• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. Wisata belanja

4.2.4. Hasil penelitian di lapangan

4.2.4.1. Informan 1 (Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan)

Peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan yaitu Bapak Zulfisyah Yanda Srg, S.Sos, M.Si pada tanggal 25 Juli 2016 pukul 10.30. Peneliti bertemu dengan informan ini di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Beliau mengatakan bahwa kota Medan banyak dikenal sebagai kawasan industri,

memiliki aset lain yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi salah satu pendapatan asli daerah, yaitu aset pariwisatanya.

Menurutnya sendiri, potensi pariwisata di kota Medan semakin berkembang. Hal ini dilihat dari semakin banyaknya sarana pariwisata seperti hotel dan pusat perbelanjaan serta tempat-tempat yang menyajikan hiburan dan wisata kuliner di kota Medan sendiri. Dengan aset pariwisata yang telah dimiliki Kota Medan, cukup dapat bersaing dengan daerah lainnya apabila didukung oleh infrastruktur yang baik, SDM-nya yang baik pula serta masyarakat yang sadar wisata.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan selalu melakukan komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk mensinergikan tugas,pokok dan fungsi kepariwisataan di Kota Medan. Berikut kutipan wawancara beliau:

“Pihak dinas tentu saja selalu mengajak dan berkomunikasi dengan para stakeholder pariwisata melalui kegiatan sosialisasi, pameran/event pariwisata dalam negeri dan luar negeri atau dalam hal merancang peraturan daerah tentang kepariwisataan daerah.”

Strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan selama ini adalah pertama sekali dengan menentukan segmentasi, lalu menetukan target sasaran pariwisata, kemudian menetapkan positioning terhadap kota Medan sendiri. Kemudian setelah strategi ini ditetapkan, maka dilakukanlah promosi yang mendukung kegiatan pariwisata tersebut.

Beliau mengutarakan bahwa:

“Kota Medan merupakan pintu gerbang masuk pariwisata bagian

Barat Indonesia yang memiliki peluang besar sebagai destinasi wisata yang potensial, seperti wisata religi, kuliner, minat khusus, belanja, hingga heritage. Selain itu, Medan menawarkan keragaman wisata kota yang berbeda dengan daerah lainnya. Keragaman budaya, kelezatan kuliner,

hingga keramahtamahan masyarakatnya. Selain itu, Medan juga terdiri atas beberapa etnis/suku baik yang berasal dari Sumatera Utara maupun dari luar Sumatera Utara. Dengan keberagaman tersebut, Kota Medan terkenal menjadi kota multikultural dengan aneka ragam budaya dan kesenian daerah. Jika ditinjau dari segmentasi pasar, kami mensegmentasikan kota Medan ini berdasarkan cakupan geografis. Misalnya, penyelenggaraan event/ kegiatan, segmentasi pasarnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu dalam lingkup wilayah kota Medan dan di luar lingkup wilayah Kota Medan. Segmentasi pasar di dalam lingkup wilayah kota Medan misalnya kegiatan atau event yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Sedangkan segmentasi pasar di luar lingkup wilayah kota Medan mencakup kegiatan pameran (expo) maupun pertunjukan kesenian daerah di luar Indonesia.” Setelah menetapkan segmentasi, pemilihan target sasaran menjadi strategi yang kedua dalam memasarkan kota Medan kepada wisatawan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan beliau sebagai berikut:

