• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Dalam Memasarkan Kota Medan Sebagai Kota Wisata Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Komunikasi Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan Dalam Memasarkan Kota Medan Sebagai Kota Wisata Chapter III VI"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Metode Penelitian

Metodologi dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana peneliti akan mengumpulkan serta menganalisis data yang ada.

Penelitian adalah proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu tertentu melalui suatu metode-metode ilmiah dan aturan-aturan yang berlaku. Suatu penelitian ilmiah sangat penting untuk didesain agar dapat memberi gambaran serta arah yang jelas mengenai suatu rencana yang akan dijalankan oleh peneliti.

Tuckman dalam Arikunto (2006:150) menyatakan bahwa:

“Research is a systematic attempt to provide answers to questions. Such answer

maybe abstract and general as is often the case in basic research or they mabe

highly concrete and specific as is often case in applied”.

Desain penelitian merupakan suatu proses yang diperlukan baik dalam suatu perencanaan hingga pelaksanaan penelitian. Namun, dalam arti yang lebih sempit, desain penelitian hanya meliputi pengumpulan serta analisis data saja. Desain penelitian ini diharapkan dapat memberikan jawaban secara abstrak maupun umum atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam suatu penelitian dasar.

(2)

ini bukan hanya sekedar penyajian data apa adanya melainkan juga berusaha menginterpretasikan korelasi sebagai faktor yang ada yang berlaku meliputi sudut pandang atau proses yang sedang berlangsung.

Sedangkan Sugiyono (2012:8), mengartikan penelitian kualitatif sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah; disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Dengan demikian dapat dipahami bahwa penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pemahaman peneliti dalam mengamati fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dengan memanfaatkan berbagai gambaran secara sistematis.

(3)

serta hambatan-hambatan yang dalam memasarkan kota Medan tersebut sebagai kota wisata. Analisis akan dilakukan secara mendalam, yaitu secara lengkap dan teliti terhadap seorang individu selaku informan.

3.2.Aspek Kajian

Untuk mendapatkan penjelasan terhadap fokus masalah penelitian ini, maka aspek kajian penelitian ini, yaitu:

(1) Strategi komunikasi pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata.

(2) Hambatan yang ditemukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata.

3.3.Subjek Penelitian

Informan memiliki fungsi dalam mendapatkan informasi yang maksimal. Oleh karena itu untuk menjadi seorang informan harus memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Mereka menguasai atau memahami komunikasi pemasaran pariwisata sebagai bagian dalam kegiatan mereka untuk memasarkan Kota Medan sebagai kota wisata di tengah-tengah wisatawan.

2. Mereka memiliki cukup waktu untuk diwawancarai.

3. Mereka menyampaikan informasi sesuai kebenaran fakta yang terdapat di lapangan.

(4)

informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu.

Informan dalam penelitian ini ada sepuluh orang yang terdiri dari:

1. Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan yaitu Bapak Zulfisyah Yanda Srg, S.Sos, M.Si.

2. Sekretaris PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Sumatera Utara, yaitu Ibu Dewi Juita Purba.

3. Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara yaitu Bapak Solahudin Nasution.

4. Anggota DPRD Kota Medan sebanyak satu orang yaitu Bapak Boydo H.K Panjaitan.

5. Perwakilan dari Dinas Bina Marga sebanyak satu orang, yaitu Bapak Ir. H.Zulkifli, MAP.

6. Perwakilan dari travel agency sebanyak satu orang yaitu Bapak Iwan.

Peneliti memilih TX Travel Agency sebagai salah satu informan karena TX Travel Agency merupakan salah satu travel yang cukup besar dan memiliki cabang di beberapa daerah di Indonesia sehingga nama travel ini cukup diperhitungkan di Kota Medan. Travel ini juga sudah cukup lama berkecimpung di Kota Medan yaitu sekitar 8 tahun dan merupakan salah satu anggota ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara.

(5)

8. Para wisatawan yang berkunjung ke Kota Medan sebanyak dua orang, yaitu satu wisatawan lokal (Ibu Grace) dan satu wisatawan mancanegara (Bapak Wong Lou Fu).

Peneliti hanya memilih dua informan saja karena wisatawan dalam penelitian ini hanya sebagai alat untuk memperkuat dan mengcross-checked data saja, sehingga peneliti menilai bahwa dua wisatawan saja sudah cukup untuk dijadikan informan. Jadi, keseluruhan terdapat sepuluh informan dalam penelitian ini.

3.4.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah proses dalam mengadakan data baik data primer maupun sekunder untuk keperluan suatu penelitian. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1. Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Dalam melakukan observasi, peneliti harus memahami betul apa yang hendak direkam. Agar tidak mengganggu objek pengamatan, maka pencatatan merupakan hal yang amat dilematis untuk dilakukan.

Ada berberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan observasi, yaitu (Arikunto, 2006:160) :

(6)

d. Bagaimana mengatur jarak antara pengamat dan objek yang diamati.

Selama observasi berlangsung, peneliti mengamati aktivitas yang ada di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Adapun observasi yang peneliti lakukan adalah pertama sekali peneliti mengamati setiap kegiatan yang dilakukan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Kemudian, peneliti mulai mengumpulkan data-data maupun bahan-bahan promosi yang digunakan dalam kegiatan pariwisata. Peneliti akhirnya menemukan brosur, leaflet, peta pariwisata di Kota Medan, serta booklet yang digunakan Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan ketika mengadakan kegiatan pemasaran pariwisata. Bahan promosi tersebut diletakkan pada counter informasi yang terletak pada pintu depan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Selain itu, peneliti juga mengamati media interaktif yang digunakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, seperti website dan facebook. Peneliti kemudian mengakses website Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dengan alamat www.medantourism.com dan facebook dengan alamat Dinas Kebudayaan dan

(7)

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan masalah yang ingin diteliti. Menurut Arikunto (2006:155), wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh data informasi dari terwawancara.

Tujuan diadakannya wawancara adalah untuk menggali data atau informasi dan keterangan dari subjek penelitian. Wawancara biasanya dipandu dengan menggunakan pedoman wawancara. Selain itu, pengumpul data dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar.

Pedoman wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara terstruktur secara in depth interview, dimana peneliti menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya serta untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan secara mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan media voice recorder sebagai alat bantu pada saat proses wawancara.

(8)

3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk lebih memperkuat data yang ada. Penelitian dengan teknik dokumentasi bertujuan untuk mengumpulkan data sekunder berupa dokumen-dokumen, arsip, peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi, jurnal serta bahan laporan yang peneliti temukan di lapangan melalui teknik wawancara.

3.5. Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan & Biklen dalam Moleong, 2009:248).

Selanjutnya tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut (Janice McDrury dalam Moleong, 2009:248):

1. Membaca/ mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data;

2. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data;

3. Menuliskan “model” yang ditemukan;

4. Koding yang telah dilakukan.

(9)

Reduksi data bertujuan untuk meningkatkan kualitas data sehingga kompilasi data yang semula seolah-olah belum teratur dapat disusun kembali ke dalam bentuk yang baru. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema serta polanya. Reduksi data dapat diperoleh dengan peralatan elektronik seperti komputer mini dengan memberikan kode pada aspek tertentu.

Peneliti dalam melakukan reduksi data pertama sekali memahami secara keseluruhan permasalahan pariwisata yang ada di Kota Medan serta bagaimana promosi pariwisata yang dilakukan dalam konteks komunikasi pemasaran pariwisata. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan setiap materi yang ada dalam satu tempat dan memulai melakukan analisis awal. Peneliti akan membuang mana hal-hal yang dianggap tidak penting dalam penelitian dan mana yang dianggap penting untuk dimasukkan ke dalam penelitian. Langkah selanjutnya adalah peneliti membaca kembali transkrip-transkrip wawancara dengan para informan dan menyusun kembali hasil transkrip wawancara ke dalam bab pembahasan.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data merupakan proses interpretasi, proses pemberian makna secara etik, baik terhadap unsur maupun totalitas agar mempermudah dalam pemahaman suatu masalah. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

(10)

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih kabur atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. Proses penarikan kesimpulan pada umumnya disertai dengan saran, bagian-bagian tertentu yang masih memiliki relevansi dengan penelitian, tetapi dengan berbagai alasan belum bisa dilakukan sehingga perlu dilanjutkan dalam penelitian di lapangan, baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain.

