• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata

4. Wisata belanja

5.2. Hambatan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata

Ketika bauran promosi ini sudah diimplementasikan dalam kegiatan pemasaran pariwisata, selanjutnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan mengevaluasi kegiatan promosi yang sudah dilakukan, apakah kegiatan ini berhasil atau gagal dalam menjadikan kota Medan sebagai kota wisata. Adapun yang menjadi tolak ukur keberhasilan pariwisata Kota Medan dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara dari tahun ke tahun, penyelenggaraan festival seni dan budaya serta jumlah partisipasi pada event yang dihelat baik di dalam maupun luar negeri.

5.2. Hambatan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai Kota Wisata mengalami beberapa hambatan. Hambatan tersebut antara lain:

1. Infrastruktur yang masih belum memadai

Infrastruktur yang dimaksud adalah masih terbatasnya trotoar yang digunakan para pedestarian (pejalan kaki) yang masih bisa dihitung berapa meter panjangnya. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Parlindungan Purba, SH, MH selaku tokoh masyarakat bahwa berbeda dengan Jakarta dan Bandung

yang sudah memiliki jembatan penyebrangan dan trotoar untuk pejalan kaki sudah terkoneksi satu dengan yang lain sehingga para turis atau masyarakat dapat menikmati wisata kota dengan berjalan kaki saja. Selain itu, pelayanan check in dan check out di hotel yang memakan waktu. Kemacetan lalu lintas dan kesemarawutan kota juga menjadi salah satu kendala dalam pemasaran kota Medan sebagai kota wisata, seperti yang juga diungkapkan oleh Bapak R.E Nainggolan. Untuk itu, jalan, lalu lintas dan infrastruktur masih memerlukan pembenahan lebih lanjut. Banyaknya jalan yang berlubang juga menjadi kendala dalam mendukung perkembangan pariwisata di Kota Medan. 2. SDM kepariwisataan yang masih belum maksimal

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, Bapak Zulfisyah Yanda Srg, S.Sos, M.Si mengungkapkan bahwa salah satu hambatan yang dihadapi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan kota Medan adalah SDM yang masih belum maksimal. Maksudnya adalah SDM yang berkecimpung dalam dunia pariwisata masih belum sesuai dengan tupoksi kerjanya masing-masing, sehingga dikhawatirkan SDM tersebut tidak memiliki misi pariwisata yang visioner ke depannya. Hal ini juga dibenarkan oleh Bapak Parlindungan Purba, SH, MH bahwa banyak SDM yang ahli di bidangnya, namun tidak terampil dalam berkomunikasi. Hal ini ditakutkan akan berdampak pada wisatawan mancanegara yang datang ke kota Medan, karena pada umumnya wisatawan mancanegara sangat sensitif dengan hal tersebut. Untuk itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan harus membekali sumber daya manusianya dengan pelatihan-pelatihan maupun seminar guna menghasilkan

SDM yang mumpuni pada bidang pariwisata. Sementara itu Bapak R.E Nainggolan juga menyatakan bahwa orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pariwisata haruslah orang-orang yang memiliki visi pariwisata.

3. Pengelolaan objek wisata yang belum maksimal

Kota Medan memiliki banyak objek wisata, namun dalam kenyataannya pengelolaannya belum bisa dikatakan maksimal. Penambahan daya tarik wisata serta peningkatan kualitas objek wisata tidak mengalami peningkatan. Selain itu, tidak tersedianya fasilitas sovenir centre seperti di Bali. Sekretaris PHRI Sumatera Utara, Ibu Dewi Juita Purba juga mengungkapkan bahwa kota Medan belum memiliki tempat belanja yang cukup nyaman serta tempat khusus untuk menyaksikan kesenian lokal. Padahal, kota Medan sendiri terkenal akan keberagaman budaya. Hal itu seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sendiri dalam menarik masyarakat atau wisatawan. Hal ini juga dibenarkan oleh ketua ASITA(Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara bahwa kota Medan seharusnya menghadirkan pertunjukan terbuka yang menampilkan ragam kesenian dan kebudayaan yang ada di kota Medan. 4. Masyarakat kota Medan yang masih belum sadar wisata

Sadar wisata yang dimaksud disini adalah bahwa harus ada dukungan dan partisipasi dari masyarakat itu sendiri untuk mengembangkan pariwisata. Pada umumnya masyarakat Kota Medan masih belum sadar wisata. Hal ini dibuktikan bahwa masih tingginya angka kriminalitas yang ada di Kota Medan. Tentunya hal ini akan berdampak negatif terhadap perkembangan pariwisata di Kota Medan. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Iwan selaku

koordinator TX Travel Agency bahwa masyarakat Kota Medan harus bersikap ramah karena salah satu yang perlu dibangun adalah image kota Medan itu sendiri, bagaimana menjaga keamanan dan kenyamanan di Kota Medan sehingga masyarakat ataupun wisatawan senang berkunjung.

5. Komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder yang masih belum berjalan secara maksimal

Komunikasi yang terjalin masih hanya sebatas forum diskusi saja, belum sampai kepada tahap perencanaan. Seperti yang juga diungkapkan oleh Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara bahwa dari kacamata industri pariwisata, komunikasi dan koordinasi yang dilakukan antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dengan ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara sendiri masih belum maksimal. Masih dibutuhkan sinergitas antara Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan terhadap stakeholder yang terkait, baik itu PHRI (Perhimpunan Hotel& Restoran Indonesia), ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies), pelaku dunia usaha, serta masyarakat luas. Sekretaris PHRI (Persatuan Hotel& Restoran Indonesia) Sumatera Utara juga mengungkapkan bahwa koordinasi maupun komunikasi antar stakeholder belum terjalin secara intens. Organisasi seperti PHRI (Persatuan Hotel & Restoran Indonesia) belum dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan sebuah kegiatan.

6. Masih terbatasnya anggaran yang tersedia

Keterbatasan anggaran pun menjadi salah satu kendala yang dihadapi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan kota

Medan sebagai kota wisata. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan bahwa pameran yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sendiri tidak semuanya diikuti karena keterbatasan anggaran yang tersedia, sehingga instansi ini lebih memprioritaskan mana yang lebih utama.

7. Belum terlaksananya join promotion dengan daerah-daerah lain

Join promotion dengan daerah-daerah lain sangatlah penting mengingat kota Medan banyak hanya dijadikan tempat transit bagi wisatawan untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi di luar kota Medan. Dengan adanya join promotion, maka diharapkan pertumbuhan pariwisata di kota Medan dapat semakin meningkat. Seperti yang diungkapkan oleh ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumut, Bapak Solahudin Nasution bahwa dikarenakan Medan masih miskin objek wisata, sehingga perlu dilaksanakannya join promotion dengan daerah-daerah di luar kota Medan sehingga akan muncul paket-paket wisata yang akan menarik minat wisatawan.

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN