• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Perkembangan Ekowisata Mangrove Kampoeng Nipah

3.7 Hal Yang Dilakukan Dalam Pengelolaan Ekowisata

Banyak hal yang dilakukan untuk membuat suatu objek wisata terus dikunjungi dan dikenal oleh orang. Hal ini dilakukan untuk menjaga keberlangsungan dunia kepariwisataan. Hal serupa juga dilakukan dalam pengembangan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah. Agar semakin dikenal masyarakat umum, pengelola melakukan serangkaian hal untuk mewujudkan hal tersebut.

3.7.1 Melakukan Promosi

Promosi mutlak dilakukan untuk mengenalkan objek wisata. Promosi dapat dilakukan dengan beragam cara. Promosi yang paling mudah dilakukan adalah promosi dari mulut ke mulut. Promosi dilakukan oleh wisatawan yang sudah pernah berkunjung dan kemudian menceritakan kepada orang lain. Untuk mendukung ini, hal yang perlu diperhatikan adalah menciptakan kesan baik agar wisatawan dapat meneritakan secara positif.

Selain promosi dari mulut ke mulut, ekowisata mangrove juga melakukan kegiatan promosi dan pemasaran dengan menggunakan kemajuan teknologi. Tidak dipungkiri teknologi tidak lagi terpisahkan dari kehidupan manusia. Pemanfaatan telepon, e-mail dan laptop dilakukan secara maksimal. Telepon digunakan untuk proses pemasaran agar lebih mudah dan praktis. Selain telepon masyarakat setempat juga menggunakan e-mail. Kendati jaringan internet belum sepenuhnya bisa digunakan, masyarakat mensiasatinya dengan menggunakan modem untuk berkomunikasi via e-mail.

Belakangan, peranan media massa (media cetak dan media elektronik) serta media sosial tidak dapat dipandang sebelah mata. Hal ini juga mendongrak jumlah kunjungan wisatawan yang ingin berwisata ke ekowisata mangrove. Daya tarik ekowisata mangrove sudah banyak ditulis di media cetak seperti Koran Nasional Kompas dan koran–koran lokal. Televisi lokal dan nasional juga banyak yang mempromosikan ekowisata mangrove misalnya MNC TV, Trans TV, DAAI TV dan lainnya. Sedangkan media sosial yang paling mendukung adalah

yang diambil di kawasan ekowisata dan kemudian mengundang tanya dan penasaran sesama pengguna instagram hingga akhirnya diwujudkan dengan mendatangi ekowisata mangrove.

Selain itu promosi juga dilakukan oleh bupati setempat manakala melakukan kunjungan keluar daerah. Tidak segan-segan beliau mengenalkan lokasi ekowisata mangrove sebagai contoh pengembangan wisata yang memberdayakan masyarakat pesisir. Walaupun tidak ada campur tangan pemerintah dalam pengembangan ekowisata namun dengan mempromosikan ekowisata mangrove cukup membuat objek wisata ini semakin dikenal.

3.7.2 Segment Pasar Wisata Mangrove kampoeng Nipah

Kelompok Muara Baimbai sebagai kelompok pengelola ekowisata mangrove Kampoeng Nipah juga melakukan pemetaan khusus untuk pemasaran produk wisata. Adapun segmentasi tersebut dikelompokkan sebagai berikut:

1. Masyarakat lokal yang menginginkan wisata pedesaaan menjadi sasaran dengan melibatkan mereka dalam kegiatan keseharian nelayan.

2. Mereka yang ingin belajar mengenai ekosistem pesisir khususnya mahasiswa-mahasiwa yang memiliki bidang studi mengenai lingkungan dan biologi.

3. Sekolah–sekolah menjadi sasaran dalam upaya mendorong para siswa atau pelajar untuk mencintai dan menghargai lingkungan pesisir, promosi lingkungan pesisir kepada sekolah-sekolah diluar wilayah pesisir.

4. Perusahaan perusahan yang menginginkan kegiatan outbond dan sekaligus untuk mempromosikan pentingnya lingkungan pesisir untuk di

promosikan di lingkungan perusahaan

5. Wisatawan yang mengingkan informasi mengenai budaya masyarakat nelayan dan lingkungan pesisir.

Segmentasi pemasaran ekowisata mangrove Kampoeng Nipah dilakukan pada tahap awal perencanaan pengembangan ekowisata oleh Ketua Kelompok Bang Tris beserta dengan seluruh anggota kelompok sehingga saat ini segmentasi tersebut mereka wujudkan dalam pengembangan ekowisata mangrove. Hasilnya Ekowisata mangrove memang menjadi salah satu alternatif wisata yang banyak dipilih oleh anak sekolah, mahasiswa serta masyarakat umum yang ingin belajar dan bermain dikawasan ekowisata mangrove Kampoeng Nipah.

3.7.3 Target dan Prediksi Pengunjung Wisata Mangrove Kampoeng Nipah

Sebagai salah satu destinasi wisata yang baru di kawasan pesisir Serdang Bedagai tentu pengembangan ekowisata mangrove ini memiliki banyak persaingan untuk menarik minat wisatawan. Di Sei Nagalawan sendiri setidaknya ada beberapa lokasi wisata yang sudah di kenal luas seperti Pantai Klang, Pantai ATP dan Pantai Tengah. Selain itu, pengelola juga harus siap bersaing dengan objek wisata yang sudah memiliki nama seperti misalnya Pantai Cermin Theme

Park.

Kelompok Muara Baimbai akhirnya membuat target dan prediksi jumlah pengunjung yang nantinya akan didukung oleh beberapa program yang akan ditawarkan serta strategi promosi yang harus dilakukan. Adapun target dan prediksi dirinci sebagai berikut:

 Dalam satu bulan, ada 800 orang wisatawan yang berkunjung untuk wisata konservasi atau budaya dengan mengikuti bea masuk sesuai dengan Peraturan Daerah yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.

 Dari 800 orang tersebut, 5% (40 orang) diantaranya akan mengikuti jasa

homestay, 50% (400 orang) akan membeli berbagai produk olahan

makanan dan minuman mangrove dan hasil nelayan, 3,7% (30 orang) anak sekolah dan 1,3% (10 orang) mahasiswa akan mengikuti pendidikan konservasi lingkungan pesisir dan bersedia melakukan penanaman pohon secara sukarela. 10% (80 orang) akan menggunakan jasa pemandu wisata, dan 20% (160 orang) pengunjung akan memanfaatkan jasa menikmanti suasana hutan mengrove dengan perahu, dan 10% (80 orang) pengunjung akan menikmati outbond di sekitar hutan mangrove

3.7.4 Pembentukan Kelompok Sadar Wisata

Kelompok sadar wisata merupakan kelompok yang dibentuk dengan memberikan pemahaman tentang dunia kepariwisataan. Banyak tempat di Indonesia dan luar Indonsia yang memiliki banyak wisatawan dikarenakan masyarakat sekitar daerah wisata sadar akan wisata misalnya seperti Pulau Bali.

Hal serupa juga telah dijalankan oleh kelompok pengelola ekowisata mangrove Kampoeng Nipah. Setiap masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata memiliki kesadaran akan wisata. Tak heran bila setiap orang bisa menjadi pemandu wisata/guide bila ada pengunjung yang datang. Mereka selalu bersedia memberikan informasi secara jujur seputar ekowisata mangrove tanpa

keberatan sama sekali. Hal ini juga mendukung proses edukasi dalam kawasan ekowisata.

Dalam meningkatkan daya saing, kini kelompok Muara Baimbai mulai menyiapkan pemuda-pemuda setempat untuk sadar wisata dengan melakukan peningkatan kapasitas tentang wisata khususnya ekowisata mangrove. Hampir tiap malam mereka dilatih hingga bisa menjadi guide dan mampu memberikan informasi kepariwisataan terhadap pengunjung ekowisata mangrove.

Untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia dalam mengelola ekowisata mangrove tidak jarang Kelompok Muara Baimbai mengikuti pelatihan- pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pariwisata. Beberapa dari anggota kelompok bahkan sudah mengikuti pelatihan sampai di Medan dan Jakarta. Selain itu mereka juga selalu bersedia memberikan informasi manakala mereka diundang untuk mengenalkan ekowisata mangrove yang mereka kelola secara bersama- sama dan swadaya.

Dokumen terkait