3.6.Teknik Keabsahan Data/ Triangulasi

(11)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1.Proses Penelitian

Proses yang dilakukan dalam penelitian ini untuk menjawab fokus permasalahan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pengamatan awal dilakukan dengan melihat jumlah kunjungan wisatawan selama berberapa tahun terakhir, lalu membandingkannya dengan tahun-tahun sebelumnya. Jumlah kunjungan wisatawan ini diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan melalui Kepala Bidang Pemasaran. Pengamatan ini sebelumnya telah dilakukan sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan proses wawancara. Setelah itu, peneliti menentukan siapa saja yang akan menjadi informan baik dari lingkup internal maupun eksternal. Dalam hal ini, lingkup internal berasal dari instansi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, sedangkan lingkup eksternal berasal dari salah satu anggota DPRD Kota Medan, perwakilan dinas Bina Marga Kota Medan, wisatawan, tokoh masyarakat, PHRI (Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia), ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies), serta salah satu travel agency di Kota Medan.

(12)

3. Pengumpulan data mulai dari pra penelitian hingga wawancara, peneliti menggunakan alat pencatat manual, kamera, dan tape recorder. Hasil yang dikumpulkan diolah dan dianalisis sesuai dengan metode analisis data.

4. Membuat salinan wawancara ke dalam bentuk transkrip tulisan layaknya naskah tanpa adanya editan dan kemudian memasukkan setiap detail kata per kata dari percakapan yang dihasilkan wawancara tersebut ke dalam hasil transkrip wawancara tersebut.

5. Melakukan analisis data berdasarkan hasil wawancara dengan para informan yang akan dijelaskan pada hasil penelitian di lapangan pada bab 4.2.4.

4.2.Temuan Penelitian

4.2.1. Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan

Susunan organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan adalah sebagai berikut:

1. Kepala Dinas 2. Sekretaris

3. Kasubbag Umum 4. Kasubbag Keuangan

5. Kasubbag Penyusunan Program 6. Kabid Kebudayaan

7. Kabid Sarana Pariwisata

8. Kabid Objek dan Daya Tarik Wisata 9. Kabid Pemasaran

(13)

11.Kasie Sejarah dan Kepurbakalaan 12.Kasie Perfilman

13.Kasie Akomodasi Wisata

14.Kasie Rumah Makan, Restoran, dan Bar 15.Kasie Usaha Jasa Pariwisata

16.Kasie Hiburan Umum

17.Kasie Objek Wisata Rekreasi 18.Kasie Atraksi dan Ketangkasan 19.Kasie Informasi

20.Kasie Promosi

21.Kasie Penyuluhan dan Kerjasama Wisata

(14)
(15)

4.2.2. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan

Visi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan adalah “Menjadikan Kota Medan sebagai daerah tujuan wisata (DTW)”.

Sedangkan misi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan adalah: 1. Melindungi, melestarikan aset-aset kebudayaan daerah yang datangnya dari

warisan leluhur dan memberikan kebebasan berekspresi dalam kesenian budaya dengan mengacu kepada nilai-nilai agama dan adat budaya yang ada. 2. Meningkatkan, menampilkan atraksi budaya lokal dan kesenian daerah. 3. Meningkatkan sarana dan prasarana objek wisata.

4. Meningkatkan pelayanan kepariwisataan terutama sadar wisata masyarakat di daerah tujuan wisata dan pelaku usaha pariwisata.

5. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat terhadap peraturan dalam bidang kepariwisataan.

Guna mewujudkan visi dan misi tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan mengadakan beberapa kegiatan atau event yang diadakan setiap tahunnya. Berbagai event atau kegiatan ini diselenggarakan oleh pihak luar maupun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sendiri. Adapun kegiatan tersebut diantaranya adalah:

1. Table Top Bandung pada tahun 2015.

(16)

7. Gelar Melayu Serumpun pada 18-20 Agustus 2016. 8. Medan Heritage Exhibition pada 20 Agustus 2016.

9. Karnaval Budaya dan Kendaraan Antik pada 27 Agustus 2016. 10.Festival Kuliner Kota Medan pada bulan September 2016. 11.Pemilihan Jaka Dara Kota Medan bulan Oktober 2016.

12.Panggung Hiburan Rakyat yang selalu diadakan tiap Sabtu malam atau malam minggu.

13.Ramadhan Fair yang diselenggarakan tiap bulan suci Ramadhan (tergantung jatuhnya tanggal puasa).

14.Christmas Season pada bulan Desember 2016.

4.2.3. Potensi Pariwisata Kota Medan

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, batas wilayah kota Medan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka.

(17)

Kota Medan memiliki berberapa potensi pariwisata yang menarik, diantaranya adalah:

1. Wisata religi a. Masjid Raya

Masjid ini terletak di Jl.Sisingamangaraja, Kota Medan. Masjid ini sebagai lambung kota Medan yang memiliki nilai budaya dan sejarah besar di Sumatera Utara. Masjid ini dapat menampung sekitar 1.500 jemaah untuk melaksanakan sholat setiap hari. Masjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid, yang didesain oleh Dengimans dari Belanda dengan gaya arsitektur Moorish, dan berdiri pada tahun 1906. Banyak turis dari berbagai negara yang datang mengunjungi masjid ini.

b. Gereja Immanuel

(18)

c. Vihara Gunung Timur

Vihara ini terletak di Jl.Hang Tuah, Medan. Vihara ini dikenal sebagai Vihara Budha tertua di kota medan. Vihara ini didirikan oleh umat Budha pada tahun 1962. Umumnya umat Budha bersembahyang ke vihara ini setiap hari. Vihara ini digunakan juga untuk acara ritual lainnya dalam agama budha, seperti memperingati hari ulang tahun SIDHARTA GAUTAMA, biasanya tanggal 4 s/d 15 April setiap tahunnya, perayaan Imlek dan lain sebagainya.

d. Kuil Shri Mariamman

Kuil Shri mariamman merupakan kuil Hindu tertua di kota Medan, yang di bangun pada tahun 1884 oleh umat Hindu. Kuil ini berada di Jl.Zainul Arifin. Umumnya umat Hindu datang untuk sembahyang di kuil ini setiap pagi. Kuil ini juga digunakan untuk ritual lainnya dalam agama Hindu seperti perayaan Deepavali, perayaan Panen padi dan lain sebagainya. e. Graha Maria Annai Velangkani

(19)

perbuatan baiknya, Bunda Maria diberi gelar Bunda Penyembuh. Pembangunannya di prakarsai oleh Rev. Father James Bhatarapura, SJ. Bangunan Graha Maria berlantai 7 ini memiliki 3 stupa, 2 di lantai 4 dan melambangkan kesempurnaan dan 7 langit.

f. Masjid Al-Osmani

Masjid Al-Osmani ini terletak di Jl.Yos Sudarso. Masid ini dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ketujuh, yakni Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Kemudian pada 1870 hingga 1872 masjid yang terbuat dari bahan kayu itu dibangun menjadi permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam yang juga menjadi Raja Deli kedelapan. Hingga kini, selain digunakan sebagai tempat beribadah. Mesjid itu juga dipakai sebagai tempat peringatan dan perayaan hari besar keagamaan dan tempat pemberangkatan menuju pemondokan jamaah haji yang berasal dari Medan Utara.

Objek wisata religi yang ada di Kota Medan masing-masing mewakili setiap agama yang ada di Kota Medan. Namun, yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Masjid Raya dan Graha Maria Annai Velangkani.

2. Wisata kuliner

a. Kuliner Pagaruyung

(20)

ini memiliki makanan khas tersendiri yaitu martabak telur ala India dan mie keling alias mie rebus ala Medan.

b. Amaliun Foodcourt

Pusat Jajanan ini berdekatan dengan Masjid Raya, pusat perbelanjaan Yuki Simpang Raya dan Hotel Madani ditempat ini banyak pilihan menu makanan dan juga disedikanan live music, dan free WIFI. Tempat ini juga menjadi salah satu tempat kumpul masyarakat kota Medan.

c. Ocean Pacific

Satu lagi objek wisata Bahari yang melengkapi kekayaan objek wista di kota Medan. Ocean Pacific terletak dipinggir laut dan dekat ke kota Belawan. Di tempat ini menyajikan aneka hiburan keluarga seperti tempat bermain anak-anak dan kolam renang, serta sajian masakan khas laut yang dapat dinikmati sambil memandang laut lepas.

d. Restoran Tip Top

Restoran ini terletak di Jl.Jendral Ahmad Yani. Dibangun pada tahun 1939, merupakan salah satu restoran tertua di kota Medan dengan dekorasi dan suasana bersantap tahun 1940-an. Restoran ini masih menggunakan tungku kayu bakar untuk memasak yang sama dengan cara masak di masa lalu. Pilihan makanan Barat, Chinese dan lokal yang disajikan dengan harga yang pantas, porsi yang sesuai dengan rasa yang dapat di terima. Tempat ini merupakan permata yang tersembunyi.