“Selama ini kami telah rutin mengikuti event-event pariwisata didalam negeri atau luar negeri baik itu berupa exhibition, pameran atau penampilan dan pertunjukan kesenian daerah. Kalo di dalam negeri kita ada bekerja sama dengan PT.AIRA, selain itu kita juga mengikuti Pasar Malam Indonesia pada tahun 2010. Ga setiap tahun sih kita ikuti karena keterbatasan anggaran juga. Jadi kita prioritaskan mana yang lebih utama. Kalo di luar negeri ada event yang tiap tahun kita ikuti yaitu Penang Fair. Disini kita sambil membawa delegasi kesenian dari kota Medan. Diharapkan ini bisa membawa nama daerah kita juga sekaligus mempromosikan kota Medan. Lalu kita juga pernah mengikuti Tong-Tong Fair pada tahun 2014. Kita juga pernah melalukan promosi ke Belanda. Pada bulan Mei tahun 2015, kita juga pernah melakukan prmosi ke lima negara dengan bekerja sama ke kedutaan negara tersebut seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Vietnam dan Thailand dengan membagi booklet dan leaflet pada pameran disana. Booklet dan leaflet ini dibagikan dalam bentuk multi-languages meliputi bahasa Indonesia, Mandarin, Inggris, dan Thailand.”

Terakhir, positioning menjadi salah strategi dalam memasarkan kota Medan menjadi kota wisata. Kota Medan selama ini dikenal dengan kuliner dan etnis yang beragam. Seperti yang diungkapkan bahwa etnis/suku yang beragam serta kuliner yang lezat membuat kota ini berbeda dengan daerah-daerah lainnya. Pernyataan bahwa kota Medan terkenal akan kuliner dan keberagaman etnisnya

juga diperkuat dengan pernyataan para informan yang tertuang pada deskripsi wawancara masing-masing informan.

Berikut adalah kutipan wawancara Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan:

“Adapun aset pariwisata kota Medan yang dapat dijual kepada wisatawan adalah:

 Penduduk kota Medan yang heterogen terdiri dari berberapa etnis/suku dengan 14 etnis yang dominan baik asli dari Sumatera Utara maupun dari luar Sumatera Utara.

 Memiliki aneka ragam budaya dan kesenian daerah.  Peninggalan sejarah.

 Keanekaragaman kulinernya.

 Serta sarana penunjang kepariwisataan MICE dengan keberadaan hotel, pusat perbelanjaan dan transportasi.”

Selain strategi segmentasi, targeting, dan positioning, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan juga memanfaatkan teknik bauran promosi sebagai upaya dalam memasarkan kota Medan menjadi kota wisata. Beliau mengungkapkan:

“Selama ini kami telah rutin mengikuti event-event pariwisata didalam negeri atau luar negeri baik itu berupa exhibition, pameran atau penampilan dan pertunjukan kesenian daerah. Kalo di dalam negeri kita ada bekerja sama dengan PT.AIRA, selain itu kita juga mengikuti Pasar Malam Indonesia pada tahun 2010. Ga setiap tahun sih kita ikuti karena keterbatasan anggaran juga. Jadi kita prioritaskan mana yang lebih utama. Kalo di luar negeri ada event yang tiap tahun kita ikuti yaitu Penang Fair. Disini kita sambil membawa delegasi kesenian dari kota Medan. Diharapkan ini bisa membawa nama daerah kita juga sekaligus mempromosikan kota Medan. Lalu kita juga pernah mengikuti Tong-Tong Fair pada tahun 2014. Kita juga pernah melalukan promosi ke Belanda. Pada bulan Mei tahun 2015, kita juga pernah melakukan promosi ke lima negara dengan bekerja sama ke kedutaan negara tersebut seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darusalam, Vietnam dan Thailand dengan membagi booklet dan leaflet pada pameran disana. Booklet dan leaflet ini dibagikan dalam bentuk multi-languages meliputi bahasa Indonesia, Mandarin, Inggris, dan Thailand. Namun, dalam kegiatan promosi ini kita juga mengalami kendala, misalnya di benua Eropa sendiri, ketika kita membagi-bagikan brosur atau booklet mereka ga berani ambil jika kita

uang, jadi ketika brosur itu dibagi, mereka pikir itu dibayar, padahal sebenarnya gratis. Lalu, masalah kedua seperti di Vietnam sendiri. Kita tahu bahwa Vietnam itu negara komunis. Pandangan negaranya beda dengan pandangan liberal ataupun demokratis. Jadi, disana ketika kita mau membagi brosur atau booklet, ga sembarangan buat kita bagikan. Pertama sekali harus berkoordinasi dulu dengan pemerintahan mereka, harus diterjemahkan ke dalam bahasa mereka. Harus dicerna dulu, mana kata-kata yang dinilai tidak cocok harus dibuang. Disitu sih kendalanya. Selain itu kami juga mempromosikan pariwisata Kota Medan melalui booklet, website, media sosial, brosur dan menyediakan counter-counter informasi di berberapa lokasi strategis di Kota Medan. Counter-counter informasi ini terletak di berberapa tempat di Kota Medan, seperti di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan sendiri, Merdeka Walk, Stasiun Kereta Api Medan,dan Terminal Pinang Baris. Selain daripada itu, kami juga memanfaatkan radio. Kalo radio sih biasanya kami lebih ke pemasaran event-event pariwisata di Kota Medan. Saluran yang biasanya kami pakai sih melalui Kiss FM ataupun Prambors, yang biasa banyak didengar oleh anak-anak muda.”

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan juga melakukan penayangan videotron yang sudah diputar di berberapa daerah seperti Bali, Jakarta, Surabaya dan Medan sendiri. Namun, di Medan sendiri penayangan videotron ini kurang menjual.

“Tahun ini kemungkinan kami akan putar di Malaysia. Kenapa dipilih Malaysia, karena Medan kan penduduknya dominan Melayu dan masih serumpun dengan Malaysia. Jadi, diharapkan bisa menjual.”

Pemasaran pariwisata juga dilakukan melalui media internet. Saat ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan telah memilki website sebagai salah satu sarana promosi dan informasi pariwisata Kota Medan. Website yang beralamat www.medantourism.com tersebut berisi beberapa fitur yang menyampaikan informasi pariwisata baik event kepariwisataan maupun obyek wisatanya, fitur yang dapat menampilkan media audio dan video, fitur map untuk menunjukkan lokasi obyek wisata,fitur untuk pengiriman pesan, kritik dan saran, serta fitur untuk mengunduh berkas-berkas kepariwisataan seperti booklet, brosur, poster dan lain-lain.

Menurut Bapak Zulfisyah Yanda Srg, S.Sos, M.Si selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan, website yang dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan ini cukup berhasil memberikan informasi pariwisata kepada masyarakat dan wisatawan. Hal ini dapat dilihat dari tampilan jumlah pengunjung yang membuka situs www.medantourism.com pada halaman website.

Hal yang selama ini masih menjadi hambatan dalam memajukan wisata di kota Medan antara lain infrastruktur yang belum memadai, SDM kepariwisataan yang belum mumpuni dalam bidangnya serta masyarakat yang belum sadar wisata. Adapun solusi dalam menjawab hambatan yang dihadapi tersebut adalah dengan memperbaiki infrastruktur dan fasilitas yang ada di objek-objek wisata, dan melakukan sosialisasi sapta pesona dan sadar wisata kepada masyarakat dan stakeholder pariwisata untuk bersama-sama membangun kepariwisataan Kota Medan. Seperti yang diungkapkan beliau pada wawancara di bawah ini:

“Karena seyogyanya pengembangan pariwisata Kota Medan memerlukan peran dan kontribusi dari semua pihak, baik dari unsur pemerintah, swasta maupun masyarakat. Masing-masing pihak memiliki peran dan kontribusi menurut posisi dan kapasitasnya masing-masing. Pemerintah secara khusus lebih berkonsentrasi sebagai fasilitator dan regulator, sementara pihak swasta akan berperan sebagai pelaku dan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan produk dan pasar. Selanjutnya masyarakat dapat berperan tidak saja sebagai penerima manfaat pengembangan, namun sekaligus menjadi pelaku aktif yang mendorong keberhasilan pengembangan kepariwisataan di wilayahnya masing-masing.”

4.2.4.2. Informan 2 (Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumatera Utara)

Peneliti melakukan wawancara dengan Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatera Utara yaitu Ibu Dewi Juita Purba pada tanggal 02 Agustus 2016 pukul 15.48 di kantor PHRI (Perhimpunan Hotel dan

Restoran Indonesia) Sumatera Utara, yang letaknya di Hotel Garuda Plaza. Hasil wawancara dengan beliau mengungkapkan bahwa selama ini komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder pariwisata pernah dilakukan. Namun hanya dalam bentuk forum-forum diskusi saja, belum sampai ke tahap perencanaan bersama. Adapun yang dibahas pada umumnya sosialisasi akan perundang-undangan atau hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kemajuan sektor pariwisata.

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia selama ini selalu berperan dalam memajukan sektor pariwisata di kota Medan. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara beliau:

“PHRI melalui anggotanya, berusaha meningkatkan SDM dalam rangka peningkatan pelayanan secara umum di industri perhotelan Medan. Dan juga menjembati industri perhotelan tersebut dengan pihak pemerintah kota Medan.”

Ketika ditanya tentang strategi komunikasi yang tepat dalam memasarkan kota Medan sebagai kota wisata, Ibu Dewi Juita Purba selaku Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumatera Utara mengatakan:

“Komunikasi yang paling menarik adalah propaganda yang disampaikan oleh seseorang yang telah mengalaminya. Jadi bentuk komunikasi untuk memasarkan kota medan sebaiknya memakai testimoni tamu tamu yang telah berkunjung.”

Adapun yang menjadi hambatan dalam memajukan pariwisata di kota Medan selama ini dikatakan bahwa Kota Medan masih belum maksimal dalam pengelolaan objek wisata. Seperti yang diungkapakan beliau sebagai berikut:

“Hambatan utamanya adalah tidak adanya penambahan daya tarik wisata dan peningkatan kualitas objek objek wisata yang sudah ada. Juga tidak adanya tempat belanja yang cukup nyaman untuk produk khas lokal dan tempat khusus dimana wisatawan dapat melihat kesenian lokal yang

Ketika peneliti bertanya tentang harapan akan perkembangan pariwisata kota Medan ke depan, beliau menyampaikan agar kota Medan dapat menjadi penghubung untuk beberapa kota destinasi sekitarnya sehingga harus difasilitasi sesuai dengan kota -kota yang menjadi HUB untuk destinasi wisata disekitarnya.

4.2.4.3. Informan 3 (Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies Sumatera Utara)

Peneliti melakukan wawancara dengan Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies(ASITA) Sumatera Utara , yaitu Bapak Solahudin Nasution pada tanggal 04 Agustus 2016 pukul 16.30. Namun, oleh karena kesibukan beliau yang padat, peneliti akhirnya melakukan wawancara melalui telepon selama 30 menit.

Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara, yaitu Bapak Solahudin Nasution mengatakan bahwa ASITA Sumatera Utara bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan melakukan koordinasi dan komunikasi dalam membangun pariwisata di Kota Medan. Berikut petikan wawancara Ketua ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies) Sumatera Utara:

“Kalo dikatakan pernah melakukan koordinasi dan komunikasi ya pastinya pernah. Tapi menurut kita belum maksimal dari kacamata industri pariwisata sendiri. Ya kemarin itu pernah juga kita berbicara mengenai strategi pemasaran misalnya kan. Kita sempat juga buat acara di Bandung tahun lalu. Di Bandung kita buat acara direct saling atau direct promotion dengan melibatkan travel agent anggota ASITA, kita berangkat ke Bandung membawa produk masing-masing. Kita ketemu disana dengan ASITA Jawa Barat lah. Dan pada kesempatan itu membuat bisnis matching gitu. Kita ketemu dengan agent-agent Bandung dan Medan,

bersilahturahmi komunikasi, kemudian saling tukar kartu nama, tukar produk. Nah dari komunikasi itu kan kita berharap nanti bisa bermuara pada kontak bisnis. Itu tahun lalu dengan Dinas Pariwisata Kota Medan. Kalo tahun-tahun sebelumnya belum pernah, baru tahun kemarin aja. Kalo tahun sebelumnya ya paling ada rapat ya kadang-kadang kita diundang, kadang kita bisa kasih saran-saran. Artinya selama ini lain kepala dinas lain kebijakannya, lain juga pendekatannya, lain juga gaya komunikasinya dengan para stakeholder. Kalo tahun ini belum ada rencana.”

Selama ini, ASITA selalu berupaya untuk mendukung pariwisata yang ada di kota Medan . Salah satunya melalui kegiatan expo.Beliau mengatakan bahwa:

“Ya paling kalo anggota ASITA ini sendiri kan pasti mati-matian kan berusaha untuk mendukung pariwisata ini. Karena hidup matinya kan di industri ini. Biasa kita melakukan sesuai dengan tupoksi kita, kita biasa buat promosi pemasaran di luar, ada event-event di luar kita ikuti. Misalnya di Jawa Barat ada event travel exchange, di Yogja ada namanya Yogja Travel Mart, jadi ya event-event di berberapa kota besar di Indonesia itu selalu kita ikuti guna memperkenalkan produk-produk kita. Artinya tidak hanya kota Medan, tetapi juga destinasi-destinasi di Sumatera Utara. Begitu juga dengan event-event di Malaysia, setiap tahun namanya Matta Fair, di Singapura itu ada namanya Natas Fair, itu setiap tahun kita pasti berangkat. Kita berangkat sendiri, kita promosi sendiri walaupun ga ada dukungan dari pemerintah daerah. Karena event-event di dalam dan di luar negeri itu yang selalu kita ikuti dalam rangka mempromosikan produk-produk kita, termasuk mempromosikan salah satu destinasi wisata Kota Medan secara khusus, dan destinasi wisata Sumatera Utara pada umumnya.”

Ketika ditanya mengenai hambatan dalam memasarka kota Medan sebagai kota wisata, Bapak Solahudin Nasution mengatakan bahwa kota Medan belum bisa dijadikan sebagai destinasi tunggal. Maka, diperlukan promosi bersama dengan pemerintah daerah lainnya.

“Kota Medan belum bisa menjadi single destination. Artinya orang tu kalo dari paket-paket wisata yang kita jual umunya kan itu pasti combine dengan daerah lain. Tidak hanya di Kota Medan saja. Misalnya Parapat, Berastagi, Bukit Lawang atau Medan-Bahorok. Itu yang harus disadari. Makanya perlu promosi bersama, harus ada join promotion, harus ada join produk, tidak bisa kita hanya jual Medan tok. Karena kalo Medan tok itu kurang menarik. Kenapa? Karena Medan ini miskin objek wisatanya.Kalo kita hanya mengandalkan Istana

Makanya kita dari biro perjalanan, harus ada kreativitas yang kita ciptakan untuk membuat paket-paket wisata itu, misalnya Parapat, Medan-Bukit Lawang, Medan-Bahorok, dan lain-lain. Kalo hanya di Medan saja kan kurang menarik. Umumnya paket wisata perjalanan itu tidak hanya Medan saja, walaupun ada juga yang permintaan hanya di Medan, misalnya Medan shopping gitu kan. Kendalanya saya ulangi ya itu, Medan miskin objek wisata, miskin atraksi wisata. Apalagi yang mau kita jual. Katakanlah kita tidak punya objek wisata, tapi kan harus ada yang bisa kita create. Ada misalnya pertunjukan kesenian dan kebudayaan, ada panggung terbuka atau open stage yang bisa disaksikan wisatawan dan digelar secara rutin, misalnya setiap malam atau setiap hari. Ini kan mempersingkat lamanya wisatawan di Kota Medan akhirnya. Harusnya Medan memiliki itu sebagai miniaturnya Sumatera Utara. Lalu kita tidak punya souvenir centre (pusat cendera mata), misalnya di Bali kita kan bisa berhenti di satu tempat atau one stop shopping, di sini kan ga ada. Jika kita bandingkan dengan Bandung, Bandung kan sudah punya Trans Studio Bandung, di Makassar juga ada, di tempat lain ada. Itu kan objek wisata juga walaupun ciptaan manusia sendiri.”

Mengatasi hambatan tersebut, maka dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat untuk memasarkan kota Medan menjadi kota wisata. Menurutnya, direct promotion melalui pameran ataupun website dapat dilakukan untuk mengemas potensi Kota Medan menjadi sebuah kota wisata yang menarik untuk dikunjungi wisatawan.

“Menurut saya sekarang tergantung eventnya. Misalnya zaman sekarang, teknologi yang semakin berkembang kan, sekarang orang tidak susah mau mendapatkan informasi, ada layanan touch screen di bandara, di hotel-hotel, di pusat keramaian misalnya. Trus bisa juga melalui website. Tapi tentunya website pun harus dibenahi. Kemudian, kita bisa lakukan pameran atau exhibition di luar negeri misalnya. Tapi kalo mau pameran kan tentunya kita harus siapkan brosur, booklet, leaflet. Kemudian direct promotion, direct sailing itu juga penting.”

Beliau berharap ke depannya, perkembangan pariwisata akan lebih baik lagi ke depannya. Tentunya dibutuhkan sinergitas, yang artinya pemerintah kota harus bisa bekerja sama dengan semua stakeholder.Seperti kutipan wawancara sebagai berikut:

“Karena pariwisata itu kan lintas sektoral, tidak bisa kerja sendiri. Pemerintah tidak bisa kerja sendiri, dunia usaha pun demikian, masyarakat pun tidak bisa kerja sendiri. Artinya melibatkan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat luas. Intinya harus melakukan koordinasi, komunikasi dan bersinergi dengan semua stakeholdernya supaya perkembangan pariwisata bisa berjalan baik ke depannya.”

4.2.4.4. Informan 4 (Anggota DPRD Kota Medan)

Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu anggota DPRD Kota Medan dari Fraksi PDI Perjuangan yaitu Bapak Boydo H.K Panjaitan pada tanggal 12 Desember 2016 pukul 15.30. Beliau mengatakan bahwa Kota Medan memiliki ragam potensi pariwisata yang sangat menarik. Mulai dari wisata bangunan sejarah maupun berbagai macam kulinernya. Pariwisata di Kota Medan sendiri selalu mengalami peningkatan sehubungan dengan meningkatnya pertumbuhan investasi di Kota Medan sendiri. Beliau juga memaparkan bahwa potensi pariwisata di Kota Medan dapat bersaing dengan daerah lainnya. Seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Saya rasa potensi pariwisata tersebut dapat bersaing dengan kota lainnya berhubung kota Medan adalah kota metropolitan ketiga di seluruh Indonesia. Hanya tinggal bagaimana kita merawat, dan memiliki berbagai terobosan baru dalam menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke kota Medan. Misalnya Kota Medan terkenal akan kulinernya, maka kulinernya lah yang harus kita tonjolkan sehingga memiliki keunikan tersendiri dengan daerah lainnya.”

Guna membangun pariwisata yang baik ke depannya, dibutuhkan komunikasi dan koordinasi dengan para pemangku kepentingan. Menurut beliau, proses komunikasi yang terjadi antara eksekutif dan legislatif sejauh ini sangat bagus. Banyak hal yang dibahas dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota

“Jadi seperti kuliner misalnya, bagaimana kita membangun image kota Medan menjadi kota kuliner, yah tentunya disini kita merencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan untuk menunjang kegiatan kuliner tersebut. Selain itu bangunan bersejarah di Kota Medan, bagaimana upaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merevitalisasi bangunan bersejarah tersebut tanpa menghilangkan nilai-nilai sejarah di dalamnya.Inilah yang kita bahas dalam upaya memajukan pariwisata di Kota Medan.”

Berbicara tentang strategi komunikasi yang harus dilakukan dalam