternatif, mengumpulkan data dalam
jumlah yang besar, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan membuat
terobosan-terobosan yang sangat kreatif, dan menyenangkan karena penuh dengan
gambar dan warna.
Agak berbeda dengan pendapat di atas Silberman menjelaskan peta pikiran
merupakan cara kreatif bagi peserta didik secara individual untuk menghasilkan
ide-ide, mencatat pelajaran, atau merencanakan sebuah penelitian baru. Melalui
penggunaan sebuah peta pikiran mereka akan menemukan kemudahan untuk
mengidentifikasi secara jelas, kreatif, dan inovatif tentang apa yang telah siswa
pelajari dan apa yang akan siswa rencanakan (2007:188).
DePotter dan Hernacki mengemukakan peta pikiran adalah sebuah strategi
mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide
yang saling berkaitan, seperti peta jalan yang yang digunakan untuk belajar,
mengorganisasikan, merencanakan sesuatu hal oleh siswa (2007:152).Sarbana
mengatakan peta pikiran(mind mapping) adalah proses berpikir dengan model
jaringan yang melibatkan keaktifan antara otak sebelah kiri dan otak sebelah kanan,
sehingga mempermudah penggunanya untuk mengingat dalam memori otaknya
commit to user
Syurfah memaparkan peta pikiran (mind mapipng) merupakan teknik
pembuatan grafik yang menyediakan kunci-kunci umum untuk mengoptimalkan otak
dengan memanfaatkan kata-kata, nomor, logika, irama, warna, dan dimensi yang
disajikan dalam bentuk yang sangat unik (2008: ix).Melalui peta pikiran, seseorang
dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami
konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu
informasi.
Cara kerja peta pikiran mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak. Di
samping itu, peta pikiran juga memudahkan untuk mengembangkan ide karena bisa
mulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan koneksi-koneksi di otak
untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci. Melalui hal ini maka seseorang
terutama siswa akan dapat mengembangkan potensinya dengan optimal.Peta pikiran
dapat digunakan untuk membuat catatan dalam suatu pertemuan, konferensi, ceramah
atau pelajaran. Sebagai alat, peta pikiran memetakan secara visual pembicaraan dan
membangun pemahaman. Peta pikiran merupakan proses yang baik dalam kerja
kelompok dan dalam menata kegiatan urun gagasan. Bila dibandingkan mencatat
dengan cara linear, maka mencatat dengan metode peta pikiran (mind mapping) lebih
inovatif dan fleksibel.
Menurut Sarbana (2005:99) mencatat linear atau konvensional memiliki
beberapa kelemahan antara lain:
1) Saat mencatat, menyusun secara berurutan apa yang disampaikan oleh si
pembicara, dalam proses pencatatan tersebut pada suatu waktu akan merasa
bingung untuk melihat kaitan antar gagasan.
2) Informasi baru yang disampaikan pembicara untuk menjelaskan poin
sebelumnya tidak dapat langsung ditempatkan pada poin tersebut. Karena
seringkali terjadi pemisahan antara poin yang telah ditulis dengan poin
commit to user
3) Penelitian terakhir menunjukkan bahwa mencatat dengan metode
konvensional atau linear berlawanan dengan cara kerja otak. Hal ini karena
otak tidak digunakan untuk menagkap kesan dari yan kita tulis, sehingga
menjadi sulit intuk mengingat kembali poin sebelumnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Lestari (2009)yang
berjudul Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pada Siswa Kelas IV
Seolah Dasar Negeri Mlilir 01 Madiun juga menemukan bahwa peta pikiran (mind
mapping) dapat mengatasi berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam
pembelajaran menulis cerpen. Selain itu dengan peta pikiran siswa menjadi
termotivasi dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa biasanya akan kesulitan untuk
menuangkan ide dan tidak tahu harus memulai cerita dari mana, tetapi dengan peta
pikran hal itu dapat diatasi. Dengan demikian maka dari hasil penelitian ini, metode
peta pikiran dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
cerita pendek di sekolah tersebut.
Teknik ini membantu siswa untuk menghilangkan rasa jenuh pada saat
berpikir dan belajar, karena melibatkan keseimbangan kerja otak kiri dan otak kanan
melalui peta pikiran (mind mapping) di otak yang diwujudkan dalam bentuk coretan
gambar garis dan kata kunci. Penggunaan teknik peta pikiran didapat fakta bahwa
siswa lebih mudah mengembangkan imajinasinya.Upaya tersebut dapat memberikan
pengalaman pada siswa untuk berpikir kreatif. Jika demikian informasi yang
disimpan dalam memori seperti cara kerja otak manusia, maka informasi yang
tersimpan dalam proses belajar mengajar akan menjadi labih baik dan berguna untuk
mengingat dalam jangka waktu yang lama. Karena itu siswa dapat melahirkan suatu
ide-ide yang sangat kreatif dalam belajarnya.
Melalui strategi peta pikiran (mind mapping) siswa akan menjadi lebih aktif
dalam kegiatan belajar mengajar, baik dalam individu maupun dalam kelompok.
Strategi peta pikiran akan dapat mengaktifkan siswa dalam bekerja sama dalam
commit to user
Järvelä (2008:14) yang berjudul “How Pictorial Knowledge Representations Mediate
Collaborative Knowledge Construction In Groups”. Mereka memadukan antara
pembelajaran kolaborasi dan penggunaaan peta pikiran dalam kelompok. Näykki dan
Järvelä menegaskan bahwa
“The results of this study encourage teachers and students to use cognitive tools for distributing visual knowledge representations for collaborative learning. There are at least three useful perspectives to be pointed out: Visual representations as cognitive tools can help researchers to better understand student's learning process, they can help teachers evaluate students' learning, and visual representations can help students' self-regulated learning by externalizing what they are themselves thinking and to see what others are thinking and when possible, to then continue their own
and others' flow of thinking.”
Hasil penelitian ini mendorong para guru dan siswa untuk menggunakan
alat-alat kognitif penyebaran pengetahuan representasi visual untuk pembelajaran
kolaboratif. Setidaknya ada tiga perspektif berguna untuk ditunjukkan representasi
visual sebagai alat kognitif dapat membantu para peneliti untuk lebih memahami
proses belajar siswa, mereka dapat membantu para guru mengevaluasi belajar siswa,
dan visual representasi dapat membantu siswa belajar sendiri maupun kelompok.
Sehingga peta pikiran dapat membantu siswa belajar secara aktif baik dalam belajar
mandiri maupun belajar secara kelompok.Karena peta pikiran sangat berguna ketika
para anggota kelompok belajar saling bertukar pikiran.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa peta
pikiran(mind mapping) adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam
otak dan mengambil kembali informasi tersebut ke luar dari otak, peta pikiran juga
merupakan cara mencatat yang sangat efektif, kreatif, dan secara harfiah akan
“memetakan” hasil dari pikiran-pikiran, peta pikiran juga merupakan cara kreatif bagi
peserta didik secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran, atau
merencanakan sebuah penelitian baru. Selain itu peta pikiran merupakan strategi
mencatat yang menggunakan pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dan ide