• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hallyu Sebagai Hasil Dari Diseminasi Teknologi

Dalam dokumen BAB III ANALISIS CDA FAIRCLOUGH KOREAN WAVE (Halaman 69-77)

Fenomenal budaya populer yang berkembang dapat diartikan secara spesifik bagaimana sebuah produksi konten dapat menjadi sebuah budaya yang dapat diterima hingga merujuk pada pernyataan mengenai formula kultural dan pembentukan kultural,Lee dan Nornes menyebutkan:

―Content production vis-à-vis cultural production, as well as two agencies involved in the respective areas, can be grasped in terms of cultural formulation and cultural formation, As a cultural formulation, Hallyu is in the realm of engineering, a synthetic arrangement of cultural flows administered by the syndicate of Korean state officials, electronics conglomerates, and the media industry, As a cultural formation, on the other hand, the substance and boundary of Hallyu is an expression of the aggregate desire and practice of fans—or users and ―consumers‖10—dispersed athwart multiple localities, who mold intricate feed-forward/feedback loops with the former, the ―official‖ steersmen of Hallyu.‖

(Lee and Nornes, 2015)

20 Ibid, 224-225

21 http://hiburan.dreamers.id/article/32815/ditunjuk-jadi-duta-kehormatan-pariwisata-korea-jun-ji-hyun-diprotes-netizen, diakses Agustus 18, 2014

128

―Produksi konten berhadapan dengan produksi kultural, seperti dua agensi yang terlibat di area masing-masing, dapat dipahami dalam istilah rumusan kultural dan pembentukan kultural, Hallyu sebagai rumusan kultural adalah wilayah teknik dan susunan sintetis dalam aliran kultur yang diatur oleh gabungan dari otoritas Korea Selatan, pihak konglomerat teknologi, dan industri media, Sedangkan sebagai pembentukan kultural, hallyu merupakan substansi dan batas dari keinginan dan perilaku pengguna (penggemar) yang hadir dan menghancurkan lokalitas,yang memberikan umpan balik dari lokalitas yang terdahulu, pelaku sintetis hallyu.‖

(Lee dan Nornes, 2015)

Berkembangnya hallyu menembus batas teritorial yang bukan hanya berada di setiap belahan negara dengan berbagai respons yang sangat beragam tidak dapat dilepas dari sentuhan teknologi yang berkembang, Era digital saat ini menawarkan koneksi tanpa batas yang sangat mudah diakses oleh setiap individu, Hadirnya platform di dunia maya menyebabkan mudahnya konten hallyu diakses oleh semua orang, Berbagai platform media sosial seperti Youtube, Twitter, Facebook dan saluran drama Korea lainnya turut memberikan andil dalam memberikan dampak berkembangnya fenomena kultural yang satu ini,

Tembusnya PSY dengan Gangnam Style sebagai video klip Korea Selatan yang memiliki jumlah tayangan terbanyak lebih dari 1,9 milyar tontonan hingga Februari 201422merupakan salah satu bukti bahwa fenomena kultural yang demikian sangat berkembang karena kekuatan teknologi informasi, Komunitas maya lainnya pun terbentuk karena ketertarikan netizen dengan hallyu, Saluran berita online seperti Allkpop, Soompi dan berbagai saluran drama ataupun

22Ibid, Dikutip dari Lee, Sangjoon dan Nornes, Abé Markus. 2015. Hallyu 2.0: The Korean Wave in the Age of Social Media (Perspectives on Contemporary Korea). San Francisco: University of Michigan Press, hal 113

129 komunitas penggemar seperti Infinite7soulmenjadi ruang interaksi konsumen hallyu,

Gambar 3.3-21

Meme Dari Salah Satu Penggemar Sumber: http://www.allkpop.com/meme_view/naysmz

Sebagai pembentukan kultural, hallyu bukan hanya sebagai faktor tunggal yang hadir sendirinya, tetapi hasil dari diseminasi dari berbagai faktor lainnya menghasilkan satu komitas, kapital, identitas, merek dagang yang menjadi potensi pasar bagi Korea Selatan, Berbagai merek atau simbol-simbol mengenai Korea sangat mudah ditemukan seperi produk kosmetik, pakaian, dawai, makanan dan sebagainya sangat mudah dikenali,Kapital yang demikian ini sangat mendukung keberadaan industri kreatif sebagai wujud hallyu,

130 E. Hallyu Sebagai Hasil Transkultural

Fenomena hallyu saat ini tidaklah dilihat dan terbatas pada batas teritorial negara semata, Budaya memiliki kompleksitas hubungan diantara budaya yang ada, Berbagai macam budaya yang ada, budaya tidaklah dianggap murni dan asing dalam sebuah budaya lainnya, Mereka saling berkaitan dan bercampur baur dengan membawa sifat hibriditas yang menyatu tanpa terikat batas pemisah,

Dalam pembahasan ilmu sosial, fenomena berkembangnya hallyu sebagai indikasi penyebaran budaya dianggap sebagai budaya dalam bentuk transkultural,Transkultural dianggap sebagai salah satu penjelasan alternatif mengenai perkembangan budaya di masa kini yang lebih menganggap budaya dengan sifat hibriditas dari kekompleksan dan perbedaan budaya, Pandangan transkultural lebih menekankan homogenitas dibandingkan heterogenitas atau unifikasi dari budaya yang dominan yang menciptakan imperialisasi budaya,

Welsch (1999:194) menyebutkan konsep transkulturaldalam buku Sung Jun Korean Masculinities and Transcultural Consumption; Yonsama, Rain, Oldboy, and K-Pop Idol (2011:16), Welsch memandang budaya di masa kini terlalu sempit jika dikelompokkan ke dalam tiga kategori seperti budaya tunggal, interkultural, dan multikultural, Budaya tunggal hanya menyinggung mengenai keaslian dan homogenitas budaya sebuah kelompok dan perbedaan dengan kelompok lainnya, Sifat yang demikian ini hanya mencerminkan pemisahan budaya dengan lainnya, Interkultural menurut Welsch memiliki sifat pemisahan atau perbedaan budaya dengan lainnya yang sering mengarah pada konflik budaya, Sementara multikultural menurut Welsch sebagai keanekaragaman

131 budaya dalam sebuah teritorial yang masih memiliki identitas yang sama yang membangun masyarakat, Welsch menganggap ketiga kategori budaya ini tidak lagi dapat menjelaskan kompleksitas hubungan homogenitas dan pemisahan di masa sekarang (Jung, 2011),

Budaya yang memiliki sifat pemisahan yang dapat dibedakan membuat tidak dapat memungkinkan bagaimana menjelaskan arus budaya yang bergerak saat ini, Transkultural dianggap sebagai jawaban yang bisa memberikan penjelasan akan fenomena budaya saat ini, Transkultural menawarkan penjelasan bahwa budaya dapat melebur dan bercampur baur di masyarakat sesuai dengan kondisi masyarakat kontemporer saat ini, Tidak ada lagi yang dianggap budaya asing berseberangan dengan sebuah budaya, yang ada adalah budaya asing tersebut ada di dalam budaya tersebut, Tidak ada budaya yang dengan sifat absolut,

Transkultural saat ini dapat muncul dikarena berbagai kondisi yang memungkinkan kemunculannya, Transkultural dapat muncul karena kekompleksitas masyarakat kontemporer saat ini,masyarakat kontemporer saat ini masyarakat yang bergerak dan berkembang melintasi batas, Ketersediaan jaringan dan teknologi komunikasi memberikan akses kepada masyarakat untuk saling terhubung dan mengembangkan jaringan kepada masyarakat luar, Kecenderungan demikian semakin bergerak ke arah yang semakin aktif sehingga memberikan kondisi baru budaya yang tercipta karenanya,

Perbedaan ras, agama, gender, kelas sosial dan status serta diferensiasi sosial melebur menjadi satu dalam pesan budaya yang baru, Sebagai fenomena

132 yang menarik, transkultural memberikan tantangan terhadap kemampuan adaptasi dan resistensi terhadap nilai-nilai asing yang membaur, Hal ini tentunya memberikan landasan baru terhadap cara berpikir dan perilaku di masyarakat luas, Transkultural juga muncul sebagai konsekuensi kondisi global yang saat ini, Globalisasi mengindikasikan sebuah terintegrasikan berbagai elemen ke dalam sebuah unifikasi dengan preposisi dominasi dan kolonial, Dominasi, adaptasi dan resistensi memunculkan hibriditas hallyu hingga berkembang sedemikian rupa, Seperti yang disinggung sebelumnya, transkultural lebih menekankan homogenisasi dibandingkan heterogenisasi, percampuran dibandingkan sifat kekhasan atau pemisahan, Hallyu merupakan budaya yang dibangun dengan dasar hibriditas dalam kerangka sejarahnya, Pada subbab di atas dijelaskan bagaimana perkembangan hallyu secara sejarah setelah perang Korea hingga sekarang, subbab selanjutnya akan menunjukkan bentuk-bentuk hibridisasi hallyu,

Hibriditas hallyu sebagai transkultural mempertanyakan identitas hallyu itu sendiri, Sebagai bentuk transkultural, hallyu telah berkembang dengan meleburkan berbagai identitas di dalamnya, baik identitas Korea Selatan sendiri ataupun identitas lainnya di sekitar hallyu, Terdapat istilah mogukjeok (무국적) yang berarti ―berkurang atau tidak memiliki identitas nasional‖, Istilah ini sama hampir mirip dengan istilah culture studies yang disampaikan oleh Iwabuchi tentang budaya populer Jepang yang bersifat odorless cultural (Jung, 2011),

Mogukjeok sendiri menggambarkan kesuksesan hallyu diikuti dengan peningkatan produk budaya populer yang dikomodifikasikan semakin global, semakin berkembang di luar gaya Korea, semakin berwarna, dan sebagainya

133 untuk membuktikan eksistensi hallyu di dunia, Bentuk mogukjeok Korea Selatan dapat terlihat seperti jenis lagu yang mewarnai musik Korea, gaya dan penampilan artis, cerita film, dan sebagainya yang menandakan Korea Selatan menyerap budaya di luar Korea Selatan dalam mengkomodifikasi hallyu itu sendiri,

Gambar 3.3-22

Girlband 2NE1 bekerja sama dengan Will I am dari Black Eyes Peas

Sumber: http://www,fimela,com/read/2012/08/27/william-siap-roketkan-k-pop-bersama-2ne1

Gambar 3.3-23

Salah satu bagian dari mogukjeok, Super Junior M yang merupakan bagian dari Super Junior Korea Selatan yang debut di Cina dengan membawakan lagu berbahasa mandarin serta dua anggota dari

Tiongkok

Sumber: Music Video Swing Versi Tiongkok oleh Super Junior M (SM Entertainment)

134 Gambaran mogukjeok sendiri dapat terlihat seperti maskulinitas lembut, flower boy, laki-laki yang berotot, seksisme kecantikan menurut Korea Selatan, Bahkan dalam perkembangan saat ini, manajemen artis, tempat mendebutkan artis yang memiliki latarbelakang dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Thailand sebagai salah satu strategi pemasaran, Salah satu contoh artis yang berasal dari negara di luar Korea Selatan seperti Nickhun 2PM yang merupakan keturunan Amerika-Thailand, Victoria F(x) yang berasal dari Tiongkok, Min Miss A yang juga berasal dari Tiongkok,

Lagu Super Junior M yang berjudul Swing adalah salah satu gambaran praktekmugukjeok, Dengan formasi tambahan dua anggota dari Cina, Super Junior M melakukan debut di Cina dengan membawakan lagu berbahasa mandarin, Selain dengan tujuan pasar yakni menarik pangsa pasar lebih luas untuk keuntungan perusahaan, praktik ini jelasnya merupakan hal nyata bagaimana aktor hallyu diproduksi untuk semakin global dengan merangkul dari nilai-nilai budaya lainnya, Dengan membawa anggota dari luar Korea Selatan, boyband dan girlband tersebut menempatkan diri sebagai bagian dari negara tersebut meskipun secara status kewarganegaraan adalah tetap Korea Selatan,

Selama di Tiongkok, Super Junior M bernyanyi dan bicara dengan bahasa mandarin, berinteraksi dengan penggemar sebagai bagian dari Cina, Pesan kebudayaan hallyu benar-benar tersampaikan melalui praktek demikian, Korea Selatan bukan hanya mereka yang asli dari Korea Selatan melainkan mereka yang

135 bukan asli Korea Selatan juga merupakan bagian dari Korea Selatan dengan merangkul nilai-nilai dan bagian dari budaya dari luar Korea Selatan,

3.3.3. Praktek Sosiokultural

Praktek sosiokultural menjelaskan eksplanasi sosial setelah proses deskripsi dan interpretasi bagaimana teks tersebut diproduksi dan dikonsumsi dengan menghubungkan keterkaitan kondisi masyarakat dengan diskursus yang sedang berlangsung,

Dalam dokumen BAB III ANALISIS CDA FAIRCLOUGH KOREAN WAVE (Halaman 69-77)

Dokumen terkait