• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A.PENGERTIAN PERSEROAN TERBATAS DAN SYARAT PERSEROAN

TERBATAS

Secara normatif pengertian Perseroan Terbatas (PT) dijabarkan dalam pasal 1 butir 1 UUPT yang mengemukakan :

“Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,didirikan berdasarkan perjanjian,melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditettapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”8

Dari pengertian PT sebagaimana yang dijabarkan di atas dapat, dapat diketahui bahwa PT sebagaimana kumpulan modal. Artinya, dalam badan usaha PT yang utama adalah modal. Modal dibagi dalam bentuk saham.Oleh karena itu siapa yang menguasai saham paling banyak dalam suatu PT dialah yang menentukan dan ataupun lewat keputusan rapat umum pemegang saham.9

Ketentuan ini menambahkan bahwa perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga merupakan persekutuan modal. Selain sebagai badan hukum perseroan, juga merupakan tempat para pihak melakukan kerja sama, yaitu melakukan hubungan kontraktual. Kerja sama ini menciptakan badan hukum yang sengaja diciptakan, yaitu perseroan suatu “artifical person10

8

UU 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas 9

Sentosa Sembiring,2008, Hukum Dagang, PT Citra Aditya Bakti,Bandung.hal.50

10

Jamin,Ginting ,2007 Hukum Perseroan Terbatas (UU No.40 2007), PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal 13

Istilah “perseroan” menunjuk pada cara menentukan modal, yaitu terbagi dalam saham sedangkan istilah “terbatas” menunjuk pada batas tanggung jawab pemegang saham, yaitu sebatas jumlah nominal saham yang dimiliki. Perseroan Terbatas adalah perusahaan persekutuan badan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas bahwa :

Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditettapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya11

Landasan yuridis Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan usaha diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 47556 (untuk selanjutnya disebut UUPT). Sebelum munculnya UUPT landasan yuridis keberadaan PT sebagai badan usaha mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD). Pengaturan PT dalam KUHD dijabarkan dalam Pasal 36-56. Untuk pembahasan selanjutnya tentang PT sebagai badan usaha difokuskan pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.12

a. Badan Hukum

Berdasarkan definisi perseroan yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai perusahaan badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur yang diuraikan berikut ini :

11

Abdulkadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia,PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal 105

12

Setiap Perseroan adalah badan hukum, artinya,badan yang memenuhi syarat keilmuan sebagai pendukung hak dan kewajiban yang telah diuraikan sebelumnya, antara lain, memiliki harta kekayaan pendiri atau pengurusnya. Dalam KUHD tidak satu pasal pun yang menyatakan perseroan sebagai badan hukum.

b. Persekutuan Modal

Pengaturan terhadap ketentuan struktur modal perseroan tetap sama, yaitu terdiri atas modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor. Besarnya modal dasar dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ditentukan paling sedikit Rp. 20.000.000,00 Namun, dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas modal dasar perseroan diubah jadi paling sedikit Rp 50.000.000,00, (Pasal 32 (1)). Mengenai kewajiban penyetoran modal dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas ditentukan 50% dari modal ditempatkan pada saat pendirian. Ketentuan tersebut dalam Undang-Undang 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dihapus sehingga seluruh modal yang tempat harus disetor penuh (Pasal 35).13 c. Didirikan Berdasarkan Perjanjian

Setiap perseroan didirikan berdasarkan perjanjian. Artinya, harus ada sekurang-kurangnya dua orang yang berserpakat, mendirikan perseroan yang dibuktikan secara tertulis yang tersusun dalam bentuk anggaran dasar, kemudian dimuat dalam akta pendirian yang dibuat di muka notaris. Setiap pendirik wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan. Ketentuan ini adalah asas dalam perseroan.

d. Melakukan Kegiatan Usaha

Setiap perseroan melakukan kegiatan usaha, yaitu kegiatan, dalam bidang perekonomian (perindustrian, perdagangan, perjasaan dan pembiayaan) yan bertujuan untuk mendapat keuntungan dan atau laba. Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Supaya kegiatan usaha itu sah harus mendapat izin usaha dari pihak yang berwenang dan didaftarkan dalam daftar perusahaan menurut undang-undang yang berlaku.

e. Memenuhi persyaratan undang-undang

Setiap perseroan harus memenuhi persyaratan undang-undang perseroan dan peraturan pelaksanaanya. Unsur ini menunjukan bahwa perseroan menganut sistem tertuttup (closed system).

