• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TINJAUAN HUKUM TERHADAP

B. Hal-Hal Yang Menjadi Pertimbangan Pihak Perusahaan Dalam

PERUSAHAANBERDASARKAN HUKUM POSITIF YANG BERLAKU DI INDONESIA DAN PERBANDINGAN DENGAN PELAKSANAAN CSR DI LUAR NEGRI (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) PADA PT.BANK XXX MEDAN.

Selama betahun-tahun terdapat banyak argumen yang pro dan kontra CSR. Argumen ini berkisar pada apakah kita memandang perusahaan itu terutama sebagai suatu sistem ekonomi yang hanya bertanggung jawab kepada pemiliknya,

ataukah sebagai suatu sistem sosio-ekonomis yang harus tanggap terhadap berbagai kelompok yang berkepentingan. Pandangan yang pro CSR melihat kepentingan ekonomis dari organisasi itu sesuai dengan tanggung jawab sosialnya yang lebih besar, sedangkan yang anti CSR melihat kepentingan-kepentingan ini bertentangan. Para penyokong anti CSR menganggap perseroan semata-mata sebagai suatu sistem ekonomi yang hanya bertanggug jawab kepada para persero. Beberapa argumen yang menentang CSR meliputi :

1. Sistem pasar yang kompetitif hanya dapat bekerja efektif jika perseroan memusatkan perhatian pada penyelengaraan ekonomis dan mengutamkakan kepentingan persero. Model ini menjamin pemakaian yang optimal dari sumber daya masyarakat

2. Sebagai lembaga ekonomi, perseroan itu hendaklah menspesialisasikan diri dalam bidag terbaik yang dapat mereka laksanakan –produksi barang dan jasa-jasa yang efisien. Laba adalah imbalan untuk penyelenggaraan sosial yang efektif

3. Perusahaan bukan dibutuhkan untuk mengejar sasaran-sasaran sosial. Fungsi ini hendaklah diserahkan kepada lembaga-lembaga lain dalam masyarakat.

4. Setiap usaha alrustic (mengutamkan kepentingan orang lain) pada CSR akan merupakan perampasan terhadap sumber daya perseroan yang seharusnya dikembalikan kepada laba.

5. Perushaan menjalankan kekuatan ekonomi yang besar, CSR akan menyeabakan perseroan memiliki pengaruh yang tidak semestinya terhdap banyak kegiatan yang lain114

Paham stakeholders ini membantu kita memhami cara berbagai kelompok yang berlainan ini dapat mempengaruhi perseroan. Sebuat tema pokok dari

.

114

banyak tulisan mengenai CSR adalah gagasan enlighted self-interst, tindakan tanggap terhadap masyarakat pada pihak manajemen yang berdasarkan proyeksi biaya dan pengahsilan dan laba jangka pendek (garis bawah) saja tidak dapat dibenearkan. Tindaka ini di tampaknya bersika pro CSR bertujuan pada isu yang lebih luas dan berjangka panjang sedangkan pandangan anti CSR lebih memperhatikan daya-laba (profitability) yang segera. Tampaknya makin lebih banyak, perseroan yang memperhatikan isu tanggung jawab sosial ini dan argumen pro CSR semakin kuat. Para penyokong CSR mengemukakan alasan sebagai berikut :

1. Situasi persaingan murni itu tidak ada dan lingkungan ekonomi sekarang tidak otomatis menjamin lokasi optimal sumber daya tidak menjamin persamaan (equality)

2. Perusahaan itu bukan instrumen ekonomi saja aktivitasnya mempunyai pengaruh sosial yang besar, laba buka satu-satunya indikator prestasi (performance = penyelenggaraan) sosial.

3. Para manager biasanya memang tidak dilatih untuk menghadapi CSR, tetapi dampak sosial dari tindakan mereka tidak dapat dielakan.Banyak perseroan memiliki sumber daya yang sangat besar, sebagian daripaa sumber daya itu hendaklah disalurkan kedalam aktivitas yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial.

4. CSR tidak mesti merugikan kepentingan persero. Dalam jangka panjang, pertimbangan terhadap tanggung jawab sosial akan meningkatkan kepentingan persero.

5. Masyarakat yang bertambah baik akan memberikan kesempatan untuk keadaan masa depan yang lebih baik. Investasi dalam perbaikan jaringan sosial akan memberikan iklim usaha yang menguntungkan

6. Perusahaan yang bersikap lebih tanggap itu akan mengecilkan hari (discourage) kelompok-kelompok115

Sebagai pihak yang menjalankan program CSR dan berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Bank XXX Medan menjelaskan bahwa pengaturan tentang CSR sudah ada di Indonesia , pengaturan tentang CSR itu terdapat dalam beberapa peraturan perundang-undangan seperti halnya pada dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada pasal 88 yaitu “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koprasi pembinaan masyarakat sekitar BUMN”. Undang-Undang 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang terdapat pada pasal 74 yang berbunyi “bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Jika tidak dilakukan, maka perseroan tersebut bakal dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”.

Undang-Undang Penanaman Modal pada pasal 15 huruf b yang berbunyi “setiap penanam modal berkewajiban melaksankan tanggung jawab sosial perusahaan” didalam perundang-undangan tersebut ditambahkan juga sanksi bagi Perusahaan yang tidak menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan hal tersebut tercantum pada pasal “maka dapat dikenai sanksi mulai dari peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal, atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal”

Dari ketiga undang-undang tersebut dapat diketahui bahwa suatu kegiatan CSR merupakan kegiatan yang hukumnya adalah wajib.

115

Dalam hal ini PT. Bank XXX Medan dalam dua tahun, yaitu pada tahun 2013 dan 2014 sudah melaksanakan program Bina Lingkungan :

TAHUN NO JENIS KEGIATAN NOMINAL

2013 1 BENCANA ALAM Rp.140.000.000 2 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Rp.250.000.000 3 SARANA IBADAH Rp 120.000.000 4 PELESTARIAN ALAM Rp 70.000.000 TOTAL Rp 580.000.000

Pada tahun 2013 PT. Bank XXX Medan sudah melakukan program Bina Lingkungan. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa program Bina Lingkungan terbagi menjadi empat jenis kegiatan, yaitu :

1. Bencana Alam : Pada tahun 2013, terdapat bencana yang terjadi di daerah Bireun, Aceh, dimana daerah Aceh merupakan daerah yang merupakan bagian dari kewenangan PT.Bank XXX Medan. Oleh karena Bencana Alam merupakan salah satu program Bina Lingkungan maka pada saat itu Bank XXX mengeluarkan uang senilai Rp.140.000.000 (seratus empat puluh juta rupiah) yang dilakukan secara bertahap untuk membantu korban bencana gempa bumi di Bireun,Aceh.

2. Pendidikan dan Pelatihan : Pada tahun 2013, bidang pendidikan dan pelatihan menjadi fokus utama progam Bina Lingkungan PT.Bank XXX Medan. Hal iu terlihat dari besaran anggarannya yaitu sebesar Rp 250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Progaram ini disalurkan melalui beasiswa, pembelian sarana dan prasarana disetiap sekolah di beberapa daerah di Medan dan Aceh dari tingkatan SD, SMP dan SMA.

3. Sarana Ibadah : Pada tahun 2013, bidang sarana ibadah merupakan salah satu program Bina Lingkungan PT. Bank XXX Medan dengan anggaran sebesar Rp.120.000.000 (seratus dua puluh juta rupiah). Bentuk pengaplikasiannya adalah bantuan Mesjid di Singli, Aceh, Mesjid Istiqomah, Medan serta Gereja di Balige.

4. Pelestrian Lingkungan : Pada tahun 2013, bidang pelestarian alam merupakan salah satu program Bina Lingkungan PT. Bank XXX Medan dengan anggaran sebesar Rp.70.000.000 (tujuh puluh juta rupiah.). Bentuk pengaplikasian dari program pelestarian lingkungan adalah pembelian dan penanaman biji pohon untuk penghijauan di Sabang dan Medan.

TAHUN NO JENIS KEGIATAN NOMINAL

2014

1 BENCANA ALAM Rp 210.000.000

2 PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Rp 80.000.000

3 SARANA IBADAH Rp. 100.000.000

4 SARANA DAN PRASARANA

PUBLIK

Rp.30.000.000

TOTAL Rp.420.000.000

Pada tahun 2014 PT.Bank XXX Medan sudah melakukan program Bina Lingkungan. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa program Bina Lingkungan terbagi menjadi empat jenis kegiatan, yaitu :

1. Bencana Alam : Pada tahun 2014, Bencana Alam masih menjadi kegiatan dari Bina Lingkungan PT. Bank XXX Medan dengan anggaran sebesar Rp 210.000.000 (dua ratus sepuluh juta rupiah). Yang dimana bentuk pengaplikasiannya diberikan pada korban bencana alam Gunung Sinabung secara bertahap.

2. Pendidikan dan Pelatihan : Pada tahun 2014, Pendidikan dan Pelatihan masih menjadi kegiatan Bina Lingkungan PT.Bank XXX Medan. Berbeda dengan tahun lalu dimana anggaran Pendidikan dan Pelatihan sangat besar di tahun 2014 anggaran pendidikan dan pelatihan dikurangi dikarenakan pemerintah banyak menyediakan bantuan pendidikan dan pelatihan.

3. Sarana Ibadah : Pada tahun 2014, Sarana Ibadah masih menjadi kegiatan Bina Lingkungan PT.Bank XXX Medan. Dengan anggran sebesar Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah). Bentuk dari pengaplikasiannya adalah bantuan untuk Mesjid Al-Fitrah di Banda Aceh, Gereja Paroki di Lubuk Pakam serta bantuan Mesjid dan Gereja di Sibolga dan Tapanuli Tengah.

Sarana dan Prasarana Publik, Pada tahun 2014, Sarana dan Prasarana Publik merupakan kegiatan baru Bina Lingkungan oleh PT. Bank XXX Medan menggantikan kegiatan Pelestarian Alam. Dengan anggaran sebesar Rp 30.000.000 (tiga puluh juta rupiah). Bentuk pengaplikasianya adalah mempuat kegiatan “program lentera” yaitu memberi penerangan didaerah Kabupaten Karo bersama Bank Indonesia sebagai ketua Badan Musyawarahan Perbankan Daerah (BMPD) dan Kodam I/BB.

Dengan keluarnya Peraturan Mentri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (sebagai Ketentuan Pelaksanan Pasal 88 ayat (2) UU No 19 2003) disebutkan bahwa BUMN hanya dapat menyalurkan sebagian labanya untuk kemitraan badan usaha dan pembinaan lingkungan masyarakat. Dengan keluarnya Permen BUMN ini menjadi salah satu pertimbangan Bank XXX Medan dalam menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Menurut pihak Bank XXX Medan suatu Tanggung Jawab Sosial Perusahaan haruslah berhubungan dengan bentuk usaha Perseroan Terbatas, Bank

XXX Medan yang bergerak di bidang jasa mengaplikasikannya dengan memberikan bantuan dana berupa kredit kepada masyarakat yang mempunyai usaha kelas menengah ataupun kelas kecil.

Di beberapa negara kegiatan CSR sudah lazim dilakukan oleh suatu korporasi. Bukan karena diatur oleh pemerintahnya, melainkan untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholders. Di Indonesia, setiap perusahaan yang berkaitan dengan sumber daya alam harus melakukan CSR yang sebenarnya merupakan kegiatan sukarela.Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibilty (CSR) mungkin masih kurang populer dikalangan pebisnis nasional. Namun, tidak bagi pelaku usaha asing. Kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan secara sukarela itu, sudah biasa dilakoni oleh perusahaan-perusahaan multinasional ratusan tahun lalu. regulasi mengenai CSR mungkin saja dibuat. Sebagian besar negara maju memiliki aturan mengenai transparensi dan akuntabilitas perusahaan, terutama dikaitkan dengan pelaporan kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Aturan ini disertai dengan sanksi yang tegas, apabila perusahaan ternyata terbukti melakukan pembohongan terhadap publik dalam laporannya, baik itu kebohongan dalam input, proses, maupun kinerjanya. Hal lain yang penting ditegaskan adalah detail regulasi apa saja yang harus diikuti oleh perusahaan. Peraturan Peemerintah Tanggung Jawab Sosial Lingkungan memberikan petunjuk soal beberapa regulasi yang perlu diikuti, namun itu sama sekali tidak memadai

Adapun beberapa pertimbangan perusahaan di luar negri dalam menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,yaitu:

Dunia, masalah-masalah yang mempengaruhi mutu hidup dalam masyarakat ingkungan tempat perusahaan biasanya dapat dianggap sebagai perluasan tatanan lingkungan-lingkungan yang berpopulasi padat dari perusahaan itu sendiri ke masyarakat dunia terlebih dahulu, akan menemukan (dalam

sumbangan ekonominya yang terhadap industrialisasi di negri-negri yang sedang berkembang) kebutuhan untuk mengukur apa keuntungannya sebelum ia dapat menilai tanggung jawab partisipasinya. Kesediaan untuk melaksanakan usaha patungan, lebih daripada mendesak untuk peilikan sepenuhnya, untuk membagi manajemen dan keuntungan dalam arti yang tak berhubungan langsung dengan sumbangan yang sebenarnya dan partner-partnernya lain dengan pemerintah yang mencari alternatif untuk kapitalisme, untuk melatih orang-orang pribumi untuk posisi manajemen dan pekerjaan yang memerlukan ketermapilan, mempertemukan bermacam-macam praktek etis dalam hal pajak dan sogokan – semua menggambarkan kesempatan untuk menggambunkan kewiraswastaan dengan tanggung jawab dan syarat-syarat untuk dapat menyatakan strategi116

Bangsa, di Amerika Serikat, bagi perusahaan dengan jangkauan nasional, masalah yang rentan terhadap perhatian konstruktif dari bisnis, terjadi dalam hampir setiap perjalanan hidup. Untuk menyempitkan pilihan yang terlalu luas, sebuah perusahaan akan dapat sendirinya mulai dengan konsekuensi lingkungan dari proses-proses pemabrikan, atau dampak produknya terhadap umum. Mungkin sebuah perusahaan akan membereskan dulu kedalam atau mulai dengan program yang panjang untuk itu. Lalu baru ada perhatian untuk masalah-masalah lain, apakah melalui usaha bisnis, mencari kesempatan ekonomi dalam kebutuhan sosial – misalnya, pembuangan sampah atau pemeliharaan kesehatan. Pendidikan, seni, hubungan antar-ras, kesempatatan yang sama bagi wanita atau bahkan pokok-pokok yang demikian besar seperti dampak terhadap masyarakat atau perubahan teknologi saling berebut menarik perhatian. Agenda masalah nasional kita sangat luas. Tidaklah sukar untuk menemukan kesempatan.

.

117

Masyarakat Setempat Lebih dekat adalah masalah masyarakat tempat beroprasinya perusahaan masalah ini merupakan perwujudan daerah perkotaan

116

R Andrews Kenneth , Konsep Straregi Perusahaan, 2000,, oopcit

117

dari masalah nasional yang telah disebut perumahan yang tak memadai. Pengangguran dalam kemiskinan biaya, pemeliharaan kesehatan yang memprihatinkan dan sebagainya. Perkataan, fokus khusus kebobrokan dan kerawanan nasional dan rentan terhadap penyelewengan manajemen keuangan dan lain-lain bentuk manaemen yang tidak benar, adalah pokok strategi sosial yang menarik, karena kedekatannya dan kekompakannya. Masyarakat yang dekat membenarkan perkembangan proyek-proyek perusahaan yang bermanffat untuk semua pihak seperti latihan kejuruan. Bisnis tidak dapat tetap sehat dalam masyarakat yang sakit.118

Tiap industri, seperti tiap profesi, mempunyai masalah yang timbul dari perbedaan keabsahan hukum, tekanan persaingan, ketidakmurnian kerjasama antara perusahaan yang sungguh-sungguh atau yang ibayangkan dibawah undang-undang anti-trust (anti-gabungan). Tiap industri mempunyai masalahnya sendiri yang kronis, seperti keselamatan, mutu produk, pemberian harga dan pencemaran yang hanya dapat ditangani secara efektif oleh tindakan kerjasama ditempat tidak adanya peraturan, atau yang menjadikan peraturan selanjutnya tidak perlu

Industri, melangkah dari dunia ke negri dan kota, membawa yang mengikat perhatian nilai-nilai strategi perusahaan yang ingin memasukan faktor tanggung jawab sosial kedalam perencanaan mereka. Dua kesempatan kegiatan lainnya yang kurang nyata, tetapi bahkan lebih relevan, seharusnya dipertimbangkan juga industri dan industri-industri yang menjadi tempat bergeraknya perusahaan dan kualitas hidup didalam perusahaan itu sendiri.

119

Perusahaan, didalam perusahaan itu sendiri, terbuka kesempatan untuk memuaskan aspirasinya terhadap tanggungjawab. Mutu strategi tiap perusahaan sekarang ini, misalnya mungkin selalu menjadi sasaran peningkatan, selama teknologi baru dan aspirasi-aspirasi yang lebih tinggi bekerja sama. Tetapi

.

118 Ibid

119

disamping hal-hal penting yang seperti mutu barang-barang dan jasa yang ditawarkan pada masyarakat dan pemeliharaan dan peningkatan kerajinan tangan biasanya, ada tiga daerah lain yang dalam masa mendatang akan menjadi jauh lebih penting daripada yang tampak sekarang. Yang pertama diantaranya adalah proses tinjauan yang diadakan untuk memperkirakan mutu keputusan manajemen tertinggi. Yang kedua adalah dampak sistem pengawasan terhadap perorangan dan lain-lain proses organisasi yang didirikan untuk menjamin hasil.Yang ketiga adalah peran pengakuan peran perorangan dalam perusahaan.120

Undang-Undang 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pada pasal 1 dan 4. Namun dengan keluar nya Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab Sosial Lingkungan membuat ketidakjelasan dalam pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan, hal itu diakui oleh PihakPT. Bank XXX Medan sendiri. Hal itu dikarenakan didalam Peraturan Pemerintah tersebut hanya ada cara dalam penyusunan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan yang diatur oleh pasal 4 dan 6 namun selebihnya dalam perihal kejelasan dalam hal anggaran, pengawasan, sanksi serta, bentuk Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Hasil wawancara dilapangan, dapat diketahui bahwa PT. Bank XXX Medan melaksanakan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (Corporate Social Responsibility) dengan nama “Bina Lingkungan” dan “Program Kemitraan”. Secara praktik pelaksanaan CSR PT. Bank XXX Medan masih mengacu pada Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada pasal 74, Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada pasal 15 serta Peraturan Mentri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 tentang Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil. Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

120 Ibid

itu sendiri tidak ada pengaturan secara jelas sehingga tidak ada kepastian hukum dalam pelaksanaan CSR itu sendiri.

C. PENGAWASAN DALAM MENJALANKAN TANGGUNG JAWAB

Dokumen terkait