e. Ucok Durian

(21)

Bagaimana tidak banyak karena Medan sendiri termasuk salah satu "produsen" durian paling enak se-Indonesia, sumber durian yang didapat dari berbagai daerah seperti Sibolga, Pematang siantar dan durian denagn kualitas yang paling mantap berasal dari Sidikalang. Namun keunikan Ucok Durian ini adalah sudah menjadi semacam trade mark di kota Medan. Oleh karenanya tempatnya paling ramai dikunjungi baik oleh warga Medan sendiri ataupun pendatang.

f. Ramadhan Fair

Ramadhan Fair berlokasi di depan Istana Maimun dan bagian kiri Mesjid Raya. Ramadhan Fair ini hanya buka pada bulan Ramadhan saja. Segala macam makanan tradisional dapat dijumpai di tempat ini pada bulan Ramadhan.

g. Merdeka Walk

(22)

h. Mie Aceh Titi Bobrok

Di Medan ada kuliner khas Aceh yang jadi salah satu destinasi wisata kuliner di Kota Medan, yaitu Mie Aceh Titi Bobrok. Nama Titi Bobrok itu berarti jembatan rusak. Kedai mie Titi Bobrok memang dulunya berada di samping jembatan rusak,sekarang jembatan sudah tidak rusak lagi tetapi tentunya nama yang sudah menjadi ikon kuliner Medan ini tidak berubah. i. Bika Ambon

Bika Ambon merupakan salah satu oleh-oleh yang biasa dibawa oleh wisatawan lokal maupun mancanegara ketika akan kembali ke daerah tujuannya. Bika Ambon sangat terkenal di kota Medan, namun seiring berjalannya waktu, Bika Ambon sudah memilki banyak cabang. Bika Ambon ini terletak di sepanjang Jl.Mojopahit.

j. Bolu Meranti

Bolu Meranti ini terletak di Jl. Meranti dan merupakan salah satu oleh-oleh yang biasa dibawa oleh-oleh wisatawan lokal maupun mancanegara ketika akan kembali ke daerah tujuannya. Bolu Meranti sangat terkenal di kota Medan dan hingga saat ini belum memiliki cabang di manapun.

(23)

3. Wisata minat khusus a. Istana Maimun

Istana Maimoon merupakan salah satu objek wisata utama di kota Medan, yang terletak di Jl.Brigjen Katamso. Istana ini di bangun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al Rasyid memerintah dari tahun 1873-1924. Arsiteknya adalah T. H Van Erp yang bekerja sebagai tentara knil. Rancangannya melambangkan bangunan tradisional Melayu dan India Muslim, sedangkan gaya arsitekturnya perpaduan antara Indonesia, Persia dan Eropa. Dihalaman Istana terdapat meriam puntung yang merupakan bagian dari legenda Istana Maimoon.

b. PRSU (Pekan Raya Sumatera Utara)

Pekan Raya Sumatera Utara terletak di Jl.Gatot Subroto di Kota Medan, sekitar 7 km dari pusat kota, tepatnya di gedung Tapian Daya sebagai ajang promosi budaya, industri dan bisnis. PRSU ini buka pada bulan April setiap tahunnya. Berbagai jenis tarian tradisional dan pameran budaya di Sumatera Utara biasanya ditampilkan pada acara pembukaan pameran.

c. Rahmat International Wildlife Galery

(24)

Di galeri ditampilkan berbagai koleksi satwa liar dari yang terkecil hingga yang terbesar sesuai habitatnya.

d. Taman Buaya Asam Kumbang

Lo Than Muk adalah pemilik 2800 ekor buaya, yang memulai pemeliharaannya sejak tahun 1959. Taman buaya ini terletak di keluharan Asam Kumbang, kecamatan Medan Selayang, dengan luas 2ha dan 2km dari pusat kota. Di dalam taman ini kita dapat melihat buaya dari yang baru lahir sampai dengan buaya yang berumur 25 tahun dan sebagian buaya tersebut terlatih dan dapat melakukan atraksi yang menakjubkan termasuk sebagai atraksi yang diinginkan.

e. Gedung London Sumatera

PT. London Sumatera Indonesia, gedung ini dulunya disebut Juliana Buliding pada tahun 1920an. Dan sekarang dihuni oleh PT. London Sumatera Indonesia (LONSUM). Pada saat didirikan, gedung ini milik Harrison & Crossfield, sebuah perusahaan milik Inggris. Bangunan ini merupakan bangunan pertama di kota Medan yang memiliki lift di dalamnya. Saat ini banyak masyarakat mengabadikan fotonya di depan gedung ini, terutama untuk foto pra-wedding.

f. Rumah Tjong A Fie

(25)

dengan sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau di Belanda. Hingga saat ini rumah terebut di tempati oleh keluarga Tjong A Fie. Wisata minat khusus yang paling banyak diminati oleh wisatawan adalah Istana Maimun, karena tempat ini mengandung nilai-nilai budaya dan sejarah Kesultanan Melayu yang hanya terdapat di Kota Medan. Selain itu, Rumah Tjong A Fie juga menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi oleh wisatawan karena arsitektur yang kental akan budaya Cina.

4. Wisata belanja

Kota Medan juga terkenal dengan pusat perbelanjaannya , baik itu mall hingga pasar. Berikut adalah pusat-pusat perbelanjaan yang dapat dijumpai di kota Medan :

a. Mall, diantaranya adalah Sun Plaza, Cambridge Point Plaza, Thamrin Plaza, Plaza Medan Fair, Ringroad Citywalk, Medan Mall, Aksara Plaza, Centre Point dan Focal Point.

b. Pasar, diantaranya adalah Pajak Induk Medan, Pasar Sambas, Pasar Sukarami, Pasar Simpang Limun, Pasar Ikan, Pasar Simpang Melati, Pasar Petisah, dan Pasar Central.

5. MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions)

Kota Medan ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) RI pada tahun 2014 sebagai satu dari 16 destinasi MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) di Indonesia, bersama dengan

(26)

Kriteria tujuan MICE ini didasarkan pada kondisi infrastruktur, sosial budaya,

transportasi dan tentu saja keamanan

(http://tribunsumutharini.blogspot.co.id/2016/04/kunci-peningkatan-industri-mice-di-kota.html). MICE menyentuh banyak aspek dalam setia pelaksanaannya. Hampir semua bidang berpotensi menggelar MICE. Katakanlah pameran pariwisata, pagelaran budaya, festival kuliner, acara seni, konvensi organisasi sosial dan politik, simposium kesehatan, eksebisi teknologi, kongres pendidikan, turnamen olahraga, apapun acara yang melibatkan banyak peserta dan pengunjung. Adapun tempat-tempat di kota Medan yang sering digunakan untuk keperluan MICE ini adalah Aryaduta Hotel, Santika Dyandra Premier Hotel, Medan International Convention Centre, Grand Aston City Hall Hotel, Grand Elite Serella Hotel, Grand Angkasa Hotel, Grand Swisbel Hotel, dan JW Mariott Hotel.

6. Heritage

Medan dahulunya dikenal sebagai bekas penjajahan kolonial Belanda, sehingga banyak warisan maupun bangunan peninggalan sejarah yang saat ini dijadikan sebagai obyek wisata. Berikut adalah wisata heritage yang ada di kota Medan:

a. Balai Kota Medan

(27)

atas bangunan yang merupakan sumbangan dari Tjong A Fie. Jam dinding yang merupakan buatan Firma Van Bergen di Hialigerlee (Belanda) ini dulu mengeluarkan bunyi di setiap jamnya.

b. Museum Situs Kota China

Museum Situs Kota China ini terletak di Jl.Kota Cina, Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan. Museum ini telah diketahui sejak tahun 1970-an, namun jejak sejarahnya mulai terkuak sejak ditemukannya sebuah arca kuno tepatnya pada saat adanya penggalian tanah menggunakan alat berat untuk penimbunan pembangunan jalan Tol Belmera pada tahun 1986 silam. Di museum yang dikelola oleh dosen sejarah Universitas Negeri Medan (Unimed),Ichwan Azhari ini merupakan tempat menyimpan beberapa temuan artefak dari lokasi penggalian kota cina.

Untuk mempermudah pembaca, peneliti menyajikan data potensi wisata dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Tabel Potensi Wisata dan Objek Wisata di Kota Medan

No. Potensi Wisata Objek wisata

(28)

3. Wisata minat khusus a. Rumah Tjong A Fie Cambridge Point Plaza, Thamrin Plaza, Plaza Medan Fair, Ringroad Citywalk, Medan Mall, Aksara Plaza, Centre Point dan Focal Point.

b. Pasar, diantaranya adalah Pajak Induk Medan, Pasar Sambas, Pasar Sukarami,

c. Medan International Convention Centre, Grand Aston City Hall Hotel

d. Grand Elite Serella Hotel e. Grand Angkasa Hotel f. Grand Swisbel Hotel, dan g. JW Mariott Hotel.

6. Wisata heritage a. Balai Kota Medan

b. Museum Situs Kota China

4.2.4. Hasil penelitian di lapangan

4.2.4.1. Informan 1 (Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan)

(29)

memiliki aset lain yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu pendapatan asli daerah, yaitu aset pariwisatanya.

Menurutnya sendiri, potensi pariwisata di kota Medan semakin berkembang. Hal ini dilihat dari semakin banyaknya sarana pariwisata seperti hotel dan pusat perbelanjaan serta tempat-tempat yang menyajikan hiburan dan wisata kuliner di kota Medan sendiri. Dengan aset pariwisata yang telah dimiliki Kota Medan, cukup dapat bersaing dengan daerah lainnya apabila didukung oleh infrastruktur yang baik, SDM-nya yang baik pula serta masyarakat yang sadar wisata.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan selalu melakukan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk mensinergikan tugas,pokok dan fungsi kepariwisataan di Kota Medan. Berikut kutipan wawancara beliau:

“Pihak dinas tentu saja selalu mengajak dan berkomunikasi dengan para stakeholder pariwisata melalui kegiatan sosialisasi, pameran/event pariwisata dalam negeri dan luar negeri atau dalam hal merancang peraturan daerah tentang kepariwisataan daerah.”

Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan selama ini adalah pertama sekali dengan menentukan segmentasi, lalu menetukan target sasaran pariwisata, kemudian menetapkan positioning terhadap kota Medan sendiri. Kemudian setelah strategi ini ditetapkan,

maka dilakukanlah promosi yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut. Beliau mengutarakan bahwa:

“Kota Medan merupakan pintu gerbang masuk pariwisata bagian

(30)

hingga keramahtamahan masyarakatnya. Selain itu, Medan juga terdiri atas beberapa etnis/suku baik yang berasal dari Sumatera Utara maupun dari luar Sumatera Utara. Dengan keberagaman tersebut, Kota Medan terkenal menjadi kota multikultural dengan aneka ragam budaya dan kesenian daerah. Jika ditinjau dari segmentasi pasar, kami mensegmentasikan kota Medan ini berdasarkan cakupan geografis. Misalnya, penyelenggaraan event/ kegiatan, segmentasi pasarnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu dalam lingkup wilayah kota Medan dan di luar lingkup wilayah Kota Medan. Segmentasi pasar di dalam lingkup wilayah kota Medan misalnya kegiatan atau event yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Sedangkan segmentasi pasar di luar lingkup wilayah kota Medan mencakup kegiatan pameran (expo) maupun pertunjukan kesenian daerah di luar Indonesia.” Setelah menetapkan segmentasi, pemilihan target sasaran menjadi strategi yang kedua dalam memasarkan kota Medan kepada wisatawan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan beliau sebagai berikut:

“Selama ini kami telah rutin mengikuti event-event pariwisata didalam negeri atau luar negeri baik itu berupa exhibition, pameran atau penampilan dan pertunjukan kesenian daerah. Kalo di dalam negeri kita ada bekerja sama dengan PT.AIRA, selain itu kita juga mengikuti Pasar Malam Indonesia pada tahun 2010. Ga setiap tahun sih kita ikuti karena keterbatasan anggaran juga. Jadi kita prioritaskan mana yang lebih utama. Kalo di luar negeri ada event yang tiap tahun kita ikuti yaitu Penang Fair. Disini kita sambil membawa delegasi kesenian dari kota Medan. Diharapkan ini bisa membawa nama daerah kita juga sekaligus mempromosikan kota Medan. Lalu kita juga pernah mengikuti Tong-Tong Fair pada tahun 2014. Kita juga pernah melalukan promosi ke Belanda. Pada bulan Mei tahun 2015, kita juga pernah melakukan prmosi ke lima negara dengan bekerja sama ke kedutaan negara tersebut seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Vietnam dan Thailand dengan membagi booklet dan leaflet pada pameran disana. Booklet dan leaflet ini dibagikan dalam bentuk multi-languages meliputi bahasa Indonesia, Mandarin, Inggris, dan Thailand.”

(31)

juga diperkuat dengan pernyataan para informan yang tertuang pada deskripsi wawancara masing-masing informan.

Berikut adalah kutipan wawancara Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan:

“Adapun aset pariwisata kota Medan yang dapat dijual kepada wisatawan adalah:

 Penduduk kota Medan yang heterogen terdiri dari berberapa etnis/suku dengan 14 etnis yang dominan baik asli dari Sumatera Utara maupun dari luar Sumatera Utara.

 Memiliki aneka ragam budaya dan kesenian daerah.  Peninggalan sejarah.

 Keanekaragaman kulinernya.

 Serta sarana penunjang kepariwisataan MICE dengan keberadaan hotel, pusat perbelanjaan dan transportasi.”

Selain strategi segmentasi, targeting, dan positioning, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan juga memanfaatkan teknik bauran promosi sebagai upaya dalam memasarkan kota Medan menjadi kota wisata. Beliau mengungkapkan:

(32)

uang, jadi ketika brosur itu dibagi, mereka pikir itu dibayar, padahal sebenarnya gratis. Lalu, masalah kedua seperti di Vietnam sendiri. Kita tahu bahwa Vietnam itu negara komunis. Pandangan negaranya beda dengan pandangan liberal ataupun demokratis. Jadi, disana ketika kita mau membagi brosur atau booklet, ga sembarangan buat kita bagikan. Pertama sekali harus berkoordinasi dulu dengan pemerintahan mereka, harus diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Harus dicerna dulu, mana kata-kata yang dinilai tidak cocok harus dibuang. Disitu sih kendalanya. Selain itu kami juga mempromosikan pariwisata Kota Medan melalui booklet, website, media sosial, brosur dan menyediakan counter-counter informasi di berberapa lokasi strategis di Kota Medan. Counter-counter informasi ini terletak di berberapa tempat di Kota Medan, seperti di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sendiri, Merdeka Walk, Stasiun Kereta Api Medan,dan Terminal Pinang Baris. Selain daripada itu, kami juga memanfaatkan radio. Kalo radio sih biasanya kami lebih ke pemasaran event-event pariwisata di Kota Medan. Saluran yang biasanya kami pakai sih melalui Kiss FM ataupun Prambors, yang biasa banyak didengar oleh anak-anak muda.”

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan juga melakukan penayangan videotron yang sudah diputar di berberapa daerah seperti Bali, Jakarta, Surabaya dan Medan sendiri. Namun, di Medan sendiri penayangan videotron ini kurang menjual.

“Tahun ini kemungkinan kami akan putar di Malaysia. Kenapa dipilih Malaysia, karena Medan kan penduduknya dominan Melayu dan masih serumpun dengan Malaysia. Jadi, diharapkan bisa menjual.”

(33)

Menurut Bapak Zulfisyah Yanda Srg, S.Sos, M.Si selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, website yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan ini cukup berhasil memberikan informasi pariwisata kepada masyarakat dan wisatawan. Hal ini dapat dilihat dari tampilan jumlah pengunjung yang membuka situs www.medantourism.com pada halaman website.

Hal yang selama ini masih menjadi hambatan dalam memajukan wisata di kota Medan antara lain infrastruktur yang belum memadai, SDM kepariwisataan yang belum mumpuni dalam bidangnya serta masyarakat yang belum sadar wisata. Adapun solusi dalam menjawab hambatan yang dihadapi tersebut adalah dengan memperbaiki infrastruktur dan fasilitas yang ada di objek-objek wisata, dan melakukan sosialisasi sapta pesona dan sadar wisata kepada masyarakat dan stakeholder pariwisata untuk bersama-sama membangun kepariwisataan Kota Medan. Seperti yang diungkapkan beliau pada wawancara di bawah ini:

“Karena seyogyanya pengembangan pariwisata Kota Medan memerlukan peran dan kontribusi dari semua pihak, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun masyarakat. Masing-masing pihak memiliki peran dan kontribusi menurut posisi dan kapasitasnya masing-masing. Pemerintah secara khusus lebih berkonsentrasi sebagai fasilitator dan regulator, sementara pihak swasta akan berperan sebagai pelaku dan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan produk dan pasar. Selanjutnya masyarakat dapat berperan tidak saja sebagai penerima manfaat pengembangan, namun sekaligus menjadi pelaku aktif yang mendorong keberhasilan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya masing-masing.”

4.2.4.2. Informan 2 (Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumatera Utara)

(34)

Restoran Indonesia) Sumatera Utara, yang letaknya di Hotel Garuda Plaza. Hasil wawancara dengan beliau mengungkapkan bahwa selama ini komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder pariwisata pernah dilakukan. Namun hanya dalam bentuk forum-forum diskusi saja, belum sampai ke tahap perencanaan bersama. Adapun yang dibahas pada umumnya sosialisasi akan perundang-undangan atau hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kemajuan sektor pariwisata.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia selama ini selalu berperan dalam memajukan sektor pariwisata di kota Medan. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara beliau:

“PHRI melalui anggotanya, berusaha meningkatkan SDM dalam rangka peningkatan pelayanan secara umum di industri perhotelan Medan. Dan juga menjembati industri perhotelan tersebut dengan pihak pemerintah kota Medan.”

Ketika ditanya tentang strategi komunikasi yang tepat dalam memasarkan kota Medan sebagai kota wisata, Ibu Dewi Juita Purba selaku Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumatera Utara mengatakan:

“Komunikasi yang paling menarik adalah propaganda yang disampaikan oleh seseorang yang telah mengalaminya. Jadi bentuk komunikasi untuk memasarkan kota medan sebaiknya memakai testimoni tamu tamu yang telah berkunjung.”

Adapun yang menjadi hambatan dalam memajukan pariwisata di kota Medan selama ini dikatakan bahwa Kota Medan masih belum maksimal dalam pengelolaan objek wisata. Seperti yang diungkapakan beliau sebagai berikut:

“Hambatan utamanya adalah tidak adanya penambahan daya tarik wisata dan peningkatan kualitas objek objek wisata yang sudah ada. Juga tidak adanya tempat belanja yang cukup nyaman untuk produk khas lokal dan tempat khusus dimana wisatawan dapat melihat kesenian lokal yang

(35)

Ketika peneliti bertanya tentang harapan akan perkembangan pariwisata kota Medan ke depan, beliau menyampaikan agar kota Medan dapat menjadi penghubung untuk beberapa kota destinasi sekitarnya sehingga harus difasilitasi sesuai dengan kota -kota yang menjadi HUB untuk destinasi wisata disekitarnya.

4.2.4.3. Informan 3 (Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies Sumatera Utara)

Peneliti melakukan wawancara dengan Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies(ASITA) Sumatera Utara , yaitu Bapak

Solahudin Nasution pada tanggal 04 Agustus 2016 pukul 16.30. Namun, oleh karena kesibukan beliau yang padat, peneliti akhirnya melakukan wawancara melalui telepon selama 30 menit.

Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara, yaitu Bapak Solahudin Nasution mengatakan bahwa ASITA Sumatera Utara bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan melakukan koordinasi dan komunikasi dalam membangun pariwisata di Kota Medan. Berikut petikan wawancara Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara:

(36)

bersilahturahmi komunikasi, kemudian saling tukar kartu nama, tukar produk. Nah dari komunikasi itu kan kita berharap nanti bisa bermuara pada kontak bisnis. Itu tahun lalu dengan Dinas Pariwisata Kota Medan. Kalo tahun-tahun sebelumnya belum pernah, baru tahun kemarin aja. Kalo tahun sebelumnya ya paling ada rapat ya kadang-kadang kita diundang, kadang kita bisa kasih saran-saran. Artinya selama ini lain kepala dinas lain kebijakannya, lain juga pendekatannya, lain juga gaya komunikasinya dengan para stakeholder. Kalo tahun ini belum ada rencana.”

Selama ini, ASITA selalu berupaya untuk mendukung pariwisata yang ada di kota Medan . Salah satunya melalui kegiatan expo.Beliau mengatakan bahwa:

“Ya paling kalo anggota ASITA ini sendiri kan pasti mati-matian kan berusaha untuk mendukung pariwisata ini. Karena hidup matinya kan di industri ini. Biasa kita melakukan sesuai dengan tupoksi kita, kita biasa buat promosi pemasaran di luar, ada event-event di luar kita ikuti. Misalnya di Jawa Barat ada event travel exchange, di Yogja ada namanya Yogja Travel Mart, jadi ya event-event di berberapa kota besar di Indonesia itu selalu kita ikuti guna memperkenalkan produk-produk kita. Artinya tidak hanya kota Medan, tetapi juga destinasi-destinasi di Sumatera Utara. Begitu juga dengan event-event di Malaysia, setiap tahun namanya Matta Fair, di Singapura itu ada namanya Natas Fair, itu setiap tahun kita pasti berangkat. Kita berangkat sendiri, kita promosi sendiri walaupun ga ada dukungan dari pemerintah daerah. Karena event-event di dalam dan di luar negeri itu yang selalu kita ikuti dalam rangka mempromosikan produk-produk kita, termasuk mempromosikan salah satu destinasi wisata Kota Medan secara khusus, dan destinasi wisata Sumatera Utara pada umumnya.”

Ketika ditanya mengenai hambatan dalam memasarka kota Medan sebagai kota wisata, Bapak Solahudin Nasution mengatakan bahwa kota Medan belum bisa dijadikan sebagai destinasi tunggal. Maka, diperlukan promosi bersama dengan pemerintah daerah lainnya.

(37)

Makanya kita dari biro perjalanan, harus ada kreativitas yang kita ciptakan untuk membuat paket-paket wisata itu, misalnya Parapat, Medan-Bukit Lawang, Medan-Bahorok, dan lain-lain. Kalo hanya di Medan saja kan kurang menarik. Umumnya paket wisata perjalanan itu tidak hanya Medan saja, walaupun ada juga yang permintaan hanya di Medan, misalnya Medan shopping gitu kan. Kendalanya saya ulangi ya itu, Medan miskin objek wisata, miskin atraksi wisata. Apalagi yang mau kita jual. Katakanlah kita tidak punya objek wisata, tapi kan harus ada yang bisa kita create. Ada misalnya pertunjukan kesenian dan kebudayaan, ada panggung terbuka atau open stage yang bisa disaksikan wisatawan dan digelar secara rutin, misalnya setiap malam atau setiap hari. Ini kan mempersingkat lamanya wisatawan di Kota Medan akhirnya. Harusnya Medan memiliki itu sebagai miniaturnya Sumatera Utara. Lalu kita tidak punya souvenir centre (pusat cendera mata), misalnya di Bali kita kan bisa berhenti di satu tempat atau one stop shopping, di sini kan ga ada. Jika kita bandingkan dengan Bandung, Bandung kan sudah punya Trans Studio Bandung, di Makassar juga ada, di tempat lain ada. Itu kan objek wisata juga walaupun ciptaan manusia sendiri.”

Mengatasi hambatan tersebut, maka dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat untuk memasarkan kota Medan menjadi kota wisata. Menurutnya, direct promotion melalui pameran ataupun website dapat dilakukan untuk mengemas potensi Kota Medan menjadi sebuah kota wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.

“Menurut saya sekarang tergantung eventnya. Misalnya zaman sekarang, teknologi yang semakin berkembang kan, sekarang orang tidak susah mau mendapatkan informasi, ada layanan touch screen di bandara, di hotel-hotel, di pusat keramaian misalnya. Trus bisa juga melalui website. Tapi tentunya website pun harus dibenahi. Kemudian, kita bisa lakukan pameran atau exhibition di luar negeri misalnya. Tapi kalo mau pameran kan tentunya kita harus siapkan brosur, booklet, leaflet. Kemudian direct promotion, direct sailing itu juga penting.”

(38)

“Karena pariwisata itu kan lintas sektoral, tidak bisa kerja sendiri. Pemerintah tidak bisa kerja sendiri, dunia usaha pun demikian, masyarakat pun tidak bisa kerja sendiri. Artinya melibatkan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat luas. Intinya harus melakukan koordinasi, komunikasi dan bersinergi dengan semua stakeholdernya supaya perkembangan pariwisata bisa berjalan baik ke depannya.”

4.2.4.4. Informan 4 (Anggota DPRD Kota Medan)

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu anggota DPRD Kota Medan dari Fraksi PDI Perjuangan yaitu Bapak Boydo H.K Panjaitan pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 15.30. Beliau mengatakan bahwa Kota Medan memiliki ragam potensi pariwisata yang sangat menarik. Mulai dari wisata bangunan sejarah maupun berbagai macam kulinernya. Pariwisata di Kota Medan sendiri selalu mengalami peningkatan sehubungan dengan meningkatnya pertumbuhan investasi di Kota Medan sendiri. Beliau juga memaparkan bahwa potensi pariwisata di Kota Medan dapat bersaing dengan daerah lainnya. Seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Saya rasa potensi pariwisata tersebut dapat bersaing dengan kota lainnya berhubung kota Medan adalah kota metropolitan ketiga di seluruh Indonesia. Hanya tinggal bagaimana kita merawat, dan memiliki berbagai terobosan baru dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kota Medan. Misalnya Kota Medan terkenal akan kulinernya, maka kulinernya lah yang harus kita tonjolkan sehingga memiliki keunikan tersendiri dengan daerah lainnya.”

(39)

“Jadi seperti kuliner misalnya, bagaimana kita membangun image kota Medan menjadi kota kuliner, yah tentunya disini kita merencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan untuk menunjang kegiatan kuliner tersebut. Selain itu bangunan bersejarah di Kota Medan, bagaimana upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merevitalisasi bangunan bersejarah tersebut tanpa menghilangkan nilai-nilai sejarah di dalamnya.Inilah yang kita bahas dalam upaya memajukan pariwisata di Kota Medan.”

Berbicara tentang strategi komunikasi yang harus dilakukan dalam memasarkan kota Medan menjadi kota wisata, beliau mengatakan bahwa sejauh ini pemerintah kota melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sudah maksimal dalam melakukan berbagai strategi untuk pariwisata Kota Medan dan tentunya harus ada komunikasi dengan semua pihak yang bersangkutan, misalnya antara DPRD Kota Medan sendiri, ataupun organisasi di luar pemerintah sendiri, seperti ASITA dan PHRI. Seperti pernyataan beliau:

“Menurut saya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan harus melakukan pameran dimana ada event/ pesta rakyat ataupun pada pelaksanaan pemasaran UMKM dan memang Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sudah melakukan hal tersebut. Selain itu, sekarang kita udah memasuki era digital ya, dimana semuanya serba teknologi, sehingga pemasaran melalui internet atau media sosial saya rasa sangatlah tepat untuk mempromosikan pariwisata yang ada di Kota Medan. Dengan demikian, infonya akan cepat menyebar kemana-mana.”

(40)

4.2.4.5. Informan 5 (Perwakilan Dinas Bina Marga Kota Medan)

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu perwakilan Dinas Bina Marga Kota Medan yaitu Bapak Ir.H. Zulkifli, MAP pada tanggal 03 Oktober 2016 pukul 14.30. Beliau menjabat sebagai Kepala Bidang Alat Berat Dinas Bina Marga Kota Medan. Peneliti menentukan beliau sebagai salah satu informan karena salah satu hambatan dalam pemasaran pariwisata Kota Medan adalah infrastruktur yang kurang memadai. Oleh sebab itu, peneliti memilih salah satu informan yang berasal dari Dinas Bina Marga. Kesibukan beliau yang cukup padat mengharuskan peneliti melakukan wawancara melalui telepon dan berlangsung selama 20 menit.

Berkaitan dengan masalah infrastruktur di Kota Medan, beliau mengungkapkan bahwa salah satu fakor yang mendukung perkembangan pariwisata semakin lebih baik adalah infrastruktur. Ketika ditanya mengenai koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan terhadap Dinas Bina Marga Kota Medan, beliau mengungkapkan bahwa koordinasi memang pernah dilakukan tetapi hanya sebatas pada saat ada kegiatan saja. Berikut kutipan wawancara beliau:

(41)

masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan atau turut menjaga infrastruktur yang ada, sehingga tidak terjadi banjir. Jadi, yang saya lihat himbauan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan kepada masyarakat sendiri belum terlalu kuat. Seharusnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan harus jemput bola dengan melakukan apa yang sesuai dengan tupoksi mereka. Seperti yang saya katakan tadi, bahwa mereka harus menghimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan atau tidak membuang sampah sembarangan. Sehingga ketika datang hujan, banjir bisa dinormalisasi kembali dan akhirnya jalanan pun tidak akan berlubang.”

4.2.4.6. Informan 6 (Tokoh Masyarakat)

Peneliti melakukan wawancara dengan seorang tokoh masyarakat yang juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara, yaitu Bapak R.E Nainggolan. Wawancara ini dilakukan pada 15 Juni 2016 pukul 11.15 di RS Royal Prima. Lokasi wawancara bertempat di RS Royal Prima karena pada saat itu informan sedang berada di rumah sakit tersebut. Peneliti memilih beliau sebagai informan karena beliau sudah lama tinggal di Medan dan mengerti akan potensi pariwisata di Kota Medan, sehingga beliau dapat memberikan pandangannya terkait strategi komunikasi dalam memajukan pariwisata Kota Medan.

(42)

“Satu contoh misalnya wisata budaya, bukankah kita mempunyai Taman Sri Deli. Bukankah kita memiliki banyak sekali ragam budaya. Untuk wisata sejarah, bukankah kita mempunyai tempat wisata Tjong A Fie, bukankah kita mempunyai sejarah Melayu misalnya. Wisata alam, bagaimana Belawan dengan pantainya yang sangat bagus, bagaimana berbagai tempat lain misalnya tempat rekreasi. Satu hal yang dibuat Medan itu saya pikir cukup menarik, Ramadhan Fair menjadi tempat wisata. Kemudian Christmas season, termasuk di dalamnya berbagai wisata-wisata yang lain. Hanya tinggal bagaimana Medan membuat itu menjadi paket-paket wisata. Termasuk di dalamnya wisata kuliner. Ada yang bilang Medan enak untuk tempat makan, ada durian Ucok, ada pangsit Tiongsim, ada rumah makan Melayu, ada Soto Medan, dan lain sebagainya. Sangat-sangat menarik. Karena itu, harus dibuat paket-paketnya. Kemudian paket-paket ini juga harus konsisten waktunya. Tidak boleh bermain-main, tidak boleh berganti-ganti tanggalnya, kemudian harus disosialisasikan jauh-jauh hari dan ke depan memang Medan juga harus dapat membangun prospek wisata yang semakin bagus untuk masa mendatang.”

Beliau juga mengungkapkan bahwa sebagai kota yang memiliki potensi wisata yang cukup menarik, seperti wisata kuliner, wisata sejarah, kota perdagangan, wisata belanja, dan wisata budayanya, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan harus dapat mengemas potensi pariwisata ini agar menjadi satu paket pariwisata yang pas untuk ditawarkan kepada wisatawan. Jadi dengan kata lain, kota Medan harus memiliki positioning yang pas. Berikut pernyataan beliau:

“Kalo Medan dikenal dengan kulinernya, maka pemerintah harus dapat melakukan terobosan untuk memperkenalkan kulinernya terhadap daerah luar, jika Medan terkenal dengan wisata sejarahnya, maka Kota Medan harus dapat melakukan perawatan terhadap peninggalan budaya dan sejarah tersebut.”

Terkait dengan strategi komunikasi yang harus dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, Bapak R.E. Nainggolan juga mengungkapkan hal berikut pada wawancaranyanya :

(43)

media elektronik kah, apakah media cetak dan harus senantiasa berulang-ulang sehingga masyarakat tahu percis. Kemudian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Medan harus menerapkan itu dalam perilakunya, dalam perbuatan mereka untuk dapat melakukan upaya-upaya terhadap pengembangan pariwisata di kota Medan. Selain itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan harus dapat membangun kemitraan dengan berbagai elemen masyarakat agar elemen masyarakat itu juga ikut memasarkan kota Medan tersebut menjadi sebuah kota wisata yang diminati para wisatawan.”

Bapak R.E. Nainggolan mengungkapkan bahwa ada empat hal yang menjadi hambatan pemasaran pariwisata kota Medan yaitu paket wisata yang tidak jelas, kesemrawutan kota, sosialisasi yang masih kurang dan kurangnya SDM yang memiliki visi wisata. Berikut adalah kutipan wawancara beliau:

“Pertama, paket wisatanya tidak jelas. Kemudian yang kedua, termasuk yang di dalamnya semrawutnya kota. Jadi infrastruktur harus dibenahi dengan bagus, lalu lintasnya harus dibenahi dengan bagus, jalannya harus dibenahi dengan bagus. Yang ketiga sosialisasnya. Jadi, paketnya harus disiapkan, sosialisasinya harus bagus, dan kemudian kotanya juga harus dibenahi. Kebersihan dan infrastrukturnya harus dibenahi dengan bagus. Kemudian yang keempat haruslah ada orang-orang yang memilki visi wisata yang akan ditempatkan di dinas-dinas pariwisata.”