Pendirian perseroan Terbatas, terbagi atas dua syarat yaitu, syarat formal dan syarat materil. Yang dimaksud dengan syarat formal disini adalah untuk mendirikan badan usaha PT, harus memenuhi syarat formatlitas yang ditentukan dalam UUPT. Jelasnya dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT dikemukakan :

“Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia

Untuk itu, jika suatu PT tidak didirikan dengan akta notaris, secara yuridis formal tidak sah. Hal lain yang menarik untuk dikaji lebih dalam dari apa yang dijelaskan dalam pasal ini, yakni pendirian PT, paling tidak harus ada dua orang. Hal ini tampaknya ada kaitannya dengan pengertian PT, seperti yang telah dikutip di atas, yakni suatu perjanjian. Sebagaimana diketahui untuk membuat suatu perjanjian harus ada dua pihak atau lebih saling mengikatkan diri.14

14

SentosaSembiring Op.cit, hlm.50

Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logis pendirian PT sebagai suatu perjanjian harus ada paling tidak dua orang. Selanjutnya dalam Pasal 7 ayat (2) UUPT disebutkan :

Setiap pendiri perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat perseroan didirikan

Ketentuan sekurang-kurangnya dua orang menegaskan prinsip yang dianut oleh undang-undang bahwa perseroan sebagai badan hukum dibentuk berdasarkan perjanjian.

Oleh karena itu, perseroan harus mempunyai lebih dari satu orang pemegang saham sebagai pendiri. Sebagai bukti bahwa telah mengambil bagian saham, nama pengambil saham dicatat dalam Daftar Buku Pemegang Saham. Menurut ketentuan Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perseroaan Terbatas, perjanjian pendirian perseroan harus dibuat dengan akta otentik dimuka notaris mengingat perseroan terbatas adalah badan hukum. Akta otentik tersebut merupakan akta pendirian yang membuat anggaran dasar perseroan.

Syarat Materil dalam pendirian PT adalah modal. Artinya, bagaimana wujud modal dalam PT, berapa harus ada modal jika ingin medirikan PT. Dalam UUPT masalah modal telah dijabarkan secara rinci. Jelasnya dalam pasal 31 UUPT dikemukaan :

1) Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham 2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menurtup

kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal mengatur perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal

Dari ketentuan diatas, dapat diketahui modal dalam PT dibagi dalam pecahan saham dengan nilai nominal tertentu. Sedangkan jumlah minimal modal yang harus ada jika mendirikan PT, dijelaskan dalam pasal 32 UUPT sebagai berikut :

1) Modal dasar perseroan paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

2) Undang-Undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menetukan jumlah minimum modal Perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 3) Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Selanjutnya, dalam Pasal 33 UPT , disebutkan :

1) Paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 harus ditempatkan dan disetor penuh.

2) Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dibuktikan dengan buktikan dengan bukti penyetoran yang sah.

3) Penegeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh.

Modal dasar perseroan terdiri atas seluruh nilai nominal saham, tetapi tidak menutup kemungkinan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal mengatur modal perseroan terdiri atas saham tanpa nilai nominal (Pasal 31). Modal dasar perseroan paling sedikit berjumlah Rp 50.000.000,00 tetap dalam undang-undang yang mengatur kegiatan usaha tertentu dapat menentukan jumlah minumum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar tersebut sehingga pengaturan minimum modal perseroan yang lebih besar daripada ketentuan modal dasar tersebut sehingga pengaturan minimum dalam Undang-Undang Perseroan ini.merupakan bagian modal yang harus dimiliki oleh para pendiri. Yang dimaksud dengan “kegiatan usaha tertentu”, antara lain, usaha perbankan, asuransi atau freight forwading. Perubahan besarnya modal dasar sebagaimana dimaksud tersebut, ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Ketentuan pada ayat ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan keadaan perekonomian (Pasal 32). Modal dasar (authorized capital atau equality) adalah jumlah saham maksimum yang dapat dikeluarkan oleh perseroan sehingga modal dasar terdiri atas sepuluh nominal saham.Modal dasar inilah yang sering dipaki sebagai kriteria agar suatu perseroan dapat digolongkan ke dalam kategori tertentu, yaitu apakah perseroan tersebut tergolong kedalam perusahaan kecil, menangah atau besar15

Pengeluaran saham lebih lanjut yang dilakukan setiap kali untuk menambah modal yang ditempatkan harus disetor penuh. Ketentuan ini Modal yang ditempatkan (issued capital) dikeluarkan adalah saham yang telah diambil dan sebenarnya telah terjual, baik kepada para pendiri maupun pemegang saham perseroaan. Para pendiri telah menyanggupi untuk mengambil bagian sebesar atau sejumlah tertentu dari saham perseroan dan karena itu mempunyai kewajiban dana untuk membayar.

Modal yang disetor (paid up capital) adalah saham yang telah dibayar penuh kepada perseroan yang menjadi pernyataan atau penyetoran saham riil yang telah dilakukan, baik oleh pendiri maupun para pemegang saham perseroan.

Paling sedikit 25% dari modal dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 32, harus ditempatakan dan disetor penuh

Modal ditempatkan dan disetor penuh sebagaimana dimaksud pada huruf a dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah. Yang dimaksud dengan “bukti penyetoran yang sah” antara lain. Bukti setoran pemegang saham kedalam rekening bank atas nama perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan, atau secara neraca perseroan yang ditanda tangani oleh Direksi dan Dewan Komisaris

15

menegaskan bahwa tidak dimungkinkan penyetoran atas saham dengan cara mengangsur.

B.ORGAN DALAM PERSEROAN TERBATAS DAN TANGGUNG JAWABNYA

Berdasarkan Pasal 1 Butir 2 UUPT disebutkan :

“Organ perseroan adalah rapat umum pemegang saham, direksi dan komisaris”

Sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya perseroan terbatas dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan, dengan pengecualian hal-hal yang bersifat seperti yang diatur dalam buku pertama Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan sebagian dari buku kedua kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang kewarisan. Guna melaksanakan segala hak dan kewajiban yang dimilikinya tersebut. Ilmu hukum telah merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut, yang berbeda satu dengan yang lainnya16

16

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja,2000, Seri Hukum Bisnis : Perseroan Terbatas, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.77

. Organ-organ tersebut terdiri dari, yaitu : Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.

Direksi bekewajiban untuk mengelola jalannya perusahaan dengan sebaik mungkin. Dewan Komisaris bertugas untuk mengawasi jalnnya pengelolaan perseroan oleh Direksi, serta pada kesempatan tertentu turut membantu Direksi dalam menjalankan tugasnya. Selanjutnya Rapat Umum Pemegang Saham perseroan berfungsi untuk melaksanakan kontrol secara menyeluruh atas setiap pemenuhan kewajiban dari Direksi dan Dewan Komisaris perseroan atas aturan main yang telah ditetapkan. Selama masing-masing organ dapat berperan dengan baik, maka perseroan akan berjalan dengan baik dan para pemegang saham perseroan akan terjamin kepentingannya dalam perseroan.

Rapat Umum Pemegang Saham, didalam UUPT, dapat disimpulkan rapat umum pemegang saham (RUPS) adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan. Tepatnya dalam Pasal 1 butir 4 UUPT disebutkan :

“Rapat umum pemegang saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan komisaris dalam batas dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”

Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain telah ditetapkan dalam UUPT dan Anggaran dasar. Wewenang eksklusif yang ditetapkan dalam UUPT akan ada selama UUPT belum diubah. Sedangkan wewenang eksklusif dalam anggaran dasar yang disahkan disetujui Mentri Hukum dan HAM dapat diubah melalui perubahan Annggaran Dasar sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UUPT. Dalam forum RUPS17

Indonesia sebagaimana negara-negara yang menganut sisten hukum sipil (civil law system) menganut two-tiermanagementsystem dimana terdapat lembaga Direksi yang menjalankan manajemen perusahaan dan Dewan Komisaris yang bertugas mengawasi jalannya manajemen (pengurusan) perusahaan oleh direksi. Ini berbeda dengan negara-negara common law yang menegenal single-tier

. Pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan perseroan. Ketentuan ini dimaksudkan berkenaan dengan hak pemegang saham untuk memperoleh keterangan berkaitan dengan hak pemegang saham untuk mendapatkan keterangan lainnya.

17

management structure, di mana manjemen perseroan dibawah kontrol penuh dari Direksi berada ditangan para pemegang saham.18

Alasan menempatkan RUPS sebagai organ perseroan yang utama tidak terlepas dari esensi pendirian suatu perseroan terbatas yang berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUPT merupakan persekutuan modal dari para pendiri PT tersebut. Sebagian pendiri PT dan sekaligus pemegang saham PT yang telah memberikan kontribusi modal (kapital) awal (initial capital) untuk menjalankan kegiatan usaha, sudah seharusnya setiap keputusan yang menyangkut tujuan awal (original objective) para pendiri dalam mendirikan PT berada ditangan mereka melalui lembaga RUPS. Alasan lainnya adalah landasan pengangkatan dan pemberhentian anggota Direksi dan Dewan Komisaris diangkat bukan dari rapat Direksi atau dewan Komisaris, namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS namun diangkat dan diberhentikan oleh RUPS dan ini memperlihatkan kekuasaan yang besar yang tidak dipunyai oleh organ PT yang lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris. UUPT dengan tepat menggambarkan kedudukan tersebut pada Pasal 1 angka 4 UUPT.