(44)

4.2.4.7. Informan 7 (Tokoh Masyarakat)

Peneliti melakukan wawancara dengan seorang tokoh masyarakat yang juga saat ini menjabat sebagai Anggota DPD Republik Indonesia, yaitu Bapak Parlindungan Purba, SH, MH. Wawancara ini dilakukan pada 15 Juni 2016 pukul 16.15 di Hotel Karibian. Lokasi wawancara bertempat di Hotel Karibian karena pada saat itu informan sedang ada kegiatan di hotel tersebut tersebut. Peneliti memilih beliau sebagai informan karena beliau memiliki wawasan yang luas terkait dengan pariwisata dan potensi yang ada di Kota Medan.

(45)

masyarakat dalam pelestarian budaya dan usaha dalam membangun sektor pariwisata berbasis kebudayaan juga tak lepas dari peran Pemko Medan dalam memberikan dukungan maupun kepedulian terhadap kecamatan-kecamatan maupun kelurahan yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat wisata berbasis kebudayaan. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting dalam kemajuan perkembangan pariwisata di suatu daerah. Namun, masih ada daerah yang tergolong wilayah terpencil di sekitar kota Medan yang mungkin belum mendapat perhatian dari pemerintah dalam pembangunan maupun pengelolaan infrastruktur, SDM, dan kebudayaannya. Jadi, kota Medan dengan keberagaman RAS dan potensi sangat potensial untuk dikelola sektor pariwisatanya. Hal ini diungkapkan sendiri oleh Parlindungan Purba, SH,MM selaku tokoh masyarakat.

Beliau juga menegaskan bahwa menurutnya ada 2 jenis potensi wisata yang harus dikembangkan di kota Medan, yaitu wisata alam dan wisata budaya. Seperti kutipan wawancara beliau sebagai berikut:

“Misalnya paket wisata Medan-Danau Toba dan sebagainya.

(46)

revitalisasi Istana Maimun yang diharapkan Pemko Medan dapat meningkatkan promosi lagi, karena Istana Maimon adalah salah satu istana terbaik yang ada di Indonesia. Wisata alam seperti Danau Siombak, Danau Linting, dan masih banyak lagi. Soal budaya selain Istana Maimun, kita punya vihara, gereja-gereja tua, Medan Heritage.”

Selanjutnya beliau menambahkan:

“Kalau kita melihat kajian dari BKPM, Medan memiliki 2 potensi wisata yaitu wisata alam dan wisata budaya. Jika dengan melakukan pemanfaatan yang baik dan benar maka kedua potensi wisata ini akan mendongkrak naiknya penerimaan pajak seperti yang diatas. Hanya yang terpenting adanya revolusi mental yakni perubahan karakter dari masyarakat, dari praktitisi pariwisata, dan bagi anak-anak lulusan Akademi Pariwisata juga perlu dilakukan job training, selain itu juga memperbaiki kehangatan atau hospitality berdasarkan budaya yang baik, inilah yang perlu dibangun, sehigga turis yang datang ke Medan merasa nyaman. Selain itu juga di Kota Medan memiliki toleransi beragama cukup baik, juga adanya upaya revitalisasi Istana Maimun yang diharapkan Pemko Medan dapat meningkatkan promosi lagi, karena Istana Maimun adalah salah satu istana terbaik yang ada di Indonesia. Wisata alam seperti Danau Siombak, Danau Linting, dan masih banyak lagi. Soal budaya selain Istana Maimun, kita punya Vihara, gereja-gereja tua, Medan Heritage. Tentunya Pemko Medan harus menggandeng semua pihak baik pengusaha hotel, restoran, wisata budaya, wisata alam, jasa transportasi, dan sebagainya menyatukan visi dan misi bagaimana meningkatkan pelayanan kepada turis baik domestik maupun internasional.”

Bapak Parlindungan Purba SH, MH mengungkapkan bahwa ada beberapa strategi komunikasi yang dilakukan untuk memajukan kota Medan menjadi kota wisata. Strategi tersebut diungkapkannya dalam wawancara di bawah ini:

(47)

yang paling cepat, karena penyampaian informasi langsung disampaikan tanpa melalui perantara. Saya rasa demikian.”

Beliau juga mengungkapkan bahwa hambatan utama pada sektor pariwisata di Kota Medan saat ini adalah pada bidang infrastruktur dan SDM yang masih kurang memadai. Beliau mengatakan:

“Banyak SDM kita ahli dibidangnya tetapi tidak ahli dalam berkomunikasi. Wisatawan mancanegara sangat sensitif dengan hal – hal seperti itu. Infrastruktur yang menjadi kendala utama sangat memprihatinkan bagi kita. Seharusnya jarak tempuh dari Bandara Kualanamu ke Medan cukup dengan 30 Menit, namun karena tingginya angka kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas menyebabkan jarak tempuhnya naik dua kali lipat. Pemko Medan harus teliti melihat kondisi ini. Jangan – jangan sekarang sudah banyak turis tidak lagi ke Medan langsung ke Samosir, ke Pantai Cermin. Alasannya apa? Mereka tidak nyaman dengan kondisi infrastruktur Medan sekarang. Belum lagi kita bahas masalah infrastruktur untuk Pedestarian (pejalan kaki) yang bisa kita hitung berapa meter panjangnya. Jika di Jakarta dan Bandung saat ini para turis dan warga bisa menikmati wisata kota dengan cukup berjalan kaki saja karena jembatan penyebrangan dan trotoar untuk pejalan kaki sudah terkoneksi satu dengan yang lain. Belum lagi kita bahas pelayanan check in dan check out di hotel yang memakan waktu rata – rata di hotel Bintang 4 dan Bintang 5 Sekitar 5 – 10 menit. Hal – hal kecil seperti ini kan menjadi kendala pariwisata. Di hotel – hotel yang berbintang sama di Jakarta, Bandung, dan Bali paling lama 3 menit kita sudah selesai. Kendala lain seperti di bandara, yakni layanan Bagasi. Di Korea Selatan, Seoul, penumpang langsung dapat mengambil bagasi tanpa menunggu antrean panjang. Di Bandara kita sendiri menunggu bagasi saja memakan waktu 15 – 20 menit ini waktu yang melelahkan bagi mereka turis domestik maupun mancaranegara.”

Adapun saran dan masukan beliau adalah:

(48)

kearifan lokal yang ada. Dalam konteks pariwisata, setiap ada event pariwisata di Medan Pemko harus memasukkan keterlibatan warga kota Medan. Kita bersyukur, dalam event Ramdhan Fair tahun ini, Pemko Medan membuat aturan bahwa yang boleh berjualan dan memiliki booth adalah warga berpenduduk di wilayah kecamatan daerah pagelarannya. Ini sudah bagus kita dukung untuk di tingkatkan lagi. Tentang konsep wisata MICE tadi, kita harapkan sinergitas semua pihak baik Asosiasi Pengusaha (Apindo), PHRI, dll untuk bersinergi dalam membangun Kota Medan kedepannya. Dengan Usia kota Medan yang nantinya Per 1 Juli 2016 sudah genap ke – 426 Tahun sudah bisa menjadi pusat wisata MICE di Indonesia yang menjadi tujuan para organisasi, perusahaan, dan asosiasi internasional.”

4.2.4.8. Informan 8 (Perwakilan Travel Agency)

Peneliti melakukan wawancara dengan salah seorang karyawan TX travel agency, yaitu Bapak Iwan. Beliau merupakan koordinator pemasaran TX travel agency. Peneliti memilih TX travel agency karena travel ini dinilai sudah delapan tahun berdiri dalam mendorong industri pariwisata di Kota Medan. Travel ini juga bersifat franchise dan tersebar di beberapa tempat di Indonesia. Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Juli 2016 pukul 11.37.

Jika ditinjau dari pernyataan Bapak Iwan sebagai koordinator pemasaran TX Travel Agency, beliau menyatakan bahwa pariwisata di Kota Medan masih belum bisa dikatakan memuaskan. Hal ini diungkapkannya melalui wawancara sebagai berikut:

“Menurut saya sih pariwisata di kota Medan belum memuaskan ya.

(49)

lebih condong ke kuliner dan MICE-nya ya. Tapi, kalo kelemahannya seperti saya katakan tadi, fasilitasnya mungkin masih kurang sehingga perlu dibenahi lagi, seperti trasportasi yang nyaman, jalanan yang tidak berlubang.”

Ketika ditanya tentang penawaran destinasi wisata kota Medan kepada wisatawan, beliau mengungkapkan bahwa dari travel itu sendiri pernah menawarkan city tour keliling kota Medan, tapi rata-rata wisatawan meminta perjalanan di luar kota Medan itu sendiri. Seperti yang diungkapkannya sebagai berikut:

“Kalo dari travel kita sih pernah sih kita tawarin. Tapi wisatawan sih banyakan berwisata ke luar kota Medan. Kita tahu sendiri kan Medan sedikit tempat wisatanya, yah paling heritage-nya saja daripada wisata alamnya seperti Istana Maimun, Tjong A Fie, Rahmat Museum, Lonsum, Kantor pos, yah paling itulah gedung-gedung lama di Kota Medan. Sebenarnya fokusnya kita sih ga di Medan. Medan itu sih kalo biasanya kita bikin paket wisata ya lebih ke tempat transit lah. Kalo untuk wisata sendiri, Medan masih kurang.”

Sebagai koordinator pemasaran sebuah travel agency, beliau mengungkapkan beberapa strategi yang seharusnya dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam memasarkan kota Medan menjadi kota wisata, diantaranya adalah percakapan dari mulut ke mulut serta pemasaran melalui internet terutama media sosial. Seperti yang diungkapkan beliau sebagai berikut:

(50)

belum ada ya kita terima. Masih upaya kita sendiri sih buat mempromosiin kota Medan itu sendiri.”

Adapun yang menjadi harapan beliau terhadap perkembangan pariwisata di Kota Medan ke depannya dikatakan sebagai berikut:

“Kalo harapan saya ya semoga pariwisatanya makin maju. Ya harus kita lah sama-sama masyarakatnya, semua elemennya yang mendukung wisata di Kota Medan. Sama aja kalo travel agentnya atau biro wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisatanya, melakukan promosi besar-besaran, tapi kalo masyarakatnya kurang ramah juga gak akan datang wisatawan nanti. Seperti contoh Bali dan Jogja, Disana kan terkenal masyarakatnya ramah-ramah, jadi orang-orang senang datang kesitu. Disinilah yang perlu kita bangun untuk di Medan yaitu image masyarakatnya, bagaimana menjaga kenyamanan di sini jika dilihat dari angka kriminalitasnya. Image inilah yang saya rasa perlu kita bangun untuk pariwisata di Kota Medan.”

4.2.4.9. Informan 9 (Wisatawan lokal)

Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 25 Juni 2016 pukul 13.20 dengan salah seorang wisatawan lokal, yaitu Ibu Grace. Peneliti bertemu dengan ibu ini pada saat berkunjung ke salah satu objek wisata yang ada di Kota Medan yaitu di Istana Maimun. Ibu Grace yang merupakan pegawai swasta berasal dari Surabaya dan alasan kunjungannya ke kota Medan dalam rangka kerja sekaligus liburan.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa hal yang pertama dicari di Kota Medan ini adalah kuliner dan city tour. Seperti yang diungkapkannya pada wawancara berikut ini:

(51)

Ibu Grace juga mengatakan bahwa ia mengetahui Kota Medan sendiri dari ucapan mulut ke mulut serta internet. Grace selaku wisatawan yang berasal dari Surabaya ini mengungkapkan:

“Saya tahu Medan dari internet sih. Hmm, dari mulut ke mulut

orang juga sih, tapi rata-rata tentang kulinernya.”

Peneliti dalam melakukan cross-check data juga bertanya kepada Ibu Grace terkait dengan hambatan pariwisata di Kota Medan. Ia mengatakan bahwa fasilitas daripada objek wisata di Kota Medan masih perlu perawatan lagi. Di samping itu, diperlukan upaya untuk menangani kemacetan lalu lintas yang banyak memakan waktu. Ketika ditanya harapannya terhadap pariwisata kota Medan ke depannya, gadis berumur 41 tahun ini mengatakan:

“Mungkin pariwisata di Kota Medan perlu dipublikasikan lagi, ditonjolin lagi obyek wisatanya. Seperti contoh Istana Maimun, dibagusin lagi, apa tuh yang mau dilihat. Terus ditinjau dari tarif masuknya, terus tips-tipsnya untuk guide pariwisatanya diperhatikan lagi. Informasinya lebih dilengkapi lagi.”

4.2.4.10. Informan 10 (Wisatawan mancanegara)

(52)

Bapak Wong Lou Fu mengatakan bahwa kota Medan memiliki ragam wisata yang menarik dan ia sangat menyukai setiap tempat yang ada di Kota Medan seperti tempat yang baru saja mereka kunjungi, Istana Maimun dan Rahmat Museum Gallery. Dikatakannya bahwa Kota Medan juga hampir sama dengan Singapura, nyaman dan kota yang bersih dan masyarakatnya ramah. Berikut kutipan wawancara Wong Lou Fu:

“I love every places in Medan city. Like Istana Maimun, the Rahmat Museum Galery and because this is our last day, maybe our tour guide will bring us to a place where we can eat delicious food there. Actually it’s surprising to be here, here is very friendly and this is also very nice, very clean country. Equal to Singapore.”

Ia juga menyatakan bahwa mereka mengetahui kota Medan dari testimoni teman-temannya yang sebelumnya telah berkunjung ke kota Medan. Seperti yang diungkapkannya pada wawancara berikut ini:

“Actually before we are coming here, our friends have already visited here, so we know this city from them. They told us that Medan is a nice city. Very nice place.”

Bapak Wong Lou Fu berharap agar pemerintahan daerah lebih banyak lagi mengiklankan pariwisata kota Medan di berberapa tempat sehingga masyarakat akan lebih mengetahui dan ia berharap kota Medan dapat menjadi kota maju dengan banyak turis yang berkunjung. Seperti kutipan wawancara beliau sebagai berikut:

“I think if it is possible, you can advertise in somewhere about your city or your country so people will know about it and I hope this city become a developed city with many tourists come to visit this city.”

(53)

Pertama, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan melakukan strategi STP (segmentasi-targeting-positioning).

Setelah menetapkan segmentasi, targeting dan positioning Kota Medan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan melaksanakannya dengan melakukan beberapa teknik bauran promosi, seperti periklanan (advertising).Iklan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media, baik media cetak (booklet, baliho/spanduk, brosur, leaflet) maupun elektronik (videotron dan radio). Pada umumnya booklet, leaflet, brosur dan informasi yang berhubungan dengan pariwisata di Kota Medan diletakkan pada berberapa counter informasi yang terdapat pada beberapa tempat strategis di Kota Medan, seperti pada kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, Merdeka Walk, Stasiun Kereta Api Medan, dan Terminal Pinang Baris.

Selain itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan juga mengadakan berbagai event atau pameran atau kegiatan rutin tahunan dalam menarik minat wisatawan atau masyarakat setempat. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan juga bekerja sama dengan ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara dalam memasarkan kota

Medan sebagai kota wisata. Salah satu travel angency yang tergabung dalam ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara ini adalah TX Travel Agency. Dalam penelitian ini, biro perjalanan TX Travel Agency menawarkan paket-paket wisata kepada wisatawan, khususnya city tour di Kota Medan. Salah satu bentuk penjualan personal ini sendiri membantu

Gambar

Gambar 4.1. Bagan Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan
Tabel 4.1. Tabel Potensi Wisata dan Objek Wisata di Kota Medan
Tabel 4.2. Strategi dan Hambatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam Memasarkan Kota Medan                   sebagai Kota Wisata

Referensi

Dokumen terkait

Pengukuran kinerja di rumah sakit saat ini merupakan hal yang sangat penting dan perlu dilakukan terutama dalam kondisi persaingan pelayanan kesehatan di rumah sakit sangat

In conclusion, the result showed that the changes in human factors affects human stress value/index, although the subjects stated that their stress level on the

Keberadaan tambalan amalgam di dalam rongga mulut menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme sel epitel pada mukosa oral.Sel epitel terlepas didapatkan melalui eksfoliatif

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan terhadap Peningkatan Kinerja Karyawan pada Balai Pelatihan Teknis Pertanian Kalasey, Jurnal EMBA, Vol.1 No.3 Juni 2013, Hal. Pengaruh

Ameta Primasari, drg., MDSc., M.Kes., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

183/PMK.03/2015 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak dan. Surat

Kemajuan teknologi dan informasi yang ditandai dengan munculnya internet dan makin canggihnya alat-alat komunikasi secara langsung telah mempermudah kita untuk memperoleh

I go from house eproximally house 14.00 past pm in the Pariaman hour 15 aquarter 30 to in house grandmother because because, to in the house I rather disappoited because