Badan pembentuk undang-undang, para kreditur perseroan dan pihak lainnya yang memiliki kepentingan. Sistem common law tersebut tidak meneganal lembaga Dewan Komisaris. Pembentuk undang-undang sama sekali tidak bermaksud untuk memberikan peringkat terhadap lembaga RUPS, Direksi dan Dewan Komisaris dalam pengertian lembaga yang satu lebih superior dan lembaga yang lain yang karena inferior, namun penulis berpandangan bahwa defenisi organ perseroan dalam UUPT tersebut tetap menampilkan suatu “pemeringkatan” dimana RUPS tampil sebagai organ perseroan pertama dan utama.

19

18

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia,2009, Organ Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta. Hal 1

19

Pasal 75 ayat (1) UUPT diartikan sebagai kewenangan RUPS yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, adapun beberapa kewenangan RUPS yang tercantum dalam UUPT, yaitu :

1. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk kepentingan perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan hukum calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan hukum (Pasal 13 ayat (1) UUPT)

2. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian PT namun sebelum PT memperoleh status badan hukum (Pasal 14 UUPT)

3. Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar perseroan (Pasal 19-28 UUPT)

4. Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak (Pasal 34 (3) UUPT)

5. Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap perseroan sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan perseroan (Pasal 35 UUPT)

6. Menyetujui maksud Perseroan untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah dikeluarkan (Pasal 38 UUPT)

7. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud perseroan untuk untuk membeli kembali saham (buy back) yang telah dikeluarkan kepada Dewan Komisaris (Pasal 39 UUPT)

8. Menyetujui penambahan modal perseroan yaitu modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor (Pasal 41 ayat (1) UUPT)

9. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan pelaksanaan keputusan RUPS tentang penambahan modal perseroan kepada Dewan Komisaris (Pasal 41 ayat (2) UUPT)

10.Menyetujui pengurangan modal perseroan, yaitu modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor (Pasal 44 UUPT)20

11.Menyetujui pemindahan hak atas saham apabila sisyaratkan oleh anggaran dasar perseroan (Pasal 57 ayat (1) huruf b UUPT)

12.Menyetujui rencana kerja tahunan yang disusun Direksi apabila diisyratkan oleh anggran dasar perseroan (Pasal 64 ayat (2) dan (3) UUPT)

13.Menolak untuk mengesahkan laporan keungan peseroan yang termask dalam kualifikasi perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana masyrakat atau perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan utang atau perseroan terbuka atau perseroan yang mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha paling sedikit Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah) atau perseroan yang laporan keuangannya wajib diaudit Akuntan Publik sebagaimana diisyratkan oleh peraturan perundang-undangan, yang mana Direksi perseroan tersebut ternyata tidak menyerahkan laporan keuangan perseroan tersebut kepada akuntan publik untuk diaudit (Pasa 68 ayat (1) dan (2) UUPT)

14.Menyetujui laporan tahunan perseroan dan mengesahkan perhitungan tahunan perseroan (Pasal 69 ayat (1) UUPT)

15.Menyetujui penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihaan untuk cadangan (Pasal 71 ayat (1) UUPT)

16.Mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukan ke dalam cadangan khusus (Pasal 73 ayat (2) UUPT)

17.Menyetujui penggabungan (merger) , peleburan, pengambilan atau pemisahaan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit,

20

perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubaran perseroan (Pasal 89 auat (1) UUPT)

18.Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan diantara anggota Direksi (Pasal 92 ayat (5) UUPT)

19.Menetapkan pembagian tugas dan wewenang pengurusan Perseroan di antara anggota Dewan Komisaris (Pasal 111 ayat (1) UUPT)

20.Memberhentikan anggota Direksi ( Pasal 94 ayat (5) juncto Pasal 105 ayat (1) UUPT) dan anggota Dewan Komisaris (Pasal 115 ayat (5) dan Pasal 119 UUPT)

21.Menetapkan besaran gaji dan tunjangan anggota Direksi (Pasal 96 ayat (1) UUPT) dan besaran gaji atau honorarium dan tunjangan anggota Dewan Komisaris ( Pasal 113 UUPT)

22.Menetapkan pembatasan atau persyratan kewenangan Direksi (Pasal 98 ayat (3) UUPT)

23.Menunjuk pihak di luar direksi dan dewan komisaris Perseroan untuk mewakili Perseroan dalam hal terdapat seluruh anggota direksi dan dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan ( conflict of interest) dengan perseroan (Pasal 99 ayat (2) huruf c UUPT)

24.Menyetujui maksud Direksi untuk mengalihkan kekayaan atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroaan yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) dari kekayaan bersih Perseroaan (Pasal 102 ayat (1) UUPT)

25.Menyetujui atau menolak rencana/maksud Direksi untuk mengajukan permohonan pailit atas Perseroan (Pasal 104 ayat (1) UUPT)21

21

26.Mencabut atau menguatkan keputusan Dewan Komisaris yang memberhentikan sementara anggota Direksi (Pasal 106 ayat (6) UUPT)

27.Meminta laporan Dewan Komisaris tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan selama tahun buku yang baru lampau (Pasal 116 huruf c UUPT)

28.Memberikan kewenangkan kepada Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan pengurusan Perseroan apabila Direksi tidak ada atau apabila seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan (Pasal 118 ayat (10 UUPT)

29.Mengaangkat Komisaris Independen (Pasal 120 ayat (2) UUPT)

30.Menyetujui rancangan penggabungan yang disusun Direksi dan sebelumnya telah mendapatkan persetujuan Dewan Komisaris Perseroan (Pasal 123 ayat (3) UUPT)

31. Menyetujui pengambilalihan (Pasal 125 ayat (4) juncto pasal 126 ayat (2) dan pasal 127 ayat 127 (1) UUPT) dan rancangan pengambilaalihan (Pasal 128 ayat (1) UUPT)

32.Menyetujui pembubaran Perseroan (Pasal 142 ayat (1) huruf a UUPT) 33.Menunjukan likuidator (Pasal 142 ayat (3) juncto Pasal 145 ayat (2)

UUPT)

34.Menyetujui laporan pertanggung jawaban likuidator atas likuidasi Perseroan yang dilakukan (Pasal 152 ayat (1) UUPT)22

Sebagai badan hukum, maka pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertnaggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya, Dengan demikian dalam perseroan, pemegang saham hanya

22

bertanggung jawab sebesar nilai saham yang diambilnya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Inilah ciri dari perseroan terbatas. Walaupun demikian, dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut. Dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya tanggung jawab terbatas tersebut, di dalam pasal 3 ayat (2) UUPT, yaitu :

1. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi.

2. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawn hukum yang dilakukan oleh perseroan ; atau

3. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak langsuing secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan, yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup melunasi hutang perseroan23

Pada pokoknya RUPS harus diselenggarakan ditempat perseroan berkedudukan atau tempat-tempat lain sebagaimana dimungkinkan dalam anggaran dasar perseroan, selama sepanjang tempat tersebut masih berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam tiap-tiap Rapat Umum Pemegang Saham, yang harus dilaksanakan minimum setahun sekali, setiap lembar saham dalam perseroan dengan nilai nominal terkecil yang ditentukan dalam anggaran dasar, kecuali untuk saham-saham yang diberikan perlakuan khusus, termasuk saham-saham tanpa suara, berhak mewakili/mengeluarkan satu suara dalam rapat. Pelaksanaan suara dari hak ini dalam Rapat Umum Pemegang Saham dapat dilakukan sendiri oleh pemegang saham atau diwakilkan pada seorang pihak ketiga selaku kuasa pemegang saham, Namun demikian kuasa yang diberikan oleh pemegang saham kepada :

.

23

1. Direksi

2. Komisaris, dan/atau 3. Karyawan Perseroan24

RUPS terdiri atas RUPS tahunan dan RUPS lainnya. Yangdimaksud dengan RUPS lainnya adalah RUPS yang diadakan selain dari RUPS tahunan., biasa dalam keadaan kegentingan yang memaksa dan diatur dalam anggaran dasar pemegang saham dapat melakukan RUPS luar bisa yang dilakukan pada saat tertentu berdasarkan ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar. RUPS tahunan wajib diadakan dalam jangka waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku terakhir.Dalam hal direksi atau dewan komisaris tidak melakukan panggilan

Dokumen